Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PERIODONTOLOGI DASAR

Case Report: Pengendalian Plak

Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. drg. Sudibyo, S.U., SpPerio (K)

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Kelompok 1
ABDURRAHMAN SALEH H
AULIDA ARUM M
FADHIL MUHAMMAD
SARI AMBARWATI
NISAUL AFIFAH
MIRA HIDAYANTI
FITRIA AVRILIYANTI
PREMIA UTIANTI
ASTRIANA WAHYU C

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013

08070
08788
08790
08792
08794
08796
08798
08800
08804

BAB I
PENDAHULUAN
Kasus
Seorang wanita usia 20 tahun datang di RSGM FKG UGM, dengan keluhan gusi ngilu
dan mudah berdarah. Pada pemeriksaan, gingiva merah, poket dalam. Pada skoring
masing-masing gigi didapatkan:
7_/: Bukal
6_/: Bukal
5_/: Bukal
4_/: Bukal
3_/: Labial
2_/: Labial
1_/: Labial
/_1: Labial
/_2: Labial
/_3: Labial
/_4: Bukal
/_5: Bukal
/_6: Bukal
/_7: Bukal
/_8: Bukal
7/: Bukal
6/: Bukal
5/: Bukal
4/: Bukal
3/: Labial
2/: Labial
1/: Labial

debris lebih dari 2/3;


Kalkulus supragingiva lebih 1/3 < 2/3
debris lebih dari 1/3 kurang dari 2/3;
Kalkulus supragingiva lebih 1/3 < 2/3
debris kurang dari 1/3
debris kurang dari 1/3
debris tidak ada
debris tidak ada
kalkulus subgingiva tidak melingkar
stain
debris tidak ada
debris tidak ada
debris tidak ada
kalkulus subgingiva melingkar
debris lebih dari 1/3 kurang dari 2/3;
debris kurang dari 1/3
debris lebih dari 1/3 kurang dari 2/3;
Kalkulus supragingiva lebih 1/3 < 2/3
debris lebih dari 1/3 kurang dari 2/3;
Kalkulus supragingiva lebih 1/3 < 2/3
debris lebih dari 2/3
kalkulus supragingiva > 2/3
debris lebih dari 2/3
debris lebih 1/3 kurang dari 2/3
kalkulus subgingiva melingkar
debris kurang dari 1/3
debris kurang dari 1/3
kalkulus supragingiva kurang 1/3
debris tidak ada
debris tidak ada
stain

Palatinal debris kurang dari 1/3


Palatinal debris lebih 2/3
Palatinal
Palatinal
Palatinal
Palatinal

stain
debris tidak ada
debris kurang dari 1/3
debis lebih dari 1/3 kurang dari 2/3

Palatinal debris kurang dari 1/3


Palatinal tidak ada debris
Palatinal stain berupa titik
Palatinal
debis lebih dari 1/3 kurang dari 2/3
Palatinal debris kurang dari 1/3
Palatinal debris kurang dari 1/3
Palatinal debris kurang dari 1/3
kalkulus supragingiva 1/3 < 2/3
Palatinal debris kurang dari 1/3
kalkulus supragingiva 1/3 < 2/3
Palatinal debris lebih dari 2/3
kalkulus supragingiva >2/3
Lingual: debris kurang dari 1/3
Lingual: debris lebih dari 1/3
Lingual:
Lingual:

stain
debris tidak ada

Lingual:
Lingual:
Lingual:

debris kurang dari 1/3


debris lebih dari 1/3 kurang dari 2/3
debris kurang dari 1/3
kalkulus supragingiva lebih dari 1/3

/1: Labial

debris tidak ada

lingual:

/2: Labial
/3: Labial
/4: Bukal

stain
debris kurang dari 1/3
debris lebih dari 1/3 kurang dari 2/3

Lingual:
Lingual:
Lingual:

/5: Bukal
/6: Bukal

debris kurang dari 1/3


debris lebih dari 1/3 kurang dari 2/3
kalkulus subgingiva melingkar
debris lebih dari 1/3 kurang dari 2/3
debris lebih dari 2/3

Lingual:
Lingual:

/7: Bukal
/8: Bukal

Lingual:
Lingual:

<2/3
tidak ada debris
kalkulus supragingiva lebih dari 1/3
<2/3
stain
debris kurang dari 1/3
debris lebih dari 1/3 kurang dari 2/3
kalkulus subgingiva melingkar
debris kurang dari 1/3
debris lebih dari 2/3
kalkulus subgingiva melingkar
debris lebih dari 2/3
debris lebih dari 2/3

I.1 LATAR BELAKANG


Salah satu penyakit gigi dan mulut yang banyak dijumpai di masyarakat adalah
penyakit periodontal. World Health Organization (WHO) juga melaporkan bahwa
penyakit gigi dan mulut seperti penyakit karies gigi, periodontal, kehilangan gigi secara
dini, kanker mulut dan faring serta penyakit dalam rongga mulut yang berhubungan
dengan HIV/AIDS, trauma pada gigi merupakan beban global di berbagai negara.
Penyakit periodontal yang sering dijumpai ialah radang gusi atau gingivitis dan bakteri
plak adalah faktor etiologi utama dari penyakit periodontal. Untuk mencegah atau
menurunkan penimbunan plak dilakukan pembersihan plak secara mekanis yaitu
dengan menggosok gigi. Untuk menilai kebersihan gigi-mulut menurut WHO,
digunakan OHIS (Oral Hygiene Indeks Simplified), sedangkan untuk menilai
keradangan gusi dalam penelitian ini, digunakan indeks Gingival Indeks.
Pada pemeriksaan klinis didapatkan bahwa gusi mudah berdarah. Penyebab gusi
berdarah adalah karena kebersihan gigi yang kurang baik, sehingga terbentuk plak pada
permukaan gigi dan gusi. Kuman-kuman pada plak menghasilkan racun yang

merangsang gusi, dan gusi menjadi mudah berdarah. Adanya gingivitis terlihat dari
warna kemerahan pada gusi, perdarahan saat probing dan biasanya tanpa adanya rasa
sakit. Penyebab gingivitis dan penyakit periodontal disebabkan karena diabaikannya
kebersihan mulut, sehingga terjadilah akumulasi plak yang mengandung berbagai
macam bakteri. Seperti diketahui penyebab gingivitis yang utama adalah adanya plak.
Plak bila dibiarkan akan menyebabkan kerusakan yang lebih lanjut hingga tanggalnya
gigi. Kecenderungan untuk terjadinya plak ini ada pada setiap individu disegala umur.
Perilaku berpengaruh terhadap frekuensi menyikat gigi, kebersihan gigi-mulut, dan
periodontitis, namun dengan pendidikan yang baik, faktor psikososial tersebut dapat
dikendalikan.

I.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah yang dimaksud dengan indeks kebersihan mulut (OHI) Green dan
Vermillion? Dan bagaimanakah kesimpulannya?
2. Bagaimana cara menyikat gigi yang baik dan benar dan metode apa yang
disarankan pada pasien tersebut?
3. Sikat gigi bagaimana yang disarankan untuk pasien tersebut?
4. Bagaimana cara kerja alat yang disarankan untuk membantu membersihkan gigi
terutama pada gigi yang berjejal?
I.3 TUJUAN
1. Memahami maksud dan pemeriksaan dari indeks kebersihan mulut (OHI) Green
dan Vermillion serta dapat memberikan kesimpulan,
2. Memahami metode menyikat gigi yang baik dan benar,
3. Memahami bentuk dari sikat gigi yang baik digunakan oleh pasien,
4. Memahami alat atau sarana yang mampu membantu membersihkan gigi terutama
pada gigi berjejal serta cara kerja dari alat tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN
Plak yang tidak dibersihkan dari lapisan luar gigi akan menjadi tempat berkumpulnya
organisme. Mikroorganisme tersebut akan mengeluarkan zat yang bersifat asam, dan dapat
menghancurkan jaringan lunak (gingiva). Disamping itu mikroorganisme mendukung
perubahan plak yang tidak dibersihkan sehingga menjadi karang gigi atau kalkulus. Oleh
karena itu program pemerliharaan yang baik terhadap kesehatan gigi geligi setiap dua hingga
tiga bulan dapat meredakan penyakit periodontal pada populasi dewasa.
II.1 Oral Hygiene Index Green dan Vermillion
Indeks OHI (Greene and vermilion, 1960) berdasarkan kasus yang telah ada:
Menurut Green dan Vermillion, untuk cara mengukur kebersihan gigi dan mulut
menggunakan indeks yang dikenal dengan Simplified Oral Hygiene Index (OHIS).
Untuk nmengukur kebersihan gigi dan mulut, Green dan Vermillion memilih enam
permukaan gigi indeks tertentu yang cukup dapat mewakili segmen depan maupun
belakang dari seluruh pemeriksaan gigi yang ada dalam rongga mulut (Astoeti, 2006).

Pemeriksaan debris dan kalkulus index


a. Untuk rahang atas dilakukan pemeriksaan pada bukal gigi molar pertama kiri
dan kanan serta permukaan labial gigi incivius pertama kanan.
b. Untuk rahang bawah dilakukan pemeriksaan pada permukaaan lingual gigi
molar pertama kanan dan kiri serta permukaan labial gigi incivius pertama kiri.
c. Pemeriksaan menggunakan sonde, dengan gerakan sonde secara mendatar pada
permukaan gigi. Pemeriksaan pada gigi indeks dimulai dari dari bagian
incisal atau oklusal, apabila bagian ini tidak ada debris lanjutkan pada bagian
bagian gigi, apabila disinipun tidak ada maka teruskan sampai bagian cervikal
gigi.
Rahang atas dan rahang bawah masing-masing terdiri dari tiga segmen. Setiap
segmen diperiksa debris atau kalkulus. Dari masing-masing segmen satu gigi
digunakan untuk menghitung indeks individual, untuk segmen tertentu. Gigi
yang digunakan untuk perhitungan harus memiliki daerah terbesar ditutupi oleh
salah satu debris atau kalkulus.

Pemeriksaan Debris
Kebanyakan food debris akan segera mengalami liquifikasi oleh enzym bakteri dan
dibersihkan lima menit atau tiga puluh menit setelah makan, tetapi ada kemungkinan
sebagian masih tertinggal pada permukaan gigi dan mukosa membran. Walaupun food
debris mengandung bakteri, tetapi berbeda dengan plak dan materia alba, food debris
ini lebih mudah dibersihkan, food debris harus dibedakan dengan makanan yang
tertekan ke ruang interproksimal.

Indeks Debris
SKOR
0
1

KRITERIA
Tidak ada debris atau stain
Debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi atau

adanya stain ekstrinsik tanpa debris pada daerah tersebut


Debris lunak menutupi lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3

permukaan gigi
Debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi

Skor debris untuk rahang atas


a. Segmen 1 yaitu gigi-gigi rahang atas posterior sebelah kanan. Gigi dengan
debris terbanyak adalah gigi 18 dengan skor debris bukal 3 dan palatinal 3.
b. Segmen 2 yaitu gigi-gigi rahang atas anterior sebelah kanan dan kiri. Gigi
dengan debris terbanyak adalah gigi 13 dengan skor debris labial 0 dan palatinal
2.
c. Segmen 3 yaitu gigi-gigi rahang atas posterior sebelah kiri. Gigi dengan debris
terbanyak adalah gigi 26 dengan skor debris bukal 2 dan palatinal 3.
Skor debris untuk rahang bawah
a. Segmen 4 yaitu gigi-gigi rahang bawah posterior sebelah kiri. Gigi dengan
debris terbanyak adalah gigi 36 dengan skor debris bukal 2 dan lingual 3.
b. Segmen 5 yaitu gigi-gigi rahang bawah anterior sebelah kanan dan kiri. Gigi

dengan debris terbanyak adalah gigi 42 dengan skor debris labial 1 dan lingual
1.
c. Segmen 6 yaitu gigi-gigi rahang bawah posterior sebelah kanan. Gigi dengan
debris terbanyak adalah gigi 48 dengan skor debris bukal 3 dan lingual 3.

lokasi
Atas
Bawah
Total

Kanan
Lingual/
Bukal
palatal
3
3
3
3
6
6

Depan
Lingual/
Labial
palatal
0
2
1
1
1
3

Kiri
Lingual/
Bukal
palatal
2
3
2
3
4
6

Total
Bukal/
Lingual/
Labial
palatal
5
8
6
7
11
15

Indeks Debris = (Total bukal/labial-nilai atas dan bawah) + (Total lingual/palatinal-nilai


atas dan bawah) / (Jumlah segmen ).
Indeks Debris = (11 + 15)
6
= 4,33
Indeks Kalkulus
Skor kalkulus untuk rahang atas
a. Segmen 1 yaitu gigigigi rahang atas posterior sebelah kanan. Gigi dengan
kalkulus terbanyak adalah gigi 18 dengan skor kalkulus bukal 3 dan palatinal 3.
b. Segmen 2 yaitu gigi-gigi rahang atas anterior sebelah kanan dan kiri. Gigi
dengan kalkulus terbanyak adalah gigi 13 dengan skor kalkulus labial 3.
c. Segmen 3 yaitu gigi-gigi rahang atas posterior sebelah kiri. Gigi dengan
kalkulus terbanyak adalah gigi 26 dengan skor kalkulus bukal 2.
Skor kalkulus untuk rahang bawah
a. Segmen 4 yaitu gigi-gigi rahang bawah posterior sebelah kiri. Gigi dengan
kalkulus terbanyak adalah gigi 36 dengan skor kalkulus bukal 3.
b. Segmen 5 yaitu gigi-gigi rahang bawah anterior sebelah kanan dan kiri. Gigi

dengan kalkulus terbanyak adalah gigi 31 dengan skor kalkulus lingual 2.


c. Segmen 6 yaitu gigi-gigi rahang bawah posterior sebelah kanan. Gigi dengan

kalkulus terbanyak adalah gigi 46 dengan skor kalkulus bukal 3 dan lingual 3.

Lokasi
Atas
Bawah
Total

Kanan
Lingual/
Bukal
palatal
3
3
3
3
6
6

Depan
Lingual/
Labial
palatal
3
0
0
2
3
2

Kiri
Lingual/
Bukal
palatal
2
0
3
0
5
0

Bukal/
Labial
8
6
14

Total
Lingual/
palatal
3
5
8

Indeks Kalkulus = (Total bukal/labial-nilai atas dan bawah) + (Total lingual/palatinalnilai atas dan bawah) / (Jumlah segmen ).
Indeks Kalkulus

= (14 + 8)
6
= 3,66

Oral Hygiene Index = Debris Index + Calculus Index


= 4,33 + 3,66
Kriteria OHI adalah sebagai berikut:
0 2,4
= Baik
2,5 6
= Cukup
6,1 12
= Jelek

=7,99

Dari perhitungan debris dan juga kalkulus pada pasien serta kriteria OHI dapat
disimpulkan bahwa pasien tersebut memiliki OHI dengan skor 7,99 yang termasuk
dalam rentang 6,1 -12 yang menandakan bahwa OHI pasien jelek.
Dengan OHI yang jelek wajar saja pasien mengalami keluhan gusi ngilu dan mudah
berdarah. Sebaiknya pasien diberikan perawatan periodontal dan memperbaiki
kebersihan mulutnya.
II.2 Metode Menyikat Gigi yang Baik dan Benar
Menurut Profil Kesehatan Gigi (1999), 61,5% penduduk Indonesia tidak
mengetahui cara menyikat gigi yang baik, yaitu setelah makan pagi dan sebelum tidur
malam. Pada penelitian Finlandia tahun 2006 dan Amerika tahun 2005, menyatakan bahwa
perilaku berpengaruh terhadap frekuensi menyikat gigi, kebersihan gigi-mulut, dan
periodontitis, namun dengan pendidikan yang baik, faktor psikososial tersebut dapat
dikendalikan.
Dalam menyikat gigi teknik apapun yang digunakan, yang harus diperhatikan
adalah cara menyikat gigi tersebut jangan sampai merusak struktur gigi. Karena
kebanyakan di lingkungan masyarakat banyak yang salah dalam melakukan penyikatan
gigi sehingga mengakibatkan gigi banyak yang rusak.
Cara melakukan gosok gigi adalah suatu cara yang umum dianjurkan untuk
membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi (Sriyono,2005). Menyikat gigi
aadalah salah satu prosedur terhadap terjadinya penyakit gigi, karenaa dengan menyikat
akan bisa menghilangkan plak yang merupakan salah satu faktor penyakit gigi (Palupi,
2004).
Tujuan melakukan gosok gigi adalah sebagai berikut
1. Menghilangkan mengganggu pembentukan plak
2. Membersihkan gigi dari makanan, debris dan pewarnaan

3. Menstimulasi jaringan gingiva


4. Meniadakan bau bauan yanng tidak enak yang berasal dari mulut
5. Mengaplikasikan pasta gigi yang berisi suatu bahan khusus yang ditujukan
terhadap karies, penyakit periodontal atau sensitivitas (Sriyono, 2005).
Efektivitas menyikat gigi selain bergantung kepada bentuk dan cara menyikat gigi
juga tergantung dari frekuensi dan lamanya menyikat gigi (Sriyono, 2005). Teknik
penyikatan yang baik adalah dengan menggunakan bulu sikat yang lunak dan arah dan arah
gusi kearah gigi. Dengan demikian, selain melakukan pembersihan terhadap plak yang
menempel pada permukaan gigi, juga melakukan pemijatan terhadap gusi yang akan
memperlancar peredaran darah sekitar gusi dan menjadi lebih sehat. Posisi bulu sikat gigi
bersudut 45 drajat. Tetapi apabila telah terbentuk karang gigi maka harus kontrol ke dokter
gigi untuk dilakukan pembersihan karang gigi, karena hal tersebut tidak dapat dilakukan
sendri oleh pasien, sebab memerlukan alat khusus.
Berbagai metode menyikat yang dikenal kedokteran gigi dibedakan berdasarkan
gerakan yang dibuat oleh sikat. Pada prinsipnyaa terdapat enam pola dasar yaitu :
1. Metode Vertikal
Permukaan bukal pada waktu yang sama disikat dengan gerakan naik turun dari lipatan
mukobukal dengan elemen elemen depan dalam posisi end to end. Sikat diletakkan
dengan bulunya tegak lurus pada permukaan bukal. Untuk permukaan lingual dan palatinal
sikat gigi dipegang severtikal mungkin. Permukaan permukaan ini juga digosok dengan
gerakan vertikal, tetapi tentu saja tersendiri.
Metode ini ditulis oleh Hirschfeld (1945) dan Shick dan Ash (1961). Pada umumnya
metode ini tidak dianjurkan karena hasilnya kurang baik.
2. Metode Horizontal
Pada metode ini permukaan oklusal, bukal, dan lingual digosok dengan sikat yang
digerakkan maju mundur atau ke depan ke belakang, dengan bulu bulunya yang tegak
lurus pada permukaan yang dibersihkan. Metode ini dosebut juga metode menggosok.
Istilah terakhir ini guna jelasnya lebih baik tidak di pakai karena dapat menjadi asosiasi
yang salah. Metode horizontal dianjurkan untuk anak anak sampai usia dua belas tahun.
Disini jangan digunakan sikat gigi yang berkas bulu bulunya sedikit ( space tufted) atau
terlalu banyak (multi tufted) yang terlalu lunak. Untuk orang dewasa cara ini tidak

dianjurkan karena adanya risiko besar keausan yang berlebihan pada permukaan bukal pada
gigi.
3. Metode berputar
Teknik ini disebut ADA roll teknik dan merupakan cara yang sering dianjurkan karena
sederhana tetapi efisien dan dapat digunakan diseluruh bagian mulut. Bulu bulu sikat
ditempatkan pada gusi sejauh mungkin dari permukaan oklusal dengan ujung ujung bulu
sikat mengarah ke apex dan sisi bulu sikat melalui mahkota klinis, kedudukannya hampir
tegak lurus permukaan email. Gerakan ini di ulang 8 12 kali setiap daerah dengan
sistematis, sehingga tidak ada yang terlewat. Cara ini terutama sekali menghasilkan
pemijatan gusi dan juga membersihkan sisa makanan dari daerah interproksimal.
4. Metode vibrasi atau bergetar
Termasuk disini adalah metode menurut charters (1928), metode stillman (1932), dan
metode bass (1954).
a. Metode Charters
Pada permukaan bukal dan labial, sikat di pegang dengan tangkai dalam kedudukan
horizontal. Ujung ujung bulu diletakkan pada permukaan gigi membentuk sudut 450
terhadap sumbu panjang gigi mengarah oklusal, hati hati jangan sampai menusuk gusi.
Dalam posisi ini sisi dari sisi dari bulu sikat berkontak dengan gusi. Kemudian sikat
ditekan dengan sedemikian rupa sehingga ujung ujungbulu sikat berada bpada permukaan
gigi. Kemudian sikat ditekan sedemikian rupa sehingga ujung ujung bulu sikat masuk ke
interproksimal dan sisi bulu sikat menekan di tepi gusi.sikat digetarkan dalam lingkungan
lingkungan kecil sehingga kepala sikat bergerak secara sirkulasi, tetapi ujung ujung bulu
sikat harus tetap berada ditempat semula, setiap kali dapat dibersihkan dua atau tiga gigi.
Setelah tiga atau empat lingkaran kecil, sikat diangkat, lalu ditempatkan lagi pada posisi
yang sama, setiap daerah dilakukan tiga atau empat kali. Jadi pada teknik itu tidak
dilakukan gerakan oklusal maupun keapikal. Dengan demikian ujung ujung bulu sikat
akan melepas debris dari permukaan gigi dan sisi bulu sikat memijat tepi gusi dan gusi
interdental.
Permukaan oklusal disikat dengan gerakan yang sama, hanya ujung ujung bulu sikat
ditekan ke dalam pits dan fissures. Permukaan lingual dan palatinal akan sukar dibersihkan
karena bentuk lengkungan dari barisan gigi. Biasanya kepala sikat tidak dipegang secara
horizontal, jadi hanya bulu bulu sikat pada bagian ujung dari kepala sikat yang dapat

digunakan. Metode charters merupakan cara yang baik untuk pemeliharaan jaringan tetapi
ketrampilan yang dibutuhkan harus cukup tinggi, sehingga jarang pasien dapat
melakukannya dengan sempurna.

b. Metode Stillman
Posisi dari bulu sikat berlawanan dengan charter, sikat gigi ditempatkan dengan sebagian
pada gigi mengarah ke apikal. Kemudian sikat gigi ditekan sehingga gusi memucat dan
dilakukan gerakan rotasi kecil tanpa merubah kedudukan ujung bulu sikat. Penekanan
dilakukan dengan cara sedikit menekuk bulu bulu sikat ditekuk ketiga jurusan, tepi ujung
ujung bulu sikat harus pada tempatnya.
Metode stillman ini telah diubah sedikit oleh beberapa ahli yaitu ditambah dengan gerakan
ke oklusal dari ujung ujung bulu sikat tetap mengarah ke spiral. Dengan demikian setiap
gerakan berakhir dibawah ujung incisal dari mahkota, sedangkan pada metoda yang asli,
penyikatan hanya terbatas pada daerah cervikal gigi dan gusi.
c. Metode Bass
Sikat ditempatkan dengan sudut 450 terhadap sumbu panjang gigi mengarah ke apikal
dengan ujung ujung bulu sikat pada tepi gusi. Dengan demikian saku gigi dapat
dibersihkan dan tepi gusi dapat di pijat. Sikat digerakkan dengan getaran getaran kecil
kedepan dan kebelakang selama kurang lebih 10 15 detik setiap daerah yang meliputi dua
atau tiga gigi. Menyikat permukaan bukal dan labial, tangkai dipegang dalam kedudukan
horizontal dan sejajar dengan lengkungan gigi. Untuk permukaan lingual dan pelatinal gigi
belakang agak menyudut (agak horizontal) dan pada gigi depan, sikat dipegang vertikal.
5. Metode sirkuler
Disini dengan gerakan memutar permukaaan elemen elemen dibersihkan. Pada metode
Fones (1934) lengkung gigi geligi dalam oklusi dan permukaan bukal dibersihkan dengan
meletakkan sikat tegak lurus pada poros elemen elemen dan membuat gerakan memutur.
Gerakannya juga meluas sampai gusi. Permukaan lingual dibersihkan dengan gerakan
sirkular kecil dan permukaan oklusal dengan menggosok. Metode ini hampir tidak
diterapkan lagi dan tidak dikenal penelitian tentang evaluasinya.
6.

Metode fisiologis

Untuk metode ini digunakan sikat gigi dengan bulu bulu lunak. Tangkai sikat gigi
dipegang secara horizontal dengan bulu bulu sikat tegak lurus dengan permukaan gigi.
Metoda ini didasarkan atas anggapan bahwa penyikatan gigi harus menyerupai jalannya
makanan yaitu dari mahkota kearah gusi. Setiap kali dilakukan beberapa gerakan sebelum
berpindah ke daerah selanjutnya. Metode ini sukar dilakukan pada permukaan lingual dari
premolar dan molar rahang bawah, sehingga dapat diganti dengan gerakan getaran dalam
lingkaran kecil. (Houwink, 1993).
Menurut yankel dan saxer (2004) dari sekian banyak metode penyikatan gigi tidak ada
yang menunjukkan hasil yang lebih baik dan konsisten dalam pembersihan plak selain
metode menggosok (Scrubbing).
II.3 Sikat Gigi yang tepat untuk pembersihan rongga mulut
Dengan tingginya skor debris dan juga kalkulus yang tinggi menandakan bahwa pasien
memiliki tingkat oral hygine yang buruk. Untuk itu perlu adanya perubahan perilaku pada
pasien tersebut dalam menjaga kebersihan gigi dan juga rongga mulut. Pemilihan sikat gigi
yang baik akan meningkatkan pembersihan rongga mulut pasien.
Sikat gigi adalah alat berbentuk sikat yang digunakan untuk membersihkan secara
mandiri di rumah. Ciri ciri sikat gigi yang baik adalah memiliki bulu sikat yang halus dan
berbentuk kepala sikat yang ramping dan bulu yang halus. Pembersihan gigi tidak akan
merusak email dan mengiritasi gusi. Kepala sikat yang ramping akan mempermudah
pencapaian sikat di daerah mulut bagian belakang yang biasanya sulit dijangkau. Bulu sikat
yang lembut lebih dianjurkan pemakaiannya karena fleksibel dan efektif membersihkan
lekukan dan daerah yang sulit terjangkau keras tidak dapat menghilanngkan karang, noda
atau memutihkan gigi. Kemudian pilih sikat gigi bersudut karena memberikan keuntungan
dengan adanya kemudahan mencapai daerah gigi paling belakang. Kualitas siaat gigi yang
tidak baik akan menyebabkan sakit atau goresan pada gusi dan gigi. Sayangnya keluhan ini
tidak langsung terlihat, dan bahkan dirasakan setelah beberapa bulan berlalu ketika kita
menemukan darah pada sikat gigi (Pratiwi, 2007).
Bentuk sikat gigi
Alat - alat yang digunakan untuk membersihkan gigi adalah :
Sikat Gigi

Sikat gigi terdiri dari gagang dan serabut yang disusun sedemikian rupa sehingga
mempunyai daya pembersih dengan keadaan mulut, tanpa menimbulkan luka pada gusi.
Pedoman yang dapat digunakan sebagai petunjuk bentuk sikat gigi yang baik adalah :
1. Kepala sikat hendaknya jangan terlalu besar, untuk orang dewasa maksimal 29 x 10
mm, sikat gigi anak maksimal 24 x 8 mm, bila gigi molar kedua telah erupsi; maksimal
20 x 7 mm setelah gigi molar muncul; sikat gigi anak balita maksimal 18x 7 mm.
2. Bulu-bulu sikat harus lurus horisontal
3. Ujung bulu-bulu sikat harus membulat
4. Panjang bulu sikat untuk orang dewasa maksimal 10 x 12mm, sikat gigi anak-anak 8 x
10 mm dan sikat anak balita 7 x 8 mm
5. Bulu sikat sebaiknya dengan berkas bulu yang banyak
6. Tangkai sikat seharusnya merupakan kepanjangan dari kepala sikat
7. Tangkai sikat seharusnya cukup kuat terletak baik dalam tangan
8. Pada sikat gigi anak-anak tangkai harus relatif agak panjang, sehingga orang tua atau
perawat juga dapat berpegang pada sikat gigi atau minimal 14 cm.

Sedangkan macam- macam bentuk permukaan bulu sikat gigi adalah :


1. Bulu sikat lurus yaitu bentuk permukaan bulu sikatnya lurus, rata, atau datar. Sikat gigi
ini baik karena mempunyai tekanan yang sama saat digunakan.
2. Bulu sikat konkaf (cekung) yaitu bentuk permukaan bulu sikatnya cekung pada bagian
tengah. Sikat gigi ini pada waktu digunakan yang dipinggir sudah menekan keras
sedang yang tengah belum.
3. Bulu sikat konveks (cembung) yaitu permukaan bulu sikatnya cembung pada bagian
tengah. Sikat gigi ini pada waktu digunakan bagian tengah sudah menekan sedangkan
yang pinggir belum.
Ada beberapa jenis bahan bulu sikat gigi, antara lain :

1. Pandangan bulu sikat nilon


Pada awal penemuannya, pembuatan sikat nilon mengikuti rumus tipe keras dan ekstra
keras yang tampaknya disenangi oleh sebagian masyarakat. Pada saat ini sikat nilon
lebih unggul dalam homogenitas, keseragaman ukuran bulu, elastisitas, tahan terhadap
kepatahan dan tahan air. Bila kita mengamati metode penyikatan dari sejumlah
masyarakat, terlihat adanya fakta yang penting antara lain :
a) Sebagian besar masyarakat membasahi sikat dengan air yang mengalir sebelum
memberi pasta gigi.
b) Penyikatan berlangsung terus sampai pasta gigi telah membentuk busa dalam mulut
sehingga perlu dibuang dan dikumur kumur.
c) Pandangan terhadap bulu sikat lembut
Bulu sikat yang lembut lebih dapat diterima karena lebih fleksibel dan lebih efisien
membersihkan lekukan dan dapat mencapai daerah permukaan bagian tengah dan
menghasilkan sedikit peradangan pada gusi (resesi gingival).
Dalam kasus ini diketahui bahwa gigi-gigi bagian posterior pasien banyak
terdapat debris yang bervariasi dari yang kurang dari 1/3 sampai yang lebih dari 2/3,
dan terdapat kalkulus supragingiva yang juga bervariasi dari antara 1/3 tapi tidak
sampai 2/3, sampai yang lebih dari 2/3 bagian. Ini membuktikan bahwa pada gigi terposterior pasien jarang berkontak dengan sikat gigi ketika menyikat gigi sehingga
kebersihan gigi disana tidak begitu bagus. Sehingga disarankan kepada pasien untuk
menggunakan kepala sikat gigi yang berbentuk diamond dan berukuran kecil agar dapat
menjangkau bagian gigi posterior tersebut. Jika kiranya sikat gigi dewasa dipasaran
masih dianggap terlalu besar untuk menjangkau gigi posterior tersebut, pasien bisa
disarankan untuk memilih sikat gigi anak-anak yang kepala sikatnya kecil sehingga gigi
pasien yang ter-posterior dapat terjangkau oleh sikat gigi tersebut.Pasien juga
mengeluhkan gusi ngilu dan mudah berdarah, jenis sikat dengan bulu lembut dan bulu
sikat lurus dianjurkan untuk pasien yang mengeluh bahwa menggosok gigi membuat
gusi berdarah, karena bentuk permukaan bulu sikatnya lurus, rata, atau datar karena
mempunyai tekanan yang sama saat digunakan.
1. Model sikat gigi
Banyak berbagai model sikat gigi yang ada di pasaran. Ada yang permukaan bulu
sikatnya rata, zig-zag, saling silang, ada juga yang tangkai sikatnya fleksibel ataupun

bersudut. Sebenarnya sikat gigi yang terbaik adalah sikat gigi yang fit atau pas dengan
mulut serta terasa nyaman saat digunakan. Selain itu, sikat gigi tersebut harus bisa
menjangkau semua gigi yang ada di mulut, termasuk gigi yang paling belakang. Ada
penelitian yang menyatakan kalau sikat gigi dengan bulu sikat yang saling silang lebih
efektif membersihkan plak dengan menggunakan berbagai teknik penyikatan gigi
apapun, terutama plak yang terdapat di sela-sela gigi.
Beberapa pola bulu sikat gigi yang ada di pasaran adalah sebagai berikut:
a. Pola Blok
Pada pola ini seluruh bulu sikat memiliki ukuran panjang yang sama dan tertata rapi
seperti block.
b. Pola bergelombang atau bentuk-V
Pada pola ini sesuai namanya bulu sikat bergelombang atau berbentuk-V. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan bulu kontak yang lebih baik dengan daerah sekitar
permukaan gigi yang berdekatan.

c. Pola multilevel trim


Pada pola ini, produsen mengklaim bahwa pada bulu sikat ini memungkinkan bulu sikat
untuk menjangkau daerah-daerah yang sulit untuk dibersihkan.
d. Pola berselang-seling
Pola ini didesain untuk dapat mengangkat plak secara efektif.
e. Pola bulu sikat polishing-cup
Pola ini dikatakan dapat membersihkan stain secara efektif.
2. Gagang sikat
Pilihlah gagang sikat yang tidak licin agar sikat gigi tetap bisa digunakan dengan baik
walaupun dalam keadaan basah. Terdapat beberapa macam model gagang sikat yaitu
sebagai berikut,
a. Gagang lurus
Gagang lurus ini terdapat pada semua sikat gigi konvensional yang memiliki pegangan
yang lurus yang memungkinkan mengontrol sikat gigi lebih mudah.
b. Gagang contra-angle
Gagang ini bentunya mirip dengan instrument dental, gagang ini memungkinkan untuk
mengakses ke daerah-daerah yang sulit untuk dibersihkan.
c. Gagang fleksibel
Jenis gagang ini berfungsi untuk mengurangi cedera gusi yang disebabkan oleh
kekuatan menyikat yang berlebihan.
d. Gagang mencegah tergelincir

Gagang sikat ini bertujuan untuk mencegah sikat gigi dari tergelincir selama menyikat
gigi.
Setelah kita mengetahui jenis-jenis gagang sikat gigi seperti diatas, kita bisa
mengetahui gagang sikat yang bagaimana yang kira-kira dapat membantu pasien
mengurangi kebersihan oral pasien yang buruk. Jadi, pasien dalam kasus ini bisa
menggunakan sikat gigi dengan gagang yang berbentuk contra-angle agar dapat
memudahkan dalam menyikat ke bagian-bagian gigi yang sulit dijangkau oleh sikat
gigi.
II.4 Alat untuk Membersihkan Gigi dan Cara Kerjanya
Permukaan aproksimal dan daerah yang giginya tidak beraturan tidak dapat dicapai
dengan sikat yang biasa. Oleh karena itu suatu alat bantu seperti benang gigi atau
sering disebut Dental Floss dapat digunakan untuk daerah-daerah seperti ini.
Cara penggunaannya :
1. Pemakaian benang gigi untuk pembersihan interproksimal gigi rahang bawah dengan
menggunakan dua jari telunjuk untuk mengendalikan benang.

2. Pemakaian benang gigi untuk pembersihan interproksimal gigi rahang atas benang
dikendalikan dengan jari telunjuk tangan yang satu dan ibu jari tangan yang lain.

3. Jari yang memegang benang gigi tersebut kira-kira terpisah 15 mm.


4. Benang harus dituntun agar melalui daerah titik kontak perlahan-lahan dan kemudian
melingkari permukaan interproksimal pada setiap gigi dengan bergantian.

5. Gunakan gerakan seerti gergaji di sepanjang permukaan tersebut untuk menghilangkan


plak.
6. Bagian benang yang bersih harus digunakan untuk setiap daerah interproksimal karena
ada kemungkinan akan mengalihkan mikroorganisme dari satu sisi ke sisi lainnya.

BAB III
PENUTUP
-

Indeks kebersihan mulut OHI pasien jelek yaitu dengan skor 7,99.

Dengan kondisi kebersihan mulut yang jelek pasien dianjurkan rutin untuk menggosok
gigi menggunakan bulu sikat yang halus dengan ujung membulat.

Dengan kondisi gigi berjejal pasien dianjurkan menggunakan dental floss untuk
membersihkan daerah interdental sehingga pembersihan menjadi maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Astoeti, Tri Erri (2006). Total Quality Management dalam Pendidikan Kesehatan Gigi di
Sekolah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Howink, dkk (1993). Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Kidd, Edwina. A. M., dan Bechal, Sally. J. 1991. Dasar-dasar Karies Penyakit dan
Penanggulangannya. Jakarta: EGC.
Palupi, Istiari Dwi (2005). Status Kesehatan Gigi Pada Anak dan Faktor Faktor yang
Mempengaruhi

Kesehatan

Gigi

di

SDN

Karangsoko

III

Trenggalek.

Http://digilib.umm.ac.id/files/disk1/49/jiptummpp-gdl-s1-2005-Istiaridwi-2432pendahulu-n.pdf. Diunduh 16 Desember 2013.


Rahmadhan, A.G. 2010. Serba-serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: Bukune
Sriyono, N.W. 2005. Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Yogyakarta: Medika
Fakultas Kedokteran UGM

Anda mungkin juga menyukai