Anda di halaman 1dari 14

TUGAS FARMASI

SURAT KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR: 2380/A/SKNI/83 DAN UU No. 419 Th 1949

Disusun Oleh :
Karlina Dwi Putri (04121004072)

Pembimbing:
Dra. Enny Kusumastuti, M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014

SURAT KEPUTUSAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: 2380/A/SKNI/83
TENTANG
TANDA KHUSUS UNTUK
OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang: a. bahwa dalam rangka pengamanan dan peningkatan pengawasan
obat yang beredar perlu diadakan penandaan yang mudah dikenal
untuk obat babas terbatas dan obat bebas.
b. Bahwa untuk itu perlu ditetapkan peraturan tentang tanda
khusus untuk obat bebas dan obat bebas terbatas.
Mengingat: 1. Undang-undang No. 9 tahun 1960 tentang pokok-pokokKesehatan
(Lembaran Negara No. 131 tahun 1960);
2.Undang-undang No. 10 tahun 1961 tentang Barang (Lembaran
Negara No. 215 tahun 1961);
3.Undang-undang No. 7 tahun 1963 tentang Farmasi;
4.Undang-undang Obat Keras (Stbl. 1949 No. 419);
5.Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 6355/Dir.Jend./S.K./69
tanggal 28 Oktober 1969;
6.Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 125/Kab/B.VII/71 tentang
Wajib Daftar Obat;
7.Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 193/Kab/B.VII/71
tanggal 21 Agustus 1971 tentang Peraturan tentang
Pembungkusan dan Penandaan Obat;
8.Peraturan Menteri Kesehatan No. 389/Men.Kes./Per/X/80
tanggal 9 Oktober 1980 tentang Kriteria Pendaftaran Obat Jadi;
9.Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 3433/A/SK/80 tanggal 11
Nopember 1980 tentang Kriteria Terperinci, Kelengkapan
Permohonan dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Jadi;
10.Surat Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 5/I/Kab/B.VII/74
tanggal 1 Juni 1974 tentang Pengesyahan Ekstra Farmakope
Indonesia;
11.Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 395/Men.Kes./SK/X/79
tanggal 9 Oktober 1979 tentang Pengesyahan Farmakope
Indonesia Edisi Ketiga.
MEMU TU S KA N :
Menetapkan
PERATURAN TENTANG TANDA KHUSUS UNTUK OBAT
BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS.

Pasal 1
Di dalam Surat Keputusan ini yang dimaksud dengan :
(1) Tanda khusus adalah tanda berupa warna dengan bentuk tertentu yang
harus tertera secara jelas dan etiket wadah dan bungkus luar obat jadi
sehingga penggolongan obat jadi tersebut dapat segera dikenali.
(2) Wadah adalah kemasan terkecil yang berhubungan dengan obat jadi.
(3) Bungkus luar adalah kotak atau penmbungkus lainnya yang membungkus
wadah.
(4) Penggolongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk
peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan lalu
lintas obat dengan membedakannya atas narkotika, psikhotropika, obat
keras, obat bebas terbatas dan obat bebas.
(5) Kemasan terkecil adalah kemasan yang dimaksudkan untuk dapat dijual
secara lepas kepada konsumen.
Pasal 2
(1) Pada etiket wadah dan bungkus luar atau kemasan terkecil obat jadi yang

tergolong obat bebas dan obat bebas terbatas harus dicantumkan secara
jelas tanda khusus sesuai golongan obat yang bersangkutan.
(2) Bagi obat bebas terbatas, ketentuan dimaksud dalam ayat (1) merupakan
pelengkap dari keharusan mencantumkan tanda peringatan P. No. 1, P.
No.2, P. No.3, P. No. 4, P. No.5 atau P. No.6 yang ditetapkan dalam Surat
Keputusan Menteri Kesehatan No. 6355/DirJend./SK/69 tanggal 28
Oktober 1969.
(3) Tanda khusus dapat tidak dicantumkan pada blister pack, strip
aluminium, stripselofan, atau kemasan sejenis bila kemasan terkecil obat
bebas atau obat bebas terbatas yang bersangkutan memenuhi ketentuan
dimaksud dalam ayat (1).
Pasal 3
(1) Tanda khusus untuk obat bebas adalah lingkaran berwarna hijau dengan
garis tepi berwarna hitam.
(2) Tanda khusus untuk obat bebas terbatas adalah lingkaran berwarna
biru dengan garis tepi berwarna hitam.
(3) Tanda khusus dimaksud dalam ayat (1) dan (2) harus diletakkan
sedemikian sehingga jelas terlihat dan mudah dikenali.
(4) Ukuran lingkaran tanda khusus dimaksud dalam ayat (1) dan (2)
disesuaikan dengan ukuran dan desain etiket wadah dan bungkus luar
yang bersangkutan dengan ukuran diameter lingkaran terluar dan tebal
garis tepi yang proporsional, berturut-turut minimal satu cm dan satu
mm.
(5) Penyimpangan dari ketentuan dimaksud dalam ayat (4) harus
mendapatkan persetujuan khusus dari Menteri Kesehatan c.q.
Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Pasal 4
(1) Obat jadi yang persetujuan pendaftarannya dikeluarkan sesudah
diterbitkannya Surat Keputusan ini harus sudah memenuhi ketentuan
dimaksud dalam pasal 2 dan pasal 3.
(2)

Obat jadi yang persetujuan pendaftarannya dikeluarkan sebelum


diterbitkannya. Surat Keputusan ini, produksinya sudah harus memenuhi
ketentuan dimaksud dalam pasal 2 dan pasal 3 selambat-lambatnya satu
tahun setelah diterbitkannya surat keputusan ini.

(3) Paling lambat dua tahun setelah Surat Keputusan ini dikeluarkan, semua obat
jadi yang beredar harus sudah memenuhi ketentuan dimaksud dalam pasal
2 dan pasal 3.
(4) Contoh penandaan obat jadi yang telah memenuhi ketentuan dimaksud dalam
pasal 2 dan pasal 3 harus segera dikirimkan ke Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan c.q. Panitia Penilai Obat Jadi.
(5) Obat jadi yang satu tahun setelah diterbitkannya Surat Keputusan ini belum
memenuhi ketentuan dimaksud dalam pasal 2 dan pasal 3 pendaftaran
ulangnya akan ditolak.
Pasal 5
Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Surat Keputusan ini dapat
mengakibatkan tindakan administratif terhadap[ pabrik Farmasi/inportir
yang bersangkutan dan penyitaan terhadap obat jadi bersangkutan
diperedaran.
Pasal 6
Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya.

Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 15 Juni 1983
a.n. MENTERI KESEHATAN R.I.

DIREKTUR JENDERAL
PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
ttd,

( Dr. MIDIAN SIRAIT )


NIP : 130038989

UNDANG UNDANG OBAT KERAS


( St. No. 419 tgl. 22 Desember 1949 )
PASAL I
Undang undang obat keras ( St. 1937 No. 541) ditetapkan kembali sebagai
berikut :
Pasal 1
(1) Yang dimaksud dalam ordonansi ini dengan :
a. Obat-obat keras yaitu obat-obatan yang tidak digunakan untuk
keperluan tehnik, yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan,
membaguskan, mendesinfeksikan dan lain-lain tubuh

manusia, baik

dalam bungkusan maupun tidak, yang ditetapkan oleh Secretaris V an


Staat, Hoofd van het Departement van Gesondheid, menurut ketentuan
pada Pasal 2.
b. Apoteker :

Mereka yang sesuai dengan peraturan yang berlaku

mempunyai wewenang untuk menjalankan praktek peracikan obat di


Indonesia sebagai seorang Apoteker sambil memimpin sebuah Apotek.
c. Dokter pemimpin Apotek : yaitu Dokter-dokter yang memimpin
Apotek Dokter sesuai dengan Pasal 49 dari Reglement D.V. G.
d. Dokter-dokter

Mereka

yang

menjalankan

praktek-praktek

pengobatan dan yang memegang wewenang menurut peraturanperaturan yang berlaku.


e. Dokter-dokter Gigi :

Mereka yang menjalankan praktek-praktek

pengobatan Gigi dan yang memegang wewenang menurut peraturanperaturan yang berlaku.
f. Dokter-dokter Hewan :
1. Mereka yang menjalankan pekerjaan Kedokteran Hewan di Indonesia dan
berijazah Dokter Hewan Belanda.
2. Mereka yang menjalankan kedokteran Hewan di Indonesia yang memegang
Ijazah dari Negara lain dan kemudian diberi izin menjalankan praktek di tanah
Belanda atau dapat diangkat sebagai Dokter Hewan pemerintah.
3. Mereka yang menjalankan pekerjaan Kedokteran Hewan di Indonesia dan
berijazah Dokter Hewan Bogor.

4. Pedagang-pedagang Kecil yang diakui : Mereka yang bukan Apoteker


atau Dokter, atau Dokter Hewan yang sesuai dengan Pasal 6 memperoleh izin
dan berwenang untuk menyerahkan obat-obat keras tertentu.
5. Pedagang-pedagang Besar yang diakui : Mereka yanmg bukan Apoteker
yang sesuai dengan Pasal 7 berwenang untuk menyerahkan segala macam
obat-obat keras sesuai dengan Ordonansi ini.
6. Menyerahkan : Termasuk penjualan, menawarkan untuk penjualan dan
penjualan keliling.
7. Secretarist van St : Secretarist van staat, Kepala D.V.D. jakarta
8. Obat-obatan G : obat-obat keras yang oleh Sec. V. St. Didaftar pada
daftar obat-obatan berbahaya (gevaarlijk; daftar G).
9. Obatan-obatan W : Obat-obat keras yang oleh Sec.V.St. didaftar pada
daftar peringatan ( warschuwing; daftar W).
(1) Dalam Ordonansi ini yang dimaksudkan dengan H.P.B. pada daerah-daerah tanpa
tugas semacam ini, yaitu seorang petugas yang ditunjuk oleh Residen.
Pasal 2
(1). Sec. V. St. mempunyai wewenang untuk menetapkan bahan-bahan sebagai obatobat keras.
(2). Penetapan ini dijalankan dengan menempatkan bahan-bahan itu pada suatu
daftar G atau daftar W.
(3). Daftar G dan W beserta tambahan-tambahannya diumumkan oleh Sec. V. St.
dalam Javase-Courant.
(4). Penetapan ini dianggap telah berlaku untuk/Jawa dan madura mulai hari yang ke
30 dan untuk daerah-daerah lain di Indonesia mulai hari yang ke 100 setelah
pengumuman dari daftar-daftar dan tambahan-tambahan di javase Courant.
Pasal 3
(1). Penyerahan persediaan untuk penyerahan dan penawaran untuk penjualan dari
bahan-bahan G, demikian pula memiliki bahan-bahan ini dalam jumlah
sedemikian rupa sehingga secara normal tidak dapat diterima bahwa bahanbahan ini hanya diperuntukkan pemakaian pribadi, adalah dilarang. Larangan ini
tidak berlaku untuk pedagang-pedagang besar yang diakui, Apoteker-apoteker,
yang memimpin Apotek dan Dokter Hewan.

(2). Penyerahan dari bahan-bahan G, yang menyimpang dari resep Dokter,


Dokter Gigi, Dokter Hewan dilarang, larangan ini tidak berlaku bagi
penyerahan-penyerahan kepada Pedagang pedagang Besar yang diakui,
Apoteker-apoteker, Dokter-dokter Gigi dan Dokter-dokter Hewan demikian
juga tidak terhadap penyerahan-penyerahan menurut ketentuan pada Pasal
7 ayat 5.
(3). Larang-larang yang dimaksud pada ayat-ayat tersebut diatas tidak berlaku untuk
penyerahan obat-obat sebagaimana dimaksudkan Pasal 49 ayat 3 dan 4 dan Pasal
51 dari Reglement D.V.D..
(4). Sec.V .St. dapat menetapkan bahwa sesuatu peraturan sebagaimana dimaksudkan
pada ayat 2, jika berhubungan dengan penyerahan obat-obatan G yang tertentu
yang ditunjukan olehnya harus ikut ditandatangani oleh seorang petugas khusus
yang ditunjuk. Jika tanda tangan petugas ini tidak terdapat maka penyerahan
obat-obatan G itu dilarang.
Pasal 4
(1). Penyerahan, persediaan untuk penyerahan dan penawaran untuk
penjualan dan bahan-bahan W, demikian pula memiliki bahan-bahan ini
dalam jumlah sedemikian rupa sehingga secara normal tidak dapat
diterima bahwa bahan-bahan ini hanya diperuntukan pemakaian pribadi,
adalah dilarang, larangan ini tidak berlaku untuk Pedagang-pedagang
Besar yang diakui, Apoteker-apoteker, Dokter-dokter, yang memimpin
Apotek, Dokter hewan dan Pedagang kecil yang diakui di dalam daerah
mereka yang resmi.
(2). Peraturan larangan ini tidak berlaku terhadap penyerahan obat-obatan
sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 49 ayat 3 dan 4 Pasal 51 dari
Reglement DVG.
(3). Peraturan

larangan ini juga tidak berlaku untuk penyerahan-penyerahan

berdasarkan Pasal 6 Ayat 6 dan pasal 5 Ayat 3 dari Undang-undang Obat Keras
ini.
Pasal 5
(1). Pemasukan, Pengeluaran, Pengangkutan, atau suruh mengangkut bahan-bahan G
dilarang, terkecuali dalam jumlah yang sedemikian rupa sehingga secara

normal dapat diterima bahwa bahan-bahan ini hanya diperuntukkan pemakaian


pribadi.
(2). Larangan ini tidak berlaku jika tindakan ini dijalankan oleh pemerintah
atau Pedagang pedagang besar yang diakui atau pengangkutanpengangkutan oleh Apoteker-apoteker, Dokter-dokter yang memimpin
Apotek dan Dokter Hewan.
(3). Dalam soal-soal khusus, Inspektur Farmasi D.V.G. di jakarta dapat memberikan
kelonggaran penuh atau sebagian terhadap larangan ini.
Pasal 6
(1). Mereka yang ingin menjadi pedagang kecil diakui harus memasukkan
permohonan izin tertulis kepada Pemerintah setempat. Baik permintaan untuk
izin maupun izinnya sendiri dibebaskan dari meterai. Izin ini berisi nama yang
bersangkutan dan tidak boleh dipindahkan kepada orang lain dan hanya berlaku
untuk tempat atau daerah yang tertera dalam izin tersebut. Izin ini batal dengan
meninggalnya pemegang izin atau dengan kepindahannya dari daerah dimana
izin berlaku. Jika izin diberikan kepada rechtspersoon, maka izin batal pada saat
batalnya rechtspersoon dari tempat atau daerah, dimana izin berlaku.
Sebelum memutuskan permintaan permohonan, pemerintah setempat mohon
nasehat dari kepala Dinas Kesehatan dari wailayah dimana yang bersangkutan
hendak menjual obat-obat W.
(2). Izin yang dimaksudkan pada Ayat

yang pertama dapat ditolak dengan

diberitahukan alasannya, atau dapat diikat dengan ketentuan-ketentuan tertentu


atau dapat diberikan untuk hanya beberapa obat-obat W yang tertentu.
(3). Izin yang telah diberikan oleh kepala Pemerintah setempat setelah diperoleh
saran-saran dari kepala Kesehatan dalam ayat 1 dapat dicabut dengan suatu
keputusan di mana dinyatakan alasan-alasannya, atau dapat diikat dengan
ketentuan tertentu atau suatu jangka waktu yang tertentu atau dapat dibatasi
kepada hanya obat-obat W yang tertentu.
(4). Kepala Pemerintahan setempat mengirim kepada Sec.V.St. suatu salinan dan
semua pemberian izin, pencabutan izin, dan Pembatasan izin.
(5). Sec. V. St. memegang wewenang untuk menetapkan peraturan-peraturan umum
yang harus ditaati oleh pemegang-pemegang izin sebagai akibat pencabutan izin
mereka. Peraturan ini berlaku setelah diumumkan dalam Javase Courant.

(6). Pada pembatalan, pencabutan atau pembatasan dari izin-izin maka(bekas)


pemegang izin atau wakil mereka yan berwenang untuk menyerahkan
obat-obat yang bersangkutan yang masih ada dalam persediaan mereka
dalam jangka waktu 3 bulan kepada seorang Apoteker, Dokter, Dokter
Gigi, Dokter Hewan, Pedagang Besar yang diakui atau dalam daerah
kerjanya kepada seorang Pedagang kecil yang diakui.

Jangka waktu

tersebut dalam keadaan khusus dapat diperpanjang oleh kepala Pemerintah


setempat dalam Ayat (1).
(7). Setelah jangka waktu yang dimaksudkan dalam ayat 6 obat-obat tersebut harus
diserahkan untuk dihancurkan kepada seorang petugas yang ditentukan oleh
Secretaris Van Staat.
Pasal 7
(1). Mereka yang ingin menjadi Pedagang Besar yang diakui, harus memasukan
permohonan tertulis untuk surat kuasa dari Sec. V. St. surat kuasa ini berisi nama
yang bersangkutan dan tidak boleh dipindahkan kepada orang lain. Kuasa ini
batal dengan meninggalnya pemegang surat kuasa atau

ia meninggalkan

Indonesia atau jika surat kuasa ini diberikan kepada suatu rechtspersoon maka
surat kuasa pun batal pada saat batalnya rechtspersoon atau berpindahnya
tempat kedudukan yang sebenarnya dari rechtspersoon ke tempat lain di luar
Indonesia.
(2). Kuasa yang dimaksudkan pada Ayat 1 dapat ditolak dengan diberikan alasanalasannya.
(3). Kuasa yang telah diberikan dapat dicabut oleh Sec.V.St. jika pemegang surat
kuasa melanggar ketentuan-ketentuan dari Ordonansi ini atau, tidak mentaati
sewajarnya syarat-syarat dalam Ayat berikut.
(4). Surat kuasa berlaku untuk semua bahan-bahan yang ditetapkan oleh Ordonansi
dan tidak dikenakan pembatasan-pembatasan lain dari pada syarat-syarat yang
sama untuk semua pemegang surat kuasa yang ditentukan oleh Sec.V.St. syaratsyarat ini baru berlaku setelah diumumkan dalam Javase Courant.
(5). Pada pembatalan atau pencabutan dari surat-surat kuasa maka bekas pemegang
izin atau

wakil

mereka berwenang untuk menyerahkan obat-obat yang

bersangkutan yang masih ada dalam persediaan mereka dalam jangka waktu
waktu 3 bulan kepada seorang Apoteker , atau Pedagang Besar yang diakui.

Jangka waktu tersebut dalam keadaan khusus dapat diperpanjang oleh Sec
retaris Van Staat.
(6). Setelah jangka waktu yang dimaksudkan dalam Ayat 5 maka obat tersebut harus
diserahkan untuk dihancurkan kepada seorang yang ditentukan oleh Secretaris
Van Staat.
Pasal 8
(1). Pada penyerahan kepada konsumen dari obat-obat W oleh penjual harus
diserahkan suatu peringatan tertulis dengan bentuk, warna, etiket, dan cara
menempelkan di atas bungkusan khusus atas petunjuk dari Sec. V. St. dan
berlainan untuk setiap jenis obat.
(2). Sec.V .St. berwenang untuk menentukan bahwa penyerahan

kepada para

konsumen dari obat-obat G dan W hanya dapat dilaksanakan dalam jumlah


yang tertentu.
(3).

Peraturan-peraturan yang tersebut pada Ayat 1 dan 2 baru berlaku setelah


diumumkan dalam Javase Courant.
Pasal 9

(1). Mereka yang mempunyai persediaan bahan G dan W untuk menyerahkan pada
saat

tersebut pada pasal 2 Ayat 4 dan berdasarkan Ordonansi ini tidak

berwenang atau dinyatakan tidak berwenang untuk penyerahan bahan bahan ini
diwajibkan dalam jangka waktu 3 bulan setelah saat tersebut memberitahukan
persediaan ini kepada Pemerintah setempat di dalam resort mana obat-obat ini
terdapat bersama daftar jumlah terperinci dari obat-obat itu.
(2). Berhubung dengan jumlah yang didaftarkan, maka mereka yang tersebut dalam
ayat 1 mempunyai wewenang untuk menyerahkan bahan-bahan ini dalam jangka
waktu 6 bulan setelah saat yang dimaksudkan dalam Pasal 2 Ayat 4 kepada
orang-orang yang berhak menerima penyerahan ini.
(3). Setelah berlakunya jangka waktu dalam Ayat 2 maka bahan-bahan yang telah
didaftar jika tidak diserahkan sebagaimana yang dimaksudkan dalam ayat yang
sama, harus diserahkan untuk dihancurkan kepada petugas yang ditentukan
oleh Secretaris van Staat.

Pasal 10
(1). Ditetapkan suatu Komisi Obat-obatan yang mempunyai tugas memberikan
keterangan kepada Sec.V.St. mengenai soal-soal yang berhubungan dengan
Ordonansi ini.
(2). Komisi tersebut terdiri dari setinggi-tingginya 9 orang anggota, termasuk
Inspektur Farmasi dari D.V.G. di Jakarta yang duduk secara fungsi sebagai
Ketua. Anggota-anggota lain ditetapkan oleh Hoge Vertegenwoordigervan de
Kroon di Indonesia atas petunjuk Sec. V. St.
Pasal 11
(1). Peraturan-peraturan selanjutnya yang diperlukan untuk melaksanakan Ordonansi
ini dikeluarkan dengan Verrordening Pemerintah.
(2). Dalam soal-soal khusus Hoge V.V.d.Kr. di Indonesia dapat memberikan
pembebasan terhadap peraturan-peraturan yang ditetapkan dalam Ordonansi ini.
Pasal 12
(1). Hukuman penjara setinggi-tingginya 6 bulan atau denda uang setinggi-tingginya
5.000 gulden dikenakan kepada :
a. Mereka yang melanggar peraturan-peraturan larangan yang dimaksudkan
dalam Pasal 3, 4 dan 5.
b. Pedagang kec il yang diakui yang berdagang berlawanan dengan Ayat-ayat
khusus yang ditentukan pada surat izinnya atau bertentangan dengan peraturan
umum yang dimaksud dalam Pasal 6 Ayat 5.
c. Pedagang Besar yang diakui yang berdagang bertentangan dengan syaratsyarat yang dimaksud kan dalam Pasl 7 Ayat 4.
d. Mereka yang berdagang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan pada Pasal
8 Ayat 1.
e. Mereka yang berdagang bertentangan dengan

Peraturan-peraturan yang

dikeluarkan oleh Sec.V.St. sesuai dengan Pasal 8 Ayat 2.


f. Mereka yang tidak mentaati ketentuan-ketentuan dalam Pasal 6 Ayat 7; Pasal 7
Ayat 6 atau Pasal 9 Ayat 1 dan 3.
(2). Obat-obat keras dengan mana atau terhadap mana dilakukan pelanggaran
dapat dinyatakan disita.

(3). Jika tindakan-tindakan yang dapat dihukum dijalankan oleh seorang Pedagang
kecil atau P edagang Besar yang diakui maka sebagai tambahan perdagangan
dalam obat keras dapat dilarang untuk jangka waktu setinggi-tinggnya 2 tahun.
(4). Tindakan-tindakan yang dapat dihukum dalam Pasal ini dianggap sebagai
pelanggaran.
Pasal 13
(1). Jika suatu tindakan yang dapat dihukum dalam Ordonansi ini dilakukan oleh
rechtspersoon maka diadakan penuntutan hukuman dan hukuman dijatuhkan
kepada anggota-anggota pengurus yang berkedudukan di Indonesia atau jika
tidak berada ditempat, terhadap wakil-wakil dari rechtspersoon tersebut di
Indonesia.
(2). Ketentuan kepada ayat 1 berlaku dengan cara yang sama terhadaprechtspersoon
yang bertindak sebagai pengurus atau wakil dari rechtspersoon yang lain.
Pasal 14
(1). Penyelidikan terhadap pelanggaran-pelanggaran dari Ordonansi ini terkecuali
kepada petugas-petugas yang pada umumnya melakukan penyelidikan dari
tindakan-tindakan yang dapat dihukum, juga ditugaskan kepada pegawai yang
diserahkan tugas atas pengawasan dari Kesehatan Rakyat, dan kepada pegawai
pegawai dari Jawatan Bea dan Cukai.
Pasal 15
(1). Orang-orang yang diserahkan tugas penyelidikan dari tindakan-tindakan yang
dapat dihukum menurut Ordonansi ini mempunyai wewenang untuk
mengadakan pemeriksaan-pemeriksaan rumah, sebagaimana dijelaskan dalam
pasal 1 dari Ordonansi tanggal 20 Agustus 1865 (St.No. 84), ditambah dengan
Ordonansi tanggal 9 Agustus 1874 ( St. No. 201) dan Ordonansi tanggal 10
Oktober 1876 (St. No. 262) s edangkan juga berlaku ketentuan Pasal 2, 3 dan 4
Ordonenasi yang disebut pertama.
(2). Orang-orang yang dimaksudkan dalam Ayat 1, terlepas dari wewenang bersama
dengan mereka yang menyertai mereka, setiap waktu bebas memasuki semua
tempat di mana diduga terdapat obat-obat keras yang dimaksudkan dengan
Ordonansi ini.

(3). Jika mereka ditolak untuk memasuki tempat itu, mereka dapat menjalankan tugas
mereka dengan banuan alat-alat Pemerintah yang berwajib.
Pasal 16
(1). Ordonansi ini dapat ditunjuk dengan nama Undang-Undang (Ordonansi) obatobat keras 1949 . Ordonansi ini juga dapat berlaku terhadap orang-orang di
bawah kekuasaan Hukum dari Hakim, yang mengadili berdasarkan Ordonansi
18 Pebruari 1932 (St. No.80).
PASAL II
(1). Obat-obat keras yang ditunjuk, surat-surat kuasa yang diberikan dan
peraturan-peraturan,

syarat-syarat

atau

tindakan-tindakan

lain

yang

ditetapkan oleh Kepala D.v.G. sebelum saat berlakunya Ordonansi ini, untuk
melaksankan Ordonansi Obat-obat Keras, jika belum dicabut atau belum
batal dianggap telah ditunjuk , diberikan atau ditetapkan oleh Sec. V. St.
sesuai dengan peraturan-peraturan dari Ordonansi ini.
(2). Mereka yang pada saat berlakunya Ordonansi Obat Keras ini memiliki obatobat keras tanpa wewenang sesuai dengan Pasal 3 dan 4, harus menyerahkan
obat-obat ini dalam jangka waktu 1 bulan setelah berlakunya Ordonansi ini
kepada orang-orang yang mempunyai wewenang.
(3). Mereka kepada siapa saat berlakunya Ordonansi ini telah dik irimi obat-obat
keras,

yang

menurut

pengangkutannya,
berhubungan

atau

dengan

Pasal

pemasukannya,

menyuruh

mengangkutnya

Inspektur

Farmasi

dari

pengeluarannya,
dilarang,

D.V.G.

di

dapat
jakarta,

yangberwenang untuk mengeluarkan berdasarkan pendangannya suatu izin


pemasukan khusus (jika telah tiba pengeluaran dari Luar Negeri) atau izin
untuk pengeluaran atau untuk pengangkutan atau untuk menyuruh
mengangkutnya di dalam Wilayah Indonesia.

PASAL III
Ordonansi ini mulai berlaku satu hari setelah pengumumannya. Dan agar tidak
ada orang menganggap tidak mengetahuinya, Ordonansi ini akan dimasukkan dalam
St. dari Indones ia.
Dibuatkan di : J A K A R
TA
Pada

tanggal

Desember
1949.

22

Anda mungkin juga menyukai