69 197 1 PB PDF
69 197 1 PB PDF
43 53 April 2001
1)
Abstrak
Metode geolistrik memanfaatkan variasi resistivitas listrik berdasarkan
pengukuran beda potensial akibat arus listrik yang diinjeksikan kedalam bumi. Metode
geolistrik dapat digunakan dalam pemetaan bawah permukaan, pencarian reservoir air,
pencemaran air tanah dan eksplorasi geotermal. Dalam penelitian ini dibuat suatu model
fisis di laboratorium, menggunakan metoda geolistrik sebagai alat monitoring transport
limbah dalam pasir. Konfigurasi elektroda yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Wenner-Schlumberger dengan jarak elektroda potensial 5 cm.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebaran polutan jonduktif dapat
dideteksi berdasarkan variasi hambatan jenis listrik. Penambahan polutan kedalam
medium pasir menyebabkan harga resistivitas listriknya berkurang, hal ini karena polutan
yang digunakan bersifat konduktif. Setelah dilakukan monitoring melalui pengukuran
sebanyak lima kali, dengan polutan yang diinjeksikan kedalam pasir bertambah masingmasing sebanyak 600 ml, jelas bahwa pola rembesan polutan meluas setiap selang
pengukuran.
Kata-kata kunci : Geolistrik, Monitoring, Transport Limbah.
Abstract
Geoelectrical method utilizes resistivity variation by measuring potential difference
due to electrical current which is injected into the ground. The method can be imployed to
characterize geological structure of the subsurface, to locate water reservoir, to monitor
groundwater pollution and to explore geothermal reservoir. In this study, a laboratory
physical model was used along with the geoelectric method as a means to monitor the
pollutant transport in the sand of the model. The geoelectric method employed WennerSchlumberger configuration with electrode spacing of 5 cm.
The result showed that the pollutant transport can be detected from the electrical
resistivity variation. The addition conductive pollutant into the sand of the model caused
the resistivity of the sand decreased, because the applied pollutant was conductive. After
monitoring using five times measurement with pollutant interval application of 600 ml, the
restivity measurement showed that the pollutant spreaded progressively at every
measurement.
Keywords: Geoelectric, Monitoring, Pollutant Transport.
43
44
1. Pendahuluan
Salah satu metode yang digunakan dalam
geolistrik hambatan jenis. Geolistrik hambatan jenis memanfaatkan sifat resistivitas listrik
batuan untuk mendeteksi dan memetakan formasi bawah permukaan. Metode ini dilakukan
melalui pengukuran beda potensial yang ditimbulkan akibat injeksi arus listrik ke dalam
bumi. Sifat-sifat suatu formasi dapat digambarkan oleh tiga parameter dasar yaitu
konduktivitas
listrik,
permeabilitas
magnet,
dan
permitifitas
dielektrik1).
Sifat
konduktivitas batuan berpori dihasilkan oleh sifat konduktivitas dari fluida yang mengisi
pori, interkoneksi ruang pori dan sifat konduktivitas dari interfase butiran dan fluida pori2).
Berdasarkan pada harga resistivitas listriknya, suatu struktur bawah permukaan bumi dapat
diketahui material penyusunnya3). Metode geolistrik cukup sederhana, murah dan sangat
rentan terhadap gangguan sehingga cocok digunakan dalam eksplorasi dangkal. Desain
sistem monitoring menggunakan resistivitas listrik sangat penting untuk mendeteksi aliran
air tanah4).
Penelitian ini merupakan model fisik
monitoring untuk mendeteksi transport polutan di bawah permukaan tanah. Dalam artikel
ini dilaporkan hasil pengukuran resistivitas listrik suatu medium pasir yang diinjeksi
dengan polutan, serta penampang resistivitas listrik yang menggambarkan penyebaran
polutan dibawah permukaan pasir.
2. Landasan Teori
Sifat konduktivitas listrik batuan dekat permukaan bumi sangat dipengaruhi oleh
jumlah air, kadar garam/salinitas air serta bagaimana cara air didistribusikan dalam batuan.
Konduktivitas listrik batuan yang mengandung air sangat ditentukan terutama oleh sifat air,
yakni elektrolit5). Larutan garam terdiri dari anion dan kation yang bergerak bebas dalam
air. Adanya medan listrik eksternal menyebabkan kation dalam larutan elektrolit dipercepat
menuju kutup negatif sedangkan anion menuju kutup positif. Tentu saja, batuan berpori
yang berisi air, nilai resistivitas listriknya berkurang dengan bertambahnya kandungan air.
Pendekatan paling sederhana dalam pembahasan gejala kelistrikan di dalam bumi
adalah dengan menganggap bumi sebagai medium homogen isotropis. Dengan perlakuan
tersebut kemudian medan listrik dari titik sumber di dalam bumi dianggap memiliki
45
simetri bola3). Harga resistivitas listrik suatu formasi dibawah permukan dapat ditentukan
menurut persamaan 1.
=K
V
I
(1)
Untuk pengukuran beda potensial antara titik M dan N dari sumber arus listrik A dan B
dipermukaan, maka:
1
1
K = 2
AM BM
1
1
AN BN
(2)
Bila dibuat penampang melalui sumber A dan B, maka terlihat pola distribusi bidang
equipotensial Gambar 1 di bawah.
I
L
#V
Gambar 1. Equipotensial dan garis arus dari dua titik sumber dipermukaan
3. Metode Pengukuran
Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran resistivitas listrik dengan alat resistivity
meter tipe SS35XI,
Penginjeksian polutan pada medium pasir dimaksudkan untuk melihat pola penyebarannya
berdasarkan pada anomali resistivitas listrik. Polutan yang digunakan dalam penelitian ini
berasal dari air-limbah dengan nilai konduktivitas listrik yaitu 1200 S/cm. Hasil tersebut
diperoleh dari tes dengan alat conductivity-meter, sedangkan konduktivitas listrik air 100
S/cm. Dari hasil tersebut berarti polutan yang digunakan lebih konduktif dibandingkan
dengan air biasa. Dalam model fisik ini digunakan bak pasir terbuat dari bahan kaca
berukuran panjang 2 meter, lebar 1,2 meter dan tinggi 0,6 meter seperti terlihat pada
Gambar 2.
46
Polutan
Titik
Injeksi
Pasir
diperkirakan tidak lebih dari setengah kali lebar bak, hal ini untuk
47
Hasil pengukuran yang diperoleh adalah resistivitas listrik semu yang dihitung
berdasarkan persamaan (1) di atas dengan K untuk konfigurasi Wenner_Schlumberger:
K = n(n + 1)a ;
n = 1,2,3,...
(3)
Nilai resistivitas listrik hasil pengukuran disebut resistivitas listrik semu (apparent
resistivity)
4
3,5
0 liter
0,6 liter
2,5
1,2 liter
1,8 liter
2
7,5
27,5
47,5
67,5
87,5
2,4 liter
3 liter
Log Rest(Ohm.m)
4
0 liter
3,5
0,6 liter
1,2 liter
2,5
1,8 liter
2,4 liter
7,5 27,5 47,5 67,5 87,5
3 liter
Jarak Ab/2(cm)
Gambar 3. Hubungan nilai log resistivitas Gambar. 4. Hubungan log resistivitas semu
semu Vs Jarak AB/2 pada titik injeksi
Vs Jarak AB/2 pada jarak 5 cm dari titik
injeksi
Keterangan grafik pada Gambar 3 dan 4:
: yaitu sebelum diinjeksi polutan ; : yaitu setelah diinjeksi polutan 0,6 lt; S: yaitu
setelah diinjeksi polutan 1,2 lt; U :yaitu setelah diinjeksi polutan 1,8 lt; z :setelah
diinjeksi polutan 2,4 lt, dan ; c: yaitu setelah diinjeksi polutan 3 lt.
48
Berdasarkan pada Gambar 3 dan 4 dapat dijelaskan bahwa volume polutan dalam
pasir mempengaruhi nilai resistivitas listrik, hal ini ditunjukkan dari perbedaan grafik
resistivitas listrik medium pasir sebelum dan sesudah diinjeksi polutan. Semakin banyak
volume polutan di dalam pasir menyebabkan nilai resistivits listrik pasir menurun. Tampak
pada Gambar 4 bahwa polutan mempengaruhi nilai resistivitas semu dibawah permukaan
yang berjarak 5 cm dari titik injeksi. Pengaruh polutan terhadap resistivitas listrik pada
jarak 5 cm dari tempat injeksi lebih kecil dibandingkan dengan di titik injeksi.
Berdasarkan
pengolahan
data
menggunakan
program
RES2DINV
untuk
Gambar 5. Penampang Resistivitas Pasir sebelum diinjeksi polutan. Gambar atas yaitu
pseudosection apparent resistivity hasil pengukuran; gambar tengah yaitu
pseudosection apparent reistivity menurut perhitungan; dan gambar bawah
yaitu model resistivity hasil inversi.
Selanjutnya model inversi yang dihasilkan setelah pasir diinjeksi polutan dapat
dilihat pada Gambar 5 sampai dengan Gambar 9. Gambar 5 memperlihatkan penampang
resistivitas listrik pasir setelah diinjeksi polutan 0,6 liter.
49
Gambar 6. Penampang resistivitas listrik pasir setelah diinjeksi polutan sebanyak 0,6 liter.
Nilai restitivitas listrik aktual pasir setelah diinjeksi polutan sebanyak 0,6 yaitu
sekitar 253-589 .m dengan kesalahan iterasi 10,5%.
Gambar 7 dibawah menunjukkan penampang resistivitas listrik pasir setelah
penginjeksian tahap kedua dengan volume kumulatif polutan di dalam pasir bertambah dari
0,6 liter menjadi 1,2 liter.
Gambar 7. Penampang resistivitas listrik pasir setelah penginjeksian tahap ke dua (volum
kumulatif polutan di dalam pasir yaitu 1,2 liter).
50
Tampak pada Gambar 7 bahwa harga resistivitas listrik pasir setelah penginjeksian tahap
kedua (volume kumulatif polutan didalam pasir 1,2 liter) yaitu sekitar 126-412 .m
dengan kesalahan 14,9%.
Gambar 8 berikut menggambarkan penampang resistivitas listrik pasir setelah
diinjeksi polutan tahap ketiga dengan volume kumulatif polutan di dalam pasir bertambah
dari yang sudah ada 1,2 liter menjadi 1,8 liter.
Gambar 8. Penampang resistivitas listrik pasir setelah penginjeksian tahap ketiga dengan
volume kumulatif polutan di dalam pasir 1,8 liter.
Tampak pada Gambar 8, nilai resistivitas listrik actual pasir setelah penginjeksian
polutan tahap ketiga (volume kumulatif polutan dalam pasir 1,8 liter) adalah sekitar 121389 .m dengan kesalahan iterasi 17,7%.
Gambar
memperlihatkan
penampang
resistivitas
listrik
pasir
setelah
penginjeksian tahap keempat dengan volume kumulatif polutan di dalam pasir sebanyak
2,4 liter.
51
Gambar 9. Penampang resistivitas listrik pasir setelah penginjeksian tahap keempat dengan
volume kumulatif polutan di dalam pasir sebanyak 2,4 liter.
Pada Gambar 9 tampak bahwa pasir yang diinjeksi polutan 2,4 liter diindikasikan dengan
nilai resistivitas listrik actual sekitar 92,1-316 .m dengan kesalahan iterasi 15,9% .
Selanjutnya, Gambar 10 memperlihatkan penampang resistivitas listrik pasir
setelah penginjeksian tahap kelima dengan volume kumulatif polutan di dalam pasir
sebanyak 3 liter. Nilai resistivitas listrik actual yang mengindikasikan polutan sekitar 89,3338.m dengan kesalahan iterasi 14,2%.
Gambar 10. Penampang resistivitas listrik pasir setelah penginjeksian tahap kelima dengan
volume kumulatif polutan di dalam pasir sebanyak 3 liter.
52
sebelum diinjeksi polutan paling rendah sekitar 526 .m. Setelah pasir diinjeksi polutan,
nilai resistivitas listrik pada daerah sekitar titik injeksi menjadi lebih rendah, yaitu antara
253-457 .m untuk polutan 0,6 liter dan 92,1-316 .m untuk polutan 3 liter. Menurunnya
nilai resistivitas listrik pasir tersebut dikarenakan larutan polutan yang bersifat konduktif
mengisi ruang interfase pasir menggantikan udara.
Berdasarkan hasil inversi, nilai resistivitas actual pasir yang diinjeksi polutan
tampak lebih rendah dibandingkan nilai resistivitas actual pasir yang diinjeksi air, hasil
tersebut dapat diperlihatkan pada tabel 1 di bawah.
Tabel 1. Nilai resistivitas listrik actual yang mengindikasikan air dan polutan berdasarkan
hasil inversi.
Volume
Kumulatif
(liter)
Diinjeksi Polutan
(.m)
0,6
296-494
253-457
1,2
259-458
126-412
1,8
249-437
121-389
2,4
219-392
92,1-316
209-379
89,3-338
Hasil ini sesuai dengan tes awal seperti pada pembahasan sebelumnya bahwa polutan
yang digunakan lebih konduktif (1200 S/cm) dibandingkan dengan air biasa (100 S/cm).
Dengan kata lain resistivitas listrik polutan yang digunakan dalam penelitian ini lebih kecil
dibandingkan dengan resistivitas listrik air. Dari hasil ini berarti untuk skala laboratorium,
metoda resistivitas listrik dapat dipakai sebagai alat monitoring rembesan limbah. Namun
demikian penggunaan dilapangan masih perlu dikaji secara lebih mendalam.
5. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa rembesan polutan yang
diinjeksikan kedalam pasir dapat dideteksi menggunakan metode geolistrik. Penginjeksian
polutan kedalam pasir menyebabkan nilai resistivitas listrik pasir menurun, hal ini karena
53
polutan yang bersifat konduktif mengisi ruang interfase pasir yang sebelumnya berisi
udara. Setelah dilakukan monitoring melalui pengukuran sebanyak lima kali, dengan
polutan yang diinjeksikan kedalam pasir bertambah masing-masing sebanyak 600 ml, jelas
bahwa pola rembesan polutan meluas setiap selang waktu pengukuran. Hal ini tampak dari
penampang resistivitas hasil pengolahan data inversi resistivity 2 dimensi.
Daftar Pustaka
1. Williams, R.E., Schlumberger, Formation Evaluation Conference, Indonesia, 1986.
2. Revil, A., Nature of Surface Electrical Conductivity in Natural Sand, Sandstones, and
Clays, Geophysical Research, 25, 691-694, (1998).
3. Telford. W.M.., Sheriff, R.E., Geldart, L.P., Applied Geophysics, 2nd ed. New York,
Cambridge University Press. 1990.
4. White, P.A., Electrode arrays for measuring groundwater flow direction and velocity,
Geophysics, 59, 192-201, (1994).
5. Schon, J.H., Physical Properties of Rocks, Fundamentals and Principles of
Petrophysics. Institute of Aplied Geophysics, Leoben, Austria, 1996.
6. Osella, A., Favetto, A., Martinelli, P., Cernadas, D., Electrical imaging of an alluvial
aquifer at the Antinaco-Los Colorados tectonic valley in the Sierras Pampeanas,
Argentina, J. Applied Geophysics, 41, 359-368, (1999).
7. Loke, M.H., Electrical Imaging Surveys for Environmental and Engineering Studies,
A practical guide to 2-D and 3-D surveys, Penang Malaysia, 1999.