Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Pengobatan bedah ortopedi secara umum mengikuti prinsip dasar pengobatan penyakit lainnya
dan berpedoman kepada hukum penyembuhan (law of nature), sifat penyembuhan, serta sifat manusia
pada umumnya. Disamping pemahaman tentang prinsip dasar pengobatan yang rasional, metode
pengobatan disesuaikan pula secara individu terhadap setiap penderita. Pengobatan yang diberikan juga
harus berdasarkan alasan mengapa tindakan ini dilakukan serta kemungkinan prognosisnya. Secara
umum prinsip pengobatan ortopedi adalah:1

Jangan membuat keadaan lebih buruk bagi penderita (iatrogenik).

Pengobatan berdasarkan diagnosis dan prognosis yang tepat.

Pilih jenis pengobatan yang sesuai dengan keadaan penyakit penderita.


Tujuan utama pengobatan penderita adalah mengurangi, membantu dan mengatasi penyakit yang
dideritanya. Sebagai contoh, seorang penderita yang datang dengan kelainan musculoskeletal
dengan gejala-gejala nyeri, gangguan fungsi dan adanya deformitas, maka tujuan pengobatan
adalah menghilangkan nyeri, memperbaiki fungsi anggota gerak, dan mencegah atau
mengkoreksi kelainan yang ada.

Ciptakan kerjasama yang baik tanpa melupakan hukum penyembuhan alami.


Terutama pada anak-anak yang masih bertumbuh sangat menakjubkan sehingga hukurm
penyembuhan dan sifat jaringan tubuh harus dipertimbangkan.

Pengobatan yang praktis dan logis.

Pilih pengobatan secara individu.


Perlu dipertimbangkan pengobatan berdasarkan keadaan penderita serta pilihan pengobatan yang
tersedia. Kadang kala, kita arus memilih pengobatan sesuai dengan kemauan dan kemampuan
penderita tetapi tetap tidak melupakan prinsip-prinsip dasar pengobatan yang rasional.

Jangan melakukan pengobatan yang tidak perlu.

BAB II
PEMBAHASAN

Adapun metode pengobatan pada kelainan bedah ortopedi dapat dibagi dalam tiga cara, yaitu
tanpa pengobatan, pengobatan non-operative (konservatif), dan pengobatan operatif.1

TANPA PENGOBATAN1
Sekurang-kurangnya 50 % penderita (tidak masuk fraktur) tidak memerlukan tindakan
pengobatan dan hanya diperlukan penjelasan serta nasihat-nasihat seperlunya dari dokter. Tetapi tidak
jarang penderita belum merasa puas bila hanya diberikan nasihat (terutama oleh dokter umum) sehingga
perlu dirujuk ke dokter ahli bedah ortopedi untuk penjelasan rinci tentang penyakit yang diderita dan
prognosisnya. Pada umumnya penderita datang karena ketakutan adanya kanker, tuberkulosis, atau
kemungkinan kelumpuhan di kemudian hari.

PENGOBATAN NON-OPERATIF (KONSERVATIF)1


Istirahat
Istirahat merupakan satu jenis metode pengobatan, baik secara umum ataupun hanya lokal
dengan mengistirahatkan anggota gerak/tulang belakang dengan cara-cara tertentu. Istirahat juga
dimaksudkan istirahat dari aktivitas sehari-hari atau aktivitas olahraga.
Pemberian alat bantu
Alat bantu ortopedi dapat terbuat dari kayu, alumunium, atau gips, berupa bidai, gips korsep,
korsep badan, ortosis (brace), tongkat dan alat jalan lainnya. Pemberian alat bantu bertujuan untuk
mengistirahatkan bagian tubuh yang mengalami gangguan, untuk mengurangi beban tubuh, membantu
untuk berjalan, untuk stabilisasi sendi atau untuk mencegah deformitas yang ada bertambah berat.
Alat bantu diberikan dapat bersifat sementara dengan menggunakan bidai, gips pada badan (gips
korset), bisa juga pemakaian jangka waktu lama/permanen misalnya pemberian ortosis, protesa, tongkat,

atau pemberian alat jalan lainnya untuk menyangga bagian-bagian dari anggota tubuh/anggota gerak yang
mengalami kelemahan atau kelumpuhan pada penderita (gambar 1 dan gambar 2)

GAMBAR 1. Contoh Gambar Alat Bantu Jalan

Gambar 2. Gambar Ortosis Anggota gerak bawah dan Ortosis Spinal


Pemberian obat-obatan
Pemberian obat-obatan pada bidang ortopedi meliputi:2

Obat-obatan anti bakteri


Obat-obatan anti-bakteri diberikan untuk mencegah atau mengobati infeksi yang ada misalnya
pada osteomielitis, piogenik akut, atau tuberkulosis. Pengobatgan yang tepat harus diberikan

secara dini dengan dosis, waktu, dan lama pemberian yang tepat.
Obat-obatan anti-inflamasi
Obat-obatan anti-inflmasi biasanya diberikan pada penyakit artritis reumatoid atau pada kelainankelainan lain seperti artritis gout. Obat ini bertujuan untuk menghambat kerja prostaglandin dan
biasanya obat anti-inflamasi juga mempunyai efek anti analgetik. Obat-obat anti analgetik

nonsteroid umumnya lebih disukai dan menggunakan kortikosteroid sebagai obat anti-inflamasi
sebaiknya merupakan alternatif teraakhir apabila pengobatan dengan obat-anti inflamasi lainnya

tidak berhasil.
Analgetik dan sedatif
Analgetik sebaiknya diberikan secara bertahap dari dosis yang kecil dan kadang-kadang juga

diperlukan oabt-obat sedatif.


Obatobat khusus
Obat-obat seperti kolkisin untuk pengobatan artitis gout atau golongan salisilat untuk penyakit

demam rematik
Obat-obat sitostatika
Obat-obat sitostatika seperti siklofofamid, vinkristin, ametopterin diberikan pada tumor-tumor

ganas.
Vitamin
Misalnya pemberrian vitamin D pada penyakit rakitis.
Injeksi lokal
Injeksi lokal biasanya menggunakan obat yang mengandung kortikosteroid yaitu hidrokortison
dengan atau tanpa cairan anastesi yang dapat diinjeksikan secara :
o Intra-artikular, misalnya pada artritis atau osteoartritis
o Ektra-artikular, misalnya tennis-elbow, tendinitis atau plantar fasitis, penyakit pada bahu
atau beberap kelainan nyeri punggung bawah (low back pain.

Manipulasi
Tindakan manipulasi bertujuan untuk
1. Mengoreksi deformitas
manipulasi umumnya diperlukam untuk mengoreksi fraktur, kontraktur atau
pemendekan jaringan lunak misalnya pada talipes ekuinovarus kongenital.
2. Menambah gerakan sendi
Tindakan manipulasi juga biasa dilakukan bila terdapat kekakuan sendi, gerakan sendi tidak
maksimal/normal atau pada pasien pasca operasi dimana fisioterapi tidak
dilakukan/terlambat dilakukan. Manipulasi terutama dilakukan pada sendi lutut, sendi siku, dan
sendi bahu
3. Mengurangi nyeri kronik pada sekitar sendi atau pada sendi
Manipulasi juga dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri kronik misalnya pada bahu beku
(frozen shouder) yang tidak berhasil dengan pengobatan fisioterapi atau bahu beku yang terjadi
beberapa bulan sebelumnya.
Teknik

Tindakan manipulasi dapat dilakukan tanpa anastesia atau dengan anastesia, baik lokal maupun
umum dan kadangkala diperlukan relaksasi otot yang maksimal. Manipulasi dapat diulangi beberapa kali
dan dilakukan secara bertahap serta dipertahankan dengan gips, misalnya pada kontraktur sendi lutut atau
pada talipes ekuinovarus kongenital. Manipulasi harus dilakukan secara hati-hati agar jangan
menyebabkan robekan pada otot atau ligamen/tendon otot.
Pemasangan Gips (Plaster of Paris)
Gips merupakan suatu bahan kimia yang pada saat ini tersedia dalam lembaran dengan
komposisi kimia (CaSO4)2 H2O + 3 H2O = 2(CaSO4 2 H2O) dan bersifat anhidrasi yang dapat mengikat
air sehingga membuat kalsium sulfat hidrat menjadi solid/keras. Pada saat ini sudah tersedia gips yang
sangat ringan. Pemasangan gips merupakan salah satu pengobatan konservatif pilihan (terutama pada
fraktur) dan dapat dipergunakan di daerah terpencil dengan hasil yang cukup baik bila cara pemasangan,
indikasi, kontraindikasi serta perawatan setelah pemasangan diketahui dengan baik.
Bentuk-Bentuk Pemasangan Gips
Beberapa bentuk pcmasangan gips yang dapat dilakukan adalah :

Bentuk lembaran sehingga gips menutup separuh atau dua pertiga lingkaran permukaan anggota

gerak
Gips lembaran yang dipasang pada kedua sisi antero-posterior anggota gerak sehingga

merupakan gips yang hampir melingkar


Gips sirkular yang dipasang lengkap meliputi seluruh anggota gerak
Gips yang ditopang dengan besi atau karet dan dapat dipakai untuk menumpu atau berjalan pada
patah tulang anggota gerak bawah (Gambar 3).

Gambar 3 . Gambar Skematis Gips yang Dapat Dipakai Untuk Menumpu atau Berjalan
Indikasi pemasangan gips adalah :

Untuk pertolongan pertama pada fraktur (berfungsi sebagai bidai).

Imobilisasi sementara untuk mengistirahatkandan mengurangi nyeri misalnya gips korset pada

tuberkulosis tulang belakang ataua pasca operasi pada skoliosis tulang belakang.
Sebagai pengobatan definitif untuk imobilisasi fraktur terutama pada anak-anak dan farktur

tertentu pada orang dewasa.


Mengoreksi deformitas pada kelainan bawaaan misalnya pada talipes ekuinovarus kongenital atau

pada deformitas sendi lutut oleh karena berbagai sebab.


Imobilisasi untuk mencegah fraktur patologis.
Immobilisasi untuk memberikan kesempatan bagi tulang untuk menyatu setelah suatu operasi,

misalnya pada atrodesis.


Imobilisasi setelah operasi pada tendo-tendo tertentu misalnya setelah operasi tendo Achilles
Dapat dimanfaatkan sebagai cetakan untuk membuat bidai atau protesa

Kelebihan pemakaian gips adalah :

Mudah didapatkan
Murah dan mudah dipergunakan oleh setiap dokter
Dapat diganti setiap saat
Dapat dipasang dan dibuat cetakan sesuai bentuk anggota gerak
Dapat dibuat jendela atau lubang pada gips untuk membuka jahitan atau perawatan luka selama

imobilisasi
Koreksi secara bertahap jaringan lunak dapat dilakukan dengan membuat sudut tertentu
Gips besifat radiolusen sehingga pemeriksaan foto rontgent tetap dapat dilakukan walaupun gips

terpasang
Merupakan terapi konservatif pilihan untuk menghindari operasi

Kekurangan penggunaan gips yaitu :

Pemasangan gips yang terlalu ketat akan memberikan gangguan atau tekanan pada pembuluh

darah, saraf dan tulang itu sendiri


Pemasangan yang lama dapat menyebabkan kekakuan pada sendi dan mungkin dapat terjadi

disuse osteoporosis dan atrofi, alergi serta gatal-gatal akibat gips.


Berat dan tidak nyaman dipakai oleh penderita.

Perawatan gips :

Gips tidak boleh basah oleh air atau bahan lain yang dapat mengakibatkan kerusakan gips

Setelah pemasangan gips harus dilakukan follow up yang teratur, tergantunng dari lokalisasi

pemasangan
Gips yang mengalami keruskan atau lembek pada beberapa tempat, harus diperbaiki

Pemasangan Traksi 1.3


Traksi merupakan salah satu penbgobatan konservatif yang mudah dilakukan oleh setiap dokter
dan bermanfaat dalam mereduksi suatu fraktur atau kelainan-kelaianan lain seperti spasme otot. Traksi
yang dipasang memakai pemberat dengan berat badan penderita sebagai counter traksi.
Berdasarkan mekanisme traksi dikenal dua macam traksi yaitu :
1. Traksi menetap (fixation traksi) dipergunnakan untuk melakukan fiksasi sekaligus traksi dengan
mempergunakan traksi dari Thomas Splint.
2. Teraksi berimbang (sliding traction) merupakan suatu traksi secara bertahap untuk memperoleh
reduksi tertutup dan sekaligus imobilisasi pada daerah yang dimaksud.

Dikenal dua jenis pemasangan traksi, yaitu :


1. Traksi kulit
Traksi kulit menggunakan plaster lebar yang direkatkan pada kulit dan diperkuat dengan perban
elastis. Berat maksimum yang dapat diberikan adalah 5 kg yang merupakan batas toleransi kulit.
Jenis-jenis traksi kulit yaitu :

Traksi ekstensi dari Buck adalah traksi kulit dimana plaster melekat secara sederhana dengan

memakai katrol
Traksi dari Dunlop, dipergunakan pada fraktur suprakondiler humeri anak-anak
Traksi dari Gallow atau traksi dari Bryant, dipergunakan pada fraktur femur anak-anak usia

dibawah 2 tahun
Traksi dari Hamilton Russel, dipergunakan pada anak-anak usia lebih dari 2 tahun

Traksi dari Buck

Traksi dari Bryant (Gallow)

Traksi dari Dunlop

Traksi dari Hamilton Russel

Indikasi penggunaan traksi kulit adalah :

Traksi kulit merupakan pilihan pada fraktur femur dan beberapa farktur suprakondiler humeri

anak-anak
Pada reduksi tertutup dimana manipulasi dan imobilisasi tidak dapat dilakukan
Merupakan pengobatan sementara pada fraktur sambil menunggu terapi definitif
Fraktur-fraktur yang sangat bengkak dan tidak stabil misalnya sendi lutut dan panggul
Untuk traksi pada kelainan-kelainan tulang belakang seperti hernia nukleus polposus (HNP) atau
spasme otot-otot tulang belakang.

Komplikasi yang dapat terjadi pada traksi kulit :

Penyakit trombo-emboli
Aberasi, infeksi, serta allergi pada kulit

2. Traksi Pada Tulang

Traksi pada tulang biasanya menggunakan kawat Kirschner (K-wire) atau batang dari Steinmann
pada lokasi-lokasi tertentu yaitu :
Proksimal tibia
Kondilus femur
Olekranon
Kalkaneus (jarang dilakukan karena komplikasinya)
Traksi pada tengkorak
Trokanter mayor
Bagian distal metakarpal
Jenis-jenis traksi tulang

Traksi tulang dengan menggunakan kerangka dari Bohler Braun pada fraktur orang dewasa
Thomas splint dengan pegangan lutut atau alat traksi dari Pearson
Traksi tulang pada olekranon, pada frakutur humerus
Traksi yang digunakan pada tulang tengkorak misalnya Gardner Well Skull Calipers, Crutchfield
cranial tong

Traksi dengan Bohler Braun

Traksi tulang olecranon


Komplikasi traksi tulang

Traksi dengan Thomas Splint

Traksi tulang tengkorak

infeksi, misalnya infeksi melalui kawat/pin yang digunakan

kegagan penyambungan tulang (nonunion) akibat traksi yang berlebihan

luka akibat tekanan misalnya tekanan Thomas splint pada tuberositas tibia

parese saraf akibat traksi yang berlebihan (overtraksi) atau bila pin mengenai saraf.

Fisioterapi dan Terapi Okupasi


Fisioterapi dan terapi okupasi merupakan terapi non-operatif yang sangat penting dalam
pengobatan bedah ortopedi. Terapi ini bertujuan untuk mengembalikan dan mempertahankan gerakan
sendi, meningkatkan kekuatan otot, dan meningkatkan fungsi muskuloskeletal. Fisioterapi merupakan
panduan antara kata fisis dan terapi dimana fisis berasal dari kata fisik dan terapi berarti pengobatan,
sehingga fisioterapi berarti pengobatan, sehingga fisioterapi berarti pengobatan dengan menggunakan
tenaga alam baik melalui latihan, elektrik, atau air. Fisioterapi terutama diaplikasikan untuk pengobatan
anggota gerak bawah dan tulang belakang sedangkan terapi okupasi lebih diarahkan untuk
mengembalikan fungsi sehari-hari anggota gerak atas.
Radioterapi
Pengobatan tumor-tumor, baik jinak maupun ganas dengan menggunakan sinar gamma dan zat radioaktif
disebut radioterapi. Radioterapi tumor jinak dalam jangka panjang dapat menyebabkan tumor berubah
menjadi ganas sehingga radioterapi hanya dianjurkan untuk kelainan-kelainan tertentu seperti ankilosing
spondilitis atau tumor sel raksasa yang tidak memungkinkan untuk dieksisi. Radioterapi pada tumor
ganas umumnya bersifat paliatif meskipun kadang-kadang dapat bersifat kuratif.

PENGOBATAN OPERATIF1
Operasi pada kulit
Operasi pada kulit dilakukan untuk menutup luka terbuka yang ada (seperti adanya dekubitus
pada daerah bokong). Tendo atau tulang yang terbuka harus ditutup segera karena dapat menyebabkan
infeksi, dimana penutupan luka dapat secara primer atau sekunder. Kadang-kadang luka pada kulit
ditutup dengan kulit dari tempat lain. Pemindahan kulit ini bisa menggunakan kulit semata-mata atau bisa

pula dipindahkan dengan jaringan lunak lainnya seperti subkutan, fascia, dan otot serta pembuluh
darahnya, tergantung pada kelainan yang ada.
Operasi Pada Sinovia dan Kapsul Sendi
Operasi pada sinovia bertujuan untuk mengoreksi hipertrofi lapisan sinovia, misalnya pada
arthritis rheumatoid atau tuberculosis atau hipertrofi lapisan sinovia oleh karena sinovitis, misalnya
sinovitis vilonoduler.
Operasi pada kapsul sendi tenrdiri atas :
1. Artrotomi, kapsul sendi dibuka untuk mengeluarkan cairan, eksudat atau benda-benda asing
dalam sendi. Artrotomi juga dipergunakan untuk mengurangi ketegangan pada sendi akibat
fibrosis misalnya pada talipes ekuinovarus congenital.
2. Kapsulektomi, merupakan pengangkatan sebagian dari kapsula sendi
3. Kapsulotomi, adalah pembukaan/pemotongan kapsul sendi yang bertujuan untuk mengeluarkan
cairan atau eksudat di dalam sendi. Selain itu dapat juga dilakukan penjahitan/plikasi dari kapsul
sendi apabila sendi mengalami kekenduran.
Operasi, Pada Otot, Tendo, dan Ligamen
1. Operasi pada otot
Operasi pada otot dilakukan bila ada robekan otot sebagian atau seluruhnya.
2. Operasi pada tendon
a. Tenotomi, merupakan pemotongan tendo untuk menghilangkan kerja otot tertentu, dapat
dilakukan secara terbuka atau perkutaneus, misalnya adductor tenotomi pada spasme
muskulus adductor.
b. Tenodesis, merupakan teknik operasi pada tendo untuk menstabilkan sendi. Pada tenodesis,
tendo dipergunakan sebagai ligament dengan melekatkan tendo di atas persendian.
c. Pemanjangan tendo (tendo lengthening) adalah pemanjangan tendo dengan membuat sayatan
Z dan ujung-ujung kedua tendo yang telah dibuat sayatan (sliding) kemudian dijahit sehingga
tendo tersebut menjadi lebih panjang. Tendo lengthening biasanya dipergunakan untuk
mengoreksi deformitas menetap, misalnya pemanjangan tendon Achilles untuk mengurangi
deformitas equinus pada penyakit poliomielitis.
d. Transposisi tendo. Tendo dapat ditransposisi (dipindahkan) ke tempat lain untuk
menggantikan atau menambah fungsi pada kelompok otot yang lain. Sebagai contoh pada
dropfoot akibat kelumpuhan nervus peroneus, tendo muskulus tibialis posterior dapat
ditransposisikan dari belakang ke depan sehingga berfungsi sebagai dorsofleksor (gam).

Syarat transposisi adalah otot minimal berkekuatan empat oleh karena otot yang dipindahkan
kekuatannya akan berkurang satu poin.
e. Tenorafi (tendon repair) adalah penjahitan tendo bila terjadi robekan. Robekan pada tendo
dapat terjadi karena trauma, yang sering ditemukan pada pergelangan tangan (umumnya
akibat benda tajam misalnya gelas atau pisau) atau akibat ruptur spontan misalnya rupture
f.

tendon Achilles (Biasanya oleh karena trauma olahraga).


Tendon graft. Adalah penggantian tendon yang rusak dengan tendon dari tempat lain yang
tidak bisa mempunyai fungsi seperti tendon muskulus plantaris pada kaki atau palmaris

longus pada tangan.


g. Pembebasan tendo (tendon release, tenolisis). Tendo yang berjalan melalui selaput fibrosa
dapat mengalami inflamasi pada waktu memasuki terowongan dan mengalami perlengketan
pada selaputnya, yang dapat disebabkan oleh trauma atau oleh suatu inflamasi /infeksi. Pada
penyakit de Quervain misalnya, tendo ekstensor polisis brevis dan abductor polisis longus
terjepit pada terowongannya, sehingga diperlukan pembebasan tendo. Contoh lainnya adalah
trigger finger pada jari tangan.
3. Operasi pada ligamen
Ligamen merupakan jaringan fibrosa yang berfungsi dalam stabilisasi sendi apabila terjadi
robekan ligamen baik karena trauma langsung atau tidak langsung, maka dilakukan
penjahitan/pliksi ligament. Kadang-kadang ligamen diganti dengan bahan sintesis untuk
menggantikan ligamen yang tidak dapat diperbaiki seperti rupture pada ligamentum krusiatum
lutut.
Operasi Pada Tulang dan Sendi
1. Operasi pada tulang4
a. Amputasi
Merupakan salah satu bentuk osteotomi yang diikuti dengan pemotongan struktur-struktur
yang melekat pada tulang.

Indikasi pelaksanaan amputasi adalah :


Mengancam kelangsungan hidup penderita misalnya pada luka remuk (crush injury), sepsis yang

berat (misalnya ganren), adanya tumor-tumor ganas).


Kematian jaringan baik akibat diabetes mellitus, penyakit vaskular, setelah suatu trauma,

kombusio atau nekrosis akibat dingin.


Anggota gerak tidak berfungsi sama sekali (merupakan gangguan atau benda asing saja),
sensibilitas anggota gerak hilang sama sekali, adanya nyeri hebat, malformasi hebat atau
osteomielitis yang disertai dengan kerusakan hebat.

b. Eksostektomi
Eksostektomi adalah operasi pengeluran tonjolan tulang/tulang rawan misalnya pada osteoma
tulang frontal atau osteikondroma.
c. Osteotomi
Osteotomi merupakan tindakan yang bertujuan mengoreksi deformitas pada tulang, misalnya
osteotomi tibial akibat malunion pada tibia (akibat angulasi atau akibat rotasi) atau pada
kubitus varus sendi siku setelah suatu farktur suprakondiler humeri pada anak. Osteotomi juga
mengurangi rasa nyeri pada osteoarthritis di suatu sendi. Pada osteoartritis akibat genu varus
misalnya, untuk mengurangi nyeri terutama pada kompartemen medial sendi lutut dilakukan
osteotomi setinggi tibia.
d. Osteosintesis
Osteosintesis adalah operasi tulang untuk menyambung dua bagian tulang atau lebih dengan
menggunakan alat-alat fiksasi dalam seperti plate, screw, nail plate, dan wire/K-wire. Teknik
osteosintesis yang terkenal saat ini adalah AO-ASIF (Association for The Study of Internal
Fixation) yang mengadakan kursus secara teratur di Davos, Switzerland. Prinsip dasar metode
ini adalah fiksasi rigid dan mobilisasi dini pada anggota gerak.
Indikasi Pemakaian osteosintesis adalah :
Artrodesis
Untuk stabilisasi tulang misalnya pada kelainan tulang belakang, skoliosis, atau fraktur
Fraktur yang tidak dapat direduksi kecuali dengan tindakan operasi misalnya :
Fraktur yang tidak stabil
Fraktur pada persendian
Fraktur dengan penyembuhan yang sangat lambat
Fraktur pada orang tua atau paraplegi untuk memudahkan perawatan
Fraktur multiple
Fraktur patologis
Fraktur pada nonunion, malunion
e. Bone grafting (tandur alih tulang)
Dikenal tiga sumber jaringan tulang yang dapat dipakai dalam bone graft yaitu :
Autograft, disebut autograft bila sumber tulang berasal dari penderita sendiri (dari krista iliaka,
kosta, femur distal, tibia proksimal, atau fibula). Daerah sumber disebut daerah donor sedangkan
daerah penerima disebut resepien.

Allograft (homograft), disebut allograft bila sumber tulang berasal dari orang lain yang biasnya
disimpan dalam bank tulang, misalnya setelah operasi sendi panggul atau operasi-operasi tulang

besar. Selain itu, allograft juga bisa dari tulang mayat.


Xenograft (heterograft), disebut heterograft bila sumber tulang bukan berasal dari tulang
manusia, tetapi dari spesies yang lain.

Bone graft yang dilakukan dengan dua macam cara yaitu :


Bone graft tanpa vaskularisasi dimana tulang donor diambil tanpa memindahkan pembuluh

darahnya.
Bone graft dengan vaskularisasi dimana tulang donor dipindahkan dengan mengikutsertakan
pembuluh darahnya misalnya dari Krista iliaka, fibula, dan kosta. Dengan majunya teknik bedah
mikro, cara ini sering dilakukan dan merupakan prosedur yang biasa.

Indikasi bone graft :


Fraktur dengan gangguan penyembuhan (malunion/nonunion), baik dengan infeksi maupun tanpa

infeksi atau akibat bawaan misalnya pada pseudoartrosis congenital.


Pada operasi-operasi artrodesis sendi atau operasi tuberculosis tulang belakang dimana jaringan
dan tulang yang nekrotik dibuang sehingga gap yang terjadi diisi dengan graft tulang dari Krista

iliaka atau kosta untuk mempercepat penyembuhan tulang.


Mengisi defek pada tulang akibat trauma, tumor dan infeksi.
Mengisi atau mengganti bagian tulang yang nekrotik oleh karena nekrosis avskuler misalnya

pada daerah kaput femur.


Pada saat ini untuk mengisi defek tulang tersedia substansi tulang buatan yang mempunyai sifat-sifat
seperti tulang dan dapat dipergunakan sebagai pengganti sementara.
f. Sekueterektomi
Sekueterektomi adalah pengeluaran tulang yang mati (sekuester) pada daerah infeksi. Pada
osteomielitis misalnya, dilakukan sekuesterektomi untuk mengeluarkan seluruh jaringan
tulang yang mati serta debris lainnya. Kadangkala diperlukan pembuatan selokan tulang
(guttering) untuk memudahkan pengaliran cairan infeksi atau bagian-bagian nekrosis untuk
mengalir ke luar.
g. Equalisation of leg length
Equalisation of leg length adalah operasi pada tungkai untuk mendapatkan ukuran panjang
tulang tungkai yang serasi. Ketidaksamaan panjang tungkai dapat ditemukan misalnya pada

kelainan bawaan, infeksi misalnya poliomielitis atau kerusakan lempeng epifisis. Ada tiga

metode yang biasa digunakan pada operasi ini, yaitu :


Memanjangkan tungkai yang pendek, dimana teknik yang paling terkenal saat ini adalah

teknik menurut Ilizarov.


Memendekkan tungkai yang panjang.
Menghentikan pertumbuhan lempeng epifisis pada satu sisi.

2. Operasi pada sendi


a. Artrodesis
Artrodesis merupakan suatu operasi penggabungan (fusi) sendi,
Indikasi
Artrodesis dilakukan pada keadaan-keadaan sebagai berikut :
Osteoartritis atau arthritis rheumatoid lanjut yang disertai dengan nyeri hebat.
Dengan kemajuan teknik operasi yang ada saat ini, tindakan artrodesis pada kedua

penyakit ini sudah tidak dilakukan lagi dan dilakukan dengan tindakan artroplasti.
Infeksi sendi dengan kerusakan sendi yang berat baik oleh karena infeksi piogenik

atau tuberculosis.
Ketidakstabilan sendi oleh karena paralisis otot, misalnya pada poliomyelitis.
Untuk mengkoreksi deformitas pada sendi kaki atau tangan.
b. Artroplasti
Artoplasti adalah suatu teknik operasi pada sendi untuk membentuk/memperbaiki pergerakan
sendi. Artroplasti biasanya dilakukan pada sendi lutut, panggul, siku, bahu dan jari-jari
tangan.
Jenis-jenis artroplasti, terdapat dua jenis yaitu :
Artroplasti eksisi (pseudoartrosis Girdlestone)
Artoplasti eksisi adalah keadaan dimana sendi palsu dibentuk dengan cara eksisi kaput
femur dan ruangan sendi diisi dengan massa jaringan lunak (misalnya otot gluteus

medius)
Pemakaian protesis
Ada dua jenis pemakaian protesis, yaitu :
o Half joint replacement arthoplasty
Half joint replacement arthoplasty adalah penggantian salah satu bagian tulang
sendi dengan alat sintetis, seperti pada Austin Moore, Thompson, atau
o

hemioartroplasti pada sendi lutut.


Total replacement arthroplasty
Total replacement arthropasty adalah suatu operasi penggantian kaput dan
permukaan sendi secara total, biasanya dilakukan pada sendi panggul, lutut, atau

siku dan kadangkala pada bahu.


Indikasi Artoplasti :

Adanya osteoarthritis, arthritis rheumatoid, atau kerusakan sendi akibat penyakit lainnya,

yang menimbulkan nyeri hebat.


Kerusakan sendi akibat infeksi sebelumnya baik oleh infeksi banal ataupun akibat

tuberculosis, dengan syarat artoplasti dilakukan bila infeksi telah teratasi.


Untuk mengoreksi atau memperbaiki sendi-sendi kecil misalnya sendi tangan, agar dapat

bergerak.
Pada nonunion atau nekrosis avaskular dari sendi.

c. Artroskopi
Artroskopi disamping digunakan untuk diagnostik kelainan-kelainan sendi, juga dapat
digunakan sebagai terapi, seperti :
Pengeluaran benda asing dalam sendi
Lavase (lavage) atau pembersihan permukaan sendi misalnya pada osteoarthritis
Pengeluaran jaringan-jaringan lain dalam sendi misalnya meniscus, sinovia
Rekontruksi struktur dalam sendi, misalnya penjahitan ligamentum krusiatum yang
rusak
Operasi Pada Saraf
Ada beberapa Teknik operasi pada saraf yaitu
a. Penjahitan saraf
Penjahitan kembali saraf yang putus dapat dilakukan secara primer atau secara sekunder 2-3
minggu setelah kejadian menunggu sampai edema hilang. Terputusnya saraf terutama disebabkan
oleh trauma benda tajam.
b. Pencangkokan saraf
Pencangkokan saraf adalah operasi penggantian saraf yang rusak dengan jaringan saraf tempat
lain. Apabila karena salah satu sebab saraf mengalami pemendekan sehingga tidak dapat
diaproksimasi ujung dengan ujung, maka dilakukan penggantian dengan saraf dari tempat lain
untuk mengisi gap yang ada.
c. Neurolisis
Neurolisis adalah pembebasan saraf dari selaput saraf misalnya pembebasan nervus ulnaris pada
Morbus Hansen.
d. Dekompresi
Dekompresi adalah pembebasan saraf dari tekanan luar misalnya pada sindroma terowongan
tarsal (Tarsal tunnel syndrome).
e. Operasi bedah mikro dan replantasi anggota gerak
Bedah mikro mengalami kemajuan dalam 10 tahun terakhir ini dimana peyambungan saraf
dilakukan dibawah mikroskop operasi. Replantasi anggota gerak merupakan operasi yang

melibatkan tulang serta struktur-struktur yang melekat padanya misalnya pembuluh darah
arteri/vena, saraf, tendo, dan mungkin juga kulit subkutan serta otot.

BAB III
KESIMPULAN

Metode pengobatan pada bidang ortopedi dibagi dalam tiga cara, yaitu tanpa pengobatan,
pengobatan non-operatif (konservatif), dan pengobatan operatif. Metode pengobatan tanpa tindakan
pengobatan cukup hanya memerlukan nasihat-nasihat dari dokter ahli bedah tulang untuk penjelasan rinci
tentang penyakit yang diderita. Pengobatan non-operatif (konservatif) pula mencakupi terapi istirahat,
pemberian alat bantu, pemberian obat-obatan yang sesuai, teknik manipulasi, pemasangan gips,
pemasangan traksi, fisioterapi dan terapi okupasi serta radioterapi. Sedangkan pengobatan operatif yang
bisa dilakukan antaranya adalah pertama; operasi pada kulit, kedua; operasi pada sinovia dan kapsul sendi
seperti artrotomi, kapsulektomi dan kapsulotomi, operasi pada otot, tendo dan ligamen seperti tenotomi,
tenodesis, pemanjangan tendo, transposisi tendo, tenorafi, tendon graft serta tenolisis, operasi pada tulang
dan sendi seperti amputasi, eksostektomi, osteotomi,osteosintesis, bone grafting, sekuesterektomi,
equalization of leg length, artrodesis, artroplasti dan artroskopi, dan ketiga; operasi pada saraf meliputi
penjahitan saraf, pencangkokan saraf, neurolisis, dekompresi serta operasi bedah-mikro dan replantasi
anggota gerak.
Dengan kemajuan dalam teknik-teknik pengobatan bedah ortopedi ini, diharapkan semua
kelainan dalam bidang ortopedi dapat ditangani dengan baik, efisien dan efektif demi menjamin
kelangsungan dan kualitas hidup pasien.

DAFTAR PUSAKA

1. Rasjad C. (2012), Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, 3 rd Edition. PT Yarsif Watampone, Jakarta,
hal. 82 98
2. Pain Management The Orthopaedic Surgeons Perspective. November 2007. OREF & AOA
www.oref.org
3. Orthopaedic Traction: Care And Management Practice Guideline, Sept 2014,14:9099-01:00.
The Sydneys Children Hospital Network. http://www.schn.health.nsw.gov.au
4. Chapman, Michael W. Editors, 2001. Chapmans Orthopaedic Surgery, 3 rd Edition, Fracture
Healing and Closed Treatment of Fractures and Dislocations. Lippicott Williams & Wilkins

Anda mungkin juga menyukai