Makalah Perio Dasar Tutorial 2
Makalah Perio Dasar Tutorial 2
Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. drg. Sudibyo, S.U., SpPerio (K)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kelompok 1
ABDURRAHMAN SALEH H
AULIDA ARUM M
FADHIL MUHAMMAD
SARI AMBARWATI
NISAUL AFIFAH
MIRA HIDAYANTI
FITRIA AVRILIYANTI
PREMIA UTIANTI
ASTRIANA WAHYU C
08070
08788
08790
08792
08794
08796
08798
08800
08804
BAB I
PENDAHULUAN
Kasus
Seorang wanita usia 20 tahun datang di RSGM FKG UGM, dengan keluhan gusi ngilu
dan mudah berdarah. Pada pemeriksaan, gingiva merah, poket dalam. Pada skoring
masing-masing gigi didapatkan:
7_/: Bukal
6_/: Bukal
5_/: Bukal
4_/: Bukal
3_/: Labial
2_/: Labial
1_/: Labial
/_1: Labial
/_2: Labial
/_3: Labial
/_4: Bukal
/_5: Bukal
/_6: Bukal
/_7: Bukal
/_8: Bukal
7/: Bukal
6/: Bukal
5/: Bukal
4/: Bukal
3/: Labial
2/: Labial
1/: Labial
stain
debris tidak ada
debris kurang dari 1/3
debis lebih dari 1/3 kurang dari 2/3
stain
debris tidak ada
Lingual:
Lingual:
Lingual:
/1: Labial
lingual:
/2: Labial
/3: Labial
/4: Bukal
stain
debris kurang dari 1/3
debris lebih dari 1/3 kurang dari 2/3
Lingual:
Lingual:
Lingual:
/5: Bukal
/6: Bukal
Lingual:
Lingual:
/7: Bukal
/8: Bukal
Lingual:
Lingual:
<2/3
tidak ada debris
kalkulus supragingiva lebih dari 1/3
<2/3
stain
debris kurang dari 1/3
debris lebih dari 1/3 kurang dari 2/3
kalkulus subgingiva melingkar
debris kurang dari 1/3
debris lebih dari 2/3
kalkulus subgingiva melingkar
debris lebih dari 2/3
debris lebih dari 2/3
merangsang gusi, dan gusi menjadi mudah berdarah. Adanya gingivitis terlihat dari
warna kemerahan pada gusi, perdarahan saat probing dan biasanya tanpa adanya rasa
sakit. Penyebab gingivitis dan penyakit periodontal disebabkan karena diabaikannya
kebersihan mulut, sehingga terjadilah akumulasi plak yang mengandung berbagai
macam bakteri. Seperti diketahui penyebab gingivitis yang utama adalah adanya plak.
Plak bila dibiarkan akan menyebabkan kerusakan yang lebih lanjut hingga tanggalnya
gigi. Kecenderungan untuk terjadinya plak ini ada pada setiap individu disegala umur.
Perilaku berpengaruh terhadap frekuensi menyikat gigi, kebersihan gigi-mulut, dan
periodontitis, namun dengan pendidikan yang baik, faktor psikososial tersebut dapat
dikendalikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Plak yang tidak dibersihkan dari lapisan luar gigi akan menjadi tempat berkumpulnya
organisme. Mikroorganisme tersebut akan mengeluarkan zat yang bersifat asam, dan dapat
menghancurkan jaringan lunak (gingiva). Disamping itu mikroorganisme mendukung
perubahan plak yang tidak dibersihkan sehingga menjadi karang gigi atau kalkulus. Oleh
karena itu program pemerliharaan yang baik terhadap kesehatan gigi geligi setiap dua hingga
tiga bulan dapat meredakan penyakit periodontal pada populasi dewasa.
II.1 Oral Hygiene Index Green dan Vermillion
Indeks OHI (Greene and vermilion, 1960) berdasarkan kasus yang telah ada:
Menurut Green dan Vermillion, untuk cara mengukur kebersihan gigi dan mulut
menggunakan indeks yang dikenal dengan Simplified Oral Hygiene Index (OHIS).
Untuk nmengukur kebersihan gigi dan mulut, Green dan Vermillion memilih enam
permukaan gigi indeks tertentu yang cukup dapat mewakili segmen depan maupun
belakang dari seluruh pemeriksaan gigi yang ada dalam rongga mulut (Astoeti, 2006).
Pemeriksaan Debris
Kebanyakan food debris akan segera mengalami liquifikasi oleh enzym bakteri dan
dibersihkan lima menit atau tiga puluh menit setelah makan, tetapi ada kemungkinan
sebagian masih tertinggal pada permukaan gigi dan mukosa membran. Walaupun food
debris mengandung bakteri, tetapi berbeda dengan plak dan materia alba, food debris
ini lebih mudah dibersihkan, food debris harus dibedakan dengan makanan yang
tertekan ke ruang interproksimal.
Indeks Debris
SKOR
0
1
KRITERIA
Tidak ada debris atau stain
Debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi atau
permukaan gigi
Debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi
dengan debris terbanyak adalah gigi 42 dengan skor debris labial 1 dan lingual
1.
c. Segmen 6 yaitu gigi-gigi rahang bawah posterior sebelah kanan. Gigi dengan
debris terbanyak adalah gigi 48 dengan skor debris bukal 3 dan lingual 3.
lokasi
Atas
Bawah
Total
Kanan
Lingual/
Bukal
palatal
3
3
3
3
6
6
Depan
Lingual/
Labial
palatal
0
2
1
1
1
3
Kiri
Lingual/
Bukal
palatal
2
3
2
3
4
6
Total
Bukal/
Lingual/
Labial
palatal
5
8
6
7
11
15
kalkulus terbanyak adalah gigi 46 dengan skor kalkulus bukal 3 dan lingual 3.
Lokasi
Atas
Bawah
Total
Kanan
Lingual/
Bukal
palatal
3
3
3
3
6
6
Depan
Lingual/
Labial
palatal
3
0
0
2
3
2
Kiri
Lingual/
Bukal
palatal
2
0
3
0
5
0
Bukal/
Labial
8
6
14
Total
Lingual/
palatal
3
5
8
Indeks Kalkulus = (Total bukal/labial-nilai atas dan bawah) + (Total lingual/palatinalnilai atas dan bawah) / (Jumlah segmen ).
Indeks Kalkulus
= (14 + 8)
6
= 3,66
=7,99
Dari perhitungan debris dan juga kalkulus pada pasien serta kriteria OHI dapat
disimpulkan bahwa pasien tersebut memiliki OHI dengan skor 7,99 yang termasuk
dalam rentang 6,1 -12 yang menandakan bahwa OHI pasien jelek.
Dengan OHI yang jelek wajar saja pasien mengalami keluhan gusi ngilu dan mudah
berdarah. Sebaiknya pasien diberikan perawatan periodontal dan memperbaiki
kebersihan mulutnya.
II.2 Metode Menyikat Gigi yang Baik dan Benar
Menurut Profil Kesehatan Gigi (1999), 61,5% penduduk Indonesia tidak
mengetahui cara menyikat gigi yang baik, yaitu setelah makan pagi dan sebelum tidur
malam. Pada penelitian Finlandia tahun 2006 dan Amerika tahun 2005, menyatakan bahwa
perilaku berpengaruh terhadap frekuensi menyikat gigi, kebersihan gigi-mulut, dan
periodontitis, namun dengan pendidikan yang baik, faktor psikososial tersebut dapat
dikendalikan.
Dalam menyikat gigi teknik apapun yang digunakan, yang harus diperhatikan
adalah cara menyikat gigi tersebut jangan sampai merusak struktur gigi. Karena
kebanyakan di lingkungan masyarakat banyak yang salah dalam melakukan penyikatan
gigi sehingga mengakibatkan gigi banyak yang rusak.
Cara melakukan gosok gigi adalah suatu cara yang umum dianjurkan untuk
membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi (Sriyono,2005). Menyikat gigi
aadalah salah satu prosedur terhadap terjadinya penyakit gigi, karenaa dengan menyikat
akan bisa menghilangkan plak yang merupakan salah satu faktor penyakit gigi (Palupi,
2004).
Tujuan melakukan gosok gigi adalah sebagai berikut
1. Menghilangkan mengganggu pembentukan plak
2. Membersihkan gigi dari makanan, debris dan pewarnaan
dianjurkan karena adanya risiko besar keausan yang berlebihan pada permukaan bukal pada
gigi.
3. Metode berputar
Teknik ini disebut ADA roll teknik dan merupakan cara yang sering dianjurkan karena
sederhana tetapi efisien dan dapat digunakan diseluruh bagian mulut. Bulu bulu sikat
ditempatkan pada gusi sejauh mungkin dari permukaan oklusal dengan ujung ujung bulu
sikat mengarah ke apex dan sisi bulu sikat melalui mahkota klinis, kedudukannya hampir
tegak lurus permukaan email. Gerakan ini di ulang 8 12 kali setiap daerah dengan
sistematis, sehingga tidak ada yang terlewat. Cara ini terutama sekali menghasilkan
pemijatan gusi dan juga membersihkan sisa makanan dari daerah interproksimal.
4. Metode vibrasi atau bergetar
Termasuk disini adalah metode menurut charters (1928), metode stillman (1932), dan
metode bass (1954).
a. Metode Charters
Pada permukaan bukal dan labial, sikat di pegang dengan tangkai dalam kedudukan
horizontal. Ujung ujung bulu diletakkan pada permukaan gigi membentuk sudut 450
terhadap sumbu panjang gigi mengarah oklusal, hati hati jangan sampai menusuk gusi.
Dalam posisi ini sisi dari sisi dari bulu sikat berkontak dengan gusi. Kemudian sikat
ditekan dengan sedemikian rupa sehingga ujung ujungbulu sikat berada bpada permukaan
gigi. Kemudian sikat ditekan sedemikian rupa sehingga ujung ujung bulu sikat masuk ke
interproksimal dan sisi bulu sikat menekan di tepi gusi.sikat digetarkan dalam lingkungan
lingkungan kecil sehingga kepala sikat bergerak secara sirkulasi, tetapi ujung ujung bulu
sikat harus tetap berada ditempat semula, setiap kali dapat dibersihkan dua atau tiga gigi.
Setelah tiga atau empat lingkaran kecil, sikat diangkat, lalu ditempatkan lagi pada posisi
yang sama, setiap daerah dilakukan tiga atau empat kali. Jadi pada teknik itu tidak
dilakukan gerakan oklusal maupun keapikal. Dengan demikian ujung ujung bulu sikat
akan melepas debris dari permukaan gigi dan sisi bulu sikat memijat tepi gusi dan gusi
interdental.
Permukaan oklusal disikat dengan gerakan yang sama, hanya ujung ujung bulu sikat
ditekan ke dalam pits dan fissures. Permukaan lingual dan palatinal akan sukar dibersihkan
karena bentuk lengkungan dari barisan gigi. Biasanya kepala sikat tidak dipegang secara
horizontal, jadi hanya bulu bulu sikat pada bagian ujung dari kepala sikat yang dapat
digunakan. Metode charters merupakan cara yang baik untuk pemeliharaan jaringan tetapi
ketrampilan yang dibutuhkan harus cukup tinggi, sehingga jarang pasien dapat
melakukannya dengan sempurna.
b. Metode Stillman
Posisi dari bulu sikat berlawanan dengan charter, sikat gigi ditempatkan dengan sebagian
pada gigi mengarah ke apikal. Kemudian sikat gigi ditekan sehingga gusi memucat dan
dilakukan gerakan rotasi kecil tanpa merubah kedudukan ujung bulu sikat. Penekanan
dilakukan dengan cara sedikit menekuk bulu bulu sikat ditekuk ketiga jurusan, tepi ujung
ujung bulu sikat harus pada tempatnya.
Metode stillman ini telah diubah sedikit oleh beberapa ahli yaitu ditambah dengan gerakan
ke oklusal dari ujung ujung bulu sikat tetap mengarah ke spiral. Dengan demikian setiap
gerakan berakhir dibawah ujung incisal dari mahkota, sedangkan pada metoda yang asli,
penyikatan hanya terbatas pada daerah cervikal gigi dan gusi.
c. Metode Bass
Sikat ditempatkan dengan sudut 450 terhadap sumbu panjang gigi mengarah ke apikal
dengan ujung ujung bulu sikat pada tepi gusi. Dengan demikian saku gigi dapat
dibersihkan dan tepi gusi dapat di pijat. Sikat digerakkan dengan getaran getaran kecil
kedepan dan kebelakang selama kurang lebih 10 15 detik setiap daerah yang meliputi dua
atau tiga gigi. Menyikat permukaan bukal dan labial, tangkai dipegang dalam kedudukan
horizontal dan sejajar dengan lengkungan gigi. Untuk permukaan lingual dan pelatinal gigi
belakang agak menyudut (agak horizontal) dan pada gigi depan, sikat dipegang vertikal.
5. Metode sirkuler
Disini dengan gerakan memutar permukaaan elemen elemen dibersihkan. Pada metode
Fones (1934) lengkung gigi geligi dalam oklusi dan permukaan bukal dibersihkan dengan
meletakkan sikat tegak lurus pada poros elemen elemen dan membuat gerakan memutur.
Gerakannya juga meluas sampai gusi. Permukaan lingual dibersihkan dengan gerakan
sirkular kecil dan permukaan oklusal dengan menggosok. Metode ini hampir tidak
diterapkan lagi dan tidak dikenal penelitian tentang evaluasinya.
6.
Metode fisiologis
Untuk metode ini digunakan sikat gigi dengan bulu bulu lunak. Tangkai sikat gigi
dipegang secara horizontal dengan bulu bulu sikat tegak lurus dengan permukaan gigi.
Metoda ini didasarkan atas anggapan bahwa penyikatan gigi harus menyerupai jalannya
makanan yaitu dari mahkota kearah gusi. Setiap kali dilakukan beberapa gerakan sebelum
berpindah ke daerah selanjutnya. Metode ini sukar dilakukan pada permukaan lingual dari
premolar dan molar rahang bawah, sehingga dapat diganti dengan gerakan getaran dalam
lingkaran kecil. (Houwink, 1993).
Menurut yankel dan saxer (2004) dari sekian banyak metode penyikatan gigi tidak ada
yang menunjukkan hasil yang lebih baik dan konsisten dalam pembersihan plak selain
metode menggosok (Scrubbing).
II.3 Sikat Gigi yang tepat untuk pembersihan rongga mulut
Dengan tingginya skor debris dan juga kalkulus yang tinggi menandakan bahwa pasien
memiliki tingkat oral hygine yang buruk. Untuk itu perlu adanya perubahan perilaku pada
pasien tersebut dalam menjaga kebersihan gigi dan juga rongga mulut. Pemilihan sikat gigi
yang baik akan meningkatkan pembersihan rongga mulut pasien.
Sikat gigi adalah alat berbentuk sikat yang digunakan untuk membersihkan secara
mandiri di rumah. Ciri ciri sikat gigi yang baik adalah memiliki bulu sikat yang halus dan
berbentuk kepala sikat yang ramping dan bulu yang halus. Pembersihan gigi tidak akan
merusak email dan mengiritasi gusi. Kepala sikat yang ramping akan mempermudah
pencapaian sikat di daerah mulut bagian belakang yang biasanya sulit dijangkau. Bulu sikat
yang lembut lebih dianjurkan pemakaiannya karena fleksibel dan efektif membersihkan
lekukan dan daerah yang sulit terjangkau keras tidak dapat menghilanngkan karang, noda
atau memutihkan gigi. Kemudian pilih sikat gigi bersudut karena memberikan keuntungan
dengan adanya kemudahan mencapai daerah gigi paling belakang. Kualitas siaat gigi yang
tidak baik akan menyebabkan sakit atau goresan pada gusi dan gigi. Sayangnya keluhan ini
tidak langsung terlihat, dan bahkan dirasakan setelah beberapa bulan berlalu ketika kita
menemukan darah pada sikat gigi (Pratiwi, 2007).
Bentuk sikat gigi
Alat - alat yang digunakan untuk membersihkan gigi adalah :
Sikat Gigi
Sikat gigi terdiri dari gagang dan serabut yang disusun sedemikian rupa sehingga
mempunyai daya pembersih dengan keadaan mulut, tanpa menimbulkan luka pada gusi.
Pedoman yang dapat digunakan sebagai petunjuk bentuk sikat gigi yang baik adalah :
1. Kepala sikat hendaknya jangan terlalu besar, untuk orang dewasa maksimal 29 x 10
mm, sikat gigi anak maksimal 24 x 8 mm, bila gigi molar kedua telah erupsi; maksimal
20 x 7 mm setelah gigi molar muncul; sikat gigi anak balita maksimal 18x 7 mm.
2. Bulu-bulu sikat harus lurus horisontal
3. Ujung bulu-bulu sikat harus membulat
4. Panjang bulu sikat untuk orang dewasa maksimal 10 x 12mm, sikat gigi anak-anak 8 x
10 mm dan sikat anak balita 7 x 8 mm
5. Bulu sikat sebaiknya dengan berkas bulu yang banyak
6. Tangkai sikat seharusnya merupakan kepanjangan dari kepala sikat
7. Tangkai sikat seharusnya cukup kuat terletak baik dalam tangan
8. Pada sikat gigi anak-anak tangkai harus relatif agak panjang, sehingga orang tua atau
perawat juga dapat berpegang pada sikat gigi atau minimal 14 cm.
bersudut. Sebenarnya sikat gigi yang terbaik adalah sikat gigi yang fit atau pas dengan
mulut serta terasa nyaman saat digunakan. Selain itu, sikat gigi tersebut harus bisa
menjangkau semua gigi yang ada di mulut, termasuk gigi yang paling belakang. Ada
penelitian yang menyatakan kalau sikat gigi dengan bulu sikat yang saling silang lebih
efektif membersihkan plak dengan menggunakan berbagai teknik penyikatan gigi
apapun, terutama plak yang terdapat di sela-sela gigi.
Beberapa pola bulu sikat gigi yang ada di pasaran adalah sebagai berikut:
a. Pola Blok
Pada pola ini seluruh bulu sikat memiliki ukuran panjang yang sama dan tertata rapi
seperti block.
b. Pola bergelombang atau bentuk-V
Pada pola ini sesuai namanya bulu sikat bergelombang atau berbentuk-V. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan bulu kontak yang lebih baik dengan daerah sekitar
permukaan gigi yang berdekatan.
Gagang sikat ini bertujuan untuk mencegah sikat gigi dari tergelincir selama menyikat
gigi.
Setelah kita mengetahui jenis-jenis gagang sikat gigi seperti diatas, kita bisa
mengetahui gagang sikat yang bagaimana yang kira-kira dapat membantu pasien
mengurangi kebersihan oral pasien yang buruk. Jadi, pasien dalam kasus ini bisa
menggunakan sikat gigi dengan gagang yang berbentuk contra-angle agar dapat
memudahkan dalam menyikat ke bagian-bagian gigi yang sulit dijangkau oleh sikat
gigi.
II.4 Alat untuk Membersihkan Gigi dan Cara Kerjanya
Permukaan aproksimal dan daerah yang giginya tidak beraturan tidak dapat dicapai
dengan sikat yang biasa. Oleh karena itu suatu alat bantu seperti benang gigi atau
sering disebut Dental Floss dapat digunakan untuk daerah-daerah seperti ini.
Cara penggunaannya :
1. Pemakaian benang gigi untuk pembersihan interproksimal gigi rahang bawah dengan
menggunakan dua jari telunjuk untuk mengendalikan benang.
2. Pemakaian benang gigi untuk pembersihan interproksimal gigi rahang atas benang
dikendalikan dengan jari telunjuk tangan yang satu dan ibu jari tangan yang lain.
BAB III
PENUTUP
-
Indeks kebersihan mulut OHI pasien jelek yaitu dengan skor 7,99.
Dengan kondisi kebersihan mulut yang jelek pasien dianjurkan rutin untuk menggosok
gigi menggunakan bulu sikat yang halus dengan ujung membulat.
Dengan kondisi gigi berjejal pasien dianjurkan menggunakan dental floss untuk
membersihkan daerah interdental sehingga pembersihan menjadi maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Astoeti, Tri Erri (2006). Total Quality Management dalam Pendidikan Kesehatan Gigi di
Sekolah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Howink, dkk (1993). Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Kidd, Edwina. A. M., dan Bechal, Sally. J. 1991. Dasar-dasar Karies Penyakit dan
Penanggulangannya. Jakarta: EGC.
Palupi, Istiari Dwi (2005). Status Kesehatan Gigi Pada Anak dan Faktor Faktor yang
Mempengaruhi
Kesehatan
Gigi
di
SDN
Karangsoko
III
Trenggalek.