PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu faktor pencetus serangan asma adalah kondisi psikologis klien
yang tidak stabil termasuk di dalamnya cemas. Hal ini sering diabaikan oleh klien
sehingga frekwensi kekambuhan menjadi lebih sering dan klien jatuh pada
keadaan yang lebih buruk. Kondisi ini merupakan suatu rantai yang sulit
ditentukan mana yang menjadi penyebab dan mana yang merupakan akibat.
Keadaan cemas menyebabkan atau memperburuk serangan, serangan asthma
dapat menyebabkan kecemasan besar pada klien asthma padahal kecemasan justru
memperburuk keadaan (Cris Sinclair, 1990 : 106). Kondisi sesak dapat
menimbulkan kecemasan karena klien merasa adanya ancaman kematian (Barbara
C. Long, 1996 : 512).
Menurunkan tingkat kecemasan pada klien asma baik pada saat serangan
ataupun saat tidak terjadi serangan sangat penting. Sebab seperti yang telah
dijelaskan di atas maka lingkaran mengenai penyebab dan akibat cemas harus
diputus. Dengan demikian berarti memutus salah satu faktor pencetus asthma dan
memutus keadaan cemas
1996).
Indikator
ketahanan
tubuh
yang
berkonsep
latihan pernafasan
Salah satu upaya menurunkan tingkat kecemasan pada klien asma adalah
dengan latihan relaksasi pernafasan. Teknik relaksasi ini telah diketahui efektif
menurunkan kecemasan untuk perawatan dan pencegahan gangguan pernafasan,
hiperventilasi, nafas pendek (Martha Davis, 1995 : 28). Karena menurunkan
ketegangan dan perubahan kesadaran (Stuart dan Sundeen : 347). Latihan
relaksasi yang terprogram setiap hari memberi efek pada respon psikologis
terhadap stress dan juga akan tertolong jika kecemasan muncul kembali (Barbara
C. Long, 1996 : 144).
Dari uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian guna mengetahui
seberapa jauh mana efektifitas relaksasi pernafasan terhadap penurunan tingkat
kecemasan pada klien asma sehingga hasil penelitian ini dapat memberi masukan
kepada sejawat perawat khususnya dalam memberi asuhan keperawatan pada
klien asma yang rentan sekali terhadap stress.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
(1) Apakah relaksasi pernafasan dapat menurunkan tingkat kecemasan pada klien
asma ?
(2) Apakah relaksasi pernafasan dapat memperpendek masa serangan asma?
(3) Apakah relaksasi pernafasan dapat memperkecil frekwensi kekambuhan
asma ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian meliputi :
1 Tujuan Umum
Mempelajari
pengaruh
relaksasi
pernafasan terhadap
penurunan
serangan.
(2) Mempelajari
efektifitas
relaksasi
pernafasan
terhadap
penurunan
frekwensi kekambuhan.
1.4 Manfaat
(1) Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman tentang efektifitas
relaksasi pernafasan terhadap penurunan kecemasan pada klien asma.
(2) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
upaya mengurangi kecemasan pada klien asma.
(3) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk
melaksanakan penelitian lebih lanjut.
(4) Memberi masukan kepada sejawat perawat tentang pentingnya menangani
cemas pada klien asma sehingga klien bisa mendapatkan perawatan yang
komprehensip.
1.5 Relevansi
Perawatan psikologis klien asma merupakan hal yang sangat penting, baik
pada saat serangan ataupun tidak dalam serangan. Perawat dan klien harus
berusaha bersama-sama mempertahankan kondisi psikologis klien dalam keadaan
stabil sehingga klien tidak jatuh dalam keadaan distress (cemas), karena hal ini
akan memperburuk kondisi klien. Pada saat serangan asma terjadi dan masa-masa
kritis setelah serangan klien akan berada dalam kondisi kecemasan yang berat.
Kondisi demikian harus segera mendapatkan perawatan yang baik untuk
meminimalkan kecemasan. Salah satu upaya untuk menurunkan tingkat
kecemasan pada klien asthma adalah dengan relaksasi pernafasan. Manfaat
relaksasi pernafasan diantaranya adalah menurunkan ketegangan, mencegah
gangguan pernafasan, klien akan merasa lebih nyaman sehingga akan
mempercepat kesembuhan klien. Pentingnya pengelolaan cemas dengan relaksasi
pernafasan ini akan menggugah dunia keperawatan untuk lebih memperhatikan
betapa pentingnya kondisi psikologis klien yang sangnat besar pengaruhnya
terhadap proses kesembuhan dan frekwensi kekambuhan. Dengan demikian dapat
lebih meningkatkan pelayanan keperawatan secara komprehensif khususnya pada
klien asma.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
.Pada bab ini akan disajikan tentang konsep dasar asma, cemas dan
relaksasi pernafasan. Konsep dasar asma meliputi pengertian asma, tipe asma,
faktor -faktor pencetus serangan asma serta dampak-dampak yang ditimbulkan
oleh asma.
Kedua tentang konsep dasar cemas meliputi pengertian cemas, tingkatan
cemas, faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan dan mekanisme timbulnya
asma yang diakibatkan oleh kecemasan.
konsep dasar relaksasi pernafasan meliputi pengertian relaksasi pernafasan,
alasan, Ketiga tentang manfaat, metode / cara relaksasi pernafasan dan kerugian
bila tidak melakukan relaksasi pernafasan pada klien asma.
2.1 Konsep Dasar Asma
2.1.1 Pengertian
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan
bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan
jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun
sebagai hasil pengobatan (Soeparman, 1990 dikutip dari The American Thoracic
Society, 1962).
Menurut Sylvia Anderson (1995 : 149) asma adalah keadaan klinis yang
ditandai oleh masa penyempitan bronkus yang reversibel, dipisahkan oleh masa di
mana ventilasi jalan nafas terhadap berbagai rangsang.
Asma adalah suatu inflamasi kronis saluran nafas yang melibatkan sel
eosinofil, sel mast, sel netrofil, limfosit dan makrofag yang ditandai dengan
wheezing, sesak nafas kumat-kumatan, batuk, dada terasa tertekan dapat pulih
kembali dengan atau tanpa pengobatan (Cris Sinclair, 1990 : 94)
Samsuridjal dan Bharata Widjaja (1994) menjelaskan asma adalah suatu
penyakit peradangan (inflamasi) saluran nafas terhadap rangsangan atau hiper
reaksi bronkus. Sifat peradangan pada asma khas yaitu tanda-tanda peradangan
saluran nafas disertai infliltrasi sel eosinofil.
Dalam proses degranulasi sel ini yang pertama kali dikeluarkan adalah
mediator yang sudah terkandung dalam granul-granul (preformed) di
dalam sitoplasma yang mempunyai sifat biologik, yaitu histamin,
Eosinophil Chemotactic Factor-A (ECF-A), Neutrophil Chemotactic
Factor (NCF), trypase dan kinin. Efek yang segera terlihat oleh mediator
tersebut ialah obstruksi oleh histamin.
Hiperreaktifitas bronkus yaitu bronkus yang mudah sekali
mengkerut (konstriksi) bila terpapar dengan bahan / faktor dengan kadar
yang rendah yang pada kebanyakan orang tidak menimbulkan reaksi apaapa, misalnya alergen (inhalan, kontaktan), polusi, asap rokok / dapur,
bau-bauan yang tajam dan lainnya baik yang berupa iritan maupun yang
bukan iritan. Dewasa ini telah diketahui bahwa hiper rektifitas bronkus
disebabkan oleh inflamasi bronkus yang kronik. Sel-sel inflamasi
terutama eosinofil ditemukan dalam jumlah besar dalam cairan bilas
bronkus pasien asthma bronkiale sebagai bronkhitis kronik eosinofilik.
Hiper reaktifitas berhubungan dengan derajad berat penyakit. Di klinik
adanya hiperreaktifitas bronkhus dapat dibuktikan dengan uji provokasi
yang menggunakan metakolin atau histamin.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas saat ini penyakit asthma
dianggap secara klinik sebagai penyakit bronkhospasme yang reversibel,
secara patofisiologik sebagai suatu hiper reaksi bronkus dan secara
patologik sebagai suatu peradangan saluran nafas.
Bronkus pada pasien asma oedema di mukosa dan dindingnya,
infiltrasi sel radang terutama eosinofil serta terlepasnya sel silia yang
menyebabkan getaran silia dan mukus di atasnya sehingga salah satu daya
pertahanan saluran nafas menjadi tidak berfungsi lagi. Ditemukan pula
pada pasien asthma bronkiale adanya penyumbatan saluran nafas oleh
mukus terutama pada cabang-cabang bronkhus
.
Akibat dari bronkhospasme, oedema mukosa dan dinding bronkhus
Alergen
Alergen adalah sat-zat tertentu bila dihisap atau di makan dapat menimbulkan
serangan
asthma,
misalnya
debu
rumah,
tungau
debu
rumah
10
(5)Obat-obatan
Beberapa pasien asthma bronkiale sensitif atau alergi terhadap obat tertentu
seperti penicillin, salisilat, beta blocker, kodein dan sebagainya.
(6)Polusi udara
Pasien asthma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik / kendaraan,
asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal,
serta bau yang tajam.
(7)Lingkungan kerja
Diperkirakan 2 15% pasien asthma bronkiale pencetusnya adalah
lingkunagn kerja (Sundaru, 1991).
2.1.4
Fisik
Sistem Kardiovaskuler
a.Takikardia
b.
Tensi meningkat
Sianosis
e.Diaforesis
f. Dehidrasi
11
(4)Psikologis
a. Peningkatan ansietas (kecemasan) : takut mati, takut menderita, panik,
gelisah.
b. Ekspresi marah, sedih, tidak percaya dengan orang lain, tidak perhatian.
c. Ekspresi tidak punya harapan, helplessness.
(5) Sosial
a.
b.
Gangguan berkomunikasi
c.
Inappropiate dress
d.
(6)Hematologi
a.
b.
12
Cemas merupakan dasar reaksi terhadap stress dan keadaan mental yang
sulit, ketakutan, firasat / perasaan tidak ada bantuan (Kozier, et.al, 1997 : 833).
2.1.2 Tingkatan Cemas dan Karakteristiknya
Menurut Stuart dan Sundeen cemas terdiri dari empat tingkatan yaitu :
(1) Kecemasan ringan ditandai dengan
Waspada, ketajaman pendengaran bertambah, kesadaran meningkat,
(terangsang untuk melakukan tindakan, termotivasi secara positif, sedikit
mengalami peningkatan tanda-tanda vital), mampu menghadapi situasi yang
bermasalah, dapat menvalidasi secara konsensual, ingin tahu, mengulang
pertanyaan, kurang tidur.
(2) Kecemasan sedang ditandai dengan
Individu berfokus pada dirinya (penyakitnya), menurunnya perhatian
terhadap lingkungan, persepsi menyempit, cukup kesulitan berkonsentrasi,
membutuhkan usaha yang lebih, kesulitan beradaptasi dan menganalisa
perubahan suara / nada, pernafasan dan denyut nadi meningkat, tremor,
bergetar.
(3) Kecemasan berat ditandai dengan :
Perubahan pola pikir, ketidakselarasan pikiran, tindakan dan perasaan,
lapangan persepsi sangat menurun, fokus pada masalah detil, tidak
memperhatikan instruksi, sangat kebingungan, tidak mampu berkonsentrasi,
tidak mampu mengerti terhadap situasi yang dihadapi saat ini, penurunan
fungsi, kesulitan untuk mengertu dalam berkomunikasi, hiperventilasi,
takikardi, mual, pusing.
(4) Panik ditandai dengan :
Persepsi terhadap lingkunngan mengalami distoris, ketidakmampuan
memahami situasi, respon tidak dapat diduga dan aktivitas motorik yang tidak
menentu, tidak mampu belajar, penyimpangan persepsi, tidak mampu belajar,
tidak mampu mengintegrasikan pengalaman, tidak dapat berfokus pada saat
ini, tidak mampu melihat dan mengerti situasi, kehilangan untuk
mengungkapkan apa yang dipikirkan, tidak dapat berfungsi, peningkatan
13
(1) Sesak nafas (kesulitan bernafas) mengakibatkan klien takut akan ancaman
14
Gastro intestinal
Mual, muntah, diare, perut terasa tidak enak dan nyeri, kehilangan nafsu
makan, panas.
d.
Neuro muskular
Peningkatan reflek, insomnia, tremor, reaksi terkejut, kejang, gelisah,
muka tampak tegang, kelemahan seluruh tubuh, pergerakan yang kaku.
e.
Kulit
Pucat, panas, dingin
f.
Traktus urinarius
Rasa tertekan pada kandung kemih.
(2) Behavior
Ketegangan fisik, gangguan istirahat, tremor, berbicara cepat, kurang
koordinasi, hiper reaktif, perilaku menghindar
(3) Kognitif
Tidak perhatian, kurang konsentrasi, penurunan kreatifitas, pelupa,
15
Inhibitor
aminobutyric
acid
(GABA) yang
ditingkatkan
oleh
16
Katekolamin
dan
Bendorrphins
berinteraksi
dengan
17
pada
Monoamine
dan
Neuropeptida
lain,
endorphins
dan
2.3.4
2.3.5
18
(2) Arahkan perhatian pada pernafasan anda, tempatkan tangan anda pada
bagian yang paling terasa naik dan turun pada saat anda menarik nafas
dan menghembuskan nafas. Perhatikan, jika bagian ini pada dada,
maka anda tidak menggunakan bagian bawah dada dengan baik. Orang
yang gugup cenderung sering bernafas sangat pendek, bernafas
dangkal pada dada bagian atas.
(3) Letakkan kedua tangan anda dengan lembut di atas perut dan ikuti
pernafasan anda. Perhatikan bagaimana perut anda naik pada tiap
tarikan nafas dan turun tiap hembusan nafas.
(4) Paling baik jika anda bernafas melalui hidung. Jika mungkin,
bersihkan rongga hidung anda sebelum melakukan latihan pernafasan.
(5) Apakah data dan perut anda bergerak secara harmonis, atau kaku ?
Sediakan satu atau dua menit untuk membiarkan dada mengikuti
gerakan perut anda.
(6) Amati tubuh anda yang tegang, khususnya tenggorokan, dada dan
perut.
(7) Letakkan satu tangan di atas perut dan satu tangan di atas dada.
(8) Tarik nafas pelan-pelan dan dalam melalui hidung masuk ke dalam
perut mendorong tangan anda sekuat-kuatnya selama anda merasa
nyaman. Dada anda harus hanya sedikit bergerak dan bersamaan
dengan pergerakan perut.
(9) Jika anda merasa mudah dengan langkah ke-4, tersenyum sedikit, tarik
nafas melalui hidung dan hembuskan melalui mulut, cipyakan
ketenangan, relaks, desingkan udara seperti angin seraya anda
meniupkan udara dengan lembut ke luar. Mulur, hidung dan rahang
anda akan relaks. Ambil nafas panjang, pelan, dalam yang
membesarkan dan mengecilkan perut. Fokuskan pada bunyi dari
pernafasan sambil anda semakin relaks.
(10) Lanjutkan nafas dalam selama lima atau sepuluh menit setiap kali,
satu atau dua kali sehari, selama dua minggu, kemudian, jika anda
suka, perpanjang waktunya sampai 20 menit.
19
(11)
20
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian
Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
Klien
kecemasan
Faktor
yang
mempengaruhi
- Umur
- Jenis kelamin
- Tingkat pengetahuan
- Support sistem
- Mek. coping
Akibat
Penurunan
Cemas
- Ringan
- Sedang
- Berat
- Panik
Keterangan :
: Diteliti
: tidak diteliti
Kerangka Konsep : Studi Tentan Efektifitas Relaksasi Pernafasan
Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan
21
Sampel
Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara
Identifikasi Variabel
(1) Variabel Independen
Variabel independen adalah suatu stimulus aktivitas yang
dimanipulasi oleh peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada
dependen variabel (Nursalam dan Siti Pariani, 2001 : 41). Variabel
independen dalam penelitian ini adalah latihan relaksasi yang meliputi :
22
2. Cukup
3. Baik
yang
ditandai
dengan
waspada,
kesadaran
menurunnya
perhatian
terhadap
lingkungan,
persepsi
23
b.
c.
Kecemasan berat
24
4.
Panik
25