I.
PENDAHULUAN
Pada dasarnya kita semua bisa menulis. Baik kita seorang pendidik,
yaitu:
persiapan,
pengumpulan
data,
pengorganisasian
dan
termasuk
tahap
penyuntingan
adalah
pembacaan
dan
dari
segi
penilisan
dan
pemilihan
kata,
penyusunan
kalimat,
RUMUSAN MASALAH
Indonesia,
editing
adalah:
1)
mempersiapkan karya tulis ilmiah yang siap cetak atau siap terbit (dengan
memperhtikan terutama segi ejaan, diksi dan struktur kalimat), makna ini
sering
diterjemahkan
menjadi
menyunting;
2)
merencanakan
dan
dengan
memotong
dan
memadukan
kembali.
Orang
yang
berkewajiban
menyelaraskan isi bahasa, dan alur pikiran materi sebelum karya tulis ilmiah
dikirimkan ke penerbit. Tentu itu bukan bahwa karya tulis ilmiahnya akan
diterima begitu saja oleh penerbit tanpa di kutak katik dan langsung
diterbitkan begitu saja. Di penerbit ada penyunting (bisa disebut editor) yang
berhak meluruskan dan menyelaraskan isi bahasakarya tulis ilmiah itu,
misalnya dengan menghapus bagian-bagian yang perlu ditambahkan.
Mengapa penyuntingan perlu dilaksanakan ? salah satu alasannya adalah
agar tulisan kita lebih jelas, menarik dan mudah dipahami oleh pembaca.
Selain itu, penyuntingan perlu dilakukan untuk memperbaiki bahasa yang
mungkin masih bermasalah.
Alwasilah (2005:20) dalam artikelnya Ada Apa dengan Ilmu Bahasa ?
menyatakan sebagai berikut. Penulis dengan segala keterbatasannya bisa
jadi tidak menyadari kessalahan-kesalahan berbahasa yang dilakukannya,
meski ia sudah berulang kali karya tulis ilmiah. Mengakui kesalahannya
sendiri memmang tidak mudah, sebaliknya menunjukan kesalahan orang lain
lebih mudah, sesui pribahasa: semut diseberang lautan tampak, fajah di
pelupuk mata tidak tampak. Untuk itu perlu kita sadari betapa besarnya
andil seorang editor atau profeder dalam membantu menulis.
Peran penyunting (editor) sangat besar bagi penulis karena mereka
merupakan rekan penulis dalm mewujudkan impiannya, yakni menerbitkan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
yang lainnya , dan antara subbab yang satu dengan subbab yang lainnya.
Meluruskan ide-ide yang salah atau kurang tepat.
Mendukung konsistensi dalam penulisan.
Membuat tulisan menjadi lebih sistematis, mudah dipahami, enak dibaca
dan menarik.
Membanu penulis mengenal selera pembaca.
Menghindarkan pelanggaran-pelangaran yang berakibat tidak baik.
Disinilah editor berperan sebagai pemandu, editor bertugas sebagai
memandu penulis agar mencapai tujuannya dalam waktu yang sesingkat
mungkin dengan tingkat kesalahan seminimal mungkin, karena kerja sama
antar penyunting dan penulis sangat diperlukan untuk menghindari masalah
yang timbul dalam penyuntingan. Sebelum penyuntingan dimulai harus
terlebih dahulu menyadari bahwa penyuntingan diperlukan untuk membuat
kata, ungkapan, kalimat, paragaf, dan subbab berkoherensi, halus, menarik
dan
lebih
jelas
supaya
tidak
terjadi
kesalahan-
kesalahan
dalam
penyuntingan.5[5]
Secra umum, proses editing atau pengeditan dapat dilakukan dengan
1.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
judul
Menulis judul yang menarik
Memberikan penjelasan tambahan untuk gambar atau tabel
Menelaah kembali hasil tulisan yang telah dicetak karena tidak menutup
kemungkinan masih terdapat kesalahan redaksional dan seubstansial6[6]
Tujuan pengeditan tipe ini adalah untuk membuat tulisan menjadi
mudah dimengerti, tetapi juga sistematika tulisan secara keseluruhan tetap
terjaga. Dari semua kegiatan yang tercakup dalam dua jenis proses
1.
2.
3.
4.
pendapatnya
Hati-hati dengan iklan terselebung yang termuat dalam tulisan.7[7]
Kebutuhan pengeditan muncul karena adanya prinsip dasar bahasa
jurnalistik yang harus terpenuhi dalam sebuah tulisan. Bahasa jurnalistik
berfungsi sebagai bahasa komunikasi masa. Karena peranannya tersebut,
bahasa yang dipakai haruslah lebih jelas dan mudah dibaca dengan tingkat
intelektual minimal.8[8]
B.
Macam-macam editing
6
7
1.
8
9
terfikirkan
sistematika
penulisan.
Dalam
hal
ini,
yang
perlu
akan
karya
tulis
ilmiah
sangat
diperlukan
keseimbangannya.
penulis mesti memperhatikan ini, karena teks yang dibaca tanpa ada upaya
memahaminya dari pembaca menjadikan buku yang diterbitkan mubadzir.
Sebaliknya ketipisan paragaf juga dikhawatirkan tidak mewakili gagasan
yang disampaikan penulis. Malah bisa jadi gagasannya itu tidak selesai
3.
tulang-tulangnya
yang
berfungsi
mengikat
daging
yang
mengandung gizi. Oleh sebab itu, ragangan harus disusun secara sistematis
berdasarkan topik dan subtopiknya. Sistematika ragangan berkaitan dengan
urut-urutan dan letak subtopik pembahasan yang akan ditulis.ragangan
dalam penulisan karya tulis ilmiah yang tela ditetapkan sejak awal bukanlah
harga mati. Dalam arti, ragangan yang tidak sesuai dengan isi/ materi/
gagasan dalam karya tulis ilmiah masih bisa dibongkar pasang untuk
menyesuaikannya. Sama halnya dengan judul tulisan atau buku yang sudah
di setting sejak awal boleh saja digonta ganti sesuai dengan tema yang telah
disajikannya.
Ragangan dapat saja diubah saat penulisan sedang berjalan atau nanti
di akhir penulisan. Mengedit ragangan bisa dengan cara mengurangi,
mengganti atau menambahkan sesua dengan subtopik kajian. Pada dasarnya
ragangan yang sudah ditulis sejak awal penulisan harus disesuaikan dengan
apa yang dibahas dalam isi/ materi/gagasan dalam buku. Pertimbagnanya
akan lebih mudah mengganti ragangan daripada harus menulis ulang tema
kajian nya. Editing ragangan yang terbaik adalah saat finalisasi penulisan,
4.
terlalu
panjang,
terlalu
singkat,
datar,
tidak
menarik,
tidak
membumi, dan terlalu akademis. Kerap terjadi, judul karya tulis ilmiah yang
13
14
dibuat sama persis dengan judul laporan penilitian atau judul skripsi yang
b.
c.
d.
e.
relevan dengan pokok bahasan. Jika tidak relevan, maka harus dibuang.
Revisi ejaan dan istilah teknis
Tanpa sadar, kita sering menggunakan istilah-istilah teknis yang hanya
dimengerti dan dipahami oleh lingkungan sendiri yang sangat terbatas. Ganti
f.
g.
tulis ilmiah.
Asumsi dampak yang diharapakan
Menulis berarti berkomunikasi. Menurut teori, komunikator yang baik
adalah yang senantiasa memperhatikan umpan balik. Komunikasi harus
efektif, yaitu mencapai hasil yang diharapkan. Menulis seharusnya dalam
koridor normatif yang ada, realitas karya tulis ilmiah adalah rasional, bukan
realitas virtual atau fiksional.15[15]
C.
1.
2.
3.
4.
kata,
penyesuaian kalimat,
penyesuaian
paragraf,
maupun
2.
murni.
Bacalah naskah beberapa kali dengan fokus yang berbeda-beda, misalnya
sekali waktu, difokuskan kepada ejaan, lalu diwaktu berikutnya di fokuskan di
15
16
4.
5.
dalam
kalimat
pendukung
topik
kalimat
paragraf
topik.
itu.
Bila
Kalimat-kalimat
ada
kalimat
lainnya
yang
tidak
7.
8.
9.
dipercaya.
Konsultasikan jargon, pengertian atau bagian yang meragukan kepada
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa editing adalah:
pertama mempersiapkan karya tulis ilmiah yang siap cetak atau siap terbit
proses
rantai
pemikiran
yang
sambung-menyambung.
Maka
dalam
penyuntingan tahap awal ini difokuskan dulu pada isi karya tulis ilmiah dan
tidak perlu memikirkan ejaan, perhurufan, pengetikan, maupun lay out-nya.
2. Editing Paragaf
Editing atau penyuntingan terhadap isi/ materi/ gagasan akan berpengaruh
pada
3.
kepadatan
paragaf,
sehingga
menyebabkan
terjadinya
ketidakseimbangan antar paragaf, ada yang tebal dan ada yang tipis.
Editing Ragangan (Outline)
Ragangan atau outline dalam sebuah karya tulis ilmiah diibaratkan sebagai
tulang-tulangnya yang berfungsi mengikat daging yang mengandung gizi.
Oleh sebab itu, ragangan harus disusun secara sistematis berdasarkan topik
4.
dan subtopiknya.
Editing Kebahasaan
Kebahasaan dalam sebuah karya tulis ilmiah disamakan dengan sebuh kulit
sebagai pembungkus daging dan tulang serta melindungi keberadaan
gizinya. Karena itu, bahasa karya tulis ilmiah harus memenuhi standardisasi
bahasa yang berlaku. Bahasa Indonesia yang menjadi dasar rujukan harus
menggunakan ejaan yang disempurnakan (EYD). Penulisan karya tulis ilmiah
populer bahasanya tidak bisa seenaknyapenulis, tetapi harus menggunkan
bahasa mutlak diperlukan kalau karya tulis ilmiah itu akan diterbitkan.
Penyutingan berkaitan dengan penghurufan, penomoran, pelambangan,
ejaan dan tanda baca.
Dalam buku lain dikatakan bahwa perbaikan materi tulisan (editing)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Daftar Pustaka
Dwiloka, Bambang dan Riana, Rati. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta).
Dalman. 2012. Menulis Karya Ilmiah, (Jakarta: Rajawali Pers).
Haris Sumadiria, AS. 2004. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, (Bandung: Simbiosa Rekatama
Media).
HS, Lasa. 2009. Menulis Itu Segampang Ngomong, cet. III, (Yogyakarta: Pinus).
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Mahir Menulis, (Jakarta: Erlangga).
Leo, Sutanto. 2010 Kiat Jitu Menulis Dan Menerbitkan Buku, (Jakarta: Erlangga).
Rahmat Rosyadi, A. 2008. Menjadi Penulis Profesional Itu Mudah., (Bogor: Ghalia Indonesia).