Anda di halaman 1dari 23

REMAJA DAN TAWURAN

Disusun oleh:
Ema Retno Furi

(11001269)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2012

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui lebih jelas
tentang pengertian dan bagaimana mengenal Allah. Makalah ini memuat tentangRemaja
dan Tawurandan sengaja dipilih karena untuk memenuhi tugas penyusun.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.Semoga makalah ini
dapat memberikan wawasan yang luasa kepada pembaca dan dapat membatu pembaca
memahami lebih dalam tentang Remaja dan Tawuran. Walaupun makalah ini memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kritik dan saran sangat penyusun harapkan untuk
kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, Oktober 2012

Penyusun

DAFTAR ISI
ii

BAB I......................................................................................................1
PENGANTAR.............................................................................................1
A.

Latar Belakang...................................................................................................... 1

B.

Rumusan Masalah.................................................................................................. 2

C.

Tujuan................................................................................................................. 2

D.

Manfaat............................................................................................................... 2

BAB II.....................................................................................................3
KONSEP LANDASAN TEORI..........................................................................3
A.

Definisi Masa Remaja.............................................................................................. 3

B.

Fase Masa Remaja.................................................................................................. 3

C.

Aspek-aspek perkembangan masa remaja......................................................................3

D.

Tugas-tugas perkembangan remaja.............................................................................. 6

BAB III....................................................................................................8
KONSEP-KONSEP PENYIMPANGAN REMAJA.....................................................8
A.

Pengertian Kenakalan Remaja.................................................................................... 8

B.

Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja.............................................................................. 9

C.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja...................................................10

BAB IV..................................................................................................13
PEMBAHASAN.........................................................................................13
A.

Pengertian Tawuran............................................................................................... 13

B.

Faktor- faktor yang menyebabkan tawuran pelajar.........................................................13

C.

Hal yang menjadi penyebab tawuran..........................................................................15

D.

Dampak karena tawuran pelajar................................................................................ 15

E.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi tawuran pelajar:........................................16

BAB V...................................................................................................19
iii

KESIMPULAN.........................................................................................19
A. Kesimpulan........................................................................................................... 19
B. Saran................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 20

iv

BAB I
PENGANTAR

A. Latar Belakang
Tawuran yang sering dilakukan pada sekelompok remaja terutama oleh para pelajar
seolah sudah tidak lagi menjadi pemberitaan dan pembicaraan yang asing lagi ditelinga kita.
Inilah beberapa contoh yang bisa saya kemukakan sebagai bukti terjadinya tawuran yang
dilakukan oleh para remaja beberapa tahun lalu. Di Palembang pada tanggal 23 September
2006 terjadi tawuran antar pelajar yang melibatkan setidaknya lebih dari tiga sekolah, di
antaranya adalah SMK PGRI 2, SMK GAJAH MADA KERTAPATI dan SMKN 4 (harian
pagi Sumatra ekspres Palembang).
Di Subang pada tanggal 26 Januari 2006 terjadi tawuran antara pelajar SMK YPK
Purwakarta dan SMK Sukamandi (harian pikiran rakyat). Di Makasar pada tanggal 19
September 2006 terjadi tawuran antara pelajar SMA 5 dan SMA 3 (karebosi.com).
Tidak hanya pelajar tingkat sekolah menengah saja yang terlibat tawuran, di Makasar pada
tanggal 12 Juli 2006 mahasiswa Universitas Negeri Makasar terlibat tawuran dengan sesama
rekannya disebabkan pro dan kontra atas kenaikan biaya kuliah (tempointeraktif.com).
Sedangkan di Semarang sendiri pada tanggal 27 November 2005 terjadi tawuran antara
pelajar SMK 5, SMK 4 dan SMK Cinde (liputan6.com).
Kekerasan sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat efektif yang dilakukan
oleh para remaja. Hal ini seolah menjadi bukti nyata bahwa seorang yang terpelajar pun
leluasa melakukan hal-hal yang bersifat anarkis, premanis, dan rimbanis. Tentu saja perilaku
buruk ini tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian atau tawuran itu
sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang tidak terlibat secara langsung.
Lalu mengapa tawuran antar pelajar ini bisa terjadi? Faktor apa sajakah yang
menyebabkan tawuran antar pelajar ini? Apa saja dampak yang ditimbulkan dari tawuran
yang dilakukan? Dan bagaimanakah kita sebagai manusia-manusia perbaikan bangsa mencari
jawaban atas semua permasalahan-permasalahan yang terjadi pada tawuran pelajar ini?

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tawuran?
2. faktor apa saja yang mempengaruhi tawuran?
3. Apa saja penyebab dari tawuran?
4. apa saja akibat dari tawuran?
5. bagaimana cara mengatasi tawuran?

C. Tujuan
1. mengetahui pengertian dari budaya tawuran.
2. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tawuran.
3. Mengetahui penyebab dari tawuran.
4. mengetahui akibat dari tawuran.
5. mengetahui cara mengatasi tawuran.
D. Manfaat

1. Manfaat bagi penulis


Penulisan ini diharapkan dapat mengetahui pengertian tawuran, faktor- faktor dari tawuran,
penyebab tawuran , akibat dari tawuran, dan cara mengatasi tawuran.
2. Manfaat bagi pembaca
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pembaca sebagai tambahan
pengetahuan dan wawasan tentang apa pengertian tawuran, faktor- faktor dari tawuran, penyebab
tawuran ,akibat dari tawuran dan cara mengatasi tawuran.

BAB II
KONSEP LANDASAN TEORI

A. Definisi Masa Remaja


Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan
siswa, dan merupakan masa transisi (dari masa anak ke masa dewasa) yang diarahkan
kepada erkembangan masa dewasa yang sehat (Konopka dalam Pikunas, 1976; Kaczman
dan Riva, 1996).
B. Fase Masa Remaja
Menurut Kopaka (Pikunas, 1976) fase ini meliputi:
1) Remaja awal : 12-15 tahun
2) Remaja madya : 15-18 tahun
3) Remaja akhir : 19-22 tahun
C. Aspek-aspek perkembangan masa remaja
1. Aspek Fisik
Secara fisik, masa remaja ditandai dengan matangnya organ-organ seksual. Remaja
pria mengalami pertumbuhan pada organ testis, penis, pembulih mani, dan kelenjar
prostat.Matangnya organ-organ ini memungkinkan remaja pria mengalami mimpi basah
(wet dream).Sementara remaja wanita ditandai dengan tumbuhnya Rahim, vagina, dan
ovarium.Ovarium menghasilkan ova (telur) dan mengeluarkan hormone-hormon yang
diperlukan untuk kehamilan, dan perkembangan seks sekunder. Matangnya organ-organ
seksual ini memungkinkan remaja wanita

mengalami menarche (menstruasi/haid

pertama). Perubahan fisik lainnya yang menandai masa remaja ini adalah sebagai berikut
(Nancy J. Cobb, 1992:96).

Tabel No.1
Perubahan Fisik Remaja
Jenis Kelamin
Wanita

Usia
8-13
tahun
8-14
tahun
9,5-14,5 tahun
10-16,5 tahun

Pertumbuhan Fisik
Tumbuhnya buah dada
Tumbuhnya bulu disekitar
kemaluan
3

10-16

tahun

Pertumbuhan badan
Menstruasi pertama
Tumbuhnya bulu ketiak
Minyak dan keringat
menghasilkan kelenjar
(jerawat terjadi ketika kelenjar

tersumbat)
Tumbuhnya testes dan

10-13,5 tahun
10-15 tahun
10,5 -16 tahun
11-14,5 tahun
12-17 tahun

kantung buah pelir


Tumbuhnya bulu di sekitar
kemaluan
Pertumbuhan badan
Tumbuhnya penis
Perubahansuara (tumbuhnya
pangkal tenggorokan)
Tumbuhnya kumis dan bulu
ketiak
Minyakdanpeluh menghasilkan
kelenjar.

Fase remaja ini merupakan masa terjadinya banjir hormone, yaitu zat-zat kimia
yang sangat kuat, yang disekresikan oleh kelenjar-kelenjar endoktrin dan dibawa
keseluruh tubuh oleh aliran darah.Konsentrasi hormone-hormon tertentu meningkat
secara dramatis selama masa remaja, seperti hormon testeron dan estradiol.Testeron
merupakan hormone yang

berkaitan dengan perkembangan alat kelamin,

pertambahan tinggi, dan perubahan suara pada anak laki-laki. Sedangkan Estaradiol
adalah suatu hormone yang berkaitan dengan perkembangan buah dada, Rahim, dan
kerangka pada anak perempuan (John W. Santrok, terjemahan Achmad Chusairi dan
Juda Damanik, 1995 : 7).
2. Aspek Intelektual (Kognitif)
Masa remaja sudah mencapai tahap perkembangan berfikir operasional formal.
Tahap ini ditandai dengan kemampuan berfikir abstrak (seperti memecahkan persamaan
4

aljabar), idealistic (seperti berfikir tentang ciri-ciri ideal dirinya, orang lain, dan
masyarakat), dan logis (seperti menyusun rencana untuk memecahkan masalah).
3. Aspek Emosi
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas pertumbuhan organ-organ seksual
mempengaruhi emosi atau perasaan-perasaan baru yang belum dialami sebelumnya,
seperti: rasa cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis.
Pada usia remaja awal, Perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitive dan
reaktif (kritis) yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi social;emosinya
sering bersifat negatif dan temperamental.
4. Aspek sosial
Pada masa ini berkembang social cognition, yaitu kemampuan memahami
orang lain. Kemampuan ini mendorong remaja untuk menjalin hubungan social dengan
teman sebaya. Masa ini juga ditandai dengan berkembangnya sikap conformity
(konformitas), yaitu kecenderungan untuk meniru, mengikuti opini, pendapat, nilai,
kebiasaan, kegemaran, atau keinginan orang lain.Perkembangan konformitas ini dapat
berdampak positif atau negative bagi remaja sendiri, terantung kepada siapa atau
kelompok mana dia melakukan konformitasnya.
5. Aspek Kepribadian
Masa remaja merupakan saat berkembangnya self-identity (kesadaran akan identitas
atau jati dirinya).Remaja dihadapkan kepada berbagai pertanyaan: Who am I, man ana,
siapa saya?(keberadaan dirinya);akan menjadi apa saya?(masa depan);apa peran
saya?

(kehidupan

sosial);

dan

mengapa

saya

harus

beragama?(kehidupan

beragama).Apabila remaja berhasil memahami dirinya, peran-perannya dalam kehidupan


social, dan memahami makna hidup beragama, maka dia akan menemukan jati dirinya,
dalam arti dia akan memiliki kepribadian yang sehat.Sebaliknya apabila gagal , maka dia
akan mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion), sehingga dia cenderung
memiliki kepibadian yang tidak sehat(maladjustment).
Remaja yang gagal dalam menemukan identitas dirinya akan menampikan corak
perilaku yang menyimpang (nakal) atau aneh-aneh (karena proses peniruan atau
dorongan independen/kebebasan yang kebablasan, tanpa mempertimbangkan baikburuknya), seperti remaja pria rambutnya dicat;memakai anting, gelang, dan
kalng;pakaiannnya

compang-camping;ngomongnya
5

kasar;bertato;senang

menegak

minuman keras ;merokok;kadang-kadang berperilaku sadis; dan tidak memperdulikan


nilai-nilai agama.
6. Kesadaran Beragama
Pikunas mengemukakan pendapat William Kay, yaitu bahwa tugas utama
perkembangan remaja adalah memperoleh kematangan sistem moral umtuk membimbing
perilakunya. Kualitas kesadran remaja sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan atau
pengalaman keagamaan yang diterimanya sejak usia dini, terutama dilingkungan
keluarga.
D. Tugas-tugas perkembangan remaja
Tugas-tugas perkembangan remaja bersumber pada faktor-faktor berikut:
1) Kematangan fisik, misalnya:
a. Belajar berjalan karena kematangan otot-otot kaki
b. Belajar bergaul dengan jenis kelamin berbeda pada masa remaja, karena
kematangan hormone seksual
2) Tuntutan masyarakat secara kultural misalnya:
a. Belajar membaca
b. Belajar menulis
c. Belajar berhitung
d. Belajar berorganisasi
3) Tuntutan dari dorongan dan cita-cita remaja itu sendiri, misalnya:
a. Memilih pekerjaan
b. Memilih teman hidup
4) Tuntutan norma agama, misalnya:
a. Taat beribadah kepada Allah
b. Berbuat baik kepada sesama manusia
Tugas-tugas perkembangan remaja
1. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya (seperti kecantikan,
keberfungsian, dan keutuhan)
2. Mencapai kemandirian emosonal dari orang tua atau figure-figur yang memiliki
otoritas (mengembangkan sikap respek terhadap orang tua dan orang lain)
3. Mengembamgkan keterampilan komunikasi inter personal (lisan dan tulisan)
4. Mampu bergaul dengan teman sebaya atau orang lain secara wajar
5. Menemukan manusia model yang dijadikan pusat identifikasinya.

BAB III
KONSEP-KONSEP PENYIMPANGAN REMAJA

A. Pengertian Kenakalan Remaja


Kenakalan remaja bisa disebut dengan istilah Juvenile berasal dari bahasa latin
Juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda, cirri karakteristik pada masa muda, Sifat-sifat
khas pada periode remaja, sedangkan delinquent berasal dari bahasa latin delinquere yang
berarti keterabaikan , mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal,
anti social, kriminal, pelanggar aturan, pembuat rebut, pengacau, peneroor, durjana, dan lainlain. Juvenile delinquency atau kenakalan adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak
muda, merupakan gejala sakit (patologis)secara social pada anak-anak dan remaja yang
disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk
perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas,
dari perilaku dapat diterima sosial smpai pelanggaran status hingga tindak kriminal.
Mussen dan kawan-kawan (1994) mendefinisikan kenakalan remaja sebagai perilaku
yang melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh remaja berusia 16-18
tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum.
Hurlock (1973) juga mengatakan kenakalan remaja adalah tindakan pelanggaran hukum
yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut dapat membuat seseorang individu
yang melakukannya masuk penjara.
Sama halnya dengan Conger (1976) dan Dusek (1977) mendefinisikan kenakalan yang
dilakukan oleh seseorang individu yang berumur dibawah 16 tahun dan 19 tahun yang
melakukan perilaku yang dapat dikenai sanksi atau hukuman. Santrock (1999) juga
7

menambahkan kenakalan remaja sebagai perkumpulan perilaku, dari perilaku yang tidak
dapat diterima secara sosial sampai tindakan criminal.
Secara umum kenakalan remaja didefinisikan sebagai perilaku yang menyimpang dari
aturan sosial, adat, hukum, dan agama. Tim penulis sosiologi (1976: 107) mendefinisakan
kenakalan remaja sebagai berikut: kenakalan remaja adalah istilah terjemahan dari kata
Juvenille delinquency dan dirumuskan sebagai suatu kelainan tingkah laku, perbuatan ataupun
tindakan yang bersifat asosial yang melanggar norma-norma sosial, agama serta ketentuan
hukum yang berlaku di masyarakat.
Pengertian kenakalan remaja akhir-akhir ini mulai bergeser. Hal tersebut karena adanya
perilaku remaja yang mengarah kepada tindak kejahatan (kriminallitas). Sebagai contoh,
bentuk kenakalan remaja pada masa lalu hanya terbatas pada tindakan-tindakan kecil seperti
kabur dari rumah, menipu orang tua dan tindakan sejenisnya, namun saat ini bentuk kenakalan
remaja sudah semakin memprihatinkan mulai dari pencurian sampai kepada penyalahgunaan
narkotika dikalangan remaja.
B. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja
Sebagai mana telah diungkapkan sebelumnya, bentuk kenakalan remaja akhir-akhir ini
semakin memprihatinkan. Bentuk-bentuk kenakalan remaja tersebut antara lain:

Penyalahgunaan narkoba dan obat-obat terlarang


Pergaulan bebas yang mengarah prilaku seks bebas (free sex)
Tindakan yang bersifat premanisme
Peredaran media hiburan yang bersifat pornografi
Bentuk kenakalan remaja yang sedang mendapat sorotan tajam dari berbagai pihak

adalah peredaran dan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan pelajar.
Selain peredaran dan penyalah gunaan narkotika dan obat-obatan terlarang, pergaulan
bebas dikalangan remaja kita juga mulai marak. Bentuk pergaulan bebas dikalangan remaja
khususnya pelajar dapat kita lihat dari banyak remaja yang melakukan hubungan seksual
diluar pernikahan. Hal tersebut sedikit banyak dipengaruhi adanya gaya hidup kebarat-baratan
yang ditontonya dari berbagai media masa.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja


Kenakalan remaja sebagai suatu fenomena social yang terjadi di sekitar kita dapat
timbul karena disebabkan oleh beberapa hal. Zakiah Darajat (1999; 41) mengungkapkan
sebab-sebab timbulnya kenakalan remaja antara lain:
a) Lemahnya pendidikan agama di lingkungan keluarga
b) Kemerosotan moral dan mental orang dewasa
c) Pendidikan dalam sekolah yang kurang baik
d) Adanya dampak negative dari kemajuan teknologi
e) Tidak setabilnya kondisi social, politik, ekonomi.
Secara luas, sebab-sebab kenakalan remaja dapat kita bedakan menjadi dua, yaitu
sebab intern dan sebab ekstern. Sebab intern berasal dari pribadi remaja itu sendiri,sedangkan
sebab ekstern berasal dari lingkungan sekitar remaja.
Yang tergolong sebab yang datang dari pribadi remaja itu sendiri (sebab intern)
diantaranya:
1.
2.
3.

Cacat keturunan yang bersifat biologis dan psikis


Pembawaan negative dan sukar untuk dikendalikan serta mengarah keperbuatan nakal.
Pemenuhan kebutuhan pokok yang tidak seimbang dan keinginan remaja, sehingga
menimbulkan konflik pada dirinya yang penyalurannya atau jalan keluarnya kearah

4.

perbuatan nakal.
Lemahnya kemampuan pengawasan diri sendiri serta sikap menilai terhadap keadaan

5.

sekitarnya.
Kurang mampu mengadakan penyesuaian dengan lingkungan-lingkungan yang baik,
sehingga mencari pelarian dan kepuasan dalam kelompok-kelompok nakal (tidak
mempunyi kegemaran yang sehat, sehingga canggung dalam tingkah laku didalam
kehidupan sehari-hari yang akibatnya dapat mencaripelarian atau mudah dipengaruhi oleh

1.
2.
3.
4.

perbuatan maksiat).
Sedangkan penyebab yang datang dari luar diri remaja (sebab ekstern) di antaranya:
Rasa cinta dan perhatian yang kurang, terutama dari orang tua dan guru di sekolah
Kegagalan pendidikan dilingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat.
Pengawasan yang kurang dari orang tua, guru, dan masyarakat.
Kurangnya penghargaan terhadap terhadap remaja oleh lingkungan keluarga, lingkungan

5.
6.

sekolah, dan lingkungan masyarakat.


Kurangnya sarana-prasarana dan pengarahan serta pemanfaatan waktu senggang remaja.
Cara-cara pendekatan yang tidak sesuai dengan perkembangan remaja oleh orang tua,
guru, masyarakat, dan pemerintah.
9

7.

Cara-cara pendekatan kepada remaja yang tidak sesuai dengan perkembangan

8.

masyarakat.
Terbukanya kesempatan terhadap minat buruk remaja untuk berbuat nakal, baik oleh
orang tua, guru atau masyarakat.
Selain sebab-sebab yang dapat menimbulkan kenakalan remaja, terdapat dua faktor yang

secara tidak langsung mempengaruhi kenakalan remaja. Ada faktor yang dapat mengurangi
tingkat kenakalan remaja (faktor positif) dan ada juga faktor yang justru mendorong
timbulnya kenakalan remaja (faktor negatif).
Faktor-faktor yang dapat mengurangi tingkat kenakalan remaja (faktor positif) di
antaranya:
1. Masih ada dan masih diakuinya norma norma social oleh sebagian besar anak-anak,
remaja, maupun orang dewasa.
2. Masih adanya selalu usaha-usaha kearah penegakan norma yang berlaku dimasyarakat
3. Daya tahan dan sikap melihat terhadap pengaruh negatif dari sebagian besar golongan
dimasyarakat masih kuat.
4. Susunan dan ikatan-ikatan sosoial masyarakat Indonesia masih memungkinkan adanya
kontrol terhadap pelanggaran-pelanggaran norma.
Sedangkan faktor-faktor yang justru memungkinkan timbulnya kenakalan remaja (faktor
negatif) antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.

Situasi sosial politik yang kurang menguntungkan


Keadaan social ekonomi yang belum kuat
Suasana sosial psikologi yang belum stabil
Kesehatan fisik dan mental masyarakat yang belum mantap
Perkembangan teknologi yang belum seimbang dengan kesiapan mental masyarakat

untuk menerimanya
6. Perkembangan komunikasi massa yang besar menyebabkan frekuensi peniruan yang
besar.

10

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tawuran
Dalam kamus bahasa Indonesia tawurandapat diartikan sebagai perkelahian yang
meliputi banyak orang. Sedangkan pelajar adalah seorang manusia yang belajar. Sehingga
pengertian tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang
mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar
11

Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai
salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal
perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
a. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang mengharuskan
mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk
memecahkan masalah secara cepat.
b.

Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu
organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus
diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila
dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui
bahwa pada masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk yang
mana dari pembentukan genk inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya
peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman
sebayanya.

B. Faktor- faktor yang menyebabkan tawuran pelajar


Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan tawuran pelajar, diantaranya :
a) Faktor Internal
Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui
proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan
semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya
tidak mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia
tidak dapat menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan
berbagai keberagaman lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam. Para
remaja yang mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala
masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain
itu, ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian.
Mereka biasanya mudah friustasi, tidak mudah mengendalikan diri, tidak peka terhadap
orang-orang disekitarnya. Seorang remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran
dirinya ditengah-tengah orang-orang sekelilingnya.
b) Faktor Eksternal
12

Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu :
1. Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua
diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan
didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan
terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari
keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi
penyebab kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga yang
menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan
keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi
setiap usia terutama pada masa remaja.
Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994). Berdasarkan hasil
penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja
dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik
bagi anak (hawari, 1997).
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab
kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure
teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997). Jadi disinilah peran orangtua
sebagai penunjuk jalan anaknya untuk selalu berprilaku baik.
2. Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para siswa pandai secara
akademik namun juga pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan
wadah untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun
sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini
dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya
disekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki
cukup kesabaran dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru tersebut
menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru
oleh para siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi
seorang pendidik yang memiliki kepribadian yang baik.
3. Faktor Lingkungan
13

Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi


perilaku remaja. Seorang remaja yang tinggal dilingkungan rumah yang
tidak baik akan menjadikan remaja tersebut ikut menjadi tidak baik.
Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan
dipikiran para remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak
adanya kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para
pelajar disekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran.
C. Hal yang menjadi penyebab tawuran
Tak jarang disebabkan oleh saling mengejek atau bahkan hanya saling menatap antar
sesama pelajar yang berbeda sekolahan. Bahkan saling rebutan wanita pun bisa menjadi
pemicu tawuran. Dan masih banyak lagi sebab-sebab lainnya.
D. Dampak karena tawuran pelajar
a. . Kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik
itu cedera ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian.
b. Masyarakat sekitar juga dirugikan. Contohnya : rusaknya rumah warga apabila
pelajar yang tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah warga.
c. Terganggunya proses belajar mengajar.
d. Menurunnya moralitas para pelajar.
e. Hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai
f. Pelajar (dan keluarganya) yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami dampak
negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas.
g. Rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan fasilitas lainnya, serta fasilitas
pribadi seperti kaca toko dan kendaraan.
h. Terganggunya proses belajar di sekolah. Terakhir, mungkin adalah yang paling
dikhawatirkan para pendidik, adalah berkurangnya penghargaan siswa terhadap
toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain.
i. Para pelajar itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk
memecahkan masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan apa saja
agar tujuannya tercapai.

14

E. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi tawuran pelajar:


1. Peran guru kelas/mata pelajaran
a) Memberikan pendidikan moral untuk para pelajar
b) Menghadirkan seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar. Seperti
hadirnya

seorang guru, orangtua, dan teman sebaya yang dapat mengarahkan

para pelajar untuk selalu bersikap baik


c) Memberikan perhatian yang lebih untuk para remaja yang sejatinya sedang mencari
jati diri
d) Memfasilitasi para pelajar untuk baik dilingkungan rumah atau dilingkungan
sekolah untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat diwaktu luangnya.
Contohnya : membentuk ikatan remaja masjid atau karangtaruna dan membuat
acara-acara yang bermanfaat, mewajibkan setiap siswa mengikuti organisasi atau
ekstrakulikuler disekolahnya
Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti dia sama sekali lepas dengan kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat
diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di
sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi
siswanya. Wina Senjaya (2006) menyebutkan salah satu peran yang dijalankan oleh guru yaitu
sebagai pembimbing dan untuk menjadi pembimbing baik guru harus memiliki pemahaman
tentang anak yang sedang dibimbingnya. Sementara itu, berkenaan peran guru mata pelajaran
dalam bimbingan dan konseling, Sofyan S. Willis (2005) mengemukakan bahwa guru-guru mata
pelajaran dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus manusiawi-religius, bersahabat,
ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli, memahami dan menghargai tanpa syarat. Prayitno
(2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan
dan konseling adalah :
1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa

15

2. Membantu

guru

pembimbing/konselor

mengidentifikasi

siswa-siswa

yang

memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang


siswa-siswa tersebut.
3. Mengalih tangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling
kepada guru pembimbing/konselor
4. Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa yang
menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajar /latihan khusus
(seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program pengayaan).
5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan
siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling.
6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan/kegiatan

bimbingan

dan

konseling

untuk

mengikuti

/menjalani

layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.


7. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi
kasus.
8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat
menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas dalam
pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan
pembelajaran yang dirumuskan.

2. Peran guru dalam kegiatan BK

16

1) Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium,


studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
2) Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan
lain-lain.
3) Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas)
dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajarmengajar.
4) Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai
dengan tujuan yang dicita-citakan.
5) Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
6) Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan
pengetahuan.
7) Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajarmengajar.
8) Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9) Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang
akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak
didiknya berhasil atau tidak.
Kartini kartono pun menawarkan beberapa cara untuk mengurangi tawuran remaja,
diantaranya :
1. Banyak mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri dan melakukan koreksi
terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan tidak menuntun
2. Memberikan kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan
sehat
3.

Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan remaja
zaman sekarang serta kaitannya dengan perkembangan bakat dan potensi remaja.
17

BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Faktor yang menyebabkan tawuran remaja tidak lah hanya datang dari individu siswa
itu sendiri. Melainkan juga terjadi karena faktor-faktor lain yang datang dari luar individu,
diantaranya faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan.
Para pelajar yang umumnya masih berusia remaja memiliki kencenderungan untuk
melakukan hal-hal diluar dugaan yang mana kemungkinan dapat merugikan dirinya sendiri
dan orang lain, maka inilah peran orangtua dituntut untuk dapat mengarahkan dan
mengingatkan anaknya jika sang anak tiba-tiba melakukan kesalahan. Keteladanan seorang
guru juga tidak dapat dilepaskan. Guru sebagai pendidik bisa dijadikan instruktur dalam
pendidikan kepribadian para siswa agar menjadi insan yang lebih baik.
Begitupun dalam mencari teman sepermainan. Sang anak haruslah diberikan pengarahan dari
orang dewasa agar mampu memilih teman yang baik. Masyarakat sekitar pun harus bisa
membantu para remaja dalam mengembangkan potensinya dengan cara mengakui
keberadaanya.
B. Saran
Dalam menyikapi masalah remaja terutama tentang tawuran pelajar diatas, penulis
memberikan beberapa saran. Diantaranya :
a.

Keluarga sebagai awal tempat pendidikan para pelajar harus mampu membentuk pola
pikir yang baik untuk para pelajar

b. Masyarakat mesti menyadari akan perannya dalam menciptakan situasi yang kondusif
c.

Lembaga pendidikan formal sudah semestinya memberikan pelayanan yang baik untuk
membantu para pelajar mengasah kemampuan dan mengembangkan segala potensi yang
ada didalam dirinya

18

DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Arif.(2011) remaja dan permasalahannya. Yogyakarta: hangar kreator
Hartono, Agung.(2006) Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta Jakarta.
Yusuf, Samsu.(2009) Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.Bandung.Riski press.
http://daimabadi.blogdetik.com/2010/04/27/tawuran-pelajar/comment-page-1/
( diakses pada tanggal 1 November 2012)
http://yakubus.wordpress.com/2009/02/25/makalah-sosiologi/
( diakses pada tanggal 1 November 2012)
http://www.mail-archive.com/permias@listserv.syr.edu/msg03171.html
( diakses pada tanggal 1 November 2012)
http://www.kpai.go.id/publikasi-mainmenu-33/artikel/258-tawuran-pelajar-memprihatinkandunia-pendidikan.html
( diakses pada tanggal 1 November 2012)

19

Anda mungkin juga menyukai