b. Patofisiologi
- demamtinggi (8,6,5
- batuk (9,7,6
- pilek (10,8,7
- diare (13,9,8
c. keterkaitanantaragejaladengankeluhanutamapasien (penurunankesadaran)
(11,10,9
d. bagaimana perbedaan BAB normal dan tidak normal?(4,11,10
Frekuensi BAB yang dinilai masih dalam batas wajar adalah mulai dari 3 kali
sehari hingga 3 hari sekali. Frekuensi BAB 3 kali atau lebih dalam sehari dinilai
sebagai tidak normal (diare), apabila konsistensinya berupa cairan disertai ampas.
Apabila konsistensi BAB anda masih solid atau lunak, maka hal tersebut dinilai
wajar. Frekuensi normal BAB orang dewasa normal antara 3 kali sehari dan 3 kali
seminggu.
Perbedaan dan variasi frekuensi BAB tersebut terjadi karena perbedaan jenis diet,
asupan cairan, dan kecepatan pergerakan usus masing-masing orang. Semakin
banyak anda mengkonsumsi serat dan minum air putih, maka BAB anda akan
lebih sering dan lebih banyak. Hal ini tentunya baik bagi kesehatan.
Frekuensinya meningkat oleh usia dan menjadi lebih umum pada kelompok usia
di atas 60 tahun. Hal tersebut karena para lansia mengalami pengurangan
kekuatan otot-otot usus dan cenderung mengambil obat-obatan yang berefek
samping sembelit. Karena faktor hormonal, sembelit juga lebih sering pada
perempuan dewasa dibandingkan laki-laki dewasa
http://id.she.yahoo.com/seperti-apa-jadwal-buang-air-besar-yang-sehat.html
3. Dalambeberapabulanterakhirpasienjugaseringgugup, keluarkeringatbanyak,
mudahcemas, sulittidur, danbilamengerjakansesuatuselaluterburu-buru.
a. Etiologi
- Seringgugup(12,13,11
- Keluarkeringatbanyak (1,12,13
- Mudahcemas (2,1,12
- Sulittidur (3,2,1
b. Mekanisme
- Seringgugup (4,3,2
Pada kasus hipertiroidisme, terjadi peningkatan jumlah reseptor katekolamin
sehinga timbul efek simpatomimetik (seolah olah terjadi aktivasi saraf
simpatik yang meningkat). Kecemasan dan sering gugup biasanya terkait
dengan aktivasi saraf simpatis yang berlebihan sehingga jantung berdebar. Hal
ini dapat menimbulkan perasaan cemas dan gugup secara subjektif.
-
Keluarkeringatbanyak (5,4,3
Pada kasus hipertiroidisme, terjadi peningkatan laju metabolisme basal
sehingga produksi panas meningkat. Hal ini mengakibatkan terjadinya
peningkatan suhu tubuh. Tubuh akan berusaha membuang panas yang berlebih
tersebut melalui keringat. Akibatnya, pasien dengan hipertiroidisme akan lebih
mudah berkeringat banyak.
Mudahcemas (6,5,4
Pada kasus hipertiroidisme, terjadi peningkatan jumlah reseptor katekolamin
sehinga timbul efek simpatomimetik (seolah olah terjadi aktivasi saraf
simpatik yang meningkat). Kecemasan dan sering gugup biasanya terkait
dengan aktivasi saraf simpatis yang berlebihan sehingga jantung berdebar. Hal
ini dapat menimbulkan perasaan cemas dan gugup secara subjektif.
Sulittidur (8,6,5
Pada pasien dengan hipertiroidisme, biasanya terdapat keluhan jantung
berdebar, tubuh panas, dan mudah berkeringat. Hal tersebut sering kali
membuat pasien terganggu dan merasa tidak nyaman. Pasien mungkin akan
lebih nyaman bila berada pada ruangan yang dingin. Keluhan keluhan
tersebut tidak dipengaruhi aktivitas dan karenannya akan tetap ada meski
pasien sedang beristirahat. Hal ini kerap membuat pasien sulit untuk tidur di
malam hari.
Paru (5,4,3
paru: bunyi napas normal
Interpretasi : normal
Abdomen (6,5,4
Abdomen : Dinding perut lemas, hati dan limpa tidak teraba
Interpretasi : normal
Bising usus meningkat
Normal : 1 - 2 kali setiap 15 detik
Saat usus berkontraksi (melakukan gerakan peristaltik), bila dilakukan
auskultasi, akan terdengar sebagai bising usus. Hormon tiroid dapat
meningkatkan motilitas usus besar. Peningkatan motilitas usus besar ini
membuat bising usus juga ikut meningkat.
7.
8.
9.
(sumber : http://emedicine.medscape.com/article/120034-differential)
2. WD (5,4,3
Nn. L dengan riwayat hipertiroidisme, mengalami krisis tiroid yang mungkin dipicu oleh
infeksi.
3. Penatalaksanaan (6,5,4
Penatalaksanaan krisis tiroid perlu proses dalam beberapa langkah. Idealnya, terapiyang
diberikan harus menghambat sintesis, sekresi, dan aksi perifer hormon tiroid.
-
LI
1. Fisiologi glandula tiroid (4,2,,7
FISIOLOGI KELENJAR THYROID
Biosintesis Hormon Thyroid
Iodium adalah adalah bahan dasar yang sangat penting dalam biosintesis hormon
thyroid. Iodium yang dikonsumsi diubah menjadi iodida kemudian diabsorbsi. Kelenjar
thyroid mengkonsentrasikan iodida dengan mentransport aktif iodida dari sirkulasi ke
dalam koloid. Mekanisme transport tersebut dikenal dengan iodide trapping
mechanism. Na+ dan I- ditransport dengan mekanisme cotransport ke dalam sel thyroid,
kemudian
Na+
dipompa
ke
interstisial
oleh
Na+-K+ATPase.1
Di dalam kelenjar thyroid, iodida mengalami oksidasi menjadi iodium. Iodium kemudian
berikatan dengan molekul tirosin yang melekat ke tiroglobulin. Tiroglobulin adalah
molekul glikoprotein yang disintesis oleh retikulum endoplasma dan kompleks Golgi selsel thyroid. Setiap molekul tiroglobulin mengandung 140 asam amino tirosin.
Enzim yang berperan dalam oksidasi dan pengikatan iodida adalah thyroid
peroksidase. Senyawa yang terbentuk adalah monoiodotirosin (MIT) dan diodotirosin
(DIT). Dua molekul DIT kemudian mengalami suatu kondensasi oksidatif membentuk
tetraiodotironin (T4). Triiodotironin (T3) mungkin terbentuk melalui kondensasi MIT
dengan DIT. Sejumlah kecil reverse triiodotironin (rT3) juga terbentuk, mungkin melalui
kondensasi DIT dengan MIT. Dalam thyroid manusia normal, distribusi rata-rata senyawa
beriodium adalah 23 % MIT, 33 % DIT, 35 % T4 dan 7 % T3. RT3 dan komponen lain
terdapat hanya dalam jumlah yang sangat sedikit.
Sekresi Hormon Thyroid
Sel-sel thyroid mengambil koloid melalui proses endositosis. Di dalam sel,
globulus koloid menyatu dengan lisosom. Ikatan peptida antara residu beriodium dengan
tiroglobulin terputus oleh protease di dalam lisosom, dan T4, T3, DIT serta MIT
dibebaskan ke dalam sitoplasma. T4 dan T3 bebas kemudian melewati membran sel dan
dilepaskan ke dalam sirkulasi.
MIT dan DIT tidak disekresikan ke dalam darah karena iodiumnya sudah
dibebasakan sebagai akibat dari kerja intraselular iodotirosin dehalogenase. Hasil dari
reaksi enzimatik ini adalah iodium dan tirosin. Iodium digunakan kembali oleh kelenjar
dan secara normal menyediakan iodium dua kali lipat dibandingkan dengan yang
dihasilkan oleh pompa iodium.
Transport dan Metabolisme Hormon Thyroid
Hormon thyroid yang bersirkulasi dalam plasma terikat pada protein plasma,
yaitu: globulin pengikat tiroksin (thyroxine-binding globulin, TBG), prealbumin pengikat
tiroksin (thyroxine-binding prealbumin, TBPA) dan albumin pengikat tiroksin (thyroxinebinding albumin, TBA). Kebanyakan hormon dalam sirkulasi terikat pada protein-protein
tersebut dan hanya sebagian kecil saja (kurang dari 0,05 %) berada dalam bentukbebas.
Hormon yang terikat dan yang bebas berada dalam keseimbangan yang reversibel.
Hormon yang bebas merupakan fraksi yang aktif secara metabolik, sedangkan fraksi yang
lebih banyak dan terikat pada protein tidak dapat mencapai jaringan sasaran.
Dari ketiga protein pengikat tiroksin, TBG merupakan protein pengikat yang paling
spesifik. Selain itu, tiroksin mempunyai afinitas yang lebih besar terhadap protein
pengikat ini dibandingkan dengan triiodotironin. Akibatnya triiodotironin lebih mudah
berpindah ke jaringan sasaran. Faktor ini yang merupakan alasan mengapa aktifitas
metabolik triiodotironin lebih besar.
Perubahan konsentrasi TBG dapat menyebabkan perubahan kadar tiroksin total
dalam sirkulasi. Peningkatan TBG, seperti pada kehamilan, pemakaian pil kontrasepsi,
hepatitis, sirosis primer kandung empedu dan karsinoma hepatoselular dapat
mengakibatkan peningkatan kadar tiroksin yang terikat pada protein. Sebaliknya,
penurunan TBG, misalnya pada sindrom nefrotik, pemberian glukokortikoid dosis tinggi,
androgen dan steroid anabolik dapat menyebabkan penurunan kadar tiroksin yang terikat
pada protein.
Hormon-hormon thyroid diubah secara kimia sebelum diekskresi. Perubahan yang
penting adalah deiodinasi yang bertanggung jawab atas ekskresi 70 % hormon yang
disekresi. 30 % lainnya hilang dalam feses melalui ekskresi empedu sebagai glukuronida
atau persenyawaan sulfat. Akibat deiodinasi, 80 % T4 dapat diubah menjadi 3,5,3triiodotironin, sedangkan 20 % sisanya diubah menjadi reverse 3,3,5-triiodotironin
(rT3) yang merupakan hormon metabolik yang tidak aktif.
Mekanisme Kerja Hormon Thyroid
Mekanisme kerja hormon thyroid ada yang bersifat genomik melalui pengaturan
ekspresi gen, dan non genomik melalui efek langsung pada sitosol sel, membran dan
mitokondria.
Mekanisme kerja yang bersifat genomik dapat dijelaskan sebagai berikut, hormon
thyroid yang tidak terikat melewati membran sel, kemudian masuk ke dalam inti sel dan
berikatan dengan reseptor thyroid (TR). T3 dan T4 masing-masing berikatan dengan
reseptor tersebut, tetapi ikatannya tidak sama erat. T3 terikat lebih erat daripada T4.
Kompleks hormon-reseptor kemudian berikatan dengan DNA melalui jari-jari zinc dan
meningkatkan atau pada beberapa keadaan menurunkan ekspresi berbagai gen yang
mengkode enzim yang mengatur fungsi sel.
Ada dua gen TR manusia, yaitu gen reseptor pada kromosom 17 dan gen
reseptor pada kromosom 3. Dengan ikatan alternatif, setiap gen membentuk paling
tidak dua mRNA yang berbeda, sehingga akan terbentuk dua protein reseptor yang
berbeda. TR2 hanya ditemukan di otak, sedangkan TR1, TR2 dan TR1 tersebar
secara luas. TR2 berbeda dari ketiga reseptor yang lain, yaitu tidak mengikat T3 dan
fungsinya belum diketahui. Reseptor thyroid (TR) berikatan dengan DNA sebagai
monomer, homodimer dan heterodimer bersama dengan reseptor inti yang lain.
Dalam hampir semua kerjanya, T3 bekerja lebih cepat dan 3-5 kali lebih kuat
daripada T4. Hal ini disebabkan karena ikatan T3 dengan protein plasma kurang erat,
tetapi terikat lebih erat pada reseptor hormon thyroid.
Efek Hormon Thyroid
Secara umum efek hormon thyroid adalah meningkatkan aktifitas metabolisme
pada hampir semua jaringan dan organ tubuh, karena perangsangan konsumsi oksigen
semua sel-sel tubuh. Kecepatan tumbuh pada anak-anak meningkat, aktifitas beberapa
kelenjar endokrin terangsang dan aktifitas mental lebih cepat.3
Efek Kalorigenik Hormon thyroid
T4 dan T3 meningkatkatkan konsumsi O2 hampir pada semua jaringan yang
metabolismenya aktif, kecuali pada jaringan otak orang dewasa, testis, uterus, kelenjar
limfe, limpa dan hipofisis anterior.
Beberapa efek kalorigenik hormon thyroid disebabkan oleh metabolisme asam
lemak yang dimobilisasi oleh hormon ini. Di samping itu hormon thyroid meningkatkan
aktivitas Na+-K+ATPase yang terikat pada membran di banyak jaringan.
Bila pada orang dewasa taraf metabolisme ditingkatkan oleh T4 dan T3, maka
akan terjadi peningkatan ekskresi nitrogen. Bila masukan makanan tidak ditingkatkan
pada kondisi tersebut, maka protein endogen dan simpanan lemak akan diuraikan yang
berakibat pada penurunan berat badan.
Efek Hormon Thyroid pada Sistem Saraf
Hormon thyroid memiliki efek yang kuat pada perkembangan otak. Bagian SSP
yang paling dipengaruhi adalah korteks serebri dan ganglia basalis. Di samping itu,
kokhlea juga dipengaruhi. Akibatnya, defisiensi hormon thyroid yang terjadi selama masa
perkembangan akan menyebabkan retardasi mental, kekakuan motorik dan ketulian.
Hormon thyroid juga menimbulkan efek pada refleks. Waktu reaksi refleks regang
menjadi lebih singkat pada hipertiroidisme dan memanjang pada hipotiroidisme.
Pada hipertiroidisme, terjadi tremor halus pada otot. Tremor tersebut mungkin disebabkan
karena peningkatan aktivitas pada daerah-daerah medula spinalis yang mengatur tonus
otot.
Efek Hormon Thyroid pada Jantung
Hormon thyroid memberikan efek multipel pada jantung. Sebagian disebabkan
karena kerja langsung T3 pada miosit, dan sebagian melalui interaksi dengan katekolamin
dan sistem saraf simpatis.
Hormon thyroid meningkatkan jumlah dan afinitas reseptor -adrenergik pada
jantung, sehingga meningkatkan kepekaannya terhadap efek inotropik dan kronotropik
katekolamin.
Hormon-hormon ini juga mempengaruhi jenis miosin yang ditemukan pada otot
jantung. Pada pengobatan dengan hormon thyroid, terjadi peningkatan kadar myosin
heavy chain- (MHC-), sehingga meningkatkan kecepatan kontraksi otot jantung.
Efek Hormon Thyroid pada Otot Rangka
Pada sebagian besar penderita hipertiroidisme terjadi kelemahan otot (miopati
tirotoksisitas). Kelemahan otot mungkin disebabkan oleh peningkatan katabolisme
protein. Hormon thyroid mempengaruhi ekspresi gen-gen myosin heavy chain (MHC)
baik di otot rangka maupun otot jantung. Namun , efek yang ditimbulkan bersifat
kompleks dan kaitannya dengan miopati masih belum jelas.
Efek Hormon Thyroid dalam Sintesis Protein
adalah
penurunan
produksi
hormon
thyroid.
Hal
ini