Anda di halaman 1dari 12

PEMILIHAN JALUR ALTERNATIF PENYALURAN AIR BUANGAN

KECAMATAN UJUNGBERUNG KOTA BANDUNG


THE SELECTION OF SEWERAGE PIPE-LINE ALTERNATIVES
UJUNGBERUNG DISTRICT BANDUNG CITY
Suffi Nur Rahmani1 dan Idris Maxdoni Kamil2
Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132
1
suffi_rahmani@yahoo.co.id dan 2idris_kamil@yahoo.com
Abstrak : Kecamatan Ujungberung merupakan salah satu daerah yang potensial di Kota Bandung.
Pertumbuhan penduduk Kecamatan Ujungberung pada beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan
yang cukup tinggi. Peningkatan jumlah penduduk harus disertai oleh peningkatan kualitas hidup dan sanitasi
lingkungan, oleh karena itulah keberadaan fasilitas sanitasi yang memadai sangat dibutuhkan. Sistem
Penyaluran Air Buangan merupakan salah satu sarana pendukung yang penting untuk membantu terciptanya
kondisi sanitasi lingkungan yang baik. Salah satu hal yang menentukan dalam perancangan sistem
penyaluran air buangan adalah penentuan jaringan perpipaan. Dalam penentuan jaringan pipa perlu
ditentukan dasar-dasar perencanaan, sistem penyaluran yang digunakan, lokasi pengolah air buangan,
daerah yang dilayani. Dasar perencanaan yang perlu ditentukan meliputi debit air buangan, periode
perencanaan, persen pelayanan, serta sistem yang akan digunakan. Untuk memudahkan perencanaan jalur,
maka area perencanaan dibagi menjadi beberapa blok berdasarkan batas administrasi dan luas daerahnya.
Selanjutnya untuk mendapatkan sistem penyaluran air buangan yang paling baik maka dibuat 3 buah
alternatif jalur yang berbeda. Setiap alternatif dibuat berdasarkan pertimbangan-pertimbangan topografi,
jaringan jalan dan perlintasan sungai. Pemilihan alternatif dilakukan dengan Goal Achievement Method.
Ketiga alternatif dianalisa dengan faktor potensial yang dianggap paling mempengaruhi dalam proses
pengambilan keputusan untuk masing-masing alternatif.Faktor-faktor potensial tersebut adalah panjang
pipa total, stasiun pompa, jumlah manhole,waktu alir dan jumlah perlintasan dengan sungai. Kemudian
dipilih satu alternatif yang paling sesuai untuk diterapkan pada Sistem Penyaluran Air Buangan Kecamatan
Ujungberung.
Kata kunci : sistem penyaluran air buangan, debit air buangan, jalur perpipaan air buangan
Abstract : Kecamatan Ujungberung is one potential area in Bandung. Population growth of Ujungberung
District in recent years have increased rapidly. Increasing the number of residents must be accompanied by
improved quality of life and environmental sanitation, so that the existence of adequate sanitation facilities
are needed. Sewerage System is one means of support to help create conditions of good environmental
sanitation. One of the things that determine the design of sewerage system is the determination of pipeline
network. In determining the pipeline is necessary to determine the basics design, distribution systems, the
location of waste water treatment plant, and the area served. The basics design included waste water flow,
planning period, total population served, and system will be used. To facilitate the flow direction, service
area is divided into blocs based on administrative border region and the area. To get the best sewerage
systems then made 3 different alternatives pipeline. Each alternative is designed based on topography, road
network and river crossings. The selection of alternatives is done by Goal Achievement Method. All three
alternatives analyzed the potential factors that are considered most influential in the decision making process
for each alternative. The potential factors are total pipe length, pumping, total manhole, flow time and total
river crossing. Then choosen one of the most suitable alternative to be applied as Sewerage System at
Ujungberung District.
Key words : sewerage system, waste-water flow, waste-water pipe-line

WW4 - 1

PENDAHULUAN
Kecamatan Ujungberung terletak di Kota Bandung yang berjarak 10 km dari
pusat Kota Bandung. Kecamatan Ujungberung dibagi menjadi 5 kelurahan yang terdiri dari
54 RW dan 267 RT dengan tingkat kepadatan penduduknya rata-rata mencapai 86,46
jiwa/ha pada tahun 2008 (Pemerintah Kecamatan Ujungberung, 2008). Kecamatan
Ujungberung memiliki luas 661,206 ha dengan jumlah penduduk tahun 2008 sebesar
57.167 jiwa. Penduduk Kecamatan Ujungberung mengalami pertambahan jumlah
penduduk yang relatif besar, yaitu sebesar 4,74 % per tahun. Peta administrasi Kecamatan
Ujungberung dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta administrasi Kecamatan Ujungberung


Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perekonomian maka jumlah
limbah yang dihasilkan akan mengalami peningkatan pula. Untuk itu perlu dilakukan usaha
untuk mengurangi pencemaran pada badan air oleh limbah domestik. Salah satunya dengan
merencanakan sistem penyaluran air buangan domestik.
Sampai saat ini, Kecamatan Ujungberung belum memiliki sistim jaringan
penyaluran air buangan atau air limbah perpipaan maupun Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL). Sistem penyaluran air bekas cuci di Kecamatan Ujungberung tercampur
dengan air bekas hujan di saluran drainase/got, yang kemudian dialirkan ke badan air
penerima/sungai maupun dibuang ke lahan kosong/persawahan. Meskipun sebagian besar
penduduk telah menggunakan tangki septik untuk penanganan tinja, namun karena
keterbatasan lahan, terutama pada wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi, pada
umumnya tangki septik mereka tidak dilengkapi dengan bidang resapan. Sehingga
diperlukan suatu penanganan terhadap efluen tangki septik agar tidak mencemari
lingkungan sekitar, terutama pencemaran terhadap air tanah (kedalaman muka air tanah 10
- 20 m).

METODOLOGI
Metodologi pemilihan jalur untuk sistem penyaluran air buangan dapat dilihat pada
Gambar 2. Pengerjaan ini diawali dengan melakukan studi literatur dan pengumpulan
data-data yang diperlukan dalam perencanaan. Pengumpulan data dilakukan dengan
survey lapangan atau mendatangi instansi-instansi terkait. Data yang telah didapat
WW4 - 2

kemudian dianalisa sebagai dasar perencanaan sistem penyaluran air buangan. Perencanaan
sistem penyaluran air buangan akan meliputi daerah pelayanan, periode perencanaan serta
lokasi Bangunan Pengolah Air Buangan (BPAB). Langkah selanjutnya adalah pembuatan
alternatif jalur dan pemilihan jalur alternatif perpipaan air buangan. Pemilihan alternatif
dilakukan dengan menggunakan Goal Achievement Methods (Dickey & Miller, 1984).
Penentuan dasar perencanaan :
1. Proyeksi jumlah penduduk dan
fasiltas perkotaan
2. Prediksi kebutuhan air dan
timbulan air buangan
Penentuan lokasi BPAB

Pembagian blok pelayanan

Pembuatan jalur alternatif

Pemilihan jalur alternatif


Gambar 2. Metodologi

SISTEM PENYALURAN AIR BUANGAN


Sistem pengolahan air limbah domestik Kecamatan Ujungberung direncanakan
menggunakan sistem terpusat (off site), yaitu sistem dimana air limbah dari seluruh daerah
pelayanan dikumpulkan dalam saluran riol pengumpul, kemudian dialirkan ke dalam riol
pusat menuju BPAB sebelum dibuang ke badan air penerima (Hardjosuprapto, 2000) .
Dalam perencanaan ini direncanakan menggunakan Separate System, dimana air
limbah domestik dan air hujan dialirkan secara terpisah melalui saluran atau riol yang
terpisah (Hardjosuprapto, 2000). Pertimbangan dalam merencanakan sistem terpusat (off
site) adalah karena Kecamatan Ujungberung termasuk daerah yang berpenduduk padat dan
pada masa yang akan datang tidak mempunyai lahan lagi untuk pengolahan secara on site.
Kondisi eksisting sanitasi saat ini, telah banyak penduduk yang mengggunakan
sarana penyaluran air buangan secara on site baik itu berupa tangki septik maupun cubluk,
yang sekaligus berfungsi sebagai tangki interseptor. Sehingga direncanakan sistem off-site
yang akan digunakan di Kecamatan Ujungberung adalah sistem riol ukuran kecil atau
small bore sewer. Small bore sewer di desain untuk hanya menerima bagian cair dari air
limbah rumah tangga untuk dibuang dan diolah secara terpusat (Otis & Mara, 1985) .
Tidak adanya padatan yang dapat mengendap mengurangi kebutuhan kecepatan selfcleansing serta memungkinkan kemiringan pipa yang kecil dan kedalaman yang rendah
(Bakalian, 1994) .

WW4 - 3

DASAR PERENCANAAN
Perencanaan sistem penyaluran air buangan dalam level pemerintahan kota terdiri
dari "dasar perencanaan" dan "perencanaan konstruksi lapangan". Dasar perencanaan
merupakan penentuan area pelayanan, tempat untuk fasilitas sewer, tingkatan pengolahan ,
kapasitas dan lokasi muara selama periode perencanaan yaitu sekitar 20 tahun (Ichimura &
Nakanishi, 1987).
Sumber Air Buangan
Sumber air buangan yang akan dilayani oleh SPAB adalah air buangan yang
berasal dari pemukiman penduduk serta fasilitas kota. Fasilitas kota yang dilayani adalah
fasilitas pendidikan, peribadatan, kesehatan, perdagangan, hiburan dan olah raga,
perkantoran, dan transportasi. SPAB juga akan mendapat tambahan sumber air buangan
lain yaitu dari infiltrasi air tanah dan air hujan, yang masuk ke saluran melalui dinding
saluran yang retak, sambungan yang bocor, dinding yang porous, serta penutup manhole.
Periode Perencanaan
Dalam menentukan periode perencanaan, beberapa hal yang harus menjadi
pertimbangan adalah rencana umum dari pengembangan / pembangunan kota selanjutnya,
aspek finansial dan ekonomi (pembiayaan), umur pakai komponen struktur dan peralatan
sistem, serta tingkat pertumbuhan penduduk. Periode perencanaan pembangunan sistem
penyaluran air buangan di Kecamatan Ujungberung direncanakan 15 tahun (2011 2025)
dan pembangunannya dibagi dalam dua tahap yaitu Tahap I (2011-2020) dan Tahap II
(2021-2025). Penentuan periode perencanaan ini didasarkan pada laju pertumbuhan
penduduk yang tinggi (Imhoff & Fair, 1956), yaitu 4,74 % pertahun (data tahun 20002008). Awal tahun perencanaan disesuaikan dengan tahun perencanaan RDRTK WP
Ujungberung yang diterbitkan oleh Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung.
Proyeksi Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk hingga akhir tahun perencanaan perlu diketahui untuk
menentukan debit air buangan yang harus dialirkan.Proyeksi jumlah penduduk hingga
akhir tahun perencanaan dilakukan dengan menggunakan metode logaritmik yang terpilih
berdasarkan analisa statistik terhadap beberapa pendekatan metode proyeksi yang
digunakan. Jumlah penduduk tahun 2025 berdasarkan metode logaritmik adalah 96.817
jiwa.
Proyeksi Fasilitas Kota
Pertumbuhan jumlah penduduk sudah seharusnya diikuti dengan pertumbuhan
fasilitas kota untuk melayani aktivitas masyarakat yang meningkat. Asumsi yang
digunakan untuk memproyeksikan jumlah fasilitas kota hingga akhir tahun periode
perencanaan adalah Ketentuan Standar Fasilitas Perkotaan yang terdapat pada Petunjuk
Perencanaan Kawasan Perumahan Kota, DPU 1987.
Jumlah penduduk dan fasilitas kota terlayani
Jumlah penduduk yang akan dilayani pada perencanaan sistem penyaluran air
buangan Kecamatan Ujungberung adalah 50% pada tahap I dan meningkat menjadi 80%
pada tahap II dari total populasi yang ada menurut hasil proyeksi. Sedangkan untuk
fasilitas kota, baik pada Tahap I maupun II tingkat pelayanannya adalah 100 %.

WW4 - 4

Kuantitas Timbulan Air Buangan


Untuk menentukan kuantitas air buangan yang akan dilayani di akhir tahun periode
perencanaan, maka harus diketahui terlebih dahulu kebutuhan air bersih untuk seluruh
Kecamatan Ujungberung. Standar kebutuhan air yang digunakan untuk kebutuhan air
domestik adalah 150 L/org/hari, berdasarkan data dari PDAM Kota Bandung tahun 2008.
Sedangkan kebutuhan air untuk fasilitas perkotaan menggunakan standar yang dikeluarkan
oleh PPSAB Jawa Barat, DPU (Kimpraswil), Direktorat Cipta Karya,2005. Setelah
diketahui kebutuhan air bersih ditentukan faktor air buangan, yaitu persentase air buangan
yang dihasilkan dari penggunaan air bersih. Untuk rumah tangga, faktor air buangan
ditetapkan 80%[9] . Untuk fasilitas kota faktor air buangan ditetapkan 75-90% yang
besarnya tergantung dari fungsi masing-masing fasilitas kota (Taha, 1982). Debit total
domestik pada akhir tahun perencanaan adalah 10.533.721,51 L/hari. Sedangkan debit total
non domestik pada akhir tahun perencanaan adalah 688.325 L/hari.

LOKASI BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN (BPAB)


Dalam penentuan lokasi BPAB tersebut perlu mempertimbangkan beberapa faktor,
yaitu kondisi topografi rendah, jauh dari pemukiman penduduk, tersedianya sarana jalan
dan listrik yang memadai, merupakan daerah bebas banjir, serta lokasinya dekat dengan
badan air penerima. Lokasi IPAL eksisting yang melayani air buangan Kota Bandung
adalah IPAL Bojongsoang yang terletak di Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung.
Berdasarkan RDRTK WP Ujungberung Tahun 2006, pada tahun 2011 akan dibangun
IPAL Ujungberung yang khusus melayani wilayah Bandung Timur. IPAL Ujungberung
terletak di Kelurahan Mekarmulya, Kecamatan Cibiru. Rencana pembangunan IPAL
Ujungberung dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta rencana IPAL Ujungberung (Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota
Bandung, 2006)

WW4 - 5

PEMBAGIAN BLOK PELAYANAN


Hal selanjutnya yang dilakukan dalam perencanaan ini adalah membagi wilayah
pelayanan kedalam blok-blok untuk memudahkan perencanaan arah aliran air buangan.
Pembagian blok dilakukan berdasarkan batas administratif wilayah. Pertimbangan yang
digunakan dalam pembagian blok perencanaan adalah topografi wilayah, jaringan jalan,
serta luas daerah tiap wilayah. Kecamatan Ujungberung memiliki 5 kelurahan dengan luas
total 661,206 ha. Setiap kelurahan dibagi menjadi 2-3 blok pelayanan. Pembagian blok
pelayanan di Kecamatan Ujungberung dapat dilihat pada Tabel 1. Perhitungan luas setiap
blok dilakukan dengan menggunakan fungsi Area pada software Autocad.
Tabel 1. Pembagian blok pelayanan sistem penyaluran air buangan
Kelurahan
Pasir endah
Cigending
Pasirwangi

Pasirjati

Pesanggrahan
Jumlah

Blok
A1
A2
B1
B2
C1
C2
C3
D1
D2
D3
E1
E2
E3

Luas area
(unit)
13917.42
9945.684
11274.19
11426.08
13624.04
13223.88
12189.23
9543.488
11561.55
6911.611
11725.32
10473.5
13501.51
149317.5

Jumlah
(unit)

Luas
Kelurahan (ha)

23863.11

105.6703

22700.27

100.5211

39037.15

172.8638

28016.65

124.063

35700.33

158.0878

149317.5

661.206

Luas
bagian

Luas blok
(ha)

0.093207
0.066608
0.075505
0.076522
0.091242
0.088562
0.081633
0.063914
0.077429
0.046288
0.078526
0.070142
0.090421
1

61.62897
44.04136
49.92423
50.59685
60.32983
58.55781
53.9762
42.26036
51.19672
30.60591
51.92191
46.37862
59.78722
661.206

Setelah blok perencanaan ditentukan, kemudian ditentukan titik terendah dari setiap
blok sebagai tempat perletakan clean out yang merupakan ujung saluran pipa penyaluran
air buangan. Penentuan titik terendah dilakukan dengan menggunakan peta kontur yang
didapat dari Barkosultanal. Pembagian blok di Kecamatan Ujungberung dengan titik
terendah masing-masing blok dapat dilihat pada Gambar 4.

WW4 - 6

Gambar 4. Pembagian blok perencanaan dan penentuan titik terendah

ALTERNATIF JALUR PENYALURAN AIR BUANGAN


Dalam perencanaan sistem penyaluran air buangan ini akan diusulkan tiga buah
alternatif jalur penyaluran air buangan seperti terlihat pada Gambar 5. Setiap jalur dibuat
dengan pertimbangan topografi, jaringan jalan, serta perlintasan sungai atau rel kereta api.
Jalur perpipaan di buat tegak lurus mengikuti garis kontur sehingga pengaliran dapat
dilakukan dengan gravitasi. Jaringan pipa direncanakan sesuai dengan jaringan jalan yang
telah ada atau disumsikan akan terdapat jalan pada masa yang akan datang. Penyaluran air
buangan diusahakan melewati jalur yang sependek mungkin dan waktu alir yang sesingkat
mungkin untuk menghindari pencemaran lingkungan oleh air buangan yang disalurkan.
Penjaluran pipa juga diusahakan agar sesedikit mungkin melintasi sungai atau rel kereta
api, untuk menghindari penggunaan bangunan pelengkap yang dapat menambah biaya
pembangunan saluran. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka dibuatlah
3 buah alternatif jalur yang mungkin dapat digunakan dalam penyaluran.

WW4 - 7

a. Alternatif Jalur I

b. Alternatif Jalur II
WW4 - 8

c. Alternatif Jalur III


Gambar 5. Alternatif jalur perpipaan

Setelah ditentukan 3 buah alternatif jalur yang dapat digunakan dalam sistem
penyaluran air buangan, setiap jalur yang dinomori setiap ruas pipanya dan dianalisa untuk
dibandingkan. Parameter yang digunakan dalam membandingkan ketiga alternatif jalur
adalah panjang pipa total, waktu alir, jumlah manhole, jumlah stasiun pemompaan dan
jumlah perlintasan sungai.
Perameter panjang pipa total dan jumlah manhole berkaitan dengan aspek
ekonomis pembangunan saluran. Manhole dipasang setiap jarak 125 m pada pipa. Semakin
panjang pipa yang digunakan dan semakin banyak jumlah manhole yang digunakan berarti
semakin besar pula biaya yang diperlukan untuk pembangunan saluran air buangan ini.
Parameter waktu alir berkaitan dengan kemungkinan pencemaran lingkungan yang
mungkin terjadi. Kemungkinan pencemaran air buangan harus diantisipasi dari kebocoran
pipa yang mungkin terjadi. Semakin singkat waktu alir, semakin rendah kemungkinan
terjadinya pencemaran oleh air buangan. Parameter perlintasan sungai berkaitan dengan
kemudahan pembangunan saluran. Semakin banyak perlintasan, proses perencanaan dan
pembangunan saluran akan semakin rumit karena membutuhkan bangunan pelengkap
seperti siphon. Perbandingan antara Alternatif Jalur I, II dan III berdasarkan parameterparameter tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

WW4 - 9

Tabel 2. Perbandingan alternatif jalur I, II dan III


Alternatif I
1. IPAL terletak di Kelurahan
Cipadung, Kecamatan Cibiru.
2. Panjang pipa total 13.968,34 m.
3. Jalur pipa terjauh
menuju
BPAB adalah 5.508,69 m, jika
rata-rata kecepatan alir 1 m/s,
maka
waktu
alir
yang
dibutuhkan adalah 1,53 jam.
4. Jumlah manhole 94 buah.
5. Jumlah stasiun pemompaan
diperkirakan 4 buah.
6. Jumlah perlintasan dengan
sungai adalah 9 buah.

Alternatif II
1. IPAL terletak di Kelurahan
Cipadung, Kecamatan Cibiru.
2. Panjang pipa total 14.691,74 m.
3. Jalur pipa terjauh
menuju
BPAB adalah 5.509,95 m, jika
rata-rata kecepatan alir 1 m/s,
maka
waktu
alir
yang
dibutuhkan adalah 1,53 jam.
4. Jumlah manhole 100 buah.
5. Jumlah stasiun pemompaan
diperkirakan 4 buah.
6. Jumlah perlintasan dengan
sungai adalah 9 buah.

Alternatif III
1. IPAL terletak di Kelurahan
Cipadung, Kecamatan Cibiru.
2. Panjang pipa total 12.759,98 m
3. Jalur pipa terjauh
menuju
BPAB adalah 5.506,7 m, jika
rata-rata kecepatan alir 1 m/s,
maka
waktu
alir
yang
dibutuhkan adalah 1,52 jam.
4. Jumlah manhole 85 buah.
5. Jumlah stasiun pemompaan
diperkirakan 4 buah.
6. Jumlah perlintasan dengan
sungai adalah 7 buah.

PEMILIHAN ALTERNATIF
Dari ketiga alternatif jalur yang telah dibuat, dipilih satu jalur yang akan digunakan
dalam penyaluran air buangan . Pemilihan alternatif dengan pertimbangan aspek teknis dan
ekonomis dilakukan dengan Goals Achievement Method, yaitu dengan menggunakan
faktor-faktor yang bernilai kuantitatif sehingga bisa dibandingkan secara komprehensif dan
eksplisit. Langkah-langkah penentuan jalur terpilih adalah sebagai berikut (Dickey &
Miller, 1984) :
1. Menentukan faktor potensial yang dianggap paling mempengaruhi dalam proses
pengambilan keputusan untuk masing-masing alternatif.
2. Menentukan bobot masing-masing faktor yang diangggap paling penting berdasarkan
besarnya pengaruh yang diberikan. Jumlah bobot (rating) dari semua faktor sama
dengan 100.
3. Menentukan nilai terbaik dari setiap faktor penting dengan nilai 100 (maksimum) dan
kemudian menyusun nilai-nilai lain secara proporsional dengan nilai maksimum. Nilai
ini dinamakan Normalized Effectiveness Measure.
4. Menentukan weighted final score dengan cara mengalikan normalized effectiveness
measure dengan bobotnya (rating), setelah itu dijumlahkan. Keputusan diambil
berdasarkan nilai weighted final score yang terbesar.
Faktor potensial yang dianggap paling mempengaruhi dalam pengambilan
keputusan adalah pemompaan, panjang pipa yang digunakan, perlintasan, waktu alir dan
jumlah manhole. Yang perlu diperhatikan dalam pemberian bobot adalah nilai
kepentingannya dalam sistem tersebut. Penentuan bobot untuk setiap parameter ditunjukan
pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai dasar parameter untuk Goal Achievement Method
No
1.
2.
3.
4.
5.

Parameter
Pemompaan
Pipa
Perlintasan
Waktu Alir
Jumlah Manhole

Alternatif 1
4
13.968,34 m
9 buah
1,53 jam
94 buah

Alternatif 2
4
14.691,74 m
9 buah
1,53 jam
100 buah

WW4 - 10

Alternatif 3
4
12.759,98 m
7 buah
1,52 jam
85 buah

Bobot
25
35
10
15
15

Menentukan Normalized Effectiveness Measure dilakukan dengan cara


membandingkan nilai pada alternatif dengan nilai pada alternatif yang diberi nilai 100.
Perhitungan Normalized Effectiveness Measure dan Weighted Final Score ditunjukan pada
Tabel 4.
Tabel 4. Perhitungan Normalized Effectiveness Measure dan Weighted Final Score
No

Parameter

1.
2.
3.
4.

Pemompaan
Pipa
Perlintasan
Waktu Alir
Jumlah
Manhole

5.

Normalized Effectiveness Measure


Alternatif Alternatif Alternatif
1
2
3
100
100
100
91.34
86.85
100
77.77
77.77
100
99.34
99.34
100
90.42

85

100

Jumlah

Bobot
25
35
10
15

Weighted Final Score


Alternatif Alternatif Alternatif
1
2
3
2500
2500
2500
3197.22
3039.79
3500
777.77
777.77
1000
1490.19 1490.196
1500

15

1356.38

1275

1500

100

9321.58

9082.77

10000

Dari Tabel 4 diatas diketahui bahwa jalur alternatif 3 memiliki nilai weighted final
score terbesar.Oleh kerena itu, jalur alternatif 3 dipilih sebagai jalur perpipaan sistem
penyaluran air buangan.

KESIMPULAN
Sistem penyaluran air buangan yang diterapkan di Kecamatan Ujungberung adalah
sistem terpisah menggunakan small bore sewer, periode perencanaan SPAB adalah 15
tahun (2011-2025). Lokasi BPAB direncanakan di Kelurahan Mekarmulya, Kecamatan
Cibiru.
Dengan berbagai pertimbangan terutama jaringan jalan serta kondisi topografi di
Kecamatan Ujungberung, maka dibuat 3 buah alternatif jalur perpipaan. Setiap alternatif
kemudian dinilai berdasarkan pertimbangan teknis menggunakan Goal Achievement
Method. Hasil yang diperoleh, jalur alternatif 3 memiliki weighted final score terbesar.
Dengan demikian jalur perpipaan Alternatif 3 adalah jalur yang digunakan dalam sistem
penyaluran air buangan Kecamatan Ujungberung.

UCAPAN TERIMAKASIH
Perancangan ini dibiayai oleh PHKI TL ITB.

DAFTAR PUSTAKA
1. Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung. 2006. Rencana Detail Tata Ruang Kota Wilayah
Pengembangan Ujungberung. Bandung : Pemerintah Kota Bandung
2. Bakalian, Alexander et al. 1994. Simplified Sewerage: Design Guidelines. UNDP-World Bank Water &
Sanitation Program. http://www.sulabhenvis.in/admin/upload/pdf_upload/global_simplified.pdf
3. Dickey, John W. and Miller, Leon H.1984. Road Project Appraisal for Developing Countries. hal 228232.
4. Hardjosuprapto, Moh. Masduki. 2000. Penyaluran Air Buangan (PAB) Volume II. Bandung : ITB

WW4 - 11

5. Ichimura, Masakazu and Nakanishi, Junko. 1987. Capacity Planning of Sewerage Systems Under
Uncertainty. Intern J. Environmental Studies 1987 Vol. 29, pp.239-259. United Kingdom: Gordon and
Breach Science Publishers Inc.
6. Imhoff, K. and Fair, G. M. 1956. Sewage treatment. John Wiley and Sons, Inc., New York, New York.
7. Kovarik,
Vincent
J.
1973.
Sewage
Treatment
System.
United
States
Patent.
http://www.freepatentsonline.com/3875051.pdf
8. Mara, Duncan. 2006. Water Sector in Small Urban Centres. Water Supply and Saniation Options for
Small Urban Centres in Developing Countries, UN-HABITAT report : paper 3
9. McRobie, George. 1996. Services for The Urban Poor, A People-Centres Approach. Building Issues 1996
Vol.8 No.1
10. Metcalf & Eddy, Inc. 1991.Wastewater Engineering Treatment : Treatment, Disposal, and Reuse.
McGraw-Hill, Inc. New York.
11. Otis, Richard J. and Mara, Duncan. 1985. The Design of Small Bore Sewer Systems. Technology
Advisory
Group
(TAG)
Technical
Note
No.14
UNDP
Programme.
http://wwwwds.worldbank.org/servlet/WDSContentServer/WDSP/IB/2000/01/06/000178830_98101903445889/Ren
dered/PDF/multi0page.pdf
12. Pemerintah Kecamatan Ujungberung. 2008. Buku Monografi Kecamatan Ujungberung Semester Pertama
Tahun 2008. Bandung : Pemerintah Kota Bandung
13. Taha, Hamdy. 1982. Operation Research. McGraw-Hill,Inc.New York.

WW4 - 12

Anda mungkin juga menyukai