Tahap pertama dalam proses penggilingan padi adalah pembersihan awal pada
gabah yang masih bercampur dengan debu, batu, kotoran, dan benda-benda asing
lainnya. Proses ini dikenal dengan precleaning dan alatnya disebut precleaner.
Prinsip dasar pembersihan awal adalah memanfaatkan perbedaan ukuran dan berat
antara gabah dan benda asing. Tahapan ini menghilangkan kotoran yang berjumlah
sekitar 3% (Patiwiri, 2006 dalam Dewi, 2009).
Gabah kemudian mengalami proses pemecahan kulit yang bertujuan untuk
melepaskan kulit gabah dengan menghindari kerusakan sekecil mungkin pada
butiran beras. Bagian-bagian yang dilepaskan dalam struktur gabah adalah palea,
lemma, dan gulme. Proses ini menghilangkan 20% berat gabah yang berupa sekam.
Alat yang digunakan disebut husker, huller, dan sheller (Patiwiri, 2006 dalam Dewi,
2009).
Setelah gabah melalui proses pemecahan kulit, maka gabah melalui proses
pemisahan antara gabah dan beras pecah kulit, sehingga dihasilkan beras pecah
kulit dan gabah yang masih utuh. Beras pecah kulit diteruskan ke mesin penyosoh
sedangkan gabah utuh akan diteruskan kembali ke mesin pemecah kulit. Mesin
yang digunakan disebut paddy separator atau separator.
Beras pecah kulit yang dihasilkan masih mengandung bekatul sehingga untuk
menghilangkannya diperlukan alat yang biasa disebut whitener atau polisher yang
berfungsi membersihkan dan memutihkan. Hasil dari proses ini adalah beras sosoh
yang berwarna putih dan hasil samping berupa dedak dan bekatul. Proses ini dapat
dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan hasil yang baik. Proses penyosohan
yang hanya dilakukan satu kali disebut one pass, sedangkan yang dilakukan
beberapa kali disebut multi pass (Patiwiri, 2006 dalam Dewi, 2009). Bekatul dan
lembaga sebagai hasil samping yang hilang adalah sebanyak 10% sehingga
dihasilkan beras putih sebanyak 67% (Dewi, 2009).
Susunan komponen mesin penggiling padi (konfigurasi) berpengaruh terhadap
rendemen beras giling. Konfigurasi mesin pada PPS umumnya husker-polisher (H-P)
atau husker-separator-polisher (H-S-P). sedangkan konfigurasi mesin pada PPK
adalah H-S-P untuk tipe sederhana adalah cleaner-husker-separator-polisher (C-H-SP) untuk tipe lengkap. Rendemen giling yang dihasilkan oleh PPK yang
berkonfigurasi H-P adalah rata-rata hanya mencapai 55,71% dengan kualitas beras
kepala 74,25% dan beras patah 14,99%. Pada PPB dengan konfigurasi C-H-S-P
menghasilkan rendemen 59,69% dengan kualitas beras kepala 75,73% dan beras
patah 12,52% (Hadiutomo, 2006 dalam Dewi, 2009).
Analisa Usaha
Harga gabah kering giling (GKG) sebesar Rp 6.000,- per kg. Maka dengan Modal Rp
10.000.000,- dapat dibeli sebanyak 1,667 ton GKG. Jika didapatkan rendemen 65%
maka beras sosoh yang dihasilkan sebesar 1,084 ton.
Tonase
Biaya Produksi
1. Biaya tetap
Upah Giling
2. Biaya variabel
Harga Satuan
(Rp)
460
1,667
ton
Gabah
6.000
Jumlah
(Rp)
499.000
10.000.000
10.499.000
1,084
ton
13.000
14.092.000
Keuntungan
3.593.000
Harga gabah kering giling (GKG) sebesar Rp 6.000,- per kg. Maka dengan Modal Rp
30.000.000,- dapat dibeli sebanyak 5 ton GKG. Jika didapatkan rendemen 65%
maka beras sosoh yang dihasilkan sebesar 3,250 ton.
Berikut analisa usaha berdasarkan informasi di atas.
Jenis Biaya
Tonase
Biaya Produksi
1. Biaya tetap
Upah Giling
2. Biaya variabel
Gabah
5 ton
Total Biaya Produksi
Pendapatan
3,250
Beras
ton
Keuntungan
Harga Satuan
(Rp)
460
Jumlah (Rp)
1.495.000
6.000
30.000.000
31.495.000
13.000
42.250.000
10.755.000