Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Berdasarkan

hasil

yang

dikeluarkan

Survei

Demografi

dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) periode tahun 1997-2003 tentang pemberian


ASI Eksklusif pada bayi cukup memprihatinkan. Hasil survey itu
menyatakan bahwa ada sekitar 86% bayi di Indonesia yang tidak
mendapatkan ASI dari Ibunya. Sisanya, yaitu sekitar 14% bayi Indonesia
hanya mendapatkan ASI sekitar dua bulan lamanya. Hal itu menyebabkan
banyak bayi Indonesia yang mati akibat kekurangan gizi. Kurangnya
pengetahuan seorang ibu tentang manfaat ASI dan meyusui serta
kesibukan seorang ibu sebagai wanita karier menjadikan salah satu faktor
yang menyebabkan ibu-ibu tidak mau menyusui anaknya. Padahal, ASI
adalah sumber gizi utama bagi bayi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja yang menyebakan seorang ibu tidak mau menyusui anaknya ?
2. Apakah faktor pekerjaan merupakan penyebab utama seorang ibu tidak
menyusui anaknya saat ini?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan seorang ibu tidak
menyusui anaknya.
2. Menjelaskan apakah faktor pekerjaan merupakan penyebab utama
seorang ibu tidak menyusui anaknya saat ini.
1.4 RUANG LINGKUP

Tulisan ini mencakup hal-hal sebagai berikut :


a. Faktor yang menyebabkan seorang ibu tidak menyusui anaknya.
b. Faktor pekerjaan sebagai penyebab utama seorang ibu tidak
menyusui anaknya saat ini.

BAB II
ISI
2.1 FAKTOR PENYEBAB SEORANG IBU TIDAK MENYUSUI ANAKNYA
Dilihat dari kebiasaan masyarakat sehari-hari tentang pola seorang
ibu menyusui ankanya, kesediaan seorang ibu untuk menyusui anaknya
dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosial, adat-istiadat, dan kemajuan
jaman yang menuntut profesionalisme dalam pekerjaan termasuk wanita.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dra. Ieada Purnomo SS
beserta rekannya menemukan bahwa mitos menyusui yang beredar di
masyarakat merupakan salah satu faktor penyebab ibu tidak menyusui
bayinya (Ieada Purnomo, 2004:6), diantaranya adalah :
a. Menyusui membuat berat badan naik.
b. Merasa ASI yang dimiliki seorang ibu tidak mencukupi.
c. Merasa ASI yang akan diberikan tidak layak karena masih
berwarna kekuningan.
d. Takut payudara tidak bagus lagi.
e. Menyusui itu merepotkan.
f. Ukuran payudara terlalu kecil sehingga merasa tidak cocok untuk
menyusui.
Lingkungan sosial juga bisa berpengaruh terhadap kesediaan ibu
untuk menyusui bayinya. Kurangnya penyuluhan tentang kegunaan ASI
bagi ibu dan bayi membuat pengetahuan seorang ibu kurang memadai.Ibu
yang pengetahuannya sedikit tentang manfaat ASI ini biasanya lebih
memilih untuk tidak menyusui karena ia berpikir bahwa hal ini tidak
menimbulkan masalah yang besar.Mereka kurang menyadari bahwa

sebenarnya banyak kasus kematian bayi di Indonesia yang disebabkan


karena kekurangan gizi.Dimana hal itu tidak lain adalah karena banyak ibu
yang membuang ASI-nya dengan pecuma.
Hal lain yang melatarbelakangi seorang ibu tidak menyusui bayinya
adalah faktor kemajuan jaman. Pada era globalisasi sekarang ini dimana
emansipasi

wanita

sudah

diperjuangkan,

banyak

wanita

yang

menunjukkan eksistensinya dengan berkiprah di dunia pekerjaan.


Para wanita tidak mau ketinggalan dengan kaum pria dalam
mengembangkan profesionalismenya dalam pekerjaan. Hal ini terkadang
membuat wanita terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga sering
melupakan masalah keluarga termasuk kewajibannya menyusui. Dengan
penghasilan yang sangat cukup, seorang ibu akan lebih memilih
memberikan susu formula pada bayi.Hal ini selain karena lebih praktis juga
tidak akan menghabiskan banyak waktu, dimana seorang wanita karier
membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk focus kepada pekerjaanya.
Biaya yang tinggi untuk membeli susu formula tentu saja tidak akan
menjadi masalah bagi seorang wanita karier berpenghasilan cukup.
2.2 SAAT INI FAKTOR PEKERJAAN MENJADI MASALAH UTAMA IBU
TIDAK MENYUSUI.
Melihat data yang dikeluarkan Komisi Ekonomi dan Sosial Asia
Pasifik Persatuan Bangsa-bangsa (UN ESCAP), Selasa 17 Maret 2007
tahun lalu, mencatat bahwa tingkat partisipasi pekerja perempuan di
Indonesia adalah 51%, sementara untuk pria sebanyak 85% .Survei ini
tidak menghitung pekerjaan ibu rumah tangga sebagai pekerjaan
(Bataviana, 2007). Rata-rata, seorang wanita yang bekerja di suatu
instansi pemerintah tidak akan mendapat cuti kerja lebih dari 6 bulan
pasca melahirkan.Hal ini menandakan bahwa sedikit pula waktu yang bisa

dilakukan oleh seorang wanita untuk menyusui bayinya, bahkan ada yang
memilih untuk tidak menyusui. Padahal, bayi menyusu pada ibunya kurang
lebih selama 2 tahun. Hal inilah yang menyebabkan seorang wanita karier
lebih memilih untuk memberikan susu formula pada bayi sebagai
pengganti ASI.
Dari data di atas terlihat bahwa kebanyakan wanita di ndonesia saat
ini banyak yang memilih untuk bekerja. Angka tersebut pasti akan terus
meningkat sesuai dengan semakin pesatnya kemajuan dunia. Saat ini,
semakin majunya tekhnologi membuat seseorang semakin mudah untuk
mendapatkan informasi termasuk di dalamnya adalah informasi tentang
ASI sehingga pada jaman sekarang ini, mitos-mitos tentang menyusui
sudah jarang beredar. Hanya beberapa wanita saja yang masih percaya
tentang mitos-mitos itu, biasanya mereka itulah yang berasal dari
masyarakat ekonomi kelas menengah ke bawah yang sulit untuk
mengakses informasi tentang ASI.
Dari data UN ESCAP di atas terlihat bahwa kebanyakan wanita di
ndonesia pada tahun 2007 banyak yang memilih untuk bekerja. Angka
tersebut pasti akan terus meningkat sesuai dengan semakin pesatnya
kemajuan dunia . Berarti dengan semakin besarnya partisipasi wanita
dalam dunia pekerjaan juga akan memperbesar jumlah wanita yang tidak
menyusui bayinya. Semakin sibuk seorang wanita karier, akan semakin
sedikit waktu yang diluangkan untuk dapat menyusui bayinya . Dari sini
dapat dikatakan bahwa sebagian besar wanita yang tidak menyusui adalah
wanita karier.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi seorang ibu tidak menyusui
anaknya adalah karena pengaruh lingkungan sosial yang dapat berupa
kurangnya informasi atau pengetahuan tentang ASI, kedua adalah faktor
adat- istiadat atau kebiasaan yang berupa adanya mitos-mitos tentang
menyusui, ketiga adalah faktor pekerjaan yang membuat seorang ibu akan
menghabiskan

sebagian

besar

waktunya

untuk

bekerja

daripada

menyusui.
Dari ketiga faktor di atas dapat dikatakan

bahwa faktor

pekerjaanlah yang saat ini menjadi permasalahan seorang ibu tidak mau
menyusui anaknya. Dilihat dari jumlah pekerja wanita pada tahun 2007
yang tentunya pada tahun- tahun berikutnya angka ini akan semakin
meningkat .Hal ini menandakan bahwa semakin banyak wanita yang kan
kekurangan waktu untuk menyusui bayinya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Bataviana. 2008. Gap Pekerja Pria-Wanita.
Http://www.jakartahariini.com/2007/04/gap-pekerja-pria-wanita.html.
Diakses tanggal 17 September 2008. Jam 17.07.
2. Purnomo SS, Ieada. 2004. Manajemen Laktasi. Jakarta : Puspa
Swara.

3. Media Indonesia. 2008. 86% Bayi di Indonesia tidak Diberi ASI


Eksklusif. Http://www.addthis.com/bookmark.php. Diakses tanggal
16 September 2008. Jam 07.46.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas izin dan ridha-Nya
saya dapat menyelesaikan tulisan ini tepat waktu.
Akhir-akhir ini jumlah bayi di Indonesia yang diberi ASI oleh ibunya
semakin menurun. Hanya sekitar 14 % bayi di Indonesia yang
mendapatkan ASI dan sebagian besar mendapatkan ASI kurang dari enam
bulan, padahal lamanya bayi perlu mendapatkan ASI adlah sekitar dua
tahun.

Berbagai

macam

mitos

dan

pengaruh

lingkungan

sosial

melatarbelakangi seorang ibu tidak menyusui anaknya. Pada jaman


seperti sekarang ini dimana emansipasi wanita sudah diakui, banyak
wanita yang mengembangkan kiprahnya melalui pekerjaan. Semakin
sibuknya para ibu sebagai wanita karier menyebabkan semakin sedikitnya
waktu yang diberikan seorang ibu untuk menyusui anaknya, bahkan
sampai tidak mamu menyusui anaknya sendiri.
Disinalah penulis ingin memberikan suatu penjelasan bahwa faktor
pekerjaan merupakan faktor yang

saat ini paling mempengaruhi

kesediaan seorang ibu untuk menyusui di Indonesia. Semoga tulisan ini


dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi pembaca .
Mohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan kata atau
kalimat. Penulis sangat menantikan saran dan kritik yang membangun
tentang tulisan ini.Terima kasih.

Malang, September 2008


Vebby Astri R.

WANITA KARIER DI INDONESIA SEBAGAI PENYEBAB


UTAMA TINGKAT MENYUSUI MENURUN

Disusun Oleh:
Vebby Astri R. ( 0810720071 )

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

MALANG
2008

Anda mungkin juga menyukai