Anda di halaman 1dari 20

PENGEMBANGAN KOTA PULAU DENGAN DOMINASI FUNGSI

PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM BIDANG PARIWISATA


(STUDI KASUS PULAU BANDA NEIRA, MALUKU TENGAH)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Pengembangan Pesisir dan Pulau Kecil
(TKP 511)

Disusun oleh:
Fadhilah Mifta Firdaus

21040111120024

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

ii

DAFTAR GAMBAR

iii

DAFTAR TABEL

iii

I. Latar Belakang
II. Profil Pulau Banda Neira
A. Sejarah Pulau Banda Neira
B. Potensi Pariwisata Pulau Banda Neira
a. Potensi Pariwisata Bahari
b. Potensi Pariwisata History
III.
Kajian Literatur
A. Pulau Banda Neira dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Maluku
B. Kebijakan Tingkat Kabupaten Maluku Tengah
C. Kebijakan Informal Tingkat Kawasan Banda
IV.Pembahasan
A. Fisik Tata Ruang Lingkungan Hidup
a. Struktur Ruang dan Pola Ruang Kota Pulau
b. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kota Pulau
B. Ekonomi Kelembagaan
a. Peran Kota Pulau Banda Neira sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi
b. Penghambat Pertumbuhan Ekonomi Pulau Banda Neira
c. Pengembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Produktivitas Kota Pulau
Banda Neira
C. Sosial budaya
V. Kesimpulan
VI.
Daftar Pustaka
VII.

1
1
3
4
4
6
9
9
10
10
11
11
11
12
13
13
14
14
15
16
17

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1

Peta Administrasi Pulau Banda Neira

Gambar 2

Salah Satu Pantai di Pulau Banda Neira

Gambar 3

Pulau Gunung Api di Pulau Banda Neira

Gambar 4

Istana Mini di Banda Neira, Maluku.

Gambar 5

Rumah pengasingan Mohammad Hatta di Pulau Banda Naira, Provinsi


Maluku.

Gambar 6

Benteng Belgica dengan latar belakang Gunung Banda Api di Banda Neira

Gambar 7

Hirarki Pusat Permukiman di Provinsi Maluku

11

DAFTAR TABEL
Tabel II. 1

Nama dan Luas Pulau di Kepulauan Banda Tahun 2010

Tabel IV. 1 Tabel Ketentuan Intensif dan Disinsentif Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Pulau Banda Neira

13

PENGEMBANGAN KOTA PULAU DENGAN DOMINASI FUNGSI PUSAT


PERTUMBUHAN EKONOMI/ KOTA KECAMATAN
(STUDI KASUS PULAU BANDA NEIRA, MALUKU TENGAH)
I.

Latar Belakang
Kepulauan Banda merupakan sebuah kecamatan dalam lingkup pemerintahan Kabupaten

Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Potensi pariwisata pada Kepulauan Banda terdiri atas wisata bahari
yang berada di bawah laut maupun di atas laut (Bungin, 2009), wisata sejarah, wisata budaya,
agrowisata, wisata religi, ilmiah, sport, dan wisata view. Dalam lingkup kawasan Indonesia bagian
timur, telah sangat terkenal akan potensi baharinya karena kondisi geografisnya yang dikelilingi oleh
perairan laut. Pada Pulau Banda Neira sendiri merupakan salah satu pulau yang terletak di Kepulauan
Banda, Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Mengingat bahwa kondisi fisik kawasannya sebagai pulau,
maka pengembangan dan pembangunan pulau yang berkelanjutan perlu untuk diterapkan di Pulau
Banda Neira sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Nasional, Laut Banda masuk dalam Kawasan Andalan dengan salah satu sektor unggulan
adalah pariwisata. Ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Kepulauan Banda mampu
memberikan kontribusi bagi perkembangan wilayah di masa mendatang. Selain itu, berdasarkan
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, menjelaskan bahwa pembangunan
kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh
manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.
Perkembangan kunjungan wisatawan memberikan kontribusi besar dalam perkembangan pariwisata.
Potensi pariwisata yang dimiliki Kepulauan Banda ditandai oleh kenaikan arus kunjungan wisatawan
setiap tahunnya, dan akan memberikan peluang besar bagi peningkatan pendapatan masyarakat dan
daerah. Hal tersebut akan juga mempengaruhi potensi pariwisata yang ada di Pulau Banda Neira.
Saat ini, perkembangan Pulau Banda Neira makin berkembang dalam sektor wisata. Hal ini
dikarenakan banyak terdapat atraksi wisata bahari yang menarik perhatian wisatawan mancanegara
dengan keindahan alam pantainya. Kondisi ini makin membuat Pulau Banda Neira yang notabene
sebagai pulau kecil di Indonesia mampu berkembang pesat dalam aspek perekonomian penduduknya.
Oleh karena itu, dalam pembahasan laporan ini ingin mengidentifikasi lebih lanjut pengembangan
kota Pulau Banda Neira dengan dominasi fungsi pusat pertumbuhan ekonomi dalam bidang
pariwisatanya.
II.

Profil Pulau Banda Neira


Kepulauan Banda merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Maluku Tengah dengan

wilayah administrasi meliputi seluruh Kepulauan Banda yang terletak sekitar 250 Km di sebelah
tenggara Kota Ambon dan memiliki 90,377 Km panjang garis pantai. Luas Kepulauan Banda
1

seluruhnya adalah 2.568 Km yang terdiri dari luas daratan 180,59 Km dan luas lautan 2.387,51 Km.
Pengertian luas lautan yang dimaksud hanya terbatas pada perairan laut sekitar Kepulauan Banda.
Sedangkan luas Laut Banda keseluruhan yang berada dalam lingkup wilayah Provinsi Maluku adalah
470.000 Km. Adapun lokasinya berjarak 140 km sebelah selatan Pulau Seram dan 2.000 km
sebelah timur Pulau Jawa. Kota terbesarnya adalah Banda Naira, terletak di pulau dengan nama yang
sama. Sekitar 15.000 jiwa tinggal di kepulauan ini. Adapun terdapat sebuah pulau yang terletak di
bagian tenggara pulau Ambon, yaitu pulau Neira menjadi objek wisata yang sering kali dikunjungi
wisatawan.
Secara geografis letak Kepulauan Banda berada pada koordinat 12944-13004 Bujur Timur
dan 543-631 Lintang Selatan. Keseluruhan kecamatan ini dikelilingi oleh Laut dan secara
administrasi batasan Kepulauan Banda diperlihatkan sebagai berikut.

Sebelah Utara Berbatasan Dengan Laut Seram


Sebelah Selatan Berbatasan Dengan Kepulauan Teon Nila Serua
Sebelah Barat Berbatasan Dengan Laut Banda
Sebelah Timur Berbatasan Dengan Laut Banda

Sumber: wikipedia, 2014

Gambar 1
Peta Administrasi Pulau Banda Neira

Sebagai wilayah kecamatan, Kepulauan Banda memiliki 11 (sebelas) pulau dengan 3 (tiga)
pulau terbesar di kawasan Pulau Banda Neira, yaitu antara lain adalah Pulau Neira, Pulau Banda

Besar dan Pulau Gunung Api. Selain itu terdapat beberapa pulau yang menjadi lingkup daerah
administrasi Pulau Banda Neira. Adapun berikut ini adalah beberapa pulau di Banda Neira:

No

Tabel II. 1
Nama dan Luas Pulau di Kepulauan Banda Tahun 2010
Lus Daratan
Nama Pulau
Jumlah Desa
(Km2)

Pulau Banda Besar

108,63

Pulau Neira

19,33

3
4
5
6
7
8
9
10
11

Pulau Hatta
Pulau Ay
Pulau Rhun
Pulau Gunung Api
Pulau Syahrir
Pulau Manukang
Pulau Karaka
Pulau Nailaka
Pulau Batu Kapal
Jumlah

15,88
15,19
13,16
8,00
0,17
0,15
0,05
0,02
0,01
180,59

1
1
1

Keterangan
Desa Lonthoir,
Selamon, Waer
Desa Dwiwarna,
Kampung Baru,
Tanah Rata,
Merdeka, Rajawali,
Nusantara
Desa Pulau Hatta
Desa Pulau Ay
Desa Pulau Rhun

12

Sumber: Kecamatan Banda dalam Angka, 2010

Banda Neira atau Banda Naira adalah salah satu pulau di Kepulauan Banda, dan merupakan
pusat administratif di Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku. Secara administratif,
Banda Neira terbagi dalam 6 desa, yakni Desa Dwiwarna, Desa Kampung Baru, Desa Merdeka, Desa
Nusantara, Desa Rajawali, dan Desa Tanah Rata. Banda Neira terdiri atas 11 pulau, tujuh pulau di
antaranya dihuni pleh populasi penduduk sebanyak 21.453 jiwa. Daerah itu berjarak lebih kurang 125
mil laut (231,5 kilometer) dari Ambon. Jika melihat topografi di Pulau Banda Neira adalah cenderung
datar, sehingga memungkinkan untuk didirikannya sebuah kota kecil.
D. Sejarah Pulau Banda Neira
Pada masa lalu, Pulau Banda Neira merupakan salah satu kota kolonial yang sibuk dan
memiliki rumah-rumah besar (mansion) yang dihuni pendatang dari Eropa. Pulau Banda Neira juga
pernah menjadi pusat perdagangan pala dan fuli dunia. Hal ini dikarenakan Kepulauan Banda adalah
satu-satunya sumber rempah-rempah yang bernilai tinggi itu hingga pertengahan abad ke-19.
Sehingga kota modern didirikan oleh anggota VOC di Pulau Banda Niera sebagai pusat perdagangan,
dengan membantai penduduk Banda untuk mendapatkan palanya pada tahun 1621 dan membawa
yang tersisa ke Batavia (kini Jakarta) untuk dijadikan budak.
VOC kala itu juga membangun kota Banda Neira dengan mendirikan bangunan istana bernama
Istana Mini Neira. Istana tersebut kala itu berfungsi sebagai tempat tinggal Gubernur VOC. Istana
Mini Neira menjadi satu-satunya banguan besar dan indah saat itu di kawasan ini. Berikutnya di
3

sekitarnya banyak dibangun rumah besar sebagai tempat tinggal dari petinggi orang Eropa yang
datang ke pulau ini. Bangunan ibarat masion-mansion tersebut memiliki arsitektur Eropa yang khas.
Untuk bertahan dari serangan musuh, tahun 1621, Jenderal VOC Piether Both yang saat itu
ditugaskan untuk memonopoli perdagangan di Banda Neira membangun Benteng Belgica sebagai
pertahanan yang lokasinya tidak jauh dari Benteng Nassau. Berbeda dengan Benteng Belgicia,
benteng ini pertama kali dibagun oleh Portugis tahun 1529. Selain itu, pada tahun 1936 di Banda
Neira sempat menjadi tempat pembuangan tokoh penting pejuang kemerdekaan Indonesia, yaitu
Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir.
E. Potensi Pariwisata Pulau Banda Neira
Pulau Banda Neira adalah satu-satunya kota di kepulauan ini yang memiliki pelabuhan udara.
Disamping itu, Pulau Banda Neira sendiri memiliki fasilitas sarana pelayanan dan umum seperti
kantor pemerintahan, toko, dermaga, dan pelabuhan udara (bandara) kecil. Keberadaan pelabuhan
udara ini di Pulau Banda Neira karena pulau ini merupakan salah satu destinasi wisata terbaik yang
sering kali dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. Selain itu, Pulau Banda Neira merupakan titik
awal yang bagus bagi wisatawan yang akan melakukan eksplorasi di Kepulauan Banda. Sebagian
besar wisatawan mancanegara mengunjungi Pulau Banda Neira pada bulan Februari-Mei dan
September-Desember karena cuaca yang baik untuk melakukan kegiatan menyelam dan snorkeling.
Terkait dengan potensi wisata bahari dan sejarahnya, Kepulauan Banda pernah di daftarkan sebagai
salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2005.
a. Potensi Pariwisata Bahari
Tidak hanya jejak sejarah Pulau Banda Neira yang mengagumkan, perairannya juga
menyimpan kekayaan biota laut yang mempesona wisatawan. Antara lain terdapat atraksi
wisata bahari berupa penyelaman dan snorkeling di perairan Pulau Banda Neira.
Snorkeling dapat dilakukan wisatawan untuk menikmati indahnya terumbu karang dengan
berbagai bentuk. Adapun terdapat sekitar 350 jenis biota laut termasuk ikan, kerang purba,
rumput laut, moluska, gurita, udang, kepiting, penyu, dan terumbu karang yang dapat dinikmati
dengan kegiatan snorkeling. Selain itu terdapat titik menyelam di perairan Banda Neira
merupakan surga bagi mereka yang menggilai aktifitas menyelam. Adapun terdapat 22 lokasi
titik penyelaman di perairan Banda Neira, di antaranya adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Tanjung Barat Pulau Pisang


Selamo Village (Pulau Banda Besar)
Tanjung Burang (Pulau Banda Besar)
Batu Kapal Mandarin City (Jetty Reef)
Pasir Putih (Lighthouse Pulau Neira)
Light House Reef (Pulau Kraka)
Lava Flow I (Old Lava)
Lava Flow II
Tanjung Batu Udang (Pulau Ai Selatan)
Ragonet
4

11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.

Tanjung Batu Payong (Pulau Ai Barat Laut)


Tanjung Nailaka (Run Island)
Tanjung Lokon (Pulau Run)
Tanjung Noret (Pulau Run)
Pulau Run Depan Kampung
Tanjung Selatan (Pulau Suanggi)
Tanjung Utara (Pulau Suanggi)
Takat Hatta (Submerged Reef)
Tanjung Buton (Tanjung Selatan Pulau Hatta)
Tanjung Salamasa (Pulau Hatta Barat)
Tanjung Kanari (Pulau Hatta Utara)
Tanjung Pulau Pisang

Sumber: citilink, 2012

Gambar 2
Salah Satu Pantai di Pulau Banda Neira

Terdapat gunung api vulkanis setinggi 666 meter yang terakhir meletus tahun 1988 di
Pulau Gunung Api. Gunung api vulkanis tersebut juga dapat menjadi salah satu objek wisata
pendakian di Pulau Banda Neira. Adapun gunung tersebut dapat didaki mencapai puncaknya
dengan membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam.

Sumber: citilink, 2012

Gambar 3
Pulau Gunung Api di Pulau Banda Neira

b. Potensi Pariwisata History


Terdapat beberapa atraksi wisata sejarah di Pulau Banda Neira yang dapat dikunjungi
oleh wisatawan. Atraksi wisata yang ditawarkan Pulau Banda Neira tidak hanya pada
keindahan lautnya sebagai wisata bahari, namun juga wisata alam dan sejarah. Sebagaimana
yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Pulau Banda Neira identik dengan bangunan
bersejarah zaman VOC dan sebagai tempat pembuangan Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir.
Oleh karena itu, catatan sejarah yang ada di Pulau Banda Neira mampu menjadi salah satu
objek wisata histori yang mampu menarik wisatawan lebih banyak.
1. Istana Mini. Bangunan ini dahulunya merupakan tempat tinggal Gubernur Jenderal
Belanda, salah satunya pernah ditinggali Jan Pieterszoon Coen. Ukuran istana ini
tidak telalu besar dimana di depan istana terdapat meriam sisa perang dari masa lalu.
Anda bisa berajalan-jalan menelusuri halaman istana yang luas. Selain itu, terdapat
mitos bahwa di istana ini pada salah satu jendelanya terdapat sebuah pesan yang
ditulis seorang tentara, yang bunuh diri karena kesepian di Banda Neira. Serta
terdapat mitos lain yaitu terdapat satu bagian tembok yang tidak bisa ditambal lagi,
setiap kali disemen/dibeton, selalu akan rontok lagi.

Sumber: kompas.com

Gambar 4
Istana Mini di Banda Neira, Maluku.

2. Rumah Pengasingan Bung Hatta. Bangunan ini masih terawat sangat baik secara
turun temurun oleh pengurusnya.

S
Sumber: kompas.com

Gambar 5
Rumah pengasingan Mohammad Hatta di Pulau Banda Naira, Provinsi Maluku.

3. Benteng Nassau. Benteng ini dibangun pada tahun 1608. Adapun pada tahun 1621
di benteng ini pernah dilakukan pembantaian untuk 44 orang terkaya dan
berpengaruh di Banda.
4. Benteng Belgica. Benteng ini dibagun oleh dua bangsa yang berbeda yaitu Portugis
dan Belanda. Letak keduanya berdekatan. Kedua benteng tersebut hingga tahun
1860 merupakan markas pertahanan militer Belanda. Kondisi keduanya terlihat
sangat memprihatinkan karena mulai runtuh namun pemerintah setempat melakukan
perbaikan.

Sumber: kompas.com

Gambar 6
Benteng Belgica dengan latar belakang Gunung Banda Api di Banda Neira
Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.

5. Rumah Budaya. Merupakan tempat penyimpanan sejarah Kepulauan Banda. Rumah


Budaya ini berlokasi di Jl. Gereja Tua, yang dahulu merupakan mansion milik
pejabat Belanda. Kini rumah ini berubah fungsi menjadi museum yang menyimpan
beberapa peninggalan sejarah, seperti: meriam, mata uang kuno, peta kuno, helm
kuno, lukisan yang bercerita mengenai peperangan pada masa lalu, dan juga terdapat
diorama sejarah Banda.
6. Rumah Pengasingan Syahrir. Rumah pengasingan ini adalah tempat Bung Syahrir
selama dibuang oleh Belanda di Kepulauan Banda. Rumah yang berlokasi di Desa
Nusantara ini masih terawat dan merupakan bangunan yang sering dikunjungi
wisatawan selain tempat-tempat lainnya. Bentuk bangunan seperti rumah tinggal
lainnya di masa penjajahan Kolonial Belanda dengan teras yang luas begitupun
dengan ruangan dalam bangunan, yang ditopang oleh tiang-tiang yang cukup besar.
7. Rumah Dr Tjipto Mangunkusumo. Rumah yang terdapat di Desa Dwiwarna ini
merupakan tempat tinggal Dr. Cipto Mangunkusuma selama di Kepulauan Banda
sebagai tahanan Pemerintah Kolonial Belanda di masa-masa pengasingannya.
Rumah ini telah dipugar oleh Yayasan Warisan dan Budaya Banda sehingga
menyerupai aslinya, dan semua peralatan telah dikembalikan sebagaimana mestinya.
8. Benteng Holandia. Benteng Hollandia terletak pada ketinggian 100 meter dari
permukaan laut, di atas perbukitan di Desa Lonthoir, Pulau Banda Besar. Benteng
ini didirikan pada Tahun 1624 dan berfungsi untuk memantau segala aktivitas rakyat
Banda di Lonthoir, sehubungan dengan adanya kegiatan latihan menggunakan
senjata api oleh serdadu Belanda kepada rakyat Banda. Benteng ini dibangun pada
masa pemerintahan Jenderal Jan Pieterszoon Coen. Kondisi benteng ini telah rusak

dimakan usia, meskipun demikian reruntuhan benteng masih ramai dikunjungi


wisatawan karena melalui benteng ini dapat dipantau keadaan di sekitar Laut Banda.
9. Pulau Syahrir/ Pulau Pisang
10. Tugu Kemerdekaan
11. Rumah Captain Christoher Cole
12. Klenteng Cina
13. Monumen Benteng Nassau
14. Makatita Hall
15. Gereja Protestan Belanda
16. Gereja Elim Tabernakel

III.

Kajian Literatur
A. Pulau Banda Neira dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Maluku
Terkait dengan sistem pusat permukiman perdesaan dan perkotaan, Banda Neira masuk

kedalam kota-kota yang dikembangkan sebagai PKSP (Pusat Kegiatan Strategis Provinsi). Adapun
beberapa kota di Provinsi Maluku yang termasuk kedalam kota-kota yang dikembangkan sebagai
PKSP (Pusat Kegiatan Strategis Provinsi) adalah Dataran Hunimoa, Piru (Dataran Honipopu), Banda
Neira, Benjina (yang diusulkan menggantikan Dobo sebagai PKSN), Tepa dan Serwaru. Kota Banda
Naira diusulkan menjadi PKSP karena fungsinya sebagai lokasi wisata bahari dan wisata sejarah skala
nasional maupun internasional, selain kegiatan industri perikanan dan perkebunan pala yang sudah
mendunia.
Pola perwilayahan di Provinsi Maluku sesuai kondisi fisik daerahnya yang merupakan pulaupulau, telah dilakukan pendekatan konsep Gugus Pulau (GP) yang mana di setiap GP ditetapkan satu
pusat utama atau Pusat GP. Untuk menentukan pusat GP digunakan beberapa pertimbangan antara lain
tata jenjang pusat pelayanan dan jangkauannya, karakteristik kota dan wilayah sekitarnya, kebijakan
yang terkait dan hasil analisis pola perwilayahan gugus pulau yang telah dilakukan sebelumnya.
Penentuan pola perwilayahan di Provinsi Maluku mengacu pada faktor pertimbangan di atas sehingga
diperoleh suatu pola yang optimal dan efisien, serta pemerataan dalam pelayanan fasilitas kehidupan.
Adapun pada gugus Pulau VI, Kota Banda Neira menjadi pusat pelayanan bagi Kepulauan Banda dan
Teon Nila Serua. Adapun berdasarkan Gugus Pulau dilihat dari potensi pengembangannya, Kepulauan
Banda memiliki fungsi dan prioritas pengembangan dalam sektor perikanan, pariwisata, dan
perkebunan. Hal ini dilihat dari fasilitas pelayanan publik tingkat provinsi, pelabuhan regional dan
penyeberangan, bandara yang dimiliki Banda Neira yaitu antara lain perkebunan pala dan cengkeh,
pariwisata bahari dan sejarah, serta perikanan tangkap.
Bila melihat jaringan transportasinya, pada Banda Neira memiliki jaringan pelayanan nasional
non PELNI. Adapun jaringan pelayanan non PELNI adalah Ambon Masohi Bandanaira Tual
9

Dobo. Sedangkan untuk angkutan penyeberangan, terdapat lintasan penyeberangan Pulau Ambon
Pulau Banda Pulau Manuk Pulau Serua Pulau Nila Pulau Teon Pulau Damer Pulau Babar.
B. Kebijakan Tingkat Kabupaten Maluku Tengah
Kawasan Ambon-Banda merupakan kesatuan dari unit-unit terutama di dalam pengelolaan
pembangunannya. Hal tersebut merupakan fungsi penting pintu gerbang sebagai persinggahan dan
sekaligus sebagai pusat pengembangan, dimana kunci pokok dari peranan sebagai pintu gerbang serta
tuntutan keterpaduan ini adalah perlunya pembangunan prasarana perhubungan, baik darat, laut,
maupun udara. Mengacu pada kebijakan pokok Kabupaten Maluku Tengah, pengembangan Kawasan
Ambon-Banda ditujukan untuk menciptakan iklim wisata yang menarik dalam rangka meningkatkan
arus wisata, antara lain dicapai dengan cara :
a. Pembinaan, pemeliharaan, serta peningkatan objek wisata alam, sejarah dan seni budaya,
dan menjaga terpeliharanya norma-norma keagamaan, kebudayaan, kepribadian nasional,
serta kelestarian lingkungan hidup.
b. Pengembangan wisata, terutama wisata bahari sebagai suatu citra khusus daerah Maluku
pada umumnya dalam kerangka wisata bahari Nusantara.
c. Peningkatan dan pengembangan sadar wisata masyarakat untuk menunjang pengembangan
pariwisata, serta mengikutsertakan dan pembangunan sarana dan prasarana wisata.
d.
C. Kebijakan Informal Tingkat Kawasan Banda
Wawasan lingkungan dalam setiap usaha pemasaran pariwisata Kepulauan Banda diterapkan
dalam Kebijakan Pengembangan Pariwisata di Kawasan Banda. Setiap pemanfaatan produk perlu
diikuti dengan caracara penanggulangan dampak negatif akibat pemanfaatan. Konsep ecotourism
merupakan wisata yang bertanggung jawab terhadap kualitas ekologis dan mensejahterakan
masyarakat lokal. Hal tersebut didasarkan pula pada penanganan produk.
Adanya promosi terhadap pelestarian lingkungan dan pencegahan pencemaran sangat perlu saat
memasarkan produk ke calon wisatawan. Wisatawan berasal dari segmen yang tanggap terhadap
masalah lingkungan meskipun diakui sulitnya pemilihan segmen tersebut. Negaranegara yang telah
mempunyai wawasan luas tentang lingkungan dapat dijadikan sasaran. Pencemaran lingkungan
berupa limbah padat, cair, atau gas harus dikurangi dengan cara menghindari adanya event-event yang
mengundang datangnya wisatawan secara massal dalam jumlah yang besar.
Permasalahan tentang pencemaran kawasan sebaiknya segera dicari permecahannya mengingat
perairan di Kepulauan Banda merupakan tujuan utama dari para wisatwan yang datang. Tanda-tanda
terjadinya pencemaran oleh genangan minyak sudah mulai terlihat yang berpotensi merusak biota
laut. Salah satu upaya pemecahan adalah mengembangkan taman laut yang berada di lokasi-lokasi
lain di luar Kawasan Banda, seperti mengembangkan taman rekreasi laut di Airlou, Namalatu, dan
Manuala. Hal ini diharapkan dapat mengurangi beban perairan Banda di masa yang akan datang

10

dalam menampung besarnya jumlah wisatawan. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka
pemasaran daerah-daerah alternatif di luar perairan Banda sangat diperlukan.
IV.

Pembahasan
Perkembangan Pulau Banda Neira makin berkembang dalam sektor wisata. Hal ini dikarenakan

banyak terdapat atraksi wisata bahari yang menarik perhatian wisatawan mancanegara dengan
keindahan alam pantainya. Kondisi ini makin membuat Pulau Banda Neira yang notabene sebagai
pulau kecil di Indonesia mampu berkembang pesat dalam aspek perekonomian penduduknya. Dalam
hal ini dilakukan analisis dan sintesis sesuai yang dilakukan adalah terkait issu keberlanjutan kota
Pulau Banda Neira dalam bidang pariwisata dengan dominasi fungsi pusat pertumbuhan ekonomi/kota
kecamatan. Adapun berikut ini merupakan pembahasan kkajian inti terkait issu keberlanjutan kota
Pulau Banda Neira:
A. Fisik Tata Ruang Lingkungan Hidup
a. Struktur Ruang dan Pola Ruang Kota Pulau
Sesuai dengan arahan rencana tata ruang wilayah Provinsi Maluku, penetapan kawasan
strategis kota Pulau Banda Neira sebagai PKSP (Pusat Kegiatan Strategis Provinsi). Hal ini
dikarenakan Pulau Banda Neira memiliki fungsi sebagai lokasi wisata bahari dan wisata sejarah
skala nasional maupun internasional. Tidak hanya itu, Pulau Banda Neira juga memiliki kegiatan
industri perikanan dan perkebunan pala yang sudah mendunia.

Sumber:
http://penataanruangmaluku.net/

Gambar 7
Hirarki Pusat Permukiman di Provinsi Maluku

Keterangan:
11

PKN

: Pusat Kegiatan Nasional

PKW

: Pusat Kegiatan Wilayah

PKSN : Pusat Kegiatan Strategis Nasional


PKSP : Pusat Kegiatan Strategis Provinsi
PKL

: Pusat Kegiatan Lokal


Apa hirarki pusat permukiman tersebut, dimana Pulau Banda Neira masuk ke dalam PKSP

(Pusat Kegiatan Strategis Provinsi), maka beberapa rencana kebijakan pengembangan PKSP
yang dapat dilakukan antara lain menurut penataan ruang maluku adalah sebagai berikut ini:
1. Penyediaaan prasarana perkotaan dengan pendekatan program pembangunan
prasarana kota terpadu;
2. Peningkatan aksesibilitas ke wilayah nasional yang dilayani melalui pengembangan
jaringan transportasi laut dan udara;
3. Peningkatan wilayah perbatasan untuk menunjang kepentingan pertahanan keamanan
wilayah Provinsi Maluku serta integrasi nasional;
4. Peningkatan pembangunan prasarana dan sarana wilayah Provinsi untuk peluang
investasi.
5. Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tata ruang
kota yang berbasis mitigasi bencana.
b. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kota Pulau
Mengingat Pulau Banda Neira yang dikembangkan dalam bidang pariwisata, maka kondisi
tersebut akan sangat rawan terhadap perkembangan dan pertumbuhan wilayah yang tidak
terkendali sehingga mampu berakibat pada alih fungsi lahan dan kerusakan alam bahari. Oleh
karena itu, dibutuhkan upaya pengendalian dan pemanfaatan ruang terkait pemanfaatan
pariwisata. Selain itu, dalam rencana tata ruang wilayah Provinsi Maluku menjelaskan bahwa
Pulau Banda Neira perlu mendapat prioritas dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Perkotaan.
Terkait ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau Banda Neira, aturan insentif dan
disentif perlu diberlakukan dalam kegiatan investasi. Dengan berlakunya Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti terhadap Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
Tentang Pemerintahan Daerah, masing-masing daerah (Provinsi/kota) memiliki kewenangan
dalam menarik investasi sebesarbesarnya untuk kemajuan daerahnya dengan persyaratan tidak
bersinggungan dengan kinerja keuangan daerah, ada dana pendamping yang harus disediakan
melalui APBD ataupun investasi tersebut masuk dalam APBD, maka kewenangan pengelolaan
investasi tersebut harus melibatkan pemerintah pusat. Adapun pemilihan mekanisme insentif atau
disinsentif dilakukan dengan win-win solution yang pada akhirnya untuk kesejahteraan rakyat.
Oleh sebab itu, proses draft kerjasama kemitraan harus dipublikasikan secara luas, sehingga
12

akuntabilitas dari draft kerjasama tersebut adalah benar-benar mendapat dukungan politik dari
masyarakat luas. Adapun berikut ini merupakan bentuk ketentuan insentif dan disinsentif yang
dapat dilakukan terkait pengendalian pemanfaatan ruang Pulau Banda Neira:
Tabel IV. 1
Tabel Ketentuan Intensif dan Disinsentif Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pulau Banda Neira
Insentif
Disinsentif
Bagi proyek baru, diberikan perpajakan berupa :
Pemberian sanksi dan bahkan pengenaan denda
(a). Tax holiday
kepada pelanggar
(b).tax allowance/tax deduction
aturan-aturan dan arahan dalam RTRW
Bagi proyek lama diberikan perpajakan berupa :
(a). perusahaan-perusahaan yang sudah memiliki ijin
tetapi belum beroperasi, insentif tambahan yang belum Mempersulit pengurusan administrasi dan bahkan
diperoleh sebagaimana yang diberikan pada proyek
penolakan usulan
baru, dapat pula ditawarkan sepanjang memenuhi
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan arahan
persyaratan insentif perpajakan
dalam RTRW
(b). proyek yang telah beroperasi tetapi dibawah
kapasitas terpasang/terhenti karena krisis
Berlaku secara umum bagi proyek baru :
(a) penundaan PBB selama masa konstruksi dua tahun
setelah perusahaan berproduksi komersial; (b)
pengurangan pajak penghasilan atas biaya-biaya
kenikmatan yang dikeluarkan perusahaan berlokasi
Pada kawasan-kawasan terbangun yang tidak sesuai
daerah terpencil (remote area);
dengan arahan
(c) pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN) untuk
dalam RTRW diberlakukan pengawasan dan
perusahaan-perusahaan yang khusus berorientasi
pengendalian yang ketat
ekspor;
(d) pemberian fasilitas bahan baku untuk dua tahun
produksi dengan jangka waktu pengimporan selama
empat tahun sejak impor
pertama.
Sumber: http://penataanruangmaluku.net/

B. Ekonomi Kelembagaan
a. Peran Kota Pulau Banda Neira sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi
Peran Pulau Banda Neira sebagai pusat permukiman juga mendukung pulau ini menjadi
pusat pertumbuhan ekonomi di Kepulauan Banda, Maluku Tengah. Dalam hal ini, Banda Naira
merupakan kecamatan dengan penyumbang pala terbanyak bagi Maluku Tengah. Pada 2013,
produksi pala Maluku Tengah yang diekspor 995 ton, sekitar 40 persen disumbang Banda Naira.
Pada tahun itu, Banda Naira juga menyumbang 85 persen dari total produksi perikanan Maluku
Tengah yang sebanyak 33.350,50 ton.
Selain itu, Pulau Banda Neira memiliki potensi pariwisata yang menjanjikan. Rata-rata
jumlah pengunjung atau wisatawan setiap bulannya adalah 200 orang. Adapun pengunjung
wisata di Pulau Banda Neira didominasi oleh wisatawan asing sebanyak 150 orang. Kegiatan
wisata yang ada di Pulau Banda Neira ini, secara langsung maupun tidak langsung
memperngaruhi bertambahnya jumlah wisatawan, sehingga mampu mendorong pertumbuhan

13

perekonomian pada sektor lain, yaitu seperti sektor hotel dan tempat penginapan. Adapun saat ini
terdapat sekitar 2 hotel, 12 penginapan, dan 29 rumah tinggal (homestay) di Pulau Banda Neira.
b. Penghambat Pertumbuhan Ekonomi Pulau Banda Neira
Dalam pertumbuhan ekonomi di Pulau Banda Neira, terdapat bebrapa faktor penghambat
yang mampu mempengaruhi berbagai sektor. Pulau Banda Neira masih lemah pada pusat
informasi wisata, sehingga masih belum banyak wisatawan dalam negeri yang datang ke Pulau
Banda Neira, melainkan banyak wisatawan dari mancanegara. Selain itu, Pulau Banda Neira juga
masih perlu perbaikan dalam penyediaan alat dan akses transportasi sebagai sarana prasarana
pendukung kegiatan wisata. Bila dilihat, kapal penumpang yang melayani daerah itu dari dan
menuju Ambon hanya ada 2 (dua), yakni KM Kelimutu dan KM Tidar. Dua kapal itu masingmasing menyinggahi Naira sekali dalam dua minggu. Keberadaan kapal juga mempengaruhi
kinerja petani pala, karena mereka masih kesulitan memasarkan komoditas mereka karena kapal
yang masuk ke Pulau Banda Neira masih sangat jarang.
Transportasi memang masih menjadi kendala untuk dapat mengunjungi pulau Banda.
Untuk mencapainya ada dua jalur yang dapat dipilih yaitu jalan laut atau udara. Membutuhkan
waktu sekitar 45 menit dari bandara Pattimura, Ambon, jika menggunakan pesawat perintis. Lalu
jika menggunakan kapal laut menghabiskan waktu sekitar 6 (enam) jam. Adapun untuk
menggunakannya pun harus mengecek dulu jadwal keberangkatan. Karena jadwal kapal laut dua
minggu sekali dan pesawat perintis satu minggu sekali. Kondisi ini membuat para wisatawan
yang datang ke Pulau Banda Neira mengaku kesulitan mendapatkan transportasi dari Ambon ke
Banda. Mereka harus bermalam beberapa hari di Ambon.
Oleh karena itu, Pulau Banda Neira menjadi wilayah yang diprioritaskan dalam
pembangunan dengan menitiktekankan pada aspek pariwisata. Pemerintah Daerah akan
membuka jalur pelayaran Ambon-Banda dengan jadwal dua kali dalam satu pekan dengan
kemampuan kapal yang disiapkan berkapasitas 1.500 gros ton. Selain itu, Pemerintah Provinsi
juga akan membangun bandar udara baru di Banda dengan panjang landasan 1,5 kilometer.
Dengan demikian, pesawat berukuran besar bisa mendarat. Adapun rencana pembangunan
bandar udara tersebut sudah bekerjasama dengan maskapai penerbangan untuk membuka rute
Denpasar-Banda. Dengan begitu, wisatawan dari Bali dengan mudah datang ke Banda.
c. Pengembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Produktivitas Kota Pulau Banda Neira
Sebagai salah satu pilar dalam pembangunan kepariwisataan, pengusaha parwisata
mempunyai peran yang tidak kalah penting. Selain itu, faktor-faktor eksternal yang mendukung
pengembangan pariwisata Kepulauan Banda adalah aksesibilitas, perkembangan teknologi dan
informasi, regulasi, serta tingginya potensi dan minat wisatawan. Sementara yang menghambat
adalah interusi budaya dan pengrusakan lingkungan. Beberapa faktor tersebut sangat
14

berpengaruh terhadap pengembangan pertumbuhan ekonomi dan produktivitas Pulau Banda


Neira. Adapun terkait peran pengusaha kepariwisataan, terdapat beberapa aksi yang dapat
ditunjukkan sebagai berikut ini:
1. Menampilkan warna kebudayaan Pulau Banda Neira yang lebih kental lewat
produknya, seperti desain bangunan dan interior yang digunakan.
2. Pro aktif berkoordinasi dengan instansi terkait untuk penyediaan informasi tentang
pariwisata, seperti penyediaan brosur dan leaflet untuk pengunjung.
3. Pro aktif mendistribusikan informasi wisata kepada wisatawan yang datang baik lisan
maupun tulisan melalui media cetak yang secara berkala didistribusikan Pemerintah
Daerah.
4. Pro aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan Pemerintah Daerah atau
Pemerintah Pusat untuk mempromosikan budaya Pulau Banda Neira.
C. Sosial budaya
Masyarakat Pulau Banda Neira sangat ramah terhadap wisatawan. Mereka sangat ingin pulau
tempat mereka tinggal lebih banyak dikunjungi oleh wisatawan bukan hanya asing tetapi juga dari
Indonesia sendiri. Karena selama ini, menurut mereka kunjungan wisatawan asing lebih banyak yang
datang daripada wisatawan lokal dari dalam negeri sendiri. Dalam hal ini, masyarakat Pulau Banda
Neira menjadi subyek sekaligus objek dalam pembangunan kepariwisataan.
Pengembangan Pulau Banda Neira sebagai kawasan pariwisata yang berkelanjutan akan
menjadi sia-sia jika masyarakat tidak memberikan peran aktifnya. Dalam masyarakat Pulau Banda
Neira itu sendiri, nilai-nilai budaya itu dilestarikan, dikembangkan, dan kemudian ditawarkan sebagai
suatu objek wisata budaya. Berikut ini yang bisa dilakukan masyarakat dalam pembangunan
kepariwisataan, sekaligus pengembangan budaya:
1. Kedatangan bangsa asing sejak abad ke-7 di wilayah Maluku menjadi bukti masyarakat
Pulau Banda Neira adalah masyarakat yang terbuka, welcoming the strangers. Ini menjadi
modal yang positif bagi pengembangan pariwisata di era sekarang ini.
2. Menggunakan setiap kesempatan dan media yang ada untuk terus mengenal budaya
Maluku. Misal dengan mengunjungi setiap pameran, pagelaran seni, seminar, dan
sejenisnya.
3. Mampu mengkomunikasikan nilai-nilai budaya Pulau Banda Neira pada setiap kesempatan
yang ada, termasuk kepada wisatawan asing.
4. Mengambil bagian dalam proses mewariskan nilai-nilai budaya bagi generasi muda secara
praktis, dimulai dari lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar.
5. Turut mengambil bagian dalam setiap program pelestarian dan pengembangan budaya
yang diatur oleh Pemerintah melalui instansi terkait, seperti desa budaya.
6. Turut berperan serta menjaga dan mengkondisikan lingkungan yang aman dan nyaman
untuk dikunjungi oleh wisatawan.

15

7. Berperan aktif memberikan masukan bagi Pemerintah sesuai mekanisme yang diatur untuk
pengembangan dan pelestarian kebudayaan bagi pembangunan kepariwisataan Maluku
yang semakin berkualitas.
Dengan perencanaan dan pembangunan kepariwisataan di Pulau Banda Neira seperti hal diatas,
maka akan mampu pengembangkan lebih sektor kepariwisataan dan usaha melestarikan kebudayaan.
Nilai budaya tetap terjaga, terwariskan dengan baik, dan ada peningkatan kualitas hidup melalui
pertumbuhan ekonomi yang kuat. Pada akhirnya, pembangunan kepariwisataan yang di dalamnya
mencakup pengembangan dan pelestarian kebudayaan menjadi solusi bagi orang Maluku untuk
menjadi masyarakat yang tetap (semakin) Maluku dalam tampilan yang modern dan dinamis namun
tetap berkelanjutan. Namun sisi lain, kondisi eksisting di Pulau Banda Neira sendiri masyarakatnya
masih banyak yang memiliki sifat menjaga lingkungan yang sangat rendah, selain itu kualitas sumber
daya manusia Pulau Banda Neira pada bidang pariwisata masih rendah. Oleh karena itu, pemerintah
dibantu dengan pihak swasta perlu untuk melakukan pembinaan secara partisipatif untuk
mengembangkan kawasan pesisir Pulau Banda Neira menjadi lebih baik.
V.

Kesimpulan
Saat ini, perkembangan Pulau Banda Neira makin berkembang dalam sektor wisata. Hal ini

dikarenakan banyak terdapat atraksi wisata bahari yang menarik perhatian wisatawan mancanegara
dengan keindahan alam pantainya. Kondisi ini makin membuat Pulau Banda Neira yang notabene
sebagai pulau kecil di Indonesia mampu berkembang pesat dalam aspek perekonomian penduduknya.
Oleh karena itu, dalam pembahasan laporan ini ingin mengidentifikasi lebih lanjut pengembangan
kota Pulau Banda Neira dengan dominasi fungsi pusat pertumbuhan ekonomi dalam bidang
pariwisatanya.
Beberapa hal yang mendukung pengembangan pariwisatan Kepulauan Banda adalah
keragaman atraksi, image kawasan yang sudah terkenal sejak VOC, sifat keterbukaan, keamanan, dan
kemudahan mencapai lokasi. Sementara yang menghambat adalah belum adanya pusat informasi
wisata, sifat terhadap lingkungan yang sangat rendah, SDM bidang pariwisata masih rendah, dan
belum memadainya infrastruktur pendukung. Selain itu, faktor-faktor eksternal yang mendukung
pengembangan pariwisata Kepulauan Banda adalah aksesibilitas, perkembangan teknologi dan
informasi, regulasi, serta tingginya potensi dan minat wisatawan. Sementara yang menghambat adalah
interusi budaya dan pengrusakan lingkungan.
Diharapkan pemerintah daerah agar dalam penyusunan konsep rencana pengembangan sektor
pariwisata hendaknya lebih memperhatikan dan menganalisis potensi sektor pariwisata khususnya
wisata diving dan snorkeling agar menghasilkan suatu konsep yang efektif dan efisien. Pengembangan
pariwisata yang berkelanjutan diharapkan bukan hanya sekedar wacana tapi benar-benar
diaplikasikan, minimal dengan program penyadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan,
16

khususnya lingkungan bahari. Guna mewujudkan peningkatan sektor pariwisata di Kepuluan Banda
diharapkan kemauan pemerintah, masyarakat dan stakeholders lainnya melakukan reformasi sosial,
ekonomi dan teknologi dalam menciptakan iklim usaha.
VI.

Daftar Pustaka

Anonym.

2010.

Banda

Niera,

dalam

Wikipedia.

Diunduh

Senin,

Januari

2015.

http://id.wikipedia.org/wiki/Banda_Neira
Anonym. 2014. Banda Naira Airport, dalam Wikipedia. Diunduh Senin, 5 Januari 2015.
http://en.wikipedia.org/wiki/Bandanaira_Airport
Kementerian Pariwisata. 2013. Wisata Sejarah dan Bahari yang Mengesankan, dalam Kementerian
Pariwisata Republik Indonesia Banda Neira. Diunduh Senin, 5 Januari 2015.
http://www.indonesia.travel/id/destination/754/banda-neira
Citilink. 2012. Cerita dari Banda Neira, dalam Citilink Story. Diunduh Senin, 5 Januari 2015.
http://www.citilinkstory.com/cerita-dari-banda-neira/
Asdhiana, I Made. 2014. Banda Naira yang Menjanjikan, dalam Kompas Cetak. Diunduh Senin, 5
Januari

2015.

http://travel.kompas.com/read/2014/11/20/121600427/Banda.Naira.yang.

Menjanjikan
Unga, Kartini La Ode, I Made Benyamin dan Roland Alexander Barkey. Strategi Pengembangan
Kawasan Wisata Kepulauan Banda. Diunduh Senin, 5 Januari 2015
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Nasional
Bungin, Buhan. 2009. Taman Laut Banda Neira : Serpihan Surga Jatuh di Bumi, dalam
Bandaneira.com. Diunduh Senin, 5 Januari 2015. http://bandaneira.com/profile/index2. php?
option=com_content&do_pdf
RTRW Provinsi Maluku. 2012. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Maluku 2007-2027, dalam
Website

Pemerintah

Provinsi

Maluku.

Diunduh

http://penataanruangmaluku.net/index.php?
option=com_content&view=article&id=36&Itemid=62

17

Senin,

Januari

2015.

Anda mungkin juga menyukai