Epidemiologi
ETIOLOGI
Hipertensi
essensial ( hipertensi
primer ) : tidak diketahui penyebabnya
Hipertensi
HIPERTENSI PRIMER
Genetik
Obesitas
Hilangnya Elastisitas jaringan dan
arterisklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Kebiasaan hidup : Konsumsi garam yang
tinggi, makan berlebihan, stress, merokok,
minum alkohol.
HIPERTENSI SEKUNDER
PATOFISIOLOGI
lETIOLOGI
Penyempita
n pembuluh
darah
Kompensas
i ventrikel
kiri
memompa
dengan
keras
TD meningkat/CO
menurun
Pandangan berkunang2,
lemas, kaku kuduk, cepat
marah, nyeri kepala, mual
atau muntah
Volu
m
darah
kuran
g
FAKTOR RESIKO
Faktor resiko hipertensi meliputi :
Usia
Jenis kelamin
Riwayat keluarga
Merokok
nikotin akan menyebabkan peningkatan
tekanan darah karena nikotin akan diserap
pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan
diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke
otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin
dengan member sinyal pada kelenjar adrenal
untuk melepas efinefrin (Adrenalin).
LANJUTAN.
Hormon yang kuat ini akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung
untuk bekerja lebih berat karena tekanan
yang lebih tinggi. Selain itu, karbon
monoksida dalam asap rokok menggantikan
oksigen dalam darah. Hal ini akan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah
karena jantung dipaksa memompa untuk
memasukkan oksigen yang cukup kedalam
organ dan jaringan tubuh
jarang berolahraga
Aktivitas sangat mempengaruhi terjadinya
hipertensi, dimana pada orang yang kurang
aktivitas akan cenderung mempunyai frekuensi
denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot
jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap
kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung
memompa maka makin besar tekanan yang
dibebankan pada arteri.
Stress
Stress juga sangat erat merupakan
masalah yang memicu terjadinya hipertensi
dimana hubungan antara stress dengan
hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis peningkatan saraf dapat menaikan
tekanan darah secara intermiten (tidak
menentu). Stress yang berkepanjangan
dapat
mengakibatkan
tekanan
darah
menetap tinggi.
MANIFESTASI KLINIK
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Lab
TATALAKSANA
Lifestyle changing
Dash (Dietary Approaches to Stop
Hypertension)
Psikologic therapy
Pharmako therapy
TATALAKSANA
Diuretik
Tiazid: hidroklortiazid 1x12,5-25mg/hari
Henle Loop: Furosemid 1-3x20-40 mg/hari
Pottasium Sparring: amiloride HCl 1x5-10mg/hari
ACE inhibitor
Captopril 2-3x12,5-25mg/hari
Enalapril 1-2x10-40mg/hari
Beta Blocker
Atenolol 1x25-100mg/hari
Metoprolol 1x95-190mg/hari
Propanolol 2-3x10mg/hari
Alfa blocker
Doxazosin, prazosin, terazosin, indoramin
HIPERTENSI ESENSIAL/PRIMER
Hipertensi
merupakan
peningkatan
tekanan darah > 140/90 mmHg.
Hipertensi
diklasifikasikan
atas
hipertensi primer (esensial) (90-95%)
Dikatakan hipertensi primer bila tidak
ditemukan penyebab dari peningkatan
tekanan darah tersebut.
Hipertensi primer/esensial
KLASIFIKASI HIPERTENSI
MENURUT JNC
Kategori
Sistolik
Diastolik
(mmHg)
(mmHg)
Optimal
< 80
Normal
< 85
High normal
85 - 89
Stage I
90 - 99
Stage II
100 109
Stage III
>180 atau
> 110
Hipertensi
KLASIFIKASI HIPERTENSI
MENURUT WHO
Kategori
Sistolik
Diastolik
(mmHg)
(mmHg)
Normotensi
< 140
< 90
Hipertensi ringan
140 180
atau
140 160
atau
> 180 atau
90 105
Borderline
Hipertensi sedang berat
90 - 95
> 105
< 90
Etiologi Hipertensi
1) Hipertensi esensial
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak
diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik.
Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti
Genetik
Lingkungan
hiperaktifitas sistem saraf simpatis
sistem renin angiotensin
defek dalam ekskresi Na
peningkatan Na
Ca intraseluler
faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti obesitas,
alkohol, merokok, serta polisitemia
Hipertensi primer biasanya timbul pada umur 30 50 tahun
(Schrier, 2000).
GEJALA KLINIS
Peninggian tekanan darah kadang-kadang
merupakan
satu-satunya
gejala
pada
hipertensi esensial dan tergantung dari
tinggi rendahnya tekanan darah, gejala
yang timbul dapat berbeda-beda. Kadangkadang hipertensi esensial berjalan tanpa
gejala, dan baru timbul gejala setelah
terjadi komplikasi pada organ target seperti
pada ginjal, mata, otak dan jantung (Julius,
2008).
PATOFISIOLOGI HIPERTENSI
Mekanisme
patofisiologi
yang
berhubungan
peningkatan hipertensi esensial antara lain :
dengan
2) Sistem Renin
Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik
(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di
hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja
pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan
volume urin. Dengan meningkatnya ADH,
sangat sedikit urin yang diekskresikan ke
luar tubuh (antidiuresis) sehingga urin
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
Untuk
mengencerkan,
volume
cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian instraseluler.
Akibatnya
volume
darah
meningkat
sehingga meningkatkan tekanan darah.
3)
4)
5)
6)
7)
Penatalaksanaan hipertensi :
a. Penatalaksanaan farmakologis
b. Penatalaksanaan non farmakologis
( diet)
Penatalaksanaan non farmakologis
(diet) sering sebagai pelengkap
penatalaksanaan farmakologis, selain
pemberian
obat-obatan
antihipertensi perlu terapi dietetik
dan merubah gaya hidup.
Klasifikasi
Tekanan
tekanan darah
(mmHg)
(mmHg)
Normal
< 120
dan < 80
Prehipertensi
120-139
atau 80-89
atau 90-99
atau 100
Renovaskular
(aterosklerosis,
hiperplasia, thrombosis,
aneurisma, emboli
kolesterol, vaskulitis
dan rejeksi akut
sesudah
transplantasi)
Adrenal
( feokromositoma,
Kelainan endokrin
(obesitas, resistensi
insulin, hipertiroidisme,
hipotiroidisme,
hiperparatiroidisme dan
hiperkalsemia)
Diuretik Kuat
Benzotiazid
Diuretik hemat kalium
Diuretik penghambat karbonik
anhidrase
Diuretik osmotik
PENGHAMBAT ADRENERGIK
HIPERTENSI KRISIS
PREVALENSI
HIPERTENSI KRISIS
1 % dari populasi hipertensi dewasa
Hipertensi Emergensi
- > 50% penderita di ICU
- karena terapi tak adekuat
DEFINISI
HIPERTENSI KRISIS
Peningkatan tekanan darah mendadak
(> 180/120 mmHg)
- T.O.D +/- KELUHAN +/- PENANGGULANGAN SEGERA
KLASIFIKASI
HIPERTENSI URGENSI
TANPA GEJALA
- Biasanya tekanan darah > 180/120 mmHg
- Tanpa keluhan (sakit kepala/cemas)
- TOD Akut tidak ada
DGN GEJALA
- Biasanya tekanan darah > 180/120 mmHg
- Keluhan sakit kepala hebat, nafas
pendek, kardiovaskuler stabil
- TOD akut tidak ada
KLASIFIKASI
Hipertensi Emergensi
Biasanya tekanan darah > 220/140
mmHg
Keluhan TOD : sesak, nyeri dada,
nokturia, disartria, gangguan
kesadaran
Parameter
Hypertensive Emergency
Asymptomatic
Symptomatic
Blood pressure
(mmHg)
> 180/110
> 180/110
Symptoms
Headache, anxiety;
often asymtomatic
Severe headache,
shortness of breath
Examination
No target organ
damage, no clinical
cardiovascular
disease
Target organ
damage; clinical
cardiovascular
disease present,
stable
Encephalopathy,pulmonary
edema, renal insufficiency,
cerebrovascular accident, cardiac
ischemia
Therapy
Plan
Arrange follow-up
Arrange follow-up
within 3-7 days; if no
evaluation in less
prior evaluation,
than 72 hr
BP, Blood pressure;
ICU, Intensive
care unit
schedule
appointment
Sumber : Hebert e.j Prim Care 2008. 35 (3)
Blood
Pressure
(mmHg)
Funduscopi
c Findings
Neurologic
Status
Cardiac
Findings
Renal
Symptoms
Gastrointestinal
Symptoms
Usually
Hemorrhage
s, exudates,
papiledema
Headache,
confusion,
somnolence,
stupor, visual
loss, seizures,
focal
neurologic
deficits, coma
Prominent
apical
pulsation,
cardiac
eniargement,
congestive
heart failure
Azotemia,
proteinuria,
oliguria
Nausea.
vomiting
>220/140
Central nervous
system
Eyes
Heart
Kidneys
ACS; acute coronary syndrome; ARF: acute renal failure: BUN: blood urea nitrogen: ICH: intracranial
hemorrhage; LVF: left ventricular failure; NV: nausea and vomiting: PE: pulmonary edema: SAH:
subarachnoid hemorrhage; SCr, serum creatinine
Pergolini MS. The Management of hypertensive crises. Clin Ter 2009. 160 (2)
PENGOBATAN
Hipertensi Urgensi
Tidak memerlukan penurunan tekanan darah
segera samp normal dalam waktu observasi
Oral anti hipertensi bekerja cepat
Target tidak tercapai, tingkatkan dosis
Target tercapai dalam 3-7 hari
AGENT
DOSE
ONSET/DURATION OF
ACTION
PRECAUTIONS
(AFTER
DISCONTINUATION)
Captopril
Clonidine
30-60 min/8-16 h
Hypotension,
drowsiness, dry mouth
Labetalol
30 min-2 h/2-12 h
Bronchoconstriction,
heart block, orthostatic
hypotension
Amblodipi
n
2,5-5 mg
1-2 hr/12-18 hr
Tachycardia,
hypotension
Nifedipin
5 mg sl
5-20 min/2-6 hr
Tachycardio,
hypotension
15-30 min/2-6 h
Sumber :
Hypotension, renal
failure in bilateral renal
artery stenosis
Adapted with permission from Vidt DG. Hypertensive crises: emergencies and urgencies. J Clin Hypertens (Greenwich).
- Adaptec etc
2004;6:520-525
- InaSH
- Hebert C.J Hypertensive Crises Prim Care 2008. 35 (3)
PENGOBATAN
Hipertensi Emergensi
Dirawat di ICU
Obat anti hipertensi parenteral
Target : - Penurunan tekanan darah pd jam
pertama 20-25 %
- Minimalisir hipoperfusi organ vital
Penurunan tekanan darah selanjutnya dl 24 jam
Dosage
Onset/Duration of
Action (after
discontinuation)
Precautions
0.25-10 g/kg/min as
IV infusion
Immediate/2-3 min
after infusion
Nitroglycerin
5-100 g as IV
infusion
Headache, tachycardia,
vomiting; flushing.
Methemoglobinemia; requires
special delivery system because
of drug binding to PVC tubing
Nicardipine
5-15 mg/hr as IV
infusion
Fenoldopam
0.1-0.3 g/kg/min as IV
infusinon
Parenteral
Vasodilators
Sodium
Nitroprusside
Mesylate
Hydralazine
Tachycardia, headache,
vomiting, aggravation of angina
pectoris, sodium and water
retension, increased intracranial
KEADAAN KHUSUS
1.
Diseksi Aorta
- Robekan pd dinding aorta
- Klinis : nyeri dada (Spt MCI)
: Sinkope
- Pemeriksaan : Echo, CT Scan, MRI
- Terapi : Target TDS 110-120 mmHg/dl
Waktu 10-20 menit
- Konsul bedah
KEADAAN KHUSUS
2.
KEADAAN KHUSUS
3.
Edem Paru
- Klinis : - sesak nafas hebat, tiba-tiba
- ronkhi, bendungan
- gallop rythem
- Terapi :
- Obat : - Na Nitropruside
- Fenoldopam
- Obat-obat diuretik
- Target : TDS turun 30 mmHg dl beberapa menit
: 130/80 mmHg dl 3 jam
KEADAAN KHUSUS
4.
AKI/CKD
- Biasanya hipertensi sekunder (oklusi a. renalis)
- Klinis : Usia muda
Refrakter
RPK tidak ada
- Pemeriksaan : bising a renalis
- Terapi :
Turunkan tekanan darah
20 - 25% dl 1-3 jam
Obat : Na nitropruside
Labetalol
KEADAAN KHUSUS
5.
Krisis adrenergic
- Karena produksi katekolamin
- Terapi : Turunkan tekanan darah
10-15 % dl 1-2 jam
Obat : - Fentolamin
- Labetalol
KEADAAN KHUSUS
6.
Hipertensi Ensefalopati
- Perfusi ke serebral edem serebral progresif
- Klinis : kesadaran
Perdarahan retina
Papil edem
Defisit neurologi
- Terapi : tekanan darah 20-25% jam pertama
Obat : Na Nitropruside
Labetalol
KEADAAN KHUSUS
7.
Stroke Iskemi
- Penurunan tekanan darah masih
kontroversi
- tekanan darah tiba-tiba iskemi
cerebri bertambah
- tekanan darah bila awal > 220/120
mmHg, tdk lebih 10% pd jam I, 20%
pada 6-12 jam berikut
- Obat : - Na Nitropruside
- Nicardipin
KEADAAN KHUSUS
8.
Perdarahan serebral
- Biasanya tekanan darah > 240/120 mmHg
- Klinis : - penurunan kesadaran
- ngorok
- tanda-tanda defisit neurologi
- Terapi : - tek darah 20-25 % jam pertama
- 160/90 mmHg dl 24 jam
- Obat : Na Nitropruside
Nicardipin
CCB
KEADAAN KHUSUS
9.
Kehamilan
- Keluhan : - Sakit kepala
- Sesak nafas
- Oliguri
- Kejang
- Lab. Proteinuria
- Terapi : Terminasi kehamilan
Obat : - Nicardipin
- Labetalol
KEADAAN KHUSUS
10.
Pengguna NAPZA
- Obat kokain, amfetamin,
metametamin phencyclidine
- Obat pilihan CCB
Drugs of choice
Aortic dissection
Nitroprusside + esmolol
AMI, ischemia
Pulmonary edema
Renal emergencies
Catecholamine excess
Phentolamine, labetalol
Hypertensive encphalopathy
Nitroprusside
20%-25% in 2-3 hr
Subarachnoid hemorrhage
Ischemic stroke
Nitroprusside (controversial),
nicardipine
0%-20% in 6-12 hr
PROGNOSIS
A) Epidemiologi
Prevalensi pada tahun 1978 di
Indonesia tercatat sekitar 14,3%,
pada tahun 1985 sekitar 39% dan
hingga saat ini tercatat sekitar 510%.
B)
Etiologi
- Idiopatik (sebagian besar) - Faktor metabolik
- Faktor genetik
- Faktor emosional
- Faktor hormonal
- Kebiasaan/life style
C)
Faktor Resiko
- Usia lanjut
- Obesitas
- Riwayat keluarga
- Merokok
- Konsumsi Na tinggi
- Intoleransi glukosa
- Ras (ras Negro lebih tinggi)
- Konsumsi alkohol
D)
Komplikasi
- Komplikasi Kardiovaskular --> LVH,
angina pectoris, CHF, penyakit arteri koroner,
MCI, dll.
- Komplikasi Vaskular --> ruptur
aneurisma, klaudikasi intermiten, PAD (ex:
Buerger disease/tromboangitis obliterans,
Raynaud disease, dll), gangren, dll.
- Komplikasi ginjal --> kerusakan parenkim
ginjal, nefrosklerosis, insufisiensi atau gagal
ginjal, dll.