Ca Mammae 3
Ca Mammae 3
Ca Mammae 3
LAPORAN KASUS
I.1 Identitas
Nama
: Ny. N
Umur
: 39 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
Alamat
: Sekayu
Pekerjaan
Datang ke poliklinik
: 23 Januari 2011
I.2 Autoanamnesis
Keluhan Utama:
Benjolan pada payudara kiri
Keluhan tambahan:
Luka pada benjolan yang berdarah
Riwayat Perjalanan Penyakit:
Sekitar 1 tahun yang lalu, penderita mengeluh timbul benjolan pada
payudara kiri kira-kira sebesar kelereng. Benjolan awalnya berwarna sama
seperti kulit, tidak gatal, tidak terasa panas, lembut, dan bisa digerakkan. Karena
tidak dirasakan nyeri, benjolan diabaikan. Benjolan membesar selama setahun
ini hingga sebesar telur angsa. Benjolan dirasakan keras, tidak dapat digerakkan
dan terasa nyeri jika disentuh. Penderita mengeluh timbul borok pada benjolan,
borok kemudian pecah dan mengeluarkan darah serta nanah. Tidak ada cairan
keluar dari puting susu, puting susu tidak tertarik ke dalam. Penderita mengeluh
timbul benjolan lain pada ketiak kiri. Nafsu makan dan berat badan menurun.
Penderita tidak mengeluh sesak. Penderita tidak mengeluh nyeri ulu hati, nyeri
tulang , dan nyeri kepala.
Menstruasi pertama penderita pada usia 12 tahun. Siklus menstruasi teratur,
setiap 28 hari. Penderita mempunyai riwayat penggunaan obat hormonal, yaitu
KB susuk selama 4 tahun, KB suntik 3 bulanan selama 6 bulan, dan KB pil
selama 4 bulan. Penderita melahirkan anak pertama pada usia sekitar 27 tahun.
Saat ini penderita mempunyai 2 orang anak. Riwayat kanker payudara atau
kanker lainnya di dalam keluarga disangkal.
I.3 Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
: compos mentis
Pernafasan
: 20x/menit
Nadi
: 88x/menit
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Suhu
: 36,4 C
Status lokalis
Regio Thoraks
Regio Mamma Sinistra
Inspeksi: payudara kanan dan kiri asimetris. Tampak
benjolan tunggal pada kuadaran caudo lateral
sebesar telur angsa. Kulit pada payudara
kemerahan, tampak mengkilat dan tegang,
tampak oedem, tampak ulserasi. Tampak
perdarahan dan pus pada ulserasi. Dimpling
tidak ada, nodul satelit tidak ada, dan tampak
peau dorange. Retraksi nipple tidak ada, erosi
pada nipple tidak ada, tampak krusta pada
nipple, nipple discharge spontan tidak ada.
Palpasi
Palpasi
Palpasi
Palpasi
Palpasi
Palpasi
Regio Abdomen
Inspeksi
: datar, lemas
Palpasi
Pemeriksaan laboratorium
: 8,8 gr/dl
( 12 16 gr/dl )
Hematokrit
: 24 vol%
( 37 43 vol%)
LED
: 21 mm/jam
( < 18 ml/jam )
Leukosit
: 20.400/mm3
Trombosit
: 398.000/m3
( 200.000 500.000/mm3 )
Hitung jenis
: 0/2/52/36/5 %
(0-1/1-3/50-70/20-40/2-8 % )
BSS
: 115 mg/dl
( 70 108 mg/dl )
Protein total
: 8,1 g/dl
Albumin
: 4,1 g/dl
Globulin
: 4,0 g/dl
SGOT
: 26 U/l
( < 40 U/I )
SGPT
: 29 U/l
( < 41 U/I )
Na+
: 133 mmol/l
K+
: 4,3 mmol/l
Kimia Klinik:
I.5 Resume
4
Pro R thorax
Pro USG abdomen
Pro biopsi insisi
insisi
Operasi dalam bentuk modified radikal mastektomi
I.9 Prognosis
Quo ad vitam
: dubia ad malam
Quo ad functionam
: dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pendahuluan
Kanker payudara adalah karsinoma yang berasal dari duktus atau lobulus
payudara. Kanker payudara merupakan masalah global dan isu kesehatan
internasional yang penting. Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker
payudara. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa
di Eropa dan kurang lebih 175.000 di Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun
2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari
700,000 meninggal karenanya. Berdasarkan data pathological base registration di
Indonesia kanker payudara menduduki tempat kedua (11,5%) setelah kanker leher
rahim. Di Indonesia kanker payudara merupakan kanker dengan insiden tertinggi
nomor dua setelah kanker servik dan terdapat kecenderungan dari tahun ke tahun
insidennya meningkat.1,2,3 Muchlis Ramli dkk pada penelitiannya di RSCM, tahun
2000 mendapatkan stadium IIIA dan IIIB sebanyak 43,4%, stadium IV sebanyak
14,3%, berbeda dengan negara-negara maju di mana kanker payudara ditemukan
lebih banyak dalam stadium dini. Ini mungkin karena kurangnya informasi, letak
geografis, pendidikan, kurangnya alat diagnosis seperti mamografi, USG dan
kurangnya keterampilan tenaga medis dalam mendiagnosis keganasan payudara.
II.2 Anatomi dan Fisiologi Payudara
Payudara dewasa terletak di hemithoraks kanan dan kiri dengan dasarnya
terletak dari kira-kira iga kedua sampai iga keenam. Bagian medial payudara
mencapai pinggir sternum dan di lateral sejajar garis aksilaris anterior. Payudara
meluas ke atas melalui suatu ekor aksila berbentuk piramid. Payudara terletak di
atas lapisan fascia otot pektoralis mayor pada dua pertiga superomedial dan otot
seratus anterior pada sepertiga lateral bawah. Payudara yang asimetri sering
dijumpai diantara wanita normal dan penderita tidak begitu menyadarinya atau
mungkin menerimanya sebagai variasi normal. Setengah wanita mempunyai
perbedaan volume 10% antara payudara kiri dan kanan dan seperempatnya dengan
perbedaan 20%. Payudara kiri selalu lebih besar dibanding yang sebelah kanan.3
melekat ke dermis. Tidak ada otot dalam payudara, tapi otot terletak di bawah
payudara dan menutup iga.
dada yang mengalirkan ke deep limfe node (aksila) atau langsung ke apical axillary
lymph nodes.
Surgical level (Bergs Level) dari kgb payudara dikelompokkan pada tiga
level. Level I adalah kelompok kelenjar getah bening yang berada di lateral otot
pektoralis minor yang meliputi kelompok kgb mammaria eksterna dan kgb vena
aksilaris. Level II kgb di posterior pektoralis minor yakni kgb sentral. Level III kgb
di sebelah medial pektoralis minor sampai dengan ligamentum Halsted yaitu
kelompok kgb subklavikula.
10
adalah yang paling jarang terkena. Kanker payudara juga dapat bermetastasis ke
KGB aksila kontralateral tapi jalannya masih belum jelas, diduga melalui deep
lymphatic fascial plexus di bawah payudara kontralateral melalui kolateral
limfatik. Jalur ini menjelaskan mengapa bisa terjadi metastasis ke kelenjar
aksila kontralateral tanpa metastasis ke payudara kontralateral.
Metastasis ke KGB supraklavikula dapat terjadi secara langsung maupun
tidak langsung. Penyebaran langsung yaitu melalui kelenjar subklavikula tanpa
melalui sentinel nodes. Penyebaran tidak langsung melalui sentinel nodes yang
terletak di sekitar grand central limfatik terminus yang menyebabkan stasis
aliran limfe sehingga terjadi aliran balik menuju ke KGB supraklavikula.
Metastasis ke hepar selain melalui sistem vena dapat juga terjadi melalui sistem
limfe. Keadaan ini dapat terjadi bila tumor primer terletak di tepi medial bagian
bawah payudara dan terjadi metastasis ke kelenjar preperikardial. Selanjutnya
terjadi stasis aliran limfe yang berakibat adanya aliran balik limfe ke hepar.
II. 4 Etiologi Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan hasil dari mutasi pada salah satu atau beberapa
gen. Dua di antaranya terletak pada kromosom 17. Gen yang paling berpengaruh
disebut dengan BRCA-1 (pada lokus 17q21), yang lainnya adalah gen p53 (pada
lokus 17p13). Gen ketiga adalah BRCA-2 yang terletak pada kromosom 13. Gen
keempat yang juga terlibat adalah gen reseptor androgen pada kromosom Y. Mutasi
gen ini berhubungan dengan insiden kanker payudara pada pria. Etiologi kanker
payudara masih belum diketahui dengan pasti hingga sekarang namun yang paling
diyakini sebagai penyebab adalah paparan terhadap mutagen. Mutagen ini bisa
berupa mutagen endogen yaitu radikal bebas seperti lipid peroksidase dan
malondyaldehida (MDA) juga mutagen eksogen yaitu radiasi. Virus juga diduga
sebagai penyebab namun belum dapat dibuktikan pada manusia.5,7
Meskipun penyebab pasti kanker payudara belum diketahui, berbagai
penelitian dan pengumpulan bukti-bukti epidemiologi telah dilakukan untuk
mencari tahu faktor-faktor yang meningkatkan risiko terkena kanker payudara.
Berbagai faktor seperti usia, keturunan, hormon dan diet diduga berpengaruh
terhadap variasi insiden kanker paudara di berbagai populasi.
11
c. Usia
Kanker payudara jarang dijumpai pada usia di bawah 30 tahun tapi
insidennya meningkat tajam hingga usia sekitar 50 tahun (30,35%). Setelah usia
50 tahun frekuensinya tetap meningkat tapi perlahan. Perbedaan insiden
berdasarkan usia ini diinterpretasikan sebagai efek dari hormon ovarium pada
perkembangan penyakit.1,2,3,5,6
d. Geografi
Insiden kanker payudara sangat bervariasi di antara negara-negara diseluruh
dunia. Angka kejadian kanker payudara di Amerika Utara sekitar lima kali lebih
tinggi daripada di Jepang. Bahkan di dalam satu negara insiden kanker payudara
berbeda-beda. Misalnya di Israel, keturunan Jews mempunyai risiko empat kali
lebih tinggi daripada non-Jews dan di Italia terdapat perbedaan angka kejadian
sekitar dua kali lipat antara daerah utara dan selatan. Variasi geografis ini lebih
disebabkan oleh faktor lingkungan daripada genetik karena penduduk yang
bermigrasi dari negara berisiko rendah ke negara berisiko tinggi mengalami
peningkatan frekuensi kanker payudara.1,6
e. Jenis kelamin
Hanya 1 % angka kejadian kanker payudara pada laki-laki.1
f. Menstruasi
Menarche pada usia dini dan menopause yang terlambat dapat
meningkatkan risiko kanker payudara. Menarche sebelum usia 12 tahun
mempunyai risiko kanker payudara 20% lebih besar dari menarche setelah usia
15 tahun. Risiko kanker payudara berkurang sekitar setengahnya jika
menopause terjadi sebelum usia 45 tahun dibandingkan jika menopause terjadi
setelah usia 55 tahun. Efek dari menarche dini dan menopause terlambat ini
menunjukkan pengaruh dari jumlah siklus menstruasi yang dialami perempuan
seumur hidupnya terhadap risiko terkena kanker payudara, dengan demikian
risiko
akan
berkurang
jika
perempuan
mengalami
amenore
berkepanjangan.1,2,3,5,6
g. Reproduksi
Status reproduksi juga mempengaruhi risiko terkena kanker payudara.
Wanita yang tidak pernah melahirkan (nullipara) atau yang pertama kali
12
melahirkan anak pada usia lebih dari 31 tahun mempunyai risiko tiga hingga
empat kali lebih besar dibandingkan perempuan yang melahirkan anak
pertamanya sebelum berusia 18 tahun. Wanita yang mempunyai banyak anak
(multipara) diasosiasikan dengan berkurangnya risiko kanker payudara,
tentunya setelah memperhitungkan usia saat melahirkan anak pertama.
Menyusui lebih lama juga dianggap dapat menurunkan risiko kanker
payudara.1,2,3,5,6
h. Diet
Perbedaan insiden kanker payudara di berbagai belahan dunia menunjukkan
bahwa diet mungkin memegang peranan penting dalam perkembangan kanker
payudara. Bukti-bukti yang ada menyebutkan bahwa tingginya konsumsi kalori,
lemak, daging dan alkohol dapat meningkatkan risiko sedangkan tingginya
konsumsi serat, sayur, buah, vitamin dan phytoestrogens dapat menurunkan
risiko.
Diet di negara-negara Barat biasanya mengandung lemak dan gula yang
tinggi sedangkan di Asia dan negara yang belum berkembang dietnya lebih
banyak mengandung vitamin dan serat. Wanita-wanita dari negara Barat
mempunyai risiko terkena kanker payudara enam kali lebih tinggi dibandingkan
wanita-wanita Asia dan negara berkembang lainnya. Risiko ini akan berubah
jika penduduk dari negara berisiko rendah migrasi ke negara berisiko tinggi dan
mengadaptasi pola makan di negara tersebut. Meskipun demikian pengaruh diet
pada insiden kanker payudara tampaknya terjadi pada usia muda seperti anakanak dan remaja. Tidak ada data yang membuktikan bahwa perubahan pola
makan dari diet tinggi lemak ke diet rendah lemak pada usia pertengahan dan
tua dapat menurunkan risiko kanker payudara.1,2,3,5,6
i. Ukuran tubuh
Ukuran tubuh yang mencerminkan status gizi dan pola makan dengan
sendirinya dapat mempengaruhi risiko terkena kanker payudara. Usia terjadinya
menarche sangat dipengaruhi oleh ukuran tubuh dengan demikian gizi pada
masa anak-anak akan mempengaruhi pada usia berapa menarche terjadi. Tinggi
13
badan yang lebih yang juga ditentukan oleh keadaan nutrisi diteliti dapat sedikit
meningkatkan risiko kanker payudara terutama setelah menopause. Pada usia
dewasa, tubuh yang kurus dapat meningkatkan risiko kanker payudara sebelum
menopause sedangkan obesitas dapat meningkatkan risiko sesudah menopause.
Lemak tubuh adalah situs konversi androstenedione menjadi oestradiol, satusatunya sumber endogenik estrogen setelah menopause, mungkin inilah yang
memediasi efek berat badan terhadap risiko kanker payudara pada wanita postmenopause.1,2,3,5,6
j. Riwayat keluarga
Insiden orang-orang dalam satu keluarga besar terkena kanker payudara
terjadi pada sekitar 18% kasus, 5% di antaranya benar-benar diwarisi secara
familial berdasarkan analisis pedigree. Dengan demikian individu yang
memiliki riwayat keluarga kanker payudara berisiko tinggi untuk terkena kanker
payudara. Tingginya risiko ini dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga yang
menderita kanker payudara, sejak usia berapa mereka menderita kanker dan
hubungan mereka terhadap individu tersebut. Risiko kanker payudara
meningkat kira-kira dua kali pada anak perempuan yang ibunya menderita
kanker dan pada wanita yang saudara perempuannya menderita kanker. Kanker
familial ini cenderung terjadi pada usia lebih muda dan bilateral. Peningkatan
risiko sebagian besar disebabkan oleh pewarisan gen-gen yang mempredisposisi
kanker payudara. Pada keluarga berisiko tinggi, dengan empat atau lebih
anggota keluarga terkena kanker payudara, 33% di antaranya mengalami mutasi
BRCA-1. Suatu studi populasi menemukan mutasi BRCA-1 pada 12 dari 193
wanita (6,2%) yang terkena kanker payudara sebelum usia 35 tahun dan pada 15
dari 208 wanita (7,2%) dengan riwayat kanker payudara pada anggota keluarga
tingkat pertama (first-degree relatives). Kanker payudara familial juga sering
berhubungan dengan keganasan pada organ lain seperti colon, ovarium dan
uterus.1,2,3,5,6
k. Hormon
Faktor menstruasi dan reproduksi yang telah dijelaskan sebelumnya
menunjukkan peran hormon seks dalam perkembangan kanker payudara.
14
16
Pada status generalis, selain tanda vital perlu juga diperiksa performance
status penderita. Karena payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal antara lain
estrogen dan progesteron maka sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan saat
pengaruh hormon ini seminimal mungkin, yaitu setelah lebih kurang satu
minggu dari hari pertama menstruasi. Dengan pemeriksaan fisik yang baik dan
teliti, ketepatan pemeriksaan untuk kanker payudara secara klinis cukup tinggi.
Teknik pemeriksaan1,3,9
Penderita diperiksa dengan badan bagian atas terbuka
1. Posisi tegak (duduk)
Lengan penderita jatuh bebas di samping tubuh, pemeriksa berdiri di depan
dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi. Pada inspeksi dilihat simetri
payudara kiri dan kanan; perubahan kulit berupa peau dorange, kemerahan,
dimpling, edema, ulserasi dan nodul satelit; kelainan puting susu seperti
retraksi, erosi, krusta dan adanya discharge.
2. Posisi berbaring
Penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh tersebar rata di atas
lapangan dada, jika perlu bahu atau punggung diganjal dengan bantal kecil
terutama pada penderita yang payudaranya besar. Palpasi dilakukan dengan
mempergunakan falang distal dan falang medial jari II, III dan IV yang
dikerjakan secara sistematis mulai dari kranial setinggi iga kedua sampai ke
distal setinggi iga keenam, juga dilakukan pemeriksaan daerah sentral
subareolar dan papil. Palpasi juga dapat dilakukan dari tepi ke sentral
(sentrifugal) berakhir di daerah papil. Terakhir diadakan pemeriksaan kalau
ada cairan keluar dengan menekan daerah sekitar papil. Pemeriksaan dengan
rabaan halus akan lebih teliti daripada dengan rabaan kuat karena rabaan
halus akan dapat membedakan kepadatan massa payudara.
Pada pemeriksaan ini ditentukan lokasi tumor berdasarkan kuadran
payudara (lateral atas, lateral bawah, medial atas, medial bawah, dan daerah
sentral), ukuran tumor (diameter terbesar), konsistensi, permukaan, bentuk
dan batas-batas tumor, jumlah tumor serta mobilitasnya terhadap jaringan
sekitar payudara, kulit, m.pektoralis dan dinding dada.
17
Aksila
Sebaiknya dalam posisi duduk karena dalam posisi ini fossa aksila jatuh
ke bawah sehingga mudah untuk diperiksa dan lebih banyak yang dapat
dicapai. Pada pemeriksaan aksila kanan tangan kanan penderita
diletakkan atau dijatuhkan lemas di tangan/bahu kanan pemeriksa dan
aksila diperiksa dengan tangan kiri pemeriksa. Diraba kelompok KGB
mammari eksterna di bagian anterior dan di bawah tepi m.pektoralis
aksila; KGB subskapularis di posterior aksila; KGB sentral di bagian
pusat aksila; dan KGB apikal di ujung atas fossa aksilaris. Pada
perabaan ditentukan ukuran, konsistensi, jumlah, apakah terfiksasi satu
sama lain atau ke jaringan sekitarnya.
Selain payudara dan KGB, organ lain yang ikut diperiksa adalah paru, tulang,
hepar, dan otak untuk mencari metastase jauh.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Mammografi
Mammografi merupakan suatu pemeriksaan dengan soft tissue technic yang
dapat mendeteksi 85% kanker payudara. Meskipun 15% kanker payudara
tidak bisa divisualisasikan dengan mammografi, 45% kanker payudara dapat
dilihat pada mammografi sebelum mereka dapat diraba. Adanya proses
keganasan akan memberikan tandatanda primer dan sekunder. Tanda
primer berupa fibrosis reaktif, comet sign, mikrokalsifikasi, deposit kalsium
baik dalam pola mulberrry atau curvilinear, dan distorsi duktus mamaria.
Tanda-tanda sekunder berupa bertambahnya vaskularisasi, adanya bridge of
tumor dan jaringan fibroglanduler tidak teratur. Mammografi sangat baik
digunakan untuk diagnosis dini dan skrining, hanya saja untuk skrining
harganya mahal sehingga dianjurkan penggunaan yang selektif yaitu untuk
wanita-wanita dengan risiko tinggi. Sensitifitas mammografi sekitar 75%
dan spesifisitasnya hampir 90%.5
18
19
Sistem TNM 2
Tumor primer (T)
Tx
T0
: Tumor 2cm
T1a
T1b
T1c
T2
20
T3
T4
atau kulit.
T4a
T4b
T4d
N0
N1
N2
secara klinis ada pembesaran KGB mamari interna ipsilateral tanpa adanya
metastase ke KGB aksila.
N2a
keterlibatan KGB aksila atau klinis terdapat metastase pada KGB mamaria
interna ipsilateral dan secara klinis terbukti adanya metastase pada KGB aksila
atau adanya metastase pada KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa
keterlibatan KGB aksila atau mamaria interna .
N3a
N3b
N3c
21
M0
M1
Stadium klinis
Stadium 0
Tis
N0
M0
Stadium I
T1
N0
M0
Stadium II A
T0
N1
M0
T1
N1
M0
T2
N0
M0
T2
N1
M0
T3
N0
M0
T0
N2
M0
T1
N2
M0
T2
N2
M0
T3
N1
M0
T3
N2
M0
T4
N0
M0
T4
N1
M0
T4
N2
M0
Stadium II B
Stadium III A
Stadium III B
Stadium III C
Semua T
N3
M0
Stadium IV
Semua T
Semua N
M1
Histopatologi 2
Kanker payudara mempunyai beberapa tipe histologi khusus yang turut
mempengaruhi prognosis, meskipun stadium klinis lebih berpengaruh. Pada
stadium I tanpa keterlibatan KGB regional 5-year survival rate sekitar 80%
untuk karsinoma duktal invasif dan sekitar 90-95% untuk karsinoma lobular,
koloid dan comedocarcinoma.
Malignant (carcinoma)
1. Non invasive carcinoma
22
2. Invasive carcinoma
papillobular carcinoma
solid-tubular carcinoma
schirrous carcinoma
Special types
-
mucinous carcinoma
medullary carcinoma
apocrine carcinoma
tubular carcinoma
secretory carcinoma
others
Pagets disease
Tipe Histopatologi
In situ Pagets disease
NOS (no otherwise specified)
Intraductal
Pagets disease and intraductal
Invasive carcinomas
NOS
Ductal
Inflammatory
Medullary, NOS
Medullary with lymphoid stroma
Mucinous
23
GI
: low grade
G2
: intermediate grade
G3
: high grade
Karsinoma duktal
Karsinoma duktal invasif merupakan kelompok terbesar (78%) dari
seluruh tumor ganas payudara. Secara mikroskopik tampak proliferasi
anaplastik epitel duktus yang dapat memenuhi dan menyumbat duktus.
Karsinoma duktal noninvasif (karsinoma duktal in situ atau karsinoma
intraduktal) biasanya terjadi tanpa membentuk massa karena tidak ada
komponen scirrhous.
Comedocarcinoma (5%)
Duktus yang diisi oleh tumor sel kecil dan debris sentral.
24
penyebukan
epidermis
oleh
sel
ganas
yang
disebut
sel
paget.
adalah
medikamentosa
simptomatis.
Namun
apabila
26
bisa mencapai 20-30 cm. Konsistensinya dapat padat kenyal tapi ada bagian
yang kisteus. Walaupun ukurannya besar tidak ada perlekatan ke dasar atau
kulit. Kulit payudara tegang, berkilat dan tampak venektasi. Cystosarcoma
philloides tidak bermetastase karena ini adalah kelainan jinak tapi sejumlah
kecil (27%) ditemukan dalam bentuk ganas yang disebut malignant
cystosarcoma philloides. Pengobatannya adalah simple mastectomy untuk
mencegah residif. Pada orang muda atau belum berkeluarga dapat
dipertimbangkan untuk mastekstomi subkutan.
d. Galactocele
Galaktokel bukan kelainan neoplasma atau pertumbuhan baru
melainkan suatu massa tumor kistik yang timbul akibat tersumbatnya duktus
laktiferus pada ibu-ibu yang sedang atau baru selesai masa laktasi. Tumor
ini berbatas tegas, bulat dan kisteus karena berisi air susu yang mengental.
e. Mastitis
Mastitis adalah suatu infeksi pada kelenjar payudara yang biasanya
terdapat pada wanita yang sedang menyusui. Ditemukan tanda-tanda radang
dan sering sudah menjadi abses.
II.8 Terapi Kanker Payudara
a.
Modalitas terapi
Untuk kanker payudara terdapat beberapa modalitas terapi yang bisa dipilih:
1.
Operasi 1,2,5,6,7
Terdapat beberapa jenis operasi untuk terapi yaitu BCS (breast
conserving surgery), simple mastectomy, modified radical mastectomy, dan
radical mastectomy. Di antara beberapa jenis operasi tersebut metode yang
paling tua adalah mastektomi radikal klasik dari Halsted. Pada mastektomi
radikal dilakukan pengangkatan payudara dengan sebagian besar kulitnya,
27
biasanya
dilakukan
pembedahan
kuratif
dengan
tumor
(lumpektomi
luas
atau
tumorektomi
atau
28
pektoral tetap intact dan jaringan payudara masih ada sehingga pembukaan
lapangan operasi aksila terhambat.
Indikasi BCS:
Syarat BCS:
Mammografi
tidak
memperlihatkan
mikrokalsifikasi
atau
tanda
2.
Radiasi 1,2,5,6
Radioterapi untuk kanker payudara dapat diberikan sebagai terapi
primer, adjuvan atau paliatif. Radioterapi kuratif tunggal tidak begitu efektif
tetapi radioterapi adjuvan cukup bermanfaat. Radioterapi paliatif dapat
dilakukan dengan hasil baik untuk waktu terbatas bila tumor sudah tidak
operabel.
Radioterapi adjuvant diberikan bila ditemukan keadaan sebagai berikut:
3.
Kemoterapi 1,2,5,6
Kemoterapi merupakan salah satu terapi sistemik yang dapat
digunakan sebagai terapi adjuvan atau paliatif. Kemoterapi adjuvan dapat
diberikan
pada
pasien
pascamastektomi
yang
pada
pemeriksaan
Kombinasi CAF
Dosis C : cyclophosphamide 500 mg/m2
hari 1
hari 1
hari 1
30
Interval : 3 minggu
Kombinasi CEF
Dosis C : cyclophosphamide 500 mg/m2
hari 1
E : epirubicin 50 mg/m2
hari 1
hari 1
Interval : 3 minggu
Kombinasi CMF
Dosis C : cyclophosphamide 100 mg/m2
hari 1-14
M : methotrexate 40 mg/m2 IV
hari 1 & 8
hari 1 & 8
Interval : 4 minggu
Kombinasi AC
Dosis A : adriamycin
C : cyclophosphamide
Optional
- kombinasi Taxan + Doxorubicin
- Capecitabine
- Gemcitabine
4.
Hormonal 1,2,5,6
Dasar dari pemberian terapi hormonal adalah fakta bahwa 30-40%
kanker payudara adalah hormon dependen. Terapi ini semakin berkembang
dengan ditemukannya reseptor estrogen dan progesteron. Kanker payudara
dengan reseptor estrogen dan progesteron yang merespons positif terapi
hormonal mencapai 77%. Terapi hormonal merupakan terapi utama stadium
IV di samping kemoterapi karena kedua-duanya merupakan terapi sistemik.
Terapi hormonal biasanya diberikan sebelum kemoterapi karena efek
terapinya lebih lama dan efek sampingnya lebih sedikit.
Sebelum pemberian terapi hormonal dilakukan uji reseptor (estrogen
receptor/ER
positif
atau
progesteron
receptor/PR
positif)
dan
31
Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein
pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti
ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang
HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan terapi.
Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan
terapi dengan trastuzumab.
b.
pemeriksaan
blok parafin,
lokasinya
didasarkan
pada hasil
pemeriksaan imaging.
2. Kanker payudara stadium dini/operabel
32
Reseptor hormonal
ER (+) / PR (+)
Risiko tinggi
Ke + Tam / Ov
Postmenopause
ER (-) / PR (-)
ER (+) / PR (+)
Ke
Tam + Kemo
Usia tua
ER (-) / PR (-)
ER (+) / PR (+)
Ke
Tam + Kemo
ER (-) / PR (-)
Ke
Reseptor hormonal
ER (+) / PR (+)
Risiko tinggi
Ke + Tam / Ov
Postmenopause
ER (-) / PR (-)
ER (+) / PR (+)
Ke
Ke + Tam
Usia tua
Ke
Tam + Kemo
Ke
Grade tinggi
ER/PR negatif
5 tahun (%)
> 90
80
60
50
35
10
10 tahun (%)
90
65
45
40
20
5
5 tahun (%)
80
10 tahun (%)
65
1-3 KGB
65
40
> 3 KGB
30
15
c. Ukuran tumor
Tabel 5. Prognosis kanker payudara berdasarkan ukuran tumor
Ukuran tumor (cm)
10 tahun (%)
34
<1
80
3-4
55
5-7,5
45
d. Histologi
Kanker yang poor differentiated, metaplasia dan grade tinggi mempunyai
prognosis yang lebih buruk dibandingkan kanker yang well differentiated.
e. Reseptor hormon
Pasien dengan kanker yang bersifat ER positif mempunyai waktu survival yang
lebih lama dibandingkan pasien dengan kanker yang bersifat ER negatif.
35
36
Dekap tangan Anda di belakang kepala dan tekan tangan Anda ke depan.
Kemudian, tekan tangan Anda erat pada pinggul dan sedikit menunduk ke depan
cermin ketika Anda menarik punggung dan sikut ke depan. Ini akan melengkapi
bagian pemeriksaan payudara di depan cermin.
Tahap 2:
Rasakan adanya perubahan dengan cara berbaring. Letakkan bantal kecil di bawah
bahu kanan, lengan kanan di bawah kepala. Periksa payudara kanan dengan tangan
kiri dengan meratakan jari-jari secara mendatar untuk merasakan adanya benjolan.
Periksa pula lipatan lengan, batas luar payudara, dan ke seluruh payudara.
37
Tahap 3:
Perhatikan tanda-tanda perdarahan atau keluarnya cairan dari putting susu. Caranya
dengan memencet puting susu dan melihat apakah ada darah atau cairan yang
keluar.
Tahap 4:
Lakukan hal serupa pada payudara sebelah kiri, yaitu dengan meletakkan tangan
kiri di bawah kepala, lalu gunakan tangan kanan untuk memeriksa payudara sebelah
kiri. Bila Anda mendapati adanya kejanggalan, segeralah periksakan diri ke dokter.
BAB III
ANALISIS KASUS
38
39
thoraks dan USG abdomen. Jadi stadium kanker payudara pasien ini berdasarkan
TNM system dari UICC/AJCC tahun 2002 adalah T4bN1Mx. Pasien direncanakan
untuk dilakukan foto thorax untuk melihat apakah ada metastase ke paru-paru serta
di-USG abdomen dan diperiksa darah lengkap untuk memastikan ada atau tidaknya
metastase ke hati. Pemeriksaan bone survey dan CT scan belum perlu dilakukan
karena tidak ada tanda klinis yang menunjang.
Apabila pada rontgen thorax dan USG abdomen tidak ditemukan adanya
metastase jauh, penderita ini dapat kita golongkan pada stadium IIIB yang adalah
stadium lokal lanjut (locally advanced). Untuk pasien dengan stadium lokal lanjut
(stadium IIIA, IIIB, IIIC) dianjurkan neoadjuvant kemoterapi, yaitu 3 siklus
sebelum operasi dan 3 siklus pasca operasi. Neoadjuvant kemoterapi adalah
pemberian kemoterapi pada penderita kanker dengan high grade malignancy dan
belum pernah mendapat tindakan loco-regional dengan bedah atau radiasi.
Neoadjuvant kemoterapi bertujuan untuk memperkecil ukuran tumor (shrinkage
tumor) dan kontrol mikrometastasis, disamping itu neoadjuvant dapat memberikan
informasi tentang respon regimen kemoterapi. Dengan pemberian neoadjuvant
kemoterapi ini dapat mencegah multiplikasi tumor dan memungkinkan regresi yang
signifikan pada tumor primer sehingga tindakan bedah selanjutnya tidak perlu
terlalu radikal.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Albar, Zafiral Azdi dkk (editor). Protokol PERABOI 2003. PERABOI. Jakarta.
Edisi Pertama. 2004. Hlm: 2-15.
3.
Asrul. Hubungan antara Besar Tumor dan Tipe Histologi Kanker Payudara
dengan Adanya Metastase pada Kelenjar Getah Bening Aksila. Bagian Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2003. Available from:
http://www.usu.ac.id.
40
4.
5.
6.
7.
Makhoul,
Issam.
Breast
Cancer:
Overview.
2006
Available
from:
http://www.emedicine.com.
8.
9.
Toward Optimized Practice (TOP) Program. Guideline for the Early Detection
of Breast Cancer. Available from: http://www.albertadoctors.org.
41