Disusun oleh:
Ema Retno Furi
(11001269)
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui lebih jelas
tentang pengertian dan bagaimana mengenal Allah. Makalah ini memuat tentangRemaja
dan Tawurandan sengaja dipilih karena untuk memenuhi tugas penyusun.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.Semoga makalah ini
dapat memberikan wawasan yang luasa kepada pembaca dan dapat membatu pembaca
memahami lebih dalam tentang Remaja dan Tawuran. Walaupun makalah ini memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kritik dan saran sangat penyusun harapkan untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
BAB I......................................................................................................1
PENGANTAR.............................................................................................1
A.
Latar Belakang...................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah.................................................................................................. 2
C.
Tujuan................................................................................................................. 2
D.
Manfaat............................................................................................................... 2
BAB II.....................................................................................................3
KONSEP LANDASAN TEORI..........................................................................3
A.
B.
C.
D.
BAB III....................................................................................................8
KONSEP-KONSEP PENYIMPANGAN REMAJA.....................................................8
A.
B.
C.
BAB IV..................................................................................................13
PEMBAHASAN.........................................................................................13
A.
Pengertian Tawuran............................................................................................... 13
B.
C.
D.
E.
BAB V...................................................................................................19
iii
KESIMPULAN.........................................................................................19
A. Kesimpulan........................................................................................................... 19
B. Saran................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 20
iv
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Tawuran yang sering dilakukan pada sekelompok remaja terutama oleh para pelajar
seolah sudah tidak lagi menjadi pemberitaan dan pembicaraan yang asing lagi ditelinga kita.
Inilah beberapa contoh yang bisa saya kemukakan sebagai bukti terjadinya tawuran yang
dilakukan oleh para remaja beberapa tahun lalu. Di Palembang pada tanggal 23 September
2006 terjadi tawuran antar pelajar yang melibatkan setidaknya lebih dari tiga sekolah, di
antaranya adalah SMK PGRI 2, SMK GAJAH MADA KERTAPATI dan SMKN 4 (harian
pagi Sumatra ekspres Palembang).
Di Subang pada tanggal 26 Januari 2006 terjadi tawuran antara pelajar SMK YPK
Purwakarta dan SMK Sukamandi (harian pikiran rakyat). Di Makasar pada tanggal 19
September 2006 terjadi tawuran antara pelajar SMA 5 dan SMA 3 (karebosi.com).
Tidak hanya pelajar tingkat sekolah menengah saja yang terlibat tawuran, di Makasar pada
tanggal 12 Juli 2006 mahasiswa Universitas Negeri Makasar terlibat tawuran dengan sesama
rekannya disebabkan pro dan kontra atas kenaikan biaya kuliah (tempointeraktif.com).
Sedangkan di Semarang sendiri pada tanggal 27 November 2005 terjadi tawuran antara
pelajar SMK 5, SMK 4 dan SMK Cinde (liputan6.com).
Kekerasan sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat efektif yang dilakukan
oleh para remaja. Hal ini seolah menjadi bukti nyata bahwa seorang yang terpelajar pun
leluasa melakukan hal-hal yang bersifat anarkis, premanis, dan rimbanis. Tentu saja perilaku
buruk ini tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian atau tawuran itu
sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang tidak terlibat secara langsung.
Lalu mengapa tawuran antar pelajar ini bisa terjadi? Faktor apa sajakah yang
menyebabkan tawuran antar pelajar ini? Apa saja dampak yang ditimbulkan dari tawuran
yang dilakukan? Dan bagaimanakah kita sebagai manusia-manusia perbaikan bangsa mencari
jawaban atas semua permasalahan-permasalahan yang terjadi pada tawuran pelajar ini?
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tawuran?
2. faktor apa saja yang mempengaruhi tawuran?
3. Apa saja penyebab dari tawuran?
4. apa saja akibat dari tawuran?
5. bagaimana cara mengatasi tawuran?
C. Tujuan
1. mengetahui pengertian dari budaya tawuran.
2. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tawuran.
3. Mengetahui penyebab dari tawuran.
4. mengetahui akibat dari tawuran.
5. mengetahui cara mengatasi tawuran.
D. Manfaat
BAB II
KONSEP LANDASAN TEORI
pertama). Perubahan fisik lainnya yang menandai masa remaja ini adalah sebagai berikut
(Nancy J. Cobb, 1992:96).
Tabel No.1
Perubahan Fisik Remaja
Jenis Kelamin
Wanita
Usia
8-13
tahun
8-14
tahun
9,5-14,5 tahun
10-16,5 tahun
Pertumbuhan Fisik
Tumbuhnya buah dada
Tumbuhnya bulu disekitar
kemaluan
3
10-16
tahun
Pertumbuhan badan
Menstruasi pertama
Tumbuhnya bulu ketiak
Minyak dan keringat
menghasilkan kelenjar
(jerawat terjadi ketika kelenjar
tersumbat)
Tumbuhnya testes dan
10-13,5 tahun
10-15 tahun
10,5 -16 tahun
11-14,5 tahun
12-17 tahun
Fase remaja ini merupakan masa terjadinya banjir hormone, yaitu zat-zat kimia
yang sangat kuat, yang disekresikan oleh kelenjar-kelenjar endoktrin dan dibawa
keseluruh tubuh oleh aliran darah.Konsentrasi hormone-hormon tertentu meningkat
secara dramatis selama masa remaja, seperti hormon testeron dan estradiol.Testeron
merupakan hormone yang
pertambahan tinggi, dan perubahan suara pada anak laki-laki. Sedangkan Estaradiol
adalah suatu hormone yang berkaitan dengan perkembangan buah dada, Rahim, dan
kerangka pada anak perempuan (John W. Santrok, terjemahan Achmad Chusairi dan
Juda Damanik, 1995 : 7).
2. Aspek Intelektual (Kognitif)
Masa remaja sudah mencapai tahap perkembangan berfikir operasional formal.
Tahap ini ditandai dengan kemampuan berfikir abstrak (seperti memecahkan persamaan
4
aljabar), idealistic (seperti berfikir tentang ciri-ciri ideal dirinya, orang lain, dan
masyarakat), dan logis (seperti menyusun rencana untuk memecahkan masalah).
3. Aspek Emosi
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas pertumbuhan organ-organ seksual
mempengaruhi emosi atau perasaan-perasaan baru yang belum dialami sebelumnya,
seperti: rasa cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis.
Pada usia remaja awal, Perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitive dan
reaktif (kritis) yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi social;emosinya
sering bersifat negatif dan temperamental.
4. Aspek sosial
Pada masa ini berkembang social cognition, yaitu kemampuan memahami
orang lain. Kemampuan ini mendorong remaja untuk menjalin hubungan social dengan
teman sebaya. Masa ini juga ditandai dengan berkembangnya sikap conformity
(konformitas), yaitu kecenderungan untuk meniru, mengikuti opini, pendapat, nilai,
kebiasaan, kegemaran, atau keinginan orang lain.Perkembangan konformitas ini dapat
berdampak positif atau negative bagi remaja sendiri, terantung kepada siapa atau
kelompok mana dia melakukan konformitasnya.
5. Aspek Kepribadian
Masa remaja merupakan saat berkembangnya self-identity (kesadaran akan identitas
atau jati dirinya).Remaja dihadapkan kepada berbagai pertanyaan: Who am I, man ana,
siapa saya?(keberadaan dirinya);akan menjadi apa saya?(masa depan);apa peran
saya?
(kehidupan
sosial);
dan
mengapa
saya
harus
beragama?(kehidupan
compang-camping;ngomongnya
5
kasar;bertato;senang
menegak
BAB III
KONSEP-KONSEP PENYIMPANGAN REMAJA
menambahkan kenakalan remaja sebagai perkumpulan perilaku, dari perilaku yang tidak
dapat diterima secara sosial sampai tindakan criminal.
Secara umum kenakalan remaja didefinisikan sebagai perilaku yang menyimpang dari
aturan sosial, adat, hukum, dan agama. Tim penulis sosiologi (1976: 107) mendefinisakan
kenakalan remaja sebagai berikut: kenakalan remaja adalah istilah terjemahan dari kata
Juvenille delinquency dan dirumuskan sebagai suatu kelainan tingkah laku, perbuatan ataupun
tindakan yang bersifat asosial yang melanggar norma-norma sosial, agama serta ketentuan
hukum yang berlaku di masyarakat.
Pengertian kenakalan remaja akhir-akhir ini mulai bergeser. Hal tersebut karena adanya
perilaku remaja yang mengarah kepada tindak kejahatan (kriminallitas). Sebagai contoh,
bentuk kenakalan remaja pada masa lalu hanya terbatas pada tindakan-tindakan kecil seperti
kabur dari rumah, menipu orang tua dan tindakan sejenisnya, namun saat ini bentuk kenakalan
remaja sudah semakin memprihatinkan mulai dari pencurian sampai kepada penyalahgunaan
narkotika dikalangan remaja.
B. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja
Sebagai mana telah diungkapkan sebelumnya, bentuk kenakalan remaja akhir-akhir ini
semakin memprihatinkan. Bentuk-bentuk kenakalan remaja tersebut antara lain:
adalah peredaran dan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan pelajar.
Selain peredaran dan penyalah gunaan narkotika dan obat-obatan terlarang, pergaulan
bebas dikalangan remaja kita juga mulai marak. Bentuk pergaulan bebas dikalangan remaja
khususnya pelajar dapat kita lihat dari banyak remaja yang melakukan hubungan seksual
diluar pernikahan. Hal tersebut sedikit banyak dipengaruhi adanya gaya hidup kebarat-baratan
yang ditontonya dari berbagai media masa.
4.
perbuatan nakal.
Lemahnya kemampuan pengawasan diri sendiri serta sikap menilai terhadap keadaan
5.
sekitarnya.
Kurang mampu mengadakan penyesuaian dengan lingkungan-lingkungan yang baik,
sehingga mencari pelarian dan kepuasan dalam kelompok-kelompok nakal (tidak
mempunyi kegemaran yang sehat, sehingga canggung dalam tingkah laku didalam
kehidupan sehari-hari yang akibatnya dapat mencaripelarian atau mudah dipengaruhi oleh
1.
2.
3.
4.
perbuatan maksiat).
Sedangkan penyebab yang datang dari luar diri remaja (sebab ekstern) di antaranya:
Rasa cinta dan perhatian yang kurang, terutama dari orang tua dan guru di sekolah
Kegagalan pendidikan dilingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat.
Pengawasan yang kurang dari orang tua, guru, dan masyarakat.
Kurangnya penghargaan terhadap terhadap remaja oleh lingkungan keluarga, lingkungan
5.
6.
7.
8.
masyarakat.
Terbukanya kesempatan terhadap minat buruk remaja untuk berbuat nakal, baik oleh
orang tua, guru atau masyarakat.
Selain sebab-sebab yang dapat menimbulkan kenakalan remaja, terdapat dua faktor yang
secara tidak langsung mempengaruhi kenakalan remaja. Ada faktor yang dapat mengurangi
tingkat kenakalan remaja (faktor positif) dan ada juga faktor yang justru mendorong
timbulnya kenakalan remaja (faktor negatif).
Faktor-faktor yang dapat mengurangi tingkat kenakalan remaja (faktor positif) di
antaranya:
1. Masih ada dan masih diakuinya norma norma social oleh sebagian besar anak-anak,
remaja, maupun orang dewasa.
2. Masih adanya selalu usaha-usaha kearah penegakan norma yang berlaku dimasyarakat
3. Daya tahan dan sikap melihat terhadap pengaruh negatif dari sebagian besar golongan
dimasyarakat masih kuat.
4. Susunan dan ikatan-ikatan sosoial masyarakat Indonesia masih memungkinkan adanya
kontrol terhadap pelanggaran-pelanggaran norma.
Sedangkan faktor-faktor yang justru memungkinkan timbulnya kenakalan remaja (faktor
negatif) antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
untuk menerimanya
6. Perkembangan komunikasi massa yang besar menyebabkan frekuensi peniruan yang
besar.
10
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tawuran
Dalam kamus bahasa Indonesia tawurandapat diartikan sebagai perkelahian yang
meliputi banyak orang. Sedangkan pelajar adalah seorang manusia yang belajar. Sehingga
pengertian tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang
mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar
11
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai
salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal
perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
a. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang mengharuskan
mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk
memecahkan masalah secara cepat.
b.
Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu
organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus
diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila
dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui
bahwa pada masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk yang
mana dari pembentukan genk inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya
peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman
sebayanya.
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu :
1. Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua
diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan
didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan
terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari
keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi
penyebab kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga yang
menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan
keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi
setiap usia terutama pada masa remaja.
Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994). Berdasarkan hasil
penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja
dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik
bagi anak (hawari, 1997).
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab
kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure
teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997). Jadi disinilah peran orangtua
sebagai penunjuk jalan anaknya untuk selalu berprilaku baik.
2. Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para siswa pandai secara
akademik namun juga pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan
wadah untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun
sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini
dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya
disekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki
cukup kesabaran dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru tersebut
menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru
oleh para siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi
seorang pendidik yang memiliki kepribadian yang baik.
3. Faktor Lingkungan
13
14
15
2. Membantu
guru
pembimbing/konselor
mengidentifikasi
siswa-siswa
yang
bimbingan
dan
konseling
untuk
mengikuti
/menjalani
16
Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan remaja
zaman sekarang serta kaitannya dengan perkembangan bakat dan potensi remaja.
17
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Faktor yang menyebabkan tawuran remaja tidak lah hanya datang dari individu siswa
itu sendiri. Melainkan juga terjadi karena faktor-faktor lain yang datang dari luar individu,
diantaranya faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan.
Para pelajar yang umumnya masih berusia remaja memiliki kencenderungan untuk
melakukan hal-hal diluar dugaan yang mana kemungkinan dapat merugikan dirinya sendiri
dan orang lain, maka inilah peran orangtua dituntut untuk dapat mengarahkan dan
mengingatkan anaknya jika sang anak tiba-tiba melakukan kesalahan. Keteladanan seorang
guru juga tidak dapat dilepaskan. Guru sebagai pendidik bisa dijadikan instruktur dalam
pendidikan kepribadian para siswa agar menjadi insan yang lebih baik.
Begitupun dalam mencari teman sepermainan. Sang anak haruslah diberikan pengarahan dari
orang dewasa agar mampu memilih teman yang baik. Masyarakat sekitar pun harus bisa
membantu para remaja dalam mengembangkan potensinya dengan cara mengakui
keberadaanya.
B. Saran
Dalam menyikapi masalah remaja terutama tentang tawuran pelajar diatas, penulis
memberikan beberapa saran. Diantaranya :
a.
Keluarga sebagai awal tempat pendidikan para pelajar harus mampu membentuk pola
pikir yang baik untuk para pelajar
b. Masyarakat mesti menyadari akan perannya dalam menciptakan situasi yang kondusif
c.
Lembaga pendidikan formal sudah semestinya memberikan pelayanan yang baik untuk
membantu para pelajar mengasah kemampuan dan mengembangkan segala potensi yang
ada didalam dirinya
18
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Arif.(2011) remaja dan permasalahannya. Yogyakarta: hangar kreator
Hartono, Agung.(2006) Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta Jakarta.
Yusuf, Samsu.(2009) Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.Bandung.Riski press.
http://daimabadi.blogdetik.com/2010/04/27/tawuran-pelajar/comment-page-1/
( diakses pada tanggal 1 November 2012)
http://yakubus.wordpress.com/2009/02/25/makalah-sosiologi/
( diakses pada tanggal 1 November 2012)
http://www.mail-archive.com/permias@listserv.syr.edu/msg03171.html
( diakses pada tanggal 1 November 2012)
http://www.kpai.go.id/publikasi-mainmenu-33/artikel/258-tawuran-pelajar-memprihatinkandunia-pendidikan.html
( diakses pada tanggal 1 November 2012)
19