Anda di halaman 1dari 7

IV ASESMEN MENGGUNAKAN INSTRUMEN NON-TES

Umumnya asesmen dilakukan dalam bentuk ujian berupa tes, yaitu pertanyaan yang harus
dijawab mahasiswa, dan jawabannya sudah tersedia. Jarang sekali digunakan asesmen bentuk
lain, padahal mungkin lebih sesuai digunakan untuk pengukuran tujuan instruksional tertentu.
Alat ukur (instrumen) yang dapat digunakan ialah pedoman obeservasi, skala sikap, daftar
cek dan lain-lain.
Hasil belajar mahasiswa bukan saja di bidang kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotor.
Kerja Praktek Lapangan dan Kerja Laboratorium yang lebih mengutamakan penampilan
kemampuan dan keterampilan (performans) tidaklah sesuai apabila diukur hasil belajarnya
melalui pertanyaan bentuk tes. Untuk ini lebih cocok digunakan pedoman observasi, karena
yang lebih penting ialah apa yang dapat dibuat oleh mahasiswa, bukannya apa yang
diketahuinya atau dipahaminya. Demikian pula untuk mengukur tujuan belajar di bidang
afektif, lebih cocok menggunakan pedoman observasi sebagai alat ukur.
Alat ukur hasil belajar non-tes yang sering digunakan ialah :
1. Participation Chart (bagan partisipasi).
Formulir berbentuk bagan ini terutama digunakan pada obeservasi, misalnya
keikutsertaan (partisipasi) mahasiswa dalam diskusi kelompok. Partisipasi mahasiswa
secara suka rela atau belajar aktif ini merupakan suatu tujuan belajar ( ranah afektif)
dalam rangka meningkatkan daya tahan ingatan (retensi) mengenai materi pelajaran,
meningkatkan rasa percaya diri, harga diri, dan lain-lain. Formulir yang digunakan terdiri
atas daftar nama mahasiswa dan 4 kolom yang menyatakan kualitas kontribusi masingmasing mahasiswa dalam diskusi dengan pengisian jumlah (tally) banyaknya masingmasing kontribusi. (contoh formulir dapat dilihat pada lampiran).
2. Chek List (daftar cek).
Daftar cek berguna untuk mengukur hasil belajar berupa produk maupun proses, yang
dapat dirinci dalam komponen-komponen yang lebih kecil, terdefinisi atau sangat
spesifik. Semakin lengkap komponennya (termasuk yang tidak terlalu penting) semakin
besar manfaatnya dalam pengukuran. Daftar cek terdiri atas komponen atau aspek yang
diamati dan tanda cek yang menyatakan ada tidaknya komponen itu dalam observasi.
(contoh daftar cek dapat dilihat pada lampiran).
3. Rating Scale (skala lajuan).
Alat ukur non-tes ini menggunakan suatu prosedur terstruktur untuk memperoleh
informasi tentang sesuatu yang diobservasi, yang menyatakan posisi sesuatu itu dalam
hubungannya dengan yang lain. Skala ini berisi seperangkat pernyataan tentang
karakteristik, atau kualitas dari sesuatu yang akan diukur beserta pasangannya yang
menunjukkan peringkat karakter atau kualitas yang dimiliki. Jadi suatu skala lajuan terdiri
atas 2 bagian, yaitu (1) pernyataan tentang keberadaan atau kualitas keberadaan suatu
unsur atau karakteristik, (2) petunjuk penilaian tentang pernyataan tersebut.
Skala lajuan terdiri atas beberapa tipe :
A. Numerical Rating Scale. Komponen skala lajuan ini adalah pernyataan tentang
karakteristik atau kualitas tertentu dari sesuatu yang diukur keberadaannya, diikuti
oleh angka yang menunjukkan keberadaannya . Lihat contoh pada lampiran.

B. Descriptive Graphic Rating Scale. Skala lajuan ini tidak menggunakan angka tetapi
dengan memberi tanda tertentu pada suatu kontinuum baris. Tipe skala lajuan ini baik
digunakan untuk mendeskripsikan profil dari suatu kegiatan, prosedur atau hasil dari
kegiatan tertentu.
C. Ranking Methods Rating Scales.
Kegunaan menyusun ranking mempunyai 2 kegunaan : (1) menyusun ranking
kedudukan mahasiswa dalam aspek tertentu atau keseluruhan aspek hasil belajar dan
(2) untuk memeriksa kemampuan mahasiswa dalam menentukan kedudukan relative
suatu komponen dalam prosedur tertentu. Caranya ialah dengan menentukan dahulu
ranking tertinggi dan terendah, lalu bergerak ke tengah.
D. Paired Comparison Rating Scale.
Tipe ini digunakan untuk membandingkan hasil kerja atau tugas seorang mahasiswa
dengan yang lainnya. Setiap kali diputuskan hasil kerja terbaik dari perbandingan 2
orang mahasiswa. Hasil pembandingan dilakukan menggunakan matriksi seperti pada
contoh di lampiran.
4. Attitude Scales (skala sikap).
Untuk memahami pengukuran sikap (attitude), perlu dipahami dulu pengertian sikap
sebagai suatu konsep psikologi. Sikap harus memenuhi 2 kriteria, yaitu dapat diamati dan
dapat diukur. Bila salah satunya tidak ada, maka konstruksi tersebut tidak dapat
digunakan dalam penelitian ilmiah. Definisi terakhir tentang sikap : Sikap adalah identitas
kecenderungan positif atau negative terhadap suatuobjek psikologis tertentu. Secara
umum definisi Thurstone (1946) ini dapat dirumuskan : Attitude is (1) affect for or
against, (2) evaluation of, (3) like or dislike of, (4) positiveness or negativeness toward a
psychological object .
Konstruksi skala sikap dimulai dengan menentukan dan mendefinisikan objek sikap yang
akan diukur itu (sikap apa). Setelah itu dikumpulkan butir-butir pernyataan tentang objek
sikap itu. Kemudian ditentukan format jawaban yang akan digunakan dan cara penskoran.
Ada beberapa teknik konstruksi skala sikap; yang terkenal ialah :
A Skala Likert
B. Skala Thurstone, terbagi lagi atas tiga teknik skala sikap : (1) metode Paired
Comparisons, (2) metode Equal-appearing Intervals, dan (3) Successive Intervals.
C. Skala Guttmann
Yang paling umum digunakan ialah Skala Likert. Prinsip penggunaan skala ini ialah
menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam suatu continuum sikap terhadap suatu
objek sikap, mulai dari sangat negatif sampai dengan sangat positif. Penentuan lokasi
dilakukan dengan mengkuantifikasi pernyataan seseorang terhadap butir pernyataan.
Skala 1 berarti sangat negatif dan skala 5 berarti sangat positif. Lihat contoh pada
lampiran.
V. ASESMEN MENGGUNAKAN INSTRUMEN TES
PENILAIAN ACUAN PATOKAN (PAP) DAN PENILAIAN ACUAN NORMA
(PAN)
PAN dan PAP digunakan pada asesmen yang menggunakan ujian atau tes sebagai alat ukur.
Penilaian Acuan Norma (PAN) atau norm-referenced test pada dasarnya merupakan suatu
kompetisi antara mahasiswa yang akan menghasilkan ranking mahasiswa, 5% teratas

memperoleh nilai A, 10% berikutnya mendapat B , dan seterusnya 50% terbawah tidak lulus.
(Ini sekedar contoh). Metode asesmen ini cukup baik apabila tujuannya ialah untuk
menyeleksi jumlah orang (terbaik) tertentu untuk suatu jabatan, menentukan tempat
seseorang pada mata kuliah atau untuk masuk menjadi anggota tim tertentu. Kualitas hasil
akan sangat berbeda dari kelompok yang satu dengan yang lain. Di sini seakan-akan
digunakan sistem gugur bagi yang kalah bersaing. Contoh penggunaannya ialah pada tes I.Q
(Intelligent Quotient).
Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau Kriteria (Criterion-Reference Test) ialah istilah yang
digunakan untuk asesmen terhadap suatu kriteria yang pasti. Secara teoretis, dapat berarti
bahwa yang mengikuti tes ini dapat lulus atau tidak berdasarkan kriteria yang sudah
ditetapkan. Tes PAN sebenarnya juga menetapkan kriteria, tetapi lebih menekankan pada
aplikasi statistik. Jadi sebenarnya Tes PAP lebih adil, asalkan kriteria telah ditetapkan
sebelumnya dan tes itu sahih dan terandalkan.
Ada lagi jenis asesmen yang dinamakan asesmen ipsatif, yaitu asesmen sendiri atau lebih
tepat asesmen terhadap kinerja terbaik sendiri di waktu lalu. Asesmen ini digunakan untuk
tujuan khusus, misalnya peningkatan kinerja pelatih (coach olahraga), dan pada pendidikan
dan pembelajaran khusus.
Pengertian Asesmen, Pengukuran, Penilaian, dan Tes
a. Asesmen
Secara umum asesmen berarti sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam
bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang
siswa baik yang menyangkut kurikulumnya, program pembelajarannya, iklim sekolah
maupun kebijakan-kebijakan sekolah.
Secara sederhana, asesmen dapat berarti sebagai proses pengukuran dan
nonpengukuran untuk memperoleh data karakteristik siswa dengan aturan tertentu.
Dalam pelaksanaan asesmen pemebelajaran, guru akan dihadapkan tiga sistilah
yang sering digunakan secara bersama-sama yaitu istilah pengukuran, penilaian,
dan tes.
b. Pengukuran
Secara sederhana, pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang
dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala, peristiwa, atau benda
sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Dalam proses pembelajaran
guru juga melakukan pengukuran terhadap proses dan hasil pembelajaran yang
hasilnya berupa angka-angka yang mencerminkan capaian, proses dan hasil belajar.
Misal, angka 40, 55, dan 75 yang diperoleh dari hasil pengukuran proses dan hasil
pembelajaran tersebut bersifat kuantitatif dan belum dapat memberikan makna apaapa, karena belum menyatakan tinngkat kualitas dari apa yang diukur. Angka hasil
pengukuran ini disebut skor mentah. Angka hasil pengukuran baru mempunyai
makna apabila dibandingkan dengan criteria atau patokan tertentu.
c. Penilaian

Penilaian adalah proses pemberian makna atau penetapan kualitas hasil


pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan
criteria tertentu. Hasil penilaian dalam pembelajaran disebut nilai. Kriteria sebagai
pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum
proses pengukuran atau dapat pula ditetapkan sesudah pelaksanaan pengukuran.
Kriteria ini dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan, atau
batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok
dan berbagai patokan yang lain.
Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum
pengukuran dan bersifat mutlak disebut Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian
Acauan Kriteria (PAP/PAK).
Contoh penentuan patokan dengan penghitungan persentase untuk skala lima
sebagai berikut.
Interval Persentase Tingkat
Penguasaan
85 % - 100 %
75 % - 84 %
60 % - 74 %
40 % - 59 %
0 % - 39 %

Nilai Ubah Skala Lima


0-4
EA
4
A
3
B
2
C
1
D
0
E

Keterangan
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Gagal

Contoh penentuan patokan dengan penghitungan persentase untuk skala sepuluh


sebagai berikut.
Interval Persentase Tingkat
Penguasaan
96 % - 100 %
86 % - 95 %
76 % - 85 %
66 % - 75 %
56 % - 65 %
46 % - 55 %
36 % - 45 %
26 % - 35 %
16 % - 25 %
0 % - 15 %

Nilai Ubah Skala Sepuluh

Keterangan

10
9
8
7
6
5
4
3
2
1

Sempurna
Baik sekali
Baik
Cukup
Sedang
Hampir
sedang
Kurang
Kurang sekali
Buruk
Buruk sekali

Kriteria yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan


pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut Penilaian Acuan Norma atau
Penilaian Acuan relative (PAN/PAR).
Contoh penentuan patokan dengan penghitungan konversi skala lima dalam PAN.
Skala Sigma
Skala Angka
Skala Lima
E-A
04
A
4
+ 1,5
M + 1,5 SD

+ 0,5
- 0,5
- 1,5

M + 0,5 SD
M - 0,5 SD
M - 0,5 SD

Contoh penentuan patokan dengan penghitungan konversi skala sepuluh dalam


PAN.
Skala sigma

Skala angka

+ 2,25
+ 1,75
+ 1,25
+ 0,75
+ 0,25
+ 0,25
+ 0,75
+ 1,25
+ 1,75
+ 2,25

M + 2,25 S
M + 1,75 S
M + 1,25 S
M + 0,75 S
M + 0,25 S
M + 0,75 S
M + 0,75 S
M + 1,25 S
M + 1,75 S
M + 2,25 S

Skala
1-10
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1

d. Tes
Tes adalah seperangkat tugas yang dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang
harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan
penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan
tujuan pengajaran tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tes
merupakan alat ukur yang sering digunakan dalam asesmen pembelajaran
disamping alat ukur yang lain.
Dalam melaksanakan proses asesmen pembelajaran, guru selalu berhadapan
dengan konsep-konsep evaluasi, pengukuran, dan tes yang dalam penerapannya
sering dilakukan secara simultan. Sebab itu, dalam praktik ketiganya sering tidak
dirasakan pemisahannya, karena melakukan asesmen berarti telah pula melakukan
ketiganya. Waktu melakukan asesmen guru pasti telah menciptakan alat ukur
berupa tes maupun nontes seperti soal-soal ujian, observasi proses pembelajaran
dan sebagainya. Melakukan pengukuran, yaitu mengukur atau memberi angka
terhadap proses pembelajaran atau pekerjaan siswa sebagai hasil yang merupakan
cerminan tingkat penguasaan terhadap materi yang dipersyaratkan, kemudian
membandingkan angka tersebut dengan kriteria tertentu yang berupa batas
penguasaan minimum ataupun berupa kemampuan umum kelompok, sehingga
munculah nilai yang mencerminkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Akhirnya diambilah keputusan oleh guru tentang kualitas proses dan hasil belajar.
Asesmen alternatif adalah: asesmen yang tidak melibatkan suatu tes baku dengan butir-butir
asesmen tradisional

Asesmen autentik adalah: asesmen yang mengukur kinerja siswa dalam suatu tugas
kehidupan nyata, situasi relevan, atau masalah yang bermanfaat.
Asesmen informal adalah: asesmen siswa melaui pengamatan sehari-hari , interviu informal,
dan prosedur-prosedur non standar.
Asesmen kinerja adalah : aesemen alternatif yang melibatkan suatu aktifitas yang mengukur
kinerja siswa berdasarkan kriteria tertntu.
Asesmen diri adalah : asesmen yang dilakukan siswa sendiri , siswa menganalisis dan
mengevaluasi kekuatan dan kelemahannya.
Asesmen tradisional adalah: asesmen dengan menggunakan pertanyaan terbuka dan tertutup
tradisional.
Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan
suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolok
ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan.
Hubungan antara Asesmen, Evaluasi, Pengukuran dan Tes adalah : Tes bagian dari
pengukuran, pengukuran bagian dari evaluasi, dan evaluasi bagian dari asesmen.
Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan
informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
Evaluasi mempunyai makna bagi berbagai pihak seperti siswa, guru, pembimbing atau
penyuluh di sekolah, dan orang tua siswa. Hasil evaluasi bagi siswa memberi informasi
tentang sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disajikan guru. Terdapat dua
kemungkinan bagi siswa untuk mengambil sikap dan langkah yang sesuai, yaitu:
1. Hasil evaluasi tidak memuaskan. Apabila ternyata hasil evaluasi belum mencapai tujuan
instruksional yang diinginkan , ia dapat dimotivasi untuk belajar lebih giat. Namun akibat
negatif yang timbul adalah siswa menjadi putus asa dan motivasi belajarnya menurun bahkan
hilang sama sekali.
2. Hasil evaluasi memuaskan. Apabila hasil evaluasi memuaskan siswa , maka siswa
termotivasi untuk mempertahankan atau meningkatkan prestasinya.
Makna evaluasi bagi guru : Hasil evaluasi memberikan petunjuk bagi guru mengenai keadaan
siswa, materi pengajaran, dan metode mengajarnya. Karena hasil yang diperoleh dari evaluasi
adalah hasil yang dicapai oleh tiap siswa, maka guru memperoleh informasi tentang
kemajuan belajar siswa serta kesulitan belajar yang dialami siswa. Dengan petunjuk ini guru
dapat mengupayakan perbaikan atau pengayaan belajar siswa. Hasil evaluasi dapat juga
menggambarkan daya serap siswa terhadap pelajaran yang diberikan.
Jenis dan Teknik Evaluasi:
A. Jenis evaluasi
1. Informal: Bersifat formatif dan kualitatif dan dilaksakan secara terus menerus
oleh guru selama PBM. Instrumennya bersifat life instrumen ( memantau
kemajuan belajar, memeriksa PR, memberi tanggapan terhadap pertanyaan
siswa.
2. Formal: evaluasi yang disusun secara terstruktur dan sistematis dengan
menggunakan instrumen yang ketat. Kegunaannya dalam PBM adalah untuk
mengevaluasi penempatan, evaluasi formatif, evaluasi diagnostik, evaluasi
sumatif.
B. Teknik Evaluasi

1. Observasi: Pengamatan terhadap kegiatan siswa dalam PBM.


2. Evaluasi diri: Siswa diberi kesempatan untuk menilai dirinya sendiri.
3. Tes: Merupakan serangkaian pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan
siswa.

Anda mungkin juga menyukai