Anda di halaman 1dari 2

Awaliyatun Nikmah

G1F011018

Concomitant chemo-radiation in locally advanced carcinoma of the cervix


A. Pendahuluan
Kanker serviks adalah penyakit ganas ketiga yang paling umum terjadi pada
perempuan di seluruh dunia. Namun kejadian dan tingkat kematian kanker serviks yang
tinggi banyak terjadi pada geografis luas yang bervariasi dan sekitar 80% dari semua kasus
kanker serviks terjadi di negara berkembang. Kombinasi external beam radiotherapy (EBRT)
dan intrakavitas brachytherapy (ICRT) adalah pilihan pengobatan dalam kanker serviks pada
stadium lanjut. Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan menunjukkan bahwa cisplatin
yang dilakukan bersamaan radioterapi memberikan pilihan yang terbaik. Pada penelitian
sebelumnya, kombinasi cisplatin dan gemcitabin untuk penyakit yang kambuh dan
metastasis, gemcitabin memberikan respon lebih baik dari 40 %. Penelitian ini dilakukan
untuk mengevaluasi aktivitas antitumor dan toksisitas kombinasi gemcitabine-cisplatinradioterapi yang dilakukan bersamaan untuk kanker serviks stadium lanjut yang tidak dapat
diobati secara lokal. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menentukan keberhasilan
terapi dan untuk mengevaluasi toksisitas.
B. Metode
Subjek penelitian adalah 67 pasien. Pemberian perlakuan dimulai dengan EBRT dosis
5000 cGy dalam 25 fraksi (5 hari seminggu, senin-jumat). Pada hari pertama EBRT dilakukan
dalam setiap minggu, 3 jam sebelumnya diberikan kemoterapi. Kemoterapi yang diberikan
meliputi pemberian antiemetik profilaksis (8 mg dexamethasone dan 3 mg granisetron),
hidrasi dengan 500 ml NaCl dalam 30 menit, cisplatin (40 mg/m2) didilusi dalam 500 ml
NaCl yang berisi 62,5 ml 20% infus manitol dalam 1 jam, dan infus 250 ml NaCl selama 15
menit kemudian diikuti 250 ml NaCl + gemcitabine (125 mg/m2) selama 30 menit. Setelah
30 menit, diberikan radioterapi pada pasien. Satu minggu setelah EBRT selesai, pasien diberi
perlakuan ICRT. ICRT dilakukan 3 kali aplikasi dengan dosis 700 cGy yang dilakukan dalam
seminggu. Pasien yang digunakan adalah pasien dengan stage antara IIB-IVA, tidak dideteksi
adanya limfadenopati menggunakan ultrasonografi, umur antara 25-65 tahun, gambaran chest
X-ray normal, dan memiliki parameter darah yang dapat diterima (hemoglobin 10 g/dL,
leukosit total 4000/mm3, serum bilirubin dan kreatinin mengalami peningkatan 1,5 kali.
C. Hasil
Berdasarkan kepatuhan pasien, terdapat 4 orang yang menghentikan terapi karena
diare, sehingga hanya diberikan terapi radioterapi. Empat orang ini dieksklusi dari penelitian.
Selain kejadian diare, efek toksik yang terjadi adalah leukopenia, trombositopenia, anemia,
mual, dan muntah (Tabel 1). Walaupun terjadi efek samping pada terapi, masalah efek
samping ini dapat diselesaikan dengan pemberian terapi sesuai keluhan pasien. Sedangkan
respon pengobatan yang diamati, sebanyak 63 pasien memberikan respon terapi. Setelah 3

bulan pengobatan, 61 dari 63 (97%) pasien telah mencapai respon obyektif, yaitu 42 (67%)
pasien memiliki respon lengkap, 16 (25%) memiliki respon parsial, 3 (05%) penyakitnya
stabil dan dua (03%) memiliki penyakit progresif. Pada 10,5 bulan (kisaran 3-16 bulan), 38
(60%) pasien sudah tidak memiliki bukti adanya penyakit, 15 (24%) memiliki kegagalan
pelvic atau penyakit lokal persisten saja, satu (02%) memiliki metastasis paru-paru, dan 4
(06%) memiliki kelenjar getah bening paraaortic metastasis selain penyakit panggul (Tabel
2). Pada akhir penelitian terdapat 5 pasien yang menghilang dan tidak dapat dihubungi.

Tabel 1. Angka Kejadian Efek Toksik akibat Terapi

Tabel 1. Angka Kejadian Efek Toksik akibat Terapi

D. Kesimpulan
Terapi kemo-radioterapi yang bersamaan dengan cisplatin gemcitabine
menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam terapi kanker serviks stadium lanjut. Sebagian
besar toksisitas dapat diobati dengan rawat jalan untuk meminimalkan biaya manajemen
perawatan pasien. Kefektivan penggunaan kombinasi ini sesuai dengan guideline yang
digunakan (NCCN,2014).

Anda mungkin juga menyukai