Anda di halaman 1dari 11

JMS Vol. 6 No. 1, hal.

43 53 April 2001

Aplikasi Metode Geolistrik Untuk Alat Monitoring Rembesan Limbah


(Penelitian Model Fisik di Laboratorium)

1)

Ngadimin1), Gunawan Handayani2)


PMIPA Prodi Fisika FKIP Unsyiah, Jl. T.Nyak Arief Darussalam Banda Aceh-23111
2)
Laboratorium Fisika Bumi, Departemen Fisika ITB, Jl. Ganesa 10 Bandung 40132
Diterima tanggal 11 Oktober 2000, disetujui untuk dipublikasikan 5 Januari 2001

Abstrak
Metode geolistrik memanfaatkan variasi resistivitas listrik berdasarkan
pengukuran beda potensial akibat arus listrik yang diinjeksikan kedalam bumi. Metode
geolistrik dapat digunakan dalam pemetaan bawah permukaan, pencarian reservoir air,
pencemaran air tanah dan eksplorasi geotermal. Dalam penelitian ini dibuat suatu model
fisis di laboratorium, menggunakan metoda geolistrik sebagai alat monitoring transport
limbah dalam pasir. Konfigurasi elektroda yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Wenner-Schlumberger dengan jarak elektroda potensial 5 cm.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebaran polutan jonduktif dapat
dideteksi berdasarkan variasi hambatan jenis listrik. Penambahan polutan kedalam
medium pasir menyebabkan harga resistivitas listriknya berkurang, hal ini karena polutan
yang digunakan bersifat konduktif. Setelah dilakukan monitoring melalui pengukuran
sebanyak lima kali, dengan polutan yang diinjeksikan kedalam pasir bertambah masingmasing sebanyak 600 ml, jelas bahwa pola rembesan polutan meluas setiap selang
pengukuran.
Kata-kata kunci : Geolistrik, Monitoring, Transport Limbah.
Abstract
Geoelectrical method utilizes resistivity variation by measuring potential difference
due to electrical current which is injected into the ground. The method can be imployed to
characterize geological structure of the subsurface, to locate water reservoir, to monitor
groundwater pollution and to explore geothermal reservoir. In this study, a laboratory
physical model was used along with the geoelectric method as a means to monitor the
pollutant transport in the sand of the model. The geoelectric method employed WennerSchlumberger configuration with electrode spacing of 5 cm.
The result showed that the pollutant transport can be detected from the electrical
resistivity variation. The addition conductive pollutant into the sand of the model caused
the resistivity of the sand decreased, because the applied pollutant was conductive. After
monitoring using five times measurement with pollutant interval application of 600 ml, the
restivity measurement showed that the pollutant spreaded progressively at every
measurement.
Keywords: Geoelectric, Monitoring, Pollutant Transport.

43

44

JMS Vol. 6 No. 1, April 2001

1. Pendahuluan
Salah satu metode yang digunakan dalam

eksplorasi geofisika adalah metode

geolistrik hambatan jenis. Geolistrik hambatan jenis memanfaatkan sifat resistivitas listrik
batuan untuk mendeteksi dan memetakan formasi bawah permukaan. Metode ini dilakukan
melalui pengukuran beda potensial yang ditimbulkan akibat injeksi arus listrik ke dalam
bumi. Sifat-sifat suatu formasi dapat digambarkan oleh tiga parameter dasar yaitu
konduktivitas

listrik,

permeabilitas

magnet,

dan

permitifitas

dielektrik1).

Sifat

konduktivitas batuan berpori dihasilkan oleh sifat konduktivitas dari fluida yang mengisi
pori, interkoneksi ruang pori dan sifat konduktivitas dari interfase butiran dan fluida pori2).
Berdasarkan pada harga resistivitas listriknya, suatu struktur bawah permukaan bumi dapat
diketahui material penyusunnya3). Metode geolistrik cukup sederhana, murah dan sangat
rentan terhadap gangguan sehingga cocok digunakan dalam eksplorasi dangkal. Desain
sistem monitoring menggunakan resistivitas listrik sangat penting untuk mendeteksi aliran
air tanah4).
Penelitian ini merupakan model fisik

menggunakan geolistrik sebagai alat

monitoring untuk mendeteksi transport polutan di bawah permukaan tanah. Dalam artikel
ini dilaporkan hasil pengukuran resistivitas listrik suatu medium pasir yang diinjeksi
dengan polutan, serta penampang resistivitas listrik yang menggambarkan penyebaran
polutan dibawah permukaan pasir.
2. Landasan Teori
Sifat konduktivitas listrik batuan dekat permukaan bumi sangat dipengaruhi oleh
jumlah air, kadar garam/salinitas air serta bagaimana cara air didistribusikan dalam batuan.
Konduktivitas listrik batuan yang mengandung air sangat ditentukan terutama oleh sifat air,
yakni elektrolit5). Larutan garam terdiri dari anion dan kation yang bergerak bebas dalam
air. Adanya medan listrik eksternal menyebabkan kation dalam larutan elektrolit dipercepat
menuju kutup negatif sedangkan anion menuju kutup positif. Tentu saja, batuan berpori
yang berisi air, nilai resistivitas listriknya berkurang dengan bertambahnya kandungan air.
Pendekatan paling sederhana dalam pembahasan gejala kelistrikan di dalam bumi
adalah dengan menganggap bumi sebagai medium homogen isotropis. Dengan perlakuan
tersebut kemudian medan listrik dari titik sumber di dalam bumi dianggap memiliki

JMS Vol. 6 No. 1, April 2001

45

simetri bola3). Harga resistivitas listrik suatu formasi dibawah permukan dapat ditentukan
menurut persamaan 1.
=K

V
I

(1)

Untuk pengukuran beda potensial antara titik M dan N dari sumber arus listrik A dan B
dipermukaan, maka:
1
1
K = 2

AM BM

1
1

AN BN

(2)

Bila dibuat penampang melalui sumber A dan B, maka terlihat pola distribusi bidang
equipotensial Gambar 1 di bawah.
I
L

#V

Gambar 1. Equipotensial dan garis arus dari dua titik sumber dipermukaan

3. Metode Pengukuran
Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran resistivitas listrik dengan alat resistivity
meter tipe SS35XI,

menggunakan pasir sebagai medium yang dinjeksi polutan.

Penginjeksian polutan pada medium pasir dimaksudkan untuk melihat pola penyebarannya
berdasarkan pada anomali resistivitas listrik. Polutan yang digunakan dalam penelitian ini
berasal dari air-limbah dengan nilai konduktivitas listrik yaitu 1200 S/cm. Hasil tersebut
diperoleh dari tes dengan alat conductivity-meter, sedangkan konduktivitas listrik air 100
S/cm. Dari hasil tersebut berarti polutan yang digunakan lebih konduktif dibandingkan
dengan air biasa. Dalam model fisik ini digunakan bak pasir terbuat dari bahan kaca
berukuran panjang 2 meter, lebar 1,2 meter dan tinggi 0,6 meter seperti terlihat pada
Gambar 2.

46

JMS Vol. 6 No. 1, April 2001

Polutan

Titik
Injeksi

Pasir

Gambar 2. Pasir yang diinjeksi polutan Sebagai


Pengukuran meliputi efek sounding dan profiling dengan menggunakan empat
elektrode, masing-masing 2 elektrode arus A dan B, dan 2 elektrode potensial M dan N
tersusun seperti Gambar 1. Jarak antara elektroda potensial MN=a = 5 cm, sedangkan jarak
antara AM=BN= 5n, dengan n = 1 sampai dengan maksimum 16. Efek sounding
digunakan untuk melihat grafik reistivitas listrik terhadap jarak AB/2 pada tiga titik
vertical electode sounding (VES) yaitu pada titik injeksi, pada titik 5 cm dan pada 10 cm
dari titik injeksi. Dari pengukuran arus dan potensial kemudian diplot kurva antara log
resistivitas vs AB/2 untuk melihat pengaruh polutan pada ketiga titik tersebut. Kurva ini
sebagai interpretasi awal dengan anggapan penetrasi kedalaman maksimun untuk
konvigurasi Schlumberger yaitu sekitar 1/3 sampai jarak AB6). Untuk profiling
digunakan prosedur konfigurasi Wenner-Schlumberger dengan melakukan pengukuran
pada 32 titik elektroda yang terbentang sepanjang garis melalui titik tengah di permukaan
atas bak pasir pada Gambar 2, hal ini untuk melihat profil penyebaran limbah dalam pasir
yang digunakan sebagai model.
Oleh karena pengukuran dilakukan pada wadah yang terbatas, maka pengaruh efek
tepi terhadap nilai resistivitas listrik hasil pengukuran jelas ada. Untuk mendapatkan data
dengan pengaruh efek tepi yang kecil, penempatan elektroda arus diusahakan tidak terlalu
dekat dengan tepi bak kaca. Dalam penelitian ini jarak minimum antara elektroda arus
dengan tepi bagian kiri dan kanan bak yaitu sekitar 20 cm. Selain itu kedalaman titik data
yang diukur

diperkirakan tidak lebih dari setengah kali lebar bak, hal ini untuk

menghindari efek bias pada bagian bawah bak kaca.

JMS Vol. 6 No. 1, April 2001

47

Hasil pengukuran yang diperoleh adalah resistivitas listrik semu yang dihitung
berdasarkan persamaan (1) di atas dengan K untuk konfigurasi Wenner_Schlumberger:

K = n(n + 1)a ;

n = 1,2,3,...

(3)

Nilai resistivitas listrik hasil pengukuran disebut resistivitas listrik semu (apparent
resistivity)

yang selanjutnya diolah menggunakan program RES2DINV untuk

mendapatkan penampang resistivitas listrik bawah permukaan. Penampang resistivitas


listrik tersebut digunakan sebagai pedoman untuk interpretasi kuantitatif7).
4. Hasil dan pembahasan
Dalam penelitian ini telah dilakukan penginjeksian polutan sebanyak 5 tahap,
masing-masing sebanyak 0,6 liter. Penginjeksian polutan dilakukan pada kedalaman
sekitar 10 cm di bawah permukaan pasir. Hal ini dimaksudkan agar elektroda tidak
menyentuh polutan saat pengukuran yang dapat mengakibatkan hubungan arus singkat.
Gambar 3 dan 4 di bawah menyatakan hubungan antara nilai log resistivitas semu
terhadap jarak AB/2 di dua titik VES yaitu pada titik injeksi dan pada jarak 5 cm dari titik
injeksi setelah penginjeksian polutan sebanyak : 0 liter (sebelum injeksi); 0,6 liter; 1,2

4
3,5

0 liter

0,6 liter

2,5

1,2 liter
1,8 liter

2
7,5

27,5

47,5

67,5

Jarak AB/2 (cm)

87,5

2,4 liter
3 liter

Log Rest (Ohm.m)

Log Rest(Ohm.m)

liter; 1,8 liter; 2,4 liter; dan 3 liter.

4
0 liter

3,5

0,6 liter

1,2 liter

2,5

1,8 liter

2,4 liter
7,5 27,5 47,5 67,5 87,5

3 liter

Jarak Ab/2(cm)

Gambar 3. Hubungan nilai log resistivitas Gambar. 4. Hubungan log resistivitas semu
semu Vs Jarak AB/2 pada titik injeksi
Vs Jarak AB/2 pada jarak 5 cm dari titik
injeksi
Keterangan grafik pada Gambar 3 dan 4:
: yaitu sebelum diinjeksi polutan ; : yaitu setelah diinjeksi polutan 0,6 lt; S: yaitu
setelah diinjeksi polutan 1,2 lt; U :yaitu setelah diinjeksi polutan 1,8 lt; z :setelah
diinjeksi polutan 2,4 lt, dan ; c: yaitu setelah diinjeksi polutan 3 lt.

48

JMS Vol. 6 No. 1, April 2001

Berdasarkan pada Gambar 3 dan 4 dapat dijelaskan bahwa volume polutan dalam
pasir mempengaruhi nilai resistivitas listrik, hal ini ditunjukkan dari perbedaan grafik
resistivitas listrik medium pasir sebelum dan sesudah diinjeksi polutan. Semakin banyak
volume polutan di dalam pasir menyebabkan nilai resistivits listrik pasir menurun. Tampak
pada Gambar 4 bahwa polutan mempengaruhi nilai resistivitas semu dibawah permukaan
yang berjarak 5 cm dari titik injeksi. Pengaruh polutan terhadap resistivitas listrik pada
jarak 5 cm dari tempat injeksi lebih kecil dibandingkan dengan di titik injeksi.
Berdasarkan

pengolahan

data

menggunakan

program

RES2DINV

untuk

konfigurasi Wenner-Schlumberger dengan jarak spasi elektroda potensial 5 cm, diperoleh


model inversi suatu penampang resistivitas listrik bawah pasir sebelum diinjeksi polutan
seperti Gambar 5 dibawah.

Gambar 5. Penampang Resistivitas Pasir sebelum diinjeksi polutan. Gambar atas yaitu
pseudosection apparent resistivity hasil pengukuran; gambar tengah yaitu
pseudosection apparent reistivity menurut perhitungan; dan gambar bawah
yaitu model resistivity hasil inversi.
Selanjutnya model inversi yang dihasilkan setelah pasir diinjeksi polutan dapat
dilihat pada Gambar 5 sampai dengan Gambar 9. Gambar 5 memperlihatkan penampang
resistivitas listrik pasir setelah diinjeksi polutan 0,6 liter.

JMS Vol. 6 No. 1, April 2001

49

Gambar 6. Penampang resistivitas listrik pasir setelah diinjeksi polutan sebanyak 0,6 liter.

Nilai restitivitas listrik aktual pasir setelah diinjeksi polutan sebanyak 0,6 yaitu
sekitar 253-589 .m dengan kesalahan iterasi 10,5%.
Gambar 7 dibawah menunjukkan penampang resistivitas listrik pasir setelah
penginjeksian tahap kedua dengan volume kumulatif polutan di dalam pasir bertambah dari
0,6 liter menjadi 1,2 liter.

Gambar 7. Penampang resistivitas listrik pasir setelah penginjeksian tahap ke dua (volum
kumulatif polutan di dalam pasir yaitu 1,2 liter).

50

JMS Vol. 6 No. 1, April 2001

Tampak pada Gambar 7 bahwa harga resistivitas listrik pasir setelah penginjeksian tahap
kedua (volume kumulatif polutan didalam pasir 1,2 liter) yaitu sekitar 126-412 .m
dengan kesalahan 14,9%.
Gambar 8 berikut menggambarkan penampang resistivitas listrik pasir setelah
diinjeksi polutan tahap ketiga dengan volume kumulatif polutan di dalam pasir bertambah
dari yang sudah ada 1,2 liter menjadi 1,8 liter.

Gambar 8. Penampang resistivitas listrik pasir setelah penginjeksian tahap ketiga dengan
volume kumulatif polutan di dalam pasir 1,8 liter.
Tampak pada Gambar 8, nilai resistivitas listrik actual pasir setelah penginjeksian
polutan tahap ketiga (volume kumulatif polutan dalam pasir 1,8 liter) adalah sekitar 121389 .m dengan kesalahan iterasi 17,7%.
Gambar

memperlihatkan

penampang

resistivitas

listrik

pasir

setelah

penginjeksian tahap keempat dengan volume kumulatif polutan di dalam pasir sebanyak
2,4 liter.

JMS Vol. 6 No. 1, April 2001

51

Gambar 9. Penampang resistivitas listrik pasir setelah penginjeksian tahap keempat dengan
volume kumulatif polutan di dalam pasir sebanyak 2,4 liter.
Pada Gambar 9 tampak bahwa pasir yang diinjeksi polutan 2,4 liter diindikasikan dengan
nilai resistivitas listrik actual sekitar 92,1-316 .m dengan kesalahan iterasi 15,9% .
Selanjutnya, Gambar 10 memperlihatkan penampang resistivitas listrik pasir
setelah penginjeksian tahap kelima dengan volume kumulatif polutan di dalam pasir
sebanyak 3 liter. Nilai resistivitas listrik actual yang mengindikasikan polutan sekitar 89,3338.m dengan kesalahan iterasi 14,2%.

Gambar 10. Penampang resistivitas listrik pasir setelah penginjeksian tahap kelima dengan
volume kumulatif polutan di dalam pasir sebanyak 3 liter.

52

JMS Vol. 6 No. 1, April 2001

Berdasarkan hasil inversi

diperoleh nilai resistivitas listrik actual listrik pasir

sebelum diinjeksi polutan paling rendah sekitar 526 .m. Setelah pasir diinjeksi polutan,
nilai resistivitas listrik pada daerah sekitar titik injeksi menjadi lebih rendah, yaitu antara
253-457 .m untuk polutan 0,6 liter dan 92,1-316 .m untuk polutan 3 liter. Menurunnya
nilai resistivitas listrik pasir tersebut dikarenakan larutan polutan yang bersifat konduktif
mengisi ruang interfase pasir menggantikan udara.
Berdasarkan hasil inversi, nilai resistivitas actual pasir yang diinjeksi polutan
tampak lebih rendah dibandingkan nilai resistivitas actual pasir yang diinjeksi air, hasil
tersebut dapat diperlihatkan pada tabel 1 di bawah.
Tabel 1. Nilai resistivitas listrik actual yang mengindikasikan air dan polutan berdasarkan
hasil inversi.
Volume
Kumulatif
(liter)

Resistivitas listrik actual pasir


Diinjeksi Air
(.m)

Diinjeksi Polutan
(.m)

0,6

296-494

253-457

1,2

259-458

126-412

1,8

249-437

121-389

2,4

219-392

92,1-316

209-379

89,3-338

Hasil ini sesuai dengan tes awal seperti pada pembahasan sebelumnya bahwa polutan
yang digunakan lebih konduktif (1200 S/cm) dibandingkan dengan air biasa (100 S/cm).
Dengan kata lain resistivitas listrik polutan yang digunakan dalam penelitian ini lebih kecil
dibandingkan dengan resistivitas listrik air. Dari hasil ini berarti untuk skala laboratorium,
metoda resistivitas listrik dapat dipakai sebagai alat monitoring rembesan limbah. Namun
demikian penggunaan dilapangan masih perlu dikaji secara lebih mendalam.
5. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa rembesan polutan yang
diinjeksikan kedalam pasir dapat dideteksi menggunakan metode geolistrik. Penginjeksian
polutan kedalam pasir menyebabkan nilai resistivitas listrik pasir menurun, hal ini karena

JMS Vol. 6 No. 1, April 2001

53

polutan yang bersifat konduktif mengisi ruang interfase pasir yang sebelumnya berisi
udara. Setelah dilakukan monitoring melalui pengukuran sebanyak lima kali, dengan
polutan yang diinjeksikan kedalam pasir bertambah masing-masing sebanyak 600 ml, jelas
bahwa pola rembesan polutan meluas setiap selang waktu pengukuran. Hal ini tampak dari
penampang resistivitas hasil pengolahan data inversi resistivity 2 dimensi.
Daftar Pustaka
1. Williams, R.E., Schlumberger, Formation Evaluation Conference, Indonesia, 1986.
2. Revil, A., Nature of Surface Electrical Conductivity in Natural Sand, Sandstones, and
Clays, Geophysical Research, 25, 691-694, (1998).
3. Telford. W.M.., Sheriff, R.E., Geldart, L.P., Applied Geophysics, 2nd ed. New York,
Cambridge University Press. 1990.
4. White, P.A., Electrode arrays for measuring groundwater flow direction and velocity,
Geophysics, 59, 192-201, (1994).
5. Schon, J.H., Physical Properties of Rocks, Fundamentals and Principles of
Petrophysics. Institute of Aplied Geophysics, Leoben, Austria, 1996.
6. Osella, A., Favetto, A., Martinelli, P., Cernadas, D., Electrical imaging of an alluvial
aquifer at the Antinaco-Los Colorados tectonic valley in the Sierras Pampeanas,
Argentina, J. Applied Geophysics, 41, 359-368, (1999).
7. Loke, M.H., Electrical Imaging Surveys for Environmental and Engineering Studies,
A practical guide to 2-D and 3-D surveys, Penang Malaysia, 1999.

Anda mungkin juga menyukai