Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr NADENGAN

RISIKO PERILAKU KEKERASAN DI BANGSAL


SADEWA RSJ GRHASIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Jiwa II

Disusun oleh:
Riski Oktafian

P07120112075

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2014

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. NADENGAN RISIKO PERILAKU


KEKERASAN DI BANGSAL SADEWA
RS GRHASIA

telah disahkan pada,


Hari, tanggal

Waktu

Tempat

Mengetahui,

Pembimbing Lapangan

Pembimbing Pendidikan,

BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Masalah Utama
Perilaku kekerasan
B. Pengertian
Perilaku kekerasan

adalah suatu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap


diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart &
Sunden, 1995).
Perilaku kekerasan

adalah

suatu

keadaan

dimana

seseorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik terhadap diri


sendiri maupun orang lain (Towsend, 1998).
Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stresor yang dihadapi
oleh seseorang, yang ditunjukka dengan perilaku aktual melakukan
kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, secara
verbal maupun nonverbal, bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik
maupun psikologis (Berkowitz, 2000).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Depkes, RI, 2000).
Suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat
membahayaka klien sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan barangbarang (Maramis, 2004).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri
sendiri maupun orang lain. Sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk di
mana seseorang marah berespon terhadap suatu stresor dengan gerakan
motorik yang tidak terkontrol. Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu
akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panik). Perilaku agresif dan
perilaku kekerasan itu sendiri sering dipandang sebagai suatu rentang, di
mana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi
yang lain (Yosep, 2010).
C. Etiologi Perilaku kekerasan
Menurut Keliat (2004) penyebab perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
1. Faktor Predisposisi

Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang mungkin menjadi factor


predisposisi yang mungkin / tidak mungkin terjadi jika factor berikut
dialami oleh individu :
a. Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat

timbu

agresif

atau

amuk.

Masa

kanak-kanak

tidak

menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiyaya atau sanksi


penganiayaan.
b. Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek
ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Social budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
control social yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan ada
menciptakan

seolah-olah

perilaku

kekerasan

dapat

diterima

(permissive).
d. Bioneurologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan system limbic, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidakseibangan neurotransmitter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan.
2. Faktor Presipitasi
a. Bersumber dari klien
1) Kelemahan fisik
2) Keputusasaan
3) Ketidak berdayaan
4) Percaya diri kurang
b. Bersumber dari lingkungan
1) Kritikan yang mengarah penghinaan
2) Kehilangan orang yang dicintai / pekerjaan
3) Rebut
4) Padat
5) Kekerasa
6) Interaksi dengan orang lain
7) Provokatif
8) Konflik
D. Akibat dari Perilaku kekerasan
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan risiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Risiko mencederai merupakan
suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang
lain dan lingkungan.

E. Tanda dan Gejala :


Menurut Keliat (1999), gejala klinis perilaku kekerasan di antarany
adalah sebagai berikut.
1. Fisik
a. Mata melotot/pandangan tajam
b. Tangan mengepal
c. Rahang mengatup
d. Wajah memerah
e. Postur tubuh kaku
2. Verbal
a. Mengancam
b. Mengunpat dengan kata-kata kotor
c. Suara keras
d. Bicara kasar, ketus
3. Perilaku
a. Menyerang orang
b. Melukai diri sendiri/orang lain
c. Merusak lingkungan
d. Amuk/agresif

F. Rentang Respon Marah


Adaptif
Asertif

Maladaptif

Frustasi

Pasif

Agresif

Amuk/PK

Asertif
Klien

Frustasi
Pasif
Klien gagal Klien

Agresif
Klien

Amuk/PK
Perasaan

mampu

mencapai

merasa tidak

mengekspr

marah dan

mengungka

tujuan

dapat

e-sikan

bermusuha

p-kan marah

kepuasan/sa

mengungka

secara fisik,

n yang kuat

tanpa

at marah dan

p-kan

tapi

dan hilang

menyalahka

tidak

perasaanny

terkontrol,

kontrol,

n orang lain

menemukan

a,

mendorong

disertai

dan

alternatif.

berdaya dan

orang

amuk,

dapat

tidak

masih

lain

memberikan

menyerah.

kelegaan.

dengan

merusak

ancaman.

lingkungan.

G. Pohon Masalah
Dalam Keliat (1999)
Risiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan

akibat

core problem
Perilakukekerasan
Penatalaksanaan regimen

penyebab

terapeutik tidak efektif


H. Penatalaksanaan medis
1. Terapi Somatik
Menurut (Depkes RI, 2000) menerangkan bahwa terapi Somatik adalah
terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan
mengubah perilaku yang maladaptife menjadi perilaku adaktif dengan
melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien, tetapi target
terapi adalah perilaku klien .
2. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik adalah bentuk terapi kepada klien dengan
menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus listrik melalui
elektroda yang ditempatkan pada pelipis klien. Terapi ini ada awalnya
untuk menangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya
dilaksanakan adalah tiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali).
I.

Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Seorang perawat harus berjaga-jaga terhadap adanya peningkatan
agitasi pada klien, hirarki perilaku agresif dan kekerasan. Di samping itu,
perawat harus mengkaji pula afek klien yang berhubungan dengan
perilaku agresif. Kelengkapan pengkajian dapat membantu perawat:
a. Membangun hubungan yang terapeutik dengan klien.
b. Mengkaji perilaku klien yang berpotensi kekerasan.
c. Mengembangkan suatu perencanaan.
d. Mengimplementasikan perencanaan.
e. Mencegah perilaku agresif dan kekerasan dengan terapi milleu
(Yosep, 2010).

Beberapa data yang perlu dikaji dalam kasus pasien dengan


perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
a. Biodata, berisi identitas klien meliputi nama, umur, alamat, agama dan
sebagainya.
b. Riwayat Kesehatan
1) Data Subjektif :
a) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b) Klien suka membentak dan menyerang orang

yang

mengusiknya jika sedang kesal atau marah.


c) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. Klien
mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apaapa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan
malu terhadap diri sendiri.
2) Data Objektif :
a) Mata merah, wajah agak merah.
b) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
c) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d) Merusak dan melempar barang barang.
e) Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri
hidup.
c. Pengkajian mekanisme koping
Pengkajian mekanisme koping klien dapat membantu klien untuk
mengembangkan

mekanisme

koping

yang

konstruktif

dalam

mengekspresikan marahnya.
2. Masalah yang mungkin muncul
a. Risiko Perilaku Kekerasan
b. Perilaku kekerasan
c. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
d. Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
e. Perubahan sensori: persepsi halusinasi.
f. Isolasi Sosial
g. Berduka Disfungsional
h. Inefektif proses terapi
i. Koping keluarga inefektif.
3.

Data yang perlu dikaji


a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1) Data Subyektif :
a)
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b)
Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika

sedang kesal atau marah.

c)

Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa

lainnya.
2) Data Objektif :
a) Mata merah, wajah agak merah.
b) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak,
menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
c) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d) Merusak dan melempar barang-barang.
b. Perilaku kekerasan / amuk
1). Data Subyektif :
a) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b) Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
c) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2). Data Obyektif
a) Mata merah, wajah agak merah.
b) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
c) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d) Merusak dan melempar barang-barang.
c. Gangguan harga diri : harga diri rendah
1) Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apaapa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan
malu terhadap diri sendiri.
2) Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
4. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan perilaku kekerasan/amuk.
b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri:
harga diri rendah.

RUANGAN RAWAT

Bangsal Sadewa RS Grhasia

TANGGAL DIRAWAT

Sabtu, 30 Agustus 2014

I.

II.

IDENTITAS KLIEN
Nama

: Sdr. NA

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Tanggal Pengkajian

: Selasa, 09 September 2014

Umur

: 20 tahun

Pendidikan terakhir

: SLTP

Informan

: Klien, RM, petugas dan pemeriksaan fisik.

ALASAN MASUK
Berdasarkan RMklien, sebelum masuk RSG terjadi peningkatan gejala
seperti, mengamuk, merusak lingkungan,istirahat malam kurang, perawatan
diri kurang, mandi tidak teratur dan klien datang ke RSG dengan posisi
terborgol, kemudian dilepas di Isolasi.
Pada awal pengkajian, klien mengatakan bahwa klien datang ke RSJ
Grhasia dibawa orang tuanya karena tidak mau minum obat saja dan posisi
tangan terborgol karena dilaporkan ke polisi oleh orang tuanya.

III.

FAKTOR PREDISPOSISI
1.

Riwayat gangguan jiwa


Klien mengatakan pernah dirawat di RSG 2x sebelumnya.

2.

Riwayat pengobatan
Klien mengatakan sering kontrol ketika obatnya habis, tetapi setelah
rutin minum obat klien tidak merasakan perubahan dan satu bulan yang
lalu klien tidak mau minum obat lagi karena sudah bosan.

3.

Riwayat Penganiayaan dan tindakan kriminal


Berdasarkan buku stastus klien, sebelum masuk RSG klien sering
memukuli ibunya.

4.

Riwayat Keluarga
Klien mengatakan tidak memiliki keluarga dengan riwayat gangguan
jiwa.

5.

Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Klien mengatakantidak ada pengalaman yang tidak menyenangkan.

IV.

FISIK
1.

Tindakan vital

2.

Ukur TB : - BB : -

3.

Keluhan fisik

TD : 110/70 mmHg

Klien mengatakansecara fisik dirinya baik-baik saja, klien mengeluh


luka pada kedua lutut kakinya akibat digarak polisi.
V.

PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan:
= perempuan
= laki-laki
= klien
= garis pernikahan
= garis keturunan
= keluarga yang tinggal serumah
2. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien

mengatakankeluarganya

tidak

ada

yang

memiliki

gangguan jiwa.
3. Konsep diri
a.

Gambaran diri

:Klien

mengatakannamanya adalah NA. Bagian


tubuh yang disukai klien adalah tangan.

riwayat

b.

Identitas

:Klien

mengatakan

dirinya sebagai seorang lakilaki, berpakaian seperti laki-laki.


c.

Peran

Klien

berperan

sebagai

anak. Di rumah sering


membantu orang tuanya seperti mencuci baju,
nyapu dan ngepel.
d.

Ideal diri

: Klien berharap dapat

cepat pulang dari RSG.


e.

Harga diri

: Klien mengatakan Ibu dan

bapaknya selalu peduli


akan keadaannya.
4. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang paling berarti dalam hidup klien
adalah orang tuanya.
b. Peran serta dalam masyarakat
Klien mengatakan sebagai warga di desanya sering mengikuti
kegiatan di desanya seperti kerja bakti dan ronda.
c. Hambatan dalam hubungan sosial
Klien mengatakan tidak memiliki hambatan dalam berhubungan
sosial dengan orang lain.
5. Spiritual
a.

Nilai dan keyakinan


Klien mengatakan dirinya beragama Islam.

b.

Kegiatan ibadah
Klien mengatakan saat ini klien jarang sholat lima waktu dan sholat
sunnah. Klien sholat hanya sholat jumat saja dan kadang sholat
magrib kalau lagi mau.

VI.

STATUS MENTAL
1.

Penampilan
Klien terlihattidak rapi.

2.

Pembicaraan

Klien dapat berbicara dengan jelas dan dapat menjawab pertanyaan dari
pengkaji dengan tepat. Dari hasil observasi, klien dapat berbicara
dengan baik dengan teman-temannya.
3.

Aktivitas Motorik
Klien terlihat gelisah, sering mondar-mandir tanpa tujuan.

4.

Alam perasaan
Klien mengatakansaat ini perasaannya baik-baik saja.

5.

Afek
Dari hasil observasi, afek klien adalah tumpul. Klien tertawa bila ada
yang melucu dan saat keadaan serius klien juga menampilkan ekspresi
serius.

6.

Interaksi selama wawancara


Selama pembicaraan klien kooperatif dan dapat menjawab sesuai
pertanyaan pengkaji.

7.

Persepsi
Klien mengatakanselama ini tidak pernah mendengar bisikan dan tidak
pernah melihat bayangan.

8.

Proses Pikir
Klien tidak mengalami gangguan proses pikir.

9.

Isi piker
Klien tidak mengalami gangguan isi pikir.

10.

Tingkat kesadaran
Kesadaran klien baik, composmentis. Ketika ditanya tentang waktu,
tempat dan hari, klien dapat menjawab dengan benar yaitu hari Selasa
pukul 12.00 di RS Grhasia.

11.

Memori
Klien tidak memiliki masalah dengan memorinya.

12.

Tingkat konsentrasi dan berhitung


Selama wawancara, klien berkonsentrasi dan tidak mudah terdistraksi
oleh keadaan di sekitar klien. Kemampuan berhitung baik.

13.

Kemampuan penilaian
Kemampuan penilaian klien baik.

14.

Daya tilik diri


Daya tilik diri klien baik. Klien menyadari bahwa dirinya sakit.

VII.

KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Klien makan 3x sehari sesuai dengan jadwal yang ditentukan bangsal.
Klien dapat makan secara mandiri. Klien menghabis satu porsi setiap
kali makan, dengan lauk dan sayur yang bermacam-macam sesuai
menu RSG.
2. B.A.B/B.A.K
Klien b.a.b/b.a.k secara mandiri di WC.
3. Mandi
Klien mandi 2x sehari secara mandiri.
4. Berpakaian/berhias
Klien dapat berpakaian secara mandiri. Dalam satu hari, klien berganti
pakaian dua kali habis mandi atau bila pakaian sudah kotor/basah.
5. Istirahat/Tidur
Klien mengatakan dirinya tidur malam mulai pukul 20.00 atau lebih dan
bangun pukul 05.00 atau. Klien terkadang tidur siang selama 2 jam.
6. Penggunaan obat
Selama dirawat, klien minum obat secara teratur. Selama di rumah, klien
mengatakan minum obatkadang agak malas karena merasa tidak ada
perubahan dan sudah bosan.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengatakan, ketika sakit berobat ke rumah sakit dan biasanya
klien kontrol rutin ke RSG bila obatnya habis atau bila sudah waktunya
kontrol.
8. Kegiatan di rumah
Klien mengatakan kegiatan klien saat di rumah adalah membantu
orangtua seperti mencuci baju, nyapu dan ngepel.
9. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan kegiatan di luar rumah adalah nongkrong bersama
teman-temannya.

VIII.

MEKANISME KOPING

IX.

MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


X.

PENGETAHUAN KURANG TENTANG


Penyakit jiwa
Faktor presiptasi
Koping

Sistem pendukung
Penyakit fisik
Obat-obatan

lainnya

Analisis Data
Data

Masalah
Risiko perilaku kekerasan

DS :

Klien mengatakan datang ke RSG


dengan posisi tangan terborgol
karena dilaporkan ke polisi oleh
orang tuanya.

DO :

Berdasarkan RM klien dibawa ke


RSG oleh orangtuanya karena
sebelum

masuk

rumah

sakit

terjadi peningkatan gejala seperti,


mengamuk, merusak lingkungan,
sering memukul ibunya.

Muka pasien terlihat tegang ketika


dikaji

DS :

Penatalaksanaan regimen terapeutik


Klienmengatakan bahwa klien
datang ke RSJ Grhasia dibawa
orang tuanya karena tidak mau
minum obat saja.

Klien mengatakan sering kontrol


ketika obatnya habis, tetapi
setelah rutin minum obat klien
tidak merasakan perubahan dan
satu bulan yang lalu klien tidak
mau minum obat lagi karena
sudah bosan

tidak efektif

DO :
XI.

ASPEK MEDIK
1. Diagnosis Multiaksial
Axis I

: F.20.0& F.71

Axis II

: Cenderung skizoid

Axis III

:-

Axis IV

: Tidak ada informasi

Axiz V

: Sedang

2. Terapi Medik
Tanggal 30 Agustus 2014 :
a. Persidal 2 mg 1 0 1
Indikasi : Skizofrenia akut & kronik & kondisi psikotik yg lain yg dg
&/ tanpa disertai gejala. Juga mengurangi afek yg berhubungan dg
skizofrenia
Kontra Indikasi : Efek Samping : Insomnia, agitasi, ansietas, sakit kepala,
somnolen, lesu. Kadang, hipotensi ortostatik, refleks takikardi atau
hipertensi, tanda ekstrapiramidal, bertambah berat.
Perhatian :Peny KV, dosis ditingkatkan scr berangsur sesuai
anjuran, dosis dikurangi jika tjd hipotensi. Insufisiensi hati & ginjal.
Orang tua. Parkinson. EpilepsiMengendarai/menjalankan mesin.
Hamil, laktasi
Dosis :Dosis optimal 2-4 mg 2 x/hr. Orang tua atau peny hati/ginjal
Awal 0.5 mg 2 x/hr, ditingkatkan 1-2 mg 2 x/hr
Interaksi :Obat yg bekerja scr sentral, levodopa & agonis dopamin
yg lain
Kemasan :Tab 2mg x 20

b. Trihexyphenidyl2 mg --
Sediaan:Tablet 2 mg
Cara Kerja Obat : Triheksifenidil adalah antikolinergik yang
mempunyai efek sentral lebih kuat daripada perifer, sehingga
banyak digunakan untuk terapi penyakit parkinson. Senyawa ini

bekerja dengan menghambat pelepasan asetil kolin endogen dan


eksogen. Efek sentral terhadap susunan saraf pusat akan
merangsang pada dosis rendah dan mendepresi pada dosis toksik.
Indikasi :
-

Parkinson
Ggn ekstrapiramidal yg disebabkan obat SSP

Kontraindikasi : Hipersensitifas terhadap triheksifenidil atau


komponen lain dalam sediaan, glaukoma sudut tertutup, obstrusksi
duodenal atau pyloric, peptik ulcer, obstruksi saluran urin, achalasia;
myastenia gravis.
Dosis:
-

Parkinson idiopatik: Dosis awal 1 mg (hari pertama), kemudian


ditingkatkan menjadi 2 mg, 2-3 x sehari selama 3-5 hari atau

sampai tercapai dosis terapi;


Pasca ensefalitis: 12-15 mg/hari;
Parkinson karena obat (gangguan ekstrapiramidal): Dosis

harian total 5-15mg/hr, pada awal terapi dianjurkan 1 mg/dosis


Pasien > 65 thn perlu dosis lebih kecil.

Peringatan dan Perhatian :Penyakit jantung, hati & ginjal,


hipertensi, glaukoma, pria dewasa dengan kemungkinan hipetrofi
prostat.
Efek Samping:Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, cemas,
konstipasi, retensi urin, takikardi, dilatasi pupil, TIO meningkat, sakit
kepala.

c. Clozapin 25 mg 0 0 1
Indikasi :Pengobatan penderita resisten skizofernia (non responsif
atau intoleransi terhadap neuroleptik klasik).
Kontra

Indikasi

:Hipersensitif,

penderita

dengan

riwayat

agranulositosis, kerusakan sumsum tulang belakang, epilepsi tak


terkontrol, psikosis alkoholik, intoksikasi obat, kematosis, depresi
SSP, bagal hepatik, renal dan jantung berat.

Efek Samping :Granulositopenia dan agranulositosis, leukositosis,


eosinifilia, fatigue, pusing, sedasi, mulut kering, penglihatan
memudar,

gangguan

pengaturan

keringat

dan

temperatur,

hipersalivasi, takikardia, hipotensi postural, hipertensi, depresi


saluran nafas, mual, muntah, konstipasi, inkontinens urin dan
retensi urin.
Perhatian :Pemberian harus dibatasi pada penderrita scizofernia
yang

resisten

terhadap

neuroplastik

klasik.

Hati-hati

pada

pengemudi kendaraan dan operator mesin. Riwayat kejang; adanya


ggn KV, ginjal atau hati; Pembesaran prostat, glaukoma sudut
semoit. Laktasi dan Hamil, Lansia dan Anak.
Dosis :12.5 mg 1-2 x/hr (hr-1), diikuti dengan peningkatan bertahap
sebesar 25-50 mg/hr s/d 300-450 mg/hr, diberikan dalam dosis
terbagi. Maks: 600 mg/hr, bahkan s/d 900 mg/hr. Berikan dengan
atau tanpa makanan.
Interaksi

Alkohol,

MAOI,

obat

penekan

SSP,

narkotika,

antihistamin, benzodiazepin, antikolinergik, antihipertensi, adrenalin,


obat dengan efek depresi pernafasan, warfarin, simetidin, fenitoin,
karbamazepin, fioksitin, fluvoksamin, litium.
Kemasan :Tablet 25 mg x 50.
3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Kategori
KIMIA DARAH

HEMATOLOGI

Nama Pemeriksaan
Faal Hati
Faal Hati
Faal Ginjal
Faal Ginjal
Faal Ginjal
Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan Penyaring
Hitung Jenis Leukosit
Hitung Jenis Leukosit
Hitung Jenis Leukosit
Hitung Jenis Leukosit
Hitung Jenis Leukosit

Item
Pemeriksaan
SGOT
SGPT
Ureum
Asam Urat
Kreatinin
Hemoglobin
Leukosit
KED
Eosinofil
Basofil
Netrofil Batang
Netrofil Segmen
Limfosit

Batas Normal
< 37 IU / L
< 42 IU / L
10-50 mg/dl
3,4-7,0 mg/dl
0,6-1,1 mg/dl
14-18 gr/dl
5-11 ribu/mmk
0-15 mm/jam
1-4 %
0-1 %
2-5 %
36-66 %
22-40 %

Hasil
14
10
32,0
5,9
1,30
15,9
7,5
6
3
0
0
70
24

XII.

Hitung Jenis Leukosit

Monosit

Pemeriksaan Tambahan

Eritrosit

Pemeriksaan Tambahan

Hematokrit

Pemeriksaan Tambahan

Trombosit

4-6 %
4,5-5,5
juta/mmk
40-50 %
150-450
ribu/mm

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


Risiko perilaku kekerasan
Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif

XIII.

DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN


A. Risiko perilaku kekerasan ditandai dengan :
DS :
-

Klien mengatakan datang ke RSG dengan posisi tangan terborgol


karena dilaporkan ke polisi oleh orang tuanya.

DO :
-

Berdasarkan RM klien dibawa ke RSG oleh orangtuanya karena


sebelum masuk rumah sakit terjadi peningkatan gejala seperti,
mengamuk, merusak lingkungan, sering memukul ibunya.

Muka pasien terlihat tegang ketika dikaji

B. Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif ditandai dengan :


DS :
-

Klienmengatakan bahwa klien datang ke RSJ Grhasia dibawa orang


tuanya karena lupa minum obat saja.

Klien mengatakan sering kontrol ketika obatnya habis, tetapi setelah


rutin minum obat klien tidak merasakan perubahan dan satu bulan
yang lalu klien tidak mau minum obat lagi karena sudah bosan.

6
5,77
46,4
263

RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

No

Nama Klien

: Sdr. NA

Usia

: 20 tahun

Hari/tanggal

: Selasa, 09 September 2014

Diagnosis

Tujuan

Tempat

: Bangsal Sadewa RSJ Grhasia

Pukul

: 12.15 WIB

Kriteria evaluasi

Intervensi

Rasional

Setelah 1x pertemuan klien

Bina hubungan saling percaya

Membina hubungan

menunjukkan

dengan cara:

saling percaya, dasar

keperawatan
1

Resiko perilaku
kekerasan

TUM:
Klien
mengontrol

dapat
perilaku

kekerasan
TUK:
1. Klien

dapat

membina hubungan
saling percaya

tanda-tanda

percaya kepada perawat, a. Beri salam setiap berinteraksi


dengan kriteria:

1. Wajah cerah, tersenyum


2. Mau berkenalan
3. Ada kontak mata

b. Perkenalkan nama perawat


dan tujuan interaksi

c. Tunjukkan sikap empati, jujur


dan menepati janji setiap
interaksi

hubungan terapeutik

4. Bersedia

menceritakan d. Tanyakan

perasaannya

masalah

yang

dihadapi klien

e. Buat kontrak yang jelas


f. Dengarkan dengan penuh
2. Klien

dapat

perasaan ungkapan klien


Setelah 2x pertemuan klien 1. Beri kesempatan untuk

1. Memberi kesempatan

mengidentifikasikan

tindakan, penyebab, tanda

mengungkapkan

mengungkapkan

tindakan,

dan

perasaannya

perasaannya

penyebab,

gejala,

tanda prilaku

dan gejala, akibat

teridentifikasi

dari

kriteria:

kekerasan

akibat

prilaku
yang

sering dilakukan

kekerasan

dapat
perilaku

kekerasan yang sering

yang

2. Bantu klien untuk


mengungkapkan penyebab
perasaan jengkel atau kesal

dilakukannya.
dapat 3. Anjurkan klien untuk
mengungkapkan prilaku
menyebutkan penyebab
kekerasan yang biasa
perilaku kekerasan

2. Klien

3. Klien
menyebutkan

dapat
akibat

4. Klien

dilakukan (verbal, pada


orang lain, pada lingkungan
dan pada diri sendiri).

perilaku kekerasan
dapat

menyebutkan tanda dan

dapat

mengetahui masalah

dengan

1. Klien
menyebutkan

dari

4. Bicarakan akibat atau


kerugian dari cara yang

dialami

oleh

klien.
2. Mengungkapkan
penyebab
jengkel

perasaan

meringankan

beban pikiran
3. Memberikan
kesempatan

untuk

mengungkapkannya
dapat

meringankan

beban yang dialami


oleh klien.
4. dapat

diketahui

bahwa tindakan yang


dilakukan
merugikan

telah
dirinya

gejala

perilaku

dilakukan klien.

sendiri
5. pemantauan tindakan

kekerasan
5. Observasi tanda dan prilaku
kekerasan pada klien dan

yang dilakukan oleh


klien

simpulkan tanda dan gejala


perilaku kekerasan klien.
3. Klien

dapat

Setelah 3x pertemuan klien

mendemonstrasika

mampu mencegah prilaku

kekerasan dengan kriteria:

cara mencegah

perilaku kekerasan

1. Diskusikan

kegiatan

fisik 1. Mendiskusikan

yang biasa dilakukan klien.

dilakukan

yang baik dilakukan.

mendemonstrasikan
perilaku kekerasan

2. Klien mampu
mendemonstrasikan

dapat

memotivasi kegiatan

1. Klien mampu
cara fisik mencegah

kegiatan yang biasa

2. Beri pujian atas kegiatan


fisik yang biasa dilakukan

2. dapat meningkatkan
harga diri klien.

3. Dengan
oleh klien.
3. Diskusikan cara mengontrol
mendiskusikan

cara sosial mencegah

marah yang baik dengan

kegiatan yang biasa

perilaku kekerasan

klien dan beri contoh cara

dilakukan

bicara yang baik dan minta

memotivasi kegiatan

klien mengikuti contoh cara

yang baik dilakuakn.


4. Dengan

3. Klien mampu
mendemonstrasikan
cara spritual mencegah
perilaku kekerasan

bicara yang baik.


4. Diskusikan dengan
kegiatan

ibadah

pernah dilakukan.

dapat

klien

mediskusikan

yang

kegiatan
klien

ibadah,
dapat

mengingat agar lien


mau

menerapkan

kegiatan

ibadah

yang dilakukan.
5. Memberikan
kesempatan

untuk

mendemontrasikann
ya
5. Minta klien

dapat

diingat

kegiatan

mendemonstrasikan

ibadahyang

kegiatan ibadah yang akan

dilaksanakan.

dilakukan.
Keluarga :
TUM : Klien mendapat
dukungan

dari

keluarga
mengontrol

untuk
perilaku

kekerasan
TUK :
Keluarga mampu
memahami keadaan
klien

Setelah 1x pertemuan,
1. Jelaskan tentang pengertian
keluarga memahami
risiko PK
2. Jelaskan faktor-faktor yang
tentang penyakit yang
dialami klien dengan kriteria
memicu perilaku kekerasan
keluarga dapat
pada klien
menyebutkan :
3. Jelaskan respon yang tepat

Dengan

memahami

tentang penyakit yang


dialami, keluarga dapat
melakukan
pencegahan

upaya

1. Pengertian risiko
Perilaku kekerasan

saat

klien

beresiko

kekambuhan kejang

melakukan kekerasan

2. Faktor-faktor yang
memicu risiko PK pada
klien

3. Respon yang tepat saat


klien beresiko
melakukan kekerasan
2.

Penatalaksanaan

TUM : Klien dapat

regimen

meminu obat secara

terapeutik

tidak efektif

rutin dan teratur.


TUK:
1. Klien

Setelah 1x pertemuan, klien 1. Diskusikan


memahami

kegunaan
obat

minum

dengan

dapat dengan kriteria: klien

tentang

dapat mendemonstrasikan

diminumnya (5 benar).

kepatuhan minum obat


untuk mencegah prilaku

jenis

2. Diskusikan

obat

dengan

klien 1. Pengobatan
yang

rutin

mencegah

kekambuhan perilaku
klien

tentang manfaat minum obat.

kekerasan.

kekerasan.
2. Mendiskusikan
manfaat minum obat
dapat

3. Motivasi klien untuk minum


obat rutin saat di rumah

merangsang

keinginan klien untuk


patuh minum obat.
3. Minum
obat
mengurangi

2. Klien

mengetahui Setelah 1x pertemuan, klien 1. Diskusikan

dengan

yang

relaps.
klien 1. Sumber

risiko
pelayanan

sumber-sumber

dapat dengan kriteria: klien

tentang sumber pelayanan

kesehatan

pelayanan

dapat menyebutkan

kesehatan jiwa yang dapat

terdekat

kesehatan jiwa

sumber-sumber pelayanan

dicapai dari rumahnya

memudahkan

kesehatan jiwa terdekat

jiwa
klien

mendapat pelayanan
2. Motivasi klien untuk kontrol
rutin saat di rumah.

kesehatan jiwa
2. Kontrol rutin berfungsi
memantau
perkembangan
kondisi pasca dirawat
di rumah sakit dan
mengurangi

risiko

relaps.
TUM
Klien

mendapatkan

dukungan
dalam

keluarga

meningkatkan

kesehatan diri
TUK
Keluarga memahami
kegunaan minum obat

Setelah 1x pertemuan,
keluarga dapat memahami
kegunaan minum obat
dengan kriteria:

1. menjelaskan
kegunaan obat

2. menjelaskan akibat
putus obat

1. Jelaskan kegunaan obat


2. Jelaskan akibat putus obat
3. Jelaskan cara dan jadwal
minum obat

4. Jelaskan pengaruh setelah


pengobatan

Dengan memahami
kegunaan minum obat
dapat menghindarkan
kekambuhan kejang

3. menjelaskan cara dan


jadwal minum obat

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien

: Sdr NA

Usia

: 20 tahun

Tempat

: Bangsal Sadewa RS Grhasia

1. Risiko Perilaku Kekerasan


Hari/ tanggal
Selasa, 9
September
2014

Implementasi
12.00

Evaluasi

a. Memberi salam
b. Memperkenalkan
dan tujuan interaksi

Selasa, 9 September 2014


nama

perawat

Pukul : 12.07 WIB


S:

c. Melakukan pengkajian awal pada klien

klien mengatakan nama


klien adalah NA asal dari
Pojok
sinduadi.Klienmengatakan
bahwa klien datang ke RSJ
Grhasia dibawa orang tuanya
karena tidak mau minum obat
saja.

Klien mengatakan datang ke


RSG dengan posisi tangan
terborgol karena dilaporkan ke
polisi oleh orang tuanya.

Klien mengatakan sering


kontrol ketika obatnya habis,
tetapi setelah rutin minum
obat klien tidak merasakan
perubahan dan satu bulan
yang lalu klien tidak mau
minum obat lagi karena sudah
bosan

O: klien tampak percaya diri


A: BHSP dan pengkajian awal
tercapai sebagian

TTD

P:
-

Lanjutkan TUK 2 RPK :


Pantau tanda-tanda PK.
Identifikasi jenis PK yang
pernah dilakukan dan akibat
dari PK.

Diskusikan tentang manfaat


minum obat, kegunaan obat
dan akibat tidak rutin minum

Kamis, 11

12.00 a.

September

emberi

2014

mengungkapkan perasaannya

kesempatan

klien

untuk

obat.
Kamis, 11 September 2014
Pukul : 12.10 WIB
S : Klien mengatakan :

M -

b.
embantu

klien

penyebab

perasaan

sering marah-marah,

mengungkapkan
marah

memukuli ibunya, membanting

dan

barang-barang di rumah.

akibat atau kerugian marahnya.


M -

c.
embantu

klien

Penyebab marahnya karena


obatnya habis sejak bulan

mengungkapkan

ramadhan kemarin.

cara mengontrol marahnya.


M -

d.

Sebelum dibawa ke RSG klien

Akibat dari marahnya adalah

elatih klien cara mengontrol PK fisik

merasa rugi dan dibawa ke

RSG lagi.

(tarik

nafas

menganjurkan

dalam)

dan
pasien -

mendemonstrasikan.

Cara mengontrol marahnya


dengan cara istighfar dan
sholat.

O:

Klien terlihat kooperatif dan


tenang.

Klien terlihat
mendemonstrasikan tarik
nafas dalam yang telah
diajarkan praktikan.

A : Tujuan tercapai
sebagianberdasarkan TUK 2
dan 3 : klien mampu
mengungkapkan perasaan

marahnya dan
mendemonstrasikan cara
mengontrol perasaan marah
yang baik.
P:

Buatkan jadwal latihan tarik


nafas dalam.

Evaluasi cara mengontrol


marah dengan nafas dalam

Diskusikan cara mengontrol


PK fisik 2 (pukul bantal / kasur

Senin, 22

08.20 a.

September

emberi

2014

mengungkapkan perasaannya

kesempatan

klien

/ konversi energi)
S : Klien mengatakan paham
dengan penjelasan praktikan

untuk
O:

M - Klien terlihat tenang dan

b.

elatih klien cara mengontrol PK fisik

kooperatif

2 (pukul bantal) dan menganjurkan - Klien terlihat mendemonstrasikan


pasien mendemonstrasikan

pukul bantal yang telah


diajarkan praktikan
A : Tujuan tercapai sebagian
berdasarkan TUK 3 : klien
mendemonstrasikan pukul
bantal
P:

- Buatkan jadwal latihan tarik pukul


bantal

- Evaluasi cara mengontrol marah


dengan pukul bantal

- Diskusikan cara mengontrol PK


dengan sosial.

2.

Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif

Hari/ tanggal
Kamis, 11

Implementasi
12.00

a. Mendiskusikan

Evaluasi
dengan

klien

Kamis, 11September 2014

September

tentang jenis obat yang diminum (6

Pukul : 12.10

2014

benar)

S : Klien mengatakan

b. Mendiskusikan

manfaat

obat, kegunaan obat, efek samping dan

Paham dengan apa yang


sudah dijelaskan praktikan

akibat tidak rutin minum obat.


c. Memotivasi klien untuk rutin minum obat di rumah.
-

Klien tampak percaya diri


Klien terlihat mampu
mengulangi penjelasan yang
sudah dijelaskan praktikan

A : Tujuan tercapai sebagian


berdasarkan TUK1 : klien
paham dengan kegunaan obat
P : Lanjutkan TUK 2 : Diskusikan
sumber-sumber pelayanan
kesehatan jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Ana. 2010.Gangguan Konsep Diri, Edisi I. Jakarta : EGC


Keliat, Budi Ana. 2008. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I. Jakarta : EGC

TTD

Stuart dan Sundeen. 2011. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.
Tim Direktorat Keswa. 2002.Standar Asuhan Keperawatan Jiwa.Edisi 1. Bandung. RSJP
Bandung.
Townsend, Mary C. 2010.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatrik.
EGC : Jakarta.
Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: PT Refik

Anda mungkin juga menyukai