tangan.
Allah berfirman mengenai sebab diperintahkan-Nya berlaku sopan:
`... Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena
itu mereka tidak diganggu ...` (al-Ahzab: 59)
Dengan pakaian tersebut, dapat dibedakan antara wanita yang baik-baik dengan wanita
nakal. Terhadap wanita yang baik-baik, tidak ada laki-laki yang suka mengganggunya,
sebab pakaian dan kesopanannya mengharuskan setiap orang yang melihatnya untuk
menghormatinya.
3.Mematuhi adab-adab wanita muslimah dalam segala hal, terutama dalam
pergaulannya dengan laki-laki:
a. Dalam perkataan, harus menghindari perkataan yang merayu dan membangkitkan
rangsangan. Allah berfirman:
`... Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan
ucapkanlah perkataan yang baik.` (al-Ahzab: 32)
b.Dalam berjalan, jangan memancing pandangan orang. Firman Allah
`... Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan...` (an-Nur: 31)
Hendaklah mencontoh wanita yang diidentifikasikan oleh Allah dengan firman-Nya:
`Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu
berjalan kemalu-maluan ...` (al-Qashash: 25)
c. Dalam gerak, jangan berjingkrak atau berlenggak-lenggok, seperti yang disebut
dalam hadits:
`(Yaitu) wanita-wanita yang menyimpang dari ketaatan dan
menjadikan hati laki-laki cenderung kepada kerusakan
(kemaksiatan).(HR Ahmad dan Muslim)
Jangan sampai ber-tabarruj (menampakkan aurat) sebagaimana yang dilakukan
wanita-wanita jahiliah tempo dulu atau pun jahiliah modern.
4. Menjauhkan diri dari bau-bauan yang harum dan warna-warna perhiasan
yang seharusnya dipakai di rumah, bukan di jalan dan di dalam pertemuanpertemuan dengan kaum laki-laki.
5. Jangan berduaan (laki-laki dengan perempuan) tanpa disertai mahram.
Banyak hadits sahih yang melarang hal ini seraya mengatakan, `Karena yang ketiga
adalah setan.`
Jangan berduaan sekalipun dengan kerabat suami atau istri. Sehubungan dengan ini,
terdapat hadits yang berbunyi:
`Jangan kamu masuk ke tempat wanita.` Mereka (sahabat)
bertanya, `Bagaimana dengan ipar wanita.` Beliau menjawab,
`Ipar wanita itu membahayakan.` (HR Bukhari)
Suara Wanita
Ada pendapat yang mengatakan bahwa suara wanita itu aurat, karenanya tidak
boleh wanita berkata-kata kepada laki-laki selain suami atau mahramnya. Sebab,
suara wanita dengan tabiatnya yang merdu dapat menimbulkan fitnah dan
membangkitkan syahwat. Namun bila ditanyakan dalil yang dapat dijadikan acuan
dan sandaran, sebenarnya tidak ada.
Sebaliknya Al-Qur`an juga menceritakan kepada kita percakapan yang terjadi antara
Nabi Sulaiman a.s. dengan Ratu Saba, serta percakapan sang Ratu dengan kaumnya
yang laki-laki. Begitu pula peraturan (syariat) bagi nabi-nabi sebelum kita menjadi
peraturan kita selama peraturan kita tidak menghapuskannya, sebagaimana
pendapat yang terpilih.
Yang dilarang bagi wanita ialah melunakkan pembicaraan untuk menarik laki-laki,
yang oleh Al-Qur`an diistilahkan dengan al-khudhu bil-qaul (tunduk / lunak /
memikat dalam berbicara).
`Saya bertanya kepada Nabi saw. Tentang memandang (aurat orang lain) secara
tiba-tiba (tidak disengaja). Lalu beliau bersabda, `Palingkanlah pandanganmu.``
(HR Muslim)
Lantas, apakah aurat laki-laki itu? Bagian mana saja yang disebut aurat laki-laki?
Kemaluan adalah aurat mughalladhah (besar/berat) yang telah disepakati akan
keharaman membukanya di hadapan orang lain dan haram pula melihatnya, kecuali
dalam kondisi darurat seperti berobat dan sebagainya. Bahkan kalau aurat ini ditutup
dengan pakaian tetapi tipis atau menampakkan bentuknya, maka ia juga terlarang
menurut syara`.
Mayoritas fuqaha berpendapat bahwa paha laki-laki termasuk aurat, dan aurat lakilaki ialah antara pusar dengan lutut. Mereka mengemukakan beberapa dalil dengan
hadits-hadits yang tidak lepas dari cacat. Sebagian mereka menghasankannya dan
sebagian lagi mengesahkannya karena banyak jalannya, walaupun masing-masing
hadits itu tidak dapat dijadikan hujjah untuk menetapkan suatu hukum syara`.
Sebagian fuqaha lagi berpendapat bahwa paha laki-laki itu bukan aurat, dengan
berdalilkan hadits Anas bahwa Rasulullah saw. pernah membuka pahanya dalam
beberapa kesempatan. Pendapat ini didukung oleh Muhammad Ibnu Hazm.
Menurut mazhab Maliki sebagaimana termaktub dalam kitab-kitab mereka bahwa
aurat mughalladhah laki-laki ialah qubul (kemaluan) dan dubur saja, dan aurat ini
bila dibuka dengan sengaja membatalkan shalat.
Para fuqaha hadits berusaha mengkompromikan antara hadits-hadits yang
bertentangan itu sedapat mungkin atau mentarjih (menguatkan salah satunya).
Imam Bukhari mengatakan dalam kitab sahihnya `Bab tentang Paha,` diriwayatkan
dari Ibnu Abbas, Jurhud, dan Muhammad bin-Jahsy dari Nabi saw. bahwa paha itu
aurat, dan Anas berkata, `Nabi saw. pernah membuka pahanya.` Hadits Anas ini
lebih kuat sanadnya, sedangkan hadits Jurhud lebih berhati-hati.