Anda di halaman 1dari 9

1

ZIRAAAH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 1-9

ISSN 1412-1468

STUDI KARAKTERISTIK KIMIA TANAH DAN STATUS KESUBURAN TANAH DI


KAWASAN SENTRA PRODUKSI TANAMAN PANGAN
KABUPATEN TANA TIDUNG
(Determine The Chemical Characteristics Of Soil And Soil Fertility Status In The Region
Center Of Production (KSP) Food Crops Of Tana Tidung Regency)
Fahrunsyah
Staf Pengajar Jurusan Agroteknologi
FakultasPertanianUniversitasMulawarman
ABSTRACT
Objective of the research was to determine the chemical characteristics of soil and soil fertility
status in the Region Center of Production (KSP) Food Crops of Tana Tidung Regency.
The research carried out for 3 (three) months, from October to December 2010 in the 16 KSP of
Food Crop at Tana Tidung Regency, spread in three sub districts, namely 6 locations in Sesayap Sub
District, 6 locations in Sesayap Hilir Sub District, and 4 locations in Tana Lia Sub District.
The research used the survey system method, followed by a composite soil sampling at a depth
of 0-20cm, and soil samples analyzed in the laboratory.
Results of the research indicated that: (1) Characteristics of soil chemistry in the Area of Food
Crops Production Center of Tana Tidung generally as follows: for acidity quite sour to very sour, CEC
and base saturation is low to very low, Aluminum saturation is high, low total phosphorus while the
relatively very low available phosphorus levels from 1.06 - 13.25%, availability of Potassium
classified as being available from 19.25 - 67.00%, low-organic C, total N was low to very low and the
ratio C / N was high to very high, and (2) The status of soil fertility in all study sites classified
generally lower by a limiting factor of P availability. Another limiting factor varied among study
sites.
Keywords: Chemical Properties, Soil Fertility, Tana Tidung

PENDAHULUAN
Tanah merupakan salah satu komponen
lahan yang mempunyai peranan penting
terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi
tanaman, karena tanah selain berfungsi sebagai
media tumbuh tanaman juga berperan dalam
menyediakan unsur hara yang diperlukan
tanaman untuk mendukung pertumbuhan
tanaman.
Pembentukan tanah dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti, iklim, bahan induk,
topografi/relief,
organisme
dan
waktu.

Perbedaan pengaruh dari berbagai faktor


pembentuk
tanah
akan
menghasilkan
karakteristik tanah baik karakteristik fisik,
kimia maupun biologi yang pada akhirnya
berpengaruh terhadap
kesuburan tanah
bersangkutan. Oleh karena itu, generalisasi
status kesuburan tanah pada suatu lahan dengan
lingkungan fisik yang berbeda sangat tidak
relevan.
Kabupaten Tana Tidung merupakan
satu dari 14 Kabupaten/Kota di Kalimantan
Timur yang mempunyai peluang cukup besar
dalam
pengembangan
sektor
pertanian

2
ZIRAAAH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 1-9

khususnya pertanian tanaman pangan. Salah


satu modal dasar untuk maksud tersebut adalah
cukup luasnya lahan yang berpotensi untuk
budidaya tanaman pangan. Luas lahan yang
berpotensi untuk pengembangan tanaman
pangan di Kabupaten Tana Tidung seluas
236.193,69 Ha yang tersebar pada 3 kecamatan
yaitu : 110.193,26 Ha di Kecamatan Sesayap;
80.455,15 Ha di Kecamatan Sesayap Hilir;
45.545,28 Ha di Kecamatan Tana Lia (Anonim,
2005).
Sedangkan
lahan
yang
telah
dimanfaatkan untuk budidaya tanaman pangan
di Kabupaten Tana Tidung pada tahun 2009
baru seluas 2.052 Ha meliputi Kecamatan
Sesayap 905 Ha, Sesayap Hilir 505 Ha dan
Tana Lia 642 Ha (Anonim, 2010).
Walaupun potensi lahan cukup luas,
namun pengembangan budidaya tanaman
pangan masih belum optimal disebabkan
banyaknya
permasalahan/kendala
yang
dihadapi,
diantaranya
terbatasnya
data/informasi mengenai karakteristik tanah
dan status kesuburan tanah di areal/kawasan
budidaya tanaman, sehingga menyulitkan
dalam meningkatan produktivitas lahan seperti
kesulitan untuk menetapkan jenis dan dosis
pupuk yang tepat untuk mendukung produksi
yang optimal.
Tujuan
penelitian
adalah
untuk
mengetahui karakteristik kimia tanah dan status
kesuburan tanah di Kawasan Sentra Produksi
(KSP) Tanaman Pangan Kabupaten Tana
Tidung.
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan pada 16 KSP
pertanian tanaman pangan Kabupaten Tana
Tidung yang tersebar pada 3 kecamatan, yaitu 6
lokasi di Kecamatan Sesayap (Seputuk, Kujau
1, Kujau 2, Gunawan, Sebawang, Tideng Pale),
6 lokasi di Kecamatan Sesayap Hilir (Bandan
Bikis 1, Bandan Bikis 2, Sepala Dalung,
Bebatu, Seludau, Sesayap)dan 4 lokasi di

ISSN 1412-1468

Kecamatan Tana Lia(Delawan, Mandul,


Sambungan dan Tungku Dacing).
Penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga)
bulan yaitu dari bulan Oktober sampai dengan
Desember 2010.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan sistem
survei yang dilanjutkan dengan pengambilan
contoh tanah secara komposit pada kedalaman
0 20 cm. Contoh tanah komposit tersebut
selanjutnya dianalisis di laboratorium.
Pengumpulan dan Analisis Data
Parameter kimia tanah yang dianalisis
terdiri atas : kemasaman tanah (pH H2O dan
pH KCl), kandungan P-total dan P-tersedia, Ktotal dan K-tersedia, C-organik, N-total, rasio
C/N, KTK, kejenuhan basa (KB) dan
kejenuhan Aluminium.
Datadata hasil analisis tanah di
laboratorium tersebut, dianalisis lebih lanjut
untuk mengetahui karakteristik kimia tanah dan
status
kesuburan
tanahnya.
Analisis
karakteristik
kimia
tanah
dianalisis
menggunakan kriteria penilaian status kimia
tanah, sedangkan status kesuburan tanah
dianalisis menggunakan kriteria penilaian
kesuburan tanah dari Pusat Penelitian Tanah
(PPT dalam Subroto, 2003).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Kimia Tanah
Kemasaman Tanah (pH)
Kemasaman tanah yang diukur yaitu : pH
aktual (pH H2O) dan pH KCl. pH aktual
merupakan pH tanah yang umum digunakan
untuk mengetahui konsentrasi ion H+ di dalam
tanah, khususnya untuk kondisi lingkungan
pada saat pengukuran dilakukan, dan pH KCl
digunakan sebagai salah satu parameter untuk
mengetahui keberadaan mineral terubahkan di
dalam tanah. Dalam hal ini mineral terubahkan,
dapat diketahui dengan mencari pH. Nilai

3
ZIRAAAH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 1-9

pH diperoleh dari pengurangan nilai pH KCl


dengan pH H2O atau secara matematik ditulis
pH = pH KCl - pH H2O. Jika pH bernilai
positif, nol atau negatif rendah (< - 0,5) berarti

ISSN 1412-1468

tanah didominasi mineral terubahkan (Sutanto,


1995 dan Theng, 1980). Hasil penelitian
mengenai keadaan pH tanah disajikan pada
Tabel 1.

Tabel 1. Nilai dan Status Kemasaman serta pH


pH H2O
Nilai
Status
1. Sesayap
Seputuk
4,1
SM
Kujau 1
5,1
M
Kujau 2
3,9
SM
Gunawan
4,1
SM
Sebawang
4,0
SM
Tideng Pale
4,5
SM
2. Sesayap Hilir Bandan Bikis 1
3,6
SM
Bandan Bikis 2
3,9
SM
Sepala Dalung
3,9
SM
Bebatu
4,3
SM
Seludau
5,3
M
Sesayap
3,7
SM
3. Tana Lia
Delawan
4,7
M
Mandul
3,8
SM
Sambungan
4,2
SM
Tungku Dacing
4,7
M
Keterangan : M = Masam, SM = Sangat Masam
No.

Kecamatan

Lokasi Studi

Kemasaman aktual (pH H2O) berkisar


dari 3,60 hingga 5,30 dengan status pH sangat
masam hingga masam. Seluruh lokasi studi
mempunyai nilai pH kurang dari 5,5 yang
merupakan batas kritis bagi tanaman, karena
pada pH kurang dari 5,5 Al berada dalam
bentuk Al3+. Dalam bentuk tersebut, Al
mempunyai kemampuan yang tinggi untuk
mengikat anionanion, misalnya P akibatnya
ketersediaan anion yang diikat menjadi terbatas
(Hakim dkk, 1986).
Apabila dirinci menurut statusnya, 12
lokasi dari 16 lokasi studi mempunyai pH
tergolong sangat masam, sedangkan yang
lainnya tergolong masam.
Hanya sebagian kecil lokasi studi yaitu
6 dari 16 lokasi studi yang mempunyai nilai

pH KCl
Nilai
3,6
3,9
3,6
3,6
3,5
3,9
2,8
3,5
3,7
4,1
3,9
3,9
3,5
3,4
3,5
3,5

pH
Nilai
- 0,5
- 1,2
- 0,3
- 0,5
- 0,5
- 0,6
- 0,8
- 0,4
- 0,2
- 0,2
- 1,4
0,2
- 1,2
- 0,4
- 0,7
- 1,2

pH < - 0,5 hingga nilai positif. Sebaliknya 10


dari 16 lokasi studi mempunyai nilai pH >
0,5 atau negatif lebih besar.
Hal ini
menunjukkan bahwa hanya sebagian hasil
tanah di lokasi studi yaitu 6 dari 16 lokasi studi
yang didominasi oleh mineral terubahkan.
KTK, KB dan K.Al
Nilai dan status KTK sangat bervariasi
di antara lokasi studi yaitu mulai dari yang
terendah 7 me/100g tanah dengan status sangat
rendah di Seputuk dan Sambungan sampai
dengan yang tertinggi yaitu 62 me/100g tanah
dengan status sangat tinggi di Sepala Dalung.
Nilai dan status KTK, KB dan K.Al dapat
dilihat pada Tabel 2.

4
ZIRAAAH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 1-9

ISSN 1412-1468

Tabel 2. Nilai dan Status KTK, KB dan K.Al


KTK
No.
1.

Kecamatan
Sesayap

Lokasi Studi

Nilai
(me/100g)
7
20
9
9
12
15

KB
Status

Nilai
(%)
26
52
33
30
8
64

Status

K.Al
Nilai
(me/100g)
57
6
50
49
81
13

Status

Seputuk
R
R
T
Kujau 1
S
T
SR
Kujau 2
R
R
T
Gunawan
R
R
T
Sebawang
R
SR
SR
Tideng Pale
R
T
R
Sesayap
Bandan Bikis
2.
39
T
14
SR
44
T
Hilir
1
Bandan Bikis
26
T
19
SR
40
T
2
Sepala Dalung
62
ST
8
SR
50
T
Bebatu
19
S
58
T
3
SR
Seludau
23
S
54
T
5
SR
Sesayap
11
R
25
R
35
T
3. Tana Lia
Delawan
34
T
17
SR
40
T
Mandul
48
ST
11
SR
49
T
Sambungan
7
R
82
ST
5
SR
Tungku
11
R
34
R
37
T
Dacing
Keterangan : SR = Sangat Rendah, R = Rendah, S = Sedang, T = Tinggi dan ST = Sangat Tinggi
Dilihat dari statusnya, lokasi studi di
Kecamatan
Sesayap
mempunyai
KTK
tergolong rendah sampai sedang; Kecamatan
Sesayap Hilir mempunyai KTK tergolong
sedang hingga sangat tinggi dan Kecamatan
Tana Lia mempunyai KTK tergolong rendah
sampai sangat tinggi. Secara keseluruhan, 8
lokasi studi mempunyai KTK tergolong rendah,
yang menggambarkan bahwa tanah di lokasi
studi tersebut mempunyai kemampuan sangat
rendah dalam menahan dan mempertukarkan
kation (Nyakpa dkk, 1988).
KB di lokasi studi tergolong dari sangat
rendah hingga sangat tinggi dengan nilai antara
882%. Sebagian besar yaitu 11 dari 16 lokasi
studi mempunyai KTK tergolong sangat rendah
hingga rendah. Hal ini menggambarkan bahwa
keberadaan kation-kation basa di dalam

komplek pertukaran kation pada sebagian besar


lokasi studi sangat terbatas.
Nilai dan status K.Al di lokasi studi
bervariasi dari sangat rendah hingga tinggi
dengan nilai K.Al terendah yaitu 3% di lokasi
studi Bebatu dan tertinggi yaitu 81% di lokasi
studi Sebawang. Walaupun kisaran K.Al sangat
bervariasi, namun sebagian besar lokasi studi
yaitu 11 dari 16 lokasi studi mempunyai K.Al
tergolong tinggi. Hal ini menggambarkan
bahwa kation yang dominan di sebagian besar
lokasi studi adalah kation-kation asam
khususnya kation Al. Kondisi tanah yang
didominasi oleh kation Al tidak mendukung
pertumbuhan tanaman yang optimal karena
mengurangi ketersedian unsur hara makro
khususnya P melalui mekanisme pengikatan P
oleh Al, juga dapat menyebabkan tanaman

5
ZIRAAAH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 1-9

mengalami
keracunan
dan
gangguan fisiologis (Foth, 1991).

mengalami

Kandungan P dan K
P total tergolong dalam kisaran sangat
rendah hingga sedang. Namun demikian
kebanyakan lokasi studi mempunyai status P
total tergolong rendah. P total di lokasi studi
berkisar dari yang terendah yaitu 40 ppm pada
lokasi Kujau 2 dan yang tertinggi yaitu 330
ppm di lokasi Sepala Dalung yang tergolong
sedang.

ISSN 1412-1468

Untuk P tersedia, tanah di lokasi studi


sebagian besar tergolong sangat rendah (14
lokasi studi) dan lainnya tergolong rendah (2
lokasi studi). P tersedia di lokasi studi berkisar
dari yang terendah 1,1 ppm di Kujau 1 hingga
yang tertinggi 12,4 ppm di Bandan Bikis 2.
Nilai dan status P total dan P tersedia serta
prosentase ketersediaan P dapat dilihat pada
Tabel 3.

Tabel 3. Nilai dan Status P Total dan P Tersedia Serta Prosentase Ketersediaannya
No.
1.

Kecamatan
Sesayap

Lokasi Studi

P Total
Nilai
Status
(ppm)
40
SR
150
R
40
SR
130
R
150
R
220
S

P Tersedia
Nilai
Status
(ppm)
2,8
SR
1,1
SR
5,3
SR
3,2
SR
6,0
SR
3,9
SR

Seputuk
Kujau 1
Kujau 2
Gunawan
Sebawang
Tideng Pale
Bandan Bikis
2. Sesayap Hilir
300
S
10,6
1
Bandan Bikis
260
S
12,4
2
Sepala
330
S
8,5
Dalung
Bebatu
140
R
6,7
Seludau
130
R
3,2
Sesayap
170
R
1,8
3. Tana Lia
Delawan
200
R
2,5
Mandul
170
R
3,8
Sambungan
100
R
1,8
Tungku
60
SR
1,8
Dacing
Keterangan : R = Rendah, S = Sedang, T = Tinggi dan ST = Sangat Tinggi
Berdasarkan
hasil
perhitungan,
prosentase ketersediaan P (perbandingan antara
P tersedia dengan P total) didapatkan bahwa
prosentase ketersediaan P paling tinggi 13,25%
dari P total yang dapat tersedia bagi tanaman.

Prosentase
Ketersediaan P
7,00
0,73
13,25
2,46
4,00
1,77

3,53

4,77

SR

2,58

SR
SR
SR
SR
SR
SR

4,79
2,46
1,06
1,25
2,24
1,80

SR

3,00

Bahkan jika dicermati sebagian besar lokasi


studi mempunyai prosentase ketersediaan P
kurang dari 5%. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar P berada dalam bentuk tidak

6
ZIRAAAH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 1-9

tersedia. Rendahnya ketersediaan P ini


disebabkan tingginya kemasaman tanah.
K total di lokasi studi berkisar dari yang
terendah yaitu 50 ppm di 3 (tiga) lokasi studi
yaitu Kujang 2, Sesayap, dan Sambungan
hingga yang tertinggi yaitu 200 ppm di Bandan
Bikis 1.
K tersedia berkisar dari 19 ppm yang
tergolong rendah di Seputuk hingga 113 ppm
yang tergolong sangat tinggi di Bandan Bikis
1.Secara keseluruhan status K tersedia berkisar

ISSN 1412-1468

dari rendah hingga sangat tinggi, namun


sebagian besar lokasi studi mempunyai K
tersedia tergolong sedang.
Prosentase ketersediaan K berkisar dari
19,29% di Kujau 1 hingga 67,00% di Bebatu.
Apabila dibandingkan dengan ketersediaan P
maka ketersediaan K relatif lebih tinggi. Nilai
K total, nilai dan status K tersedia serta
prosentase ketersediaan K dapat dilihat pada
Tabel 4.

Tabel 4. Nilai K Total, Nilai dan Status K Tersedia serta Prosentase Ketersediaan K
K2O total
K2O tersedia
Prosentase
No. Kecamatan
Lokasi Studi
Nilai
Nilai
Ketersediaan K2O
Status
(ppm)
(ppm)
1. Sesayap
Seputuk
60
19
R
31,66
Kujau 1
140
27
S
19,29
Kujau 2
50
30
S
20,00
Gunawan
70
24
S
34,29
Sebawang
130
35
S
26,92
Tideng Pale
150
41
T
27,33
Sesayap
2.
Bandan Bikis 1
200
113
ST
56,50
Hilir
Bandan Bikis 2
70
38
S
54,29
Sepala Dalung
80
53
T
66,25
Bebatu
100
67
ST
67,00
Seludau
150
30
S
20,00
Sesayap
50
24
S
48,00
3. Tana Lia
Delawan
170
70
ST
41,18
Mandul
100
46
T
46,00
Sambungan
50
26
S
52,00
Tungku Dacing
80
24
S
30,00
Keterangan : R = Rendah, S = Sedang, T = Tinggi dan ST = Sangat Tinggi
Kandungan C-Organik, N Total dan Rasio
C/N
Nilai C organik berkisar dari 1,04% di
Seputuk sampai 32,35% di Mandul, nilai
tersebut tergolong rendah hingga sangat tinggi.
Apabila dirinci per kecamatan, maka sebagian
besar lokasi studi di Kecamatan Sesayap

tergolong rendah, lokasi studi di Kecamatan


Sesayap Hilir umumnya tergolong tinggi
hingga sangat tinggi, sedangkan di Kecamatan
Tana Lia tergolong sedang hingga sangat
tinggi. Nilai dan status C-organik, kandungan
N-total dan rasio C/N disajikan pada Tabel 5.

7
ZIRAAAH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 1-9

Tabel 5. Nilai dan Status C Organik, N Total, dan Rasio C/N


C Organik
N Total
Lokasi
No. Kecamatan
Nilai
Nilai
Studi
Status
Status
(%)
(%)
1. Sesayap
Seputuk
1,04
R
0,07
SR
Kujau 1
4,73
T
0,20
R
Kujau 2
1,74
R
0,09
SR
Gunawan
1,41
R
0,09
SR
Sebawang
1,87
R
0,12
R
Tideng Pale
1,60
R
0,15
R
Sesayap
Bandan
2.
13,52
ST
0,39
S
Hilir
Bikis 1
Bandan
9,68
ST
0,26
S
Bikis 2
Sepala
25,97
ST
0,62
T
Dalung
Bebatu
4,67
T
0,19
R
Seludau
4,78
T
0,23
S
Sesayap
15,35
ST
0,41
S
3. Tana Lia
Delawan
2,43
S
0,34
S
Mandul
32,35
ST
0,48
S
Sambungan
1,88
R
0,07
SR
Tungku
2,11
S
0,11
R
Dacing
Keterangan : R = Rendah, S = Sedang, T = Tinggi dan ST = Sangat Tinggi
Nilai N total, mempunyai variasi yang
besar dari yang terendah 0,07% diSeputuk dan
Sambungan yang tergolong sangat rendah
hingga 0,62% pada lokasi studi Sepala Dalung
yang tergolong tinggi.
Status rasio C/N secara keseluruhan
berkisar dari sangat rendah hingga sangat
tinggi, namun sebagian besar lokasi studi
mempunyai rasio C/N tergolong tinggi. Hal ini
mengindikasikan bahwa tanah-tanah di lokasi
studi mengalami proses dekomposisi yang
berlangsung lambat disebabkan sebagian besar
lokasi studi merupakan lahan basah dengan
kondisi aerasi yang kurang baik sehingga tidak

ISSN 1412-1468

Rasio C/N
Nilai

Status

14,85
23,65
19,33
15,67
15,58
10,67

S
T
T
T
T
S

34,67

ST

37,23

ST

41,89

ST

24,58
20,78
37,44
7,15
67,40
26,86

T
T
ST
SR
ST
ST

19,18

mendukung dekomposisi berlangsung cepat


(Sanchez, 1992 dan Hardjowigeno, 1993).
Status Kesuburan Tanah
Status kesuburan tanah pada seluruh
lokasi studi tergolong rendah dengan faktor
pembatas umumnya adalah ketersediaan P.
Faktor pembatas lainnya bervariasi antar lokasi
studi. Di lokasi Seputuk, faktor pembatas
kesuburan tanah adalah seluruh parameter
penentu kesuburan tanah yaitu : KTK, KB, Corganik, P tersedia dan K tersedia. Di lokasi
Kujau 1, faktor pembatas kesuburan tanah
adalah ketersediaan P. Status kesuburan tanah
secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 6.

8
ZIRAAAH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 1-9

ISSN 1412-1468

Tabel 6. Status Kesuburan Tanah


No. Kecamatan
1.

Lokasi Studi

KTK

Sesayap

KB

C
Organik
R
T
R
R
R
R

P
Tersedia
SR
SR
SR
SR
SR
SR

Seputuk
R
R
Kujau 1
S
T
Kujau 2
R
R
Gunawan
R
R
Sebawang
R
SR
Tideng Pale
R
T
Sesayap
Bandan Bikis
2.
T
SR
ST
R
Hilir
1
Bandan Bikis
T
SR
ST
R
2
Sepala Dalung
ST
SR
ST
SR
Bebatu
S
T
T
SR
Seludau
S
T
T
SR
Sesayap
R
R
ST
SR
3. Tana Lia
Delawan
T
SR
S
SR
Mandul
ST
SR
ST
SR
Sambungan
R
ST
R
SR
Tungku
R
R
S
SR
Dacing
Keterangan : R = Rendah, S = Sedang, T = Tinggi dan ST = Sangat Tinggi
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Karakteristik kimia tanah di Kawasan
Sentra
Produksi
Tanaman
Pangan
Kabupaten Tana Tidung secara umum
sebagai berikut: kemasaman tergolong
masam hingga sangat masam, KTK dan
kejenuhan basa tergolong rendah hingga
sangat rendah, kejenuhan Aluminium
tergolong tinggi, Fosfor total rendah
sedangkan Fosfor tersedia tergolong sangat
rendah dengan tingkat ketersediaan Fosfor
1,06-13,25 %, Kalium tersedia tergolong
sedang dengan tingkat ketersediaan 19,2567,00 %, C-organik rendah, N-total rendah
hingga sangat rendah dan rasio C/N
tergolong tinggi hingga sangat tinggi.
2. Status kesuburan tanah di lokasi studi
seluruhnya tergolong rendah dengan faktor

R
S
S
S
S
T

Status
Kesuburan
R
R
R
R
R
R

ST

T
ST
S
S
ST
T
S

R
R
R
R
R
R
R

K Tersedia

pembatas umumnya ketersediaan P.


Faktor pembatas lainnya bervariasi antar
lokasi studi.
Saran
1. Untuk meningkatkan status kesuburan tanah
di lokasi studi perlu dilakukan beberapa
upaya : pemberian bahan organik,
pengapuran dan pemupukan berimbang
yang disesuaikan dengan kondisi setempat.
2. Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk
mengetahui respon pertumbuhan tanaman
terhadap berbagai perlakuan pemberian
bahan organik, pengapuran dan pemupukan
berimbang.

9
ZIRAAAH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 1-9

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Pembuatan Peta Potensi
Pertanian Kabupaten Bulungan, Pusat
Penelitian Pengembangan Wilayah
Universitas Mulawarman, Samarinda.
Anonim. 2010. Kabupaten Tana Tidung Dalam
Angka Tahun 2010. Badan Pusat
Stastistik Kabupaten Bulungan, Tanjung
Selor.
Black, S. K. 1964. Soil-Plant Relationship.
John Wiley & Sonc Inc, New York.
Foth, H. D. 1991. Dasar-dasar Ilmu Tanah.
Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Hakim, N., Nyakpa, M. Y., Lubis, A.M.,
Nugroho, S.G., Saul, R., Diha, A.,
Hong, G. B. dan Bailey, H.H. 1986.
Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung, Bandar Lampung.

ISSN 1412-1468

Hardjowigeno, S.
1993.
Ilmu Tanah.
Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Nyakpa, M. Y., Lubis, A.M., Pujung, M.A.,
Amrah, G., Munawar, A., Hong, G. B.
dan Hakim, N. 1988. Kesuburan
Tanah. Universitas Lampung, Bandar
Lampung.
Sanchez, P. A. 1992. Sifat dan Pengelolaan
Tanah Tropika.P Institut Teknologi
Bandung, Bandung.
Subroto. 2003. Tanah, Pengelolaan dan
Dampaknya.
Fajar
Gemilang,
Samarinda.
Sutanto, R. 1995. Fisika dan Kimia Tanah,
Konsep Perkembangan Tanah dan
Pembentukan
Horison
Diagnosis.
Jurusan Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Theng, B. K. G. 1980. Soil With Variable
Charge. Offset Publisations, Palmerston
North.

Anda mungkin juga menyukai