Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS NOVEL SEBELAS PATRIOT

KARYA ANDREA HIRATA

Oleh:
Adhi Duta Baskara
XI IPA 2

SMA NEGERI 77 JAKARTA


JALAN CEMPAKA PUTIH TENGAH 17
2013

I.

ANALISIS UNSUR INTRINSIK

A. Tema
Tema dalam Novel Sebelas Patriot ini adalah sepak bola.

B. Sudut Pandang
Sudut pandang dalam Novel Sebelas Patriot adalah sudut pandang orang pertama.
Kini aku rajin ke warung kopi dan tak bosan lagi mendengarkan hikayat perjuangan orang-orang
tua (hlm. 33)
Selanjutnya adalah gelap karena aku ditindih para pemain kami yang bersorak-sorak macam
orang keserupan (hlm 50)
Aku berbalik, lalu kukatakan pada Adriana bahwa aku akan kembali lagi untuk kaus bertanda
tangan asli Figo itu. (hlm. 74)
Beberapa hari menjelang pertandingan antara Real Madrid vs Valencia, aku dan Adriana
membuat janji-janji untuk berjumpa lagi. (hlm. 91)

C. Alur

D. Penokohan

Berikut adalah tokoh-tokoh penting dalam novel Sebelas Patriot dengan watak, perwatakan,
teknik penokohan, dan data tekstualnya.

Nama

Watak

Perwatakan

Teknik
Penokohan

Data Tekstual
-Aku ingin sekali tahu
kisah di balik foto itu.
(hlm.26)
- Aku akan menjadi
pemain PSSI!(hlm. 36)
-Namun, kisah Ayah
memberiku semangat
lebih sehingga aku tidak
pernah merasakan lelah,
bahkan meminta latihan
yang lebih keras (hlm.
41)

-Berkeingintahuan
tinggi
Ikal

-Ambisius

Protagonis

Dramatik

-Gigih
-Pesimistik
-Penyayang

-Saat itu kusadari bahwa


jika aku memang ingin
berkarir sepak bola
melalui jalur pemain
junior PSSI, maka
karierku sudah balik
kanan bubar jalan, its
over, finite, wassalam.
(hlm. 61)
-Dia tak lagi mampu
mengayuh sepeda dan
akulah yang
memboncengnya
bersepeda ke balai desa
untuk menonton PSSI
bertarung. (hlm. 65)

Ayah Ikal

Protagonis

Analitik
-Maka Ayah, seperti

semua orang Melayu itu,


hanya unsur sederhana
dalam kronologi zaman,
dan Ayah adalah inti dari
kesederhanaan itu karena
sikapnya yang sangat
pendiam, tak pernah
menuntut apa pun dari
siapa pun, merasa tak
perlu membuktikan apa
pun pada siapa pun, selain
kasih sayang untuk
keluarga, tak banyak
tingkah.
(hlm. 3-4)

-Pendiam
-Penyayang
-Sederhana

-Waktu terus melaju dan


aku makin tertarik
membicarakan sepak bola
dengan Ayah, walau
sebagaimana biasa, aku
bicara sendiri saja. Aku
telah terbiasa,
menikmatinya malah.
Ayah adalah sebuah
pesona dalam
keheningan. (hlm. 66)

-Ikhlas

-Galak
Ibu Ikal

-Khawatiran

Antagonis

Dramatik

Antagonis

Analitik

-Protektif

Van Holden

-Ketiks kulihat-lihat
album itu, Ibu serta-merta
merebutnya dariku sambil
melontarkan peringatan
agar jangan sekali-kali
lagi aku bermain-main
dengan album itu, yang
kemudian dipindahkan
ibu dari yang tadinya di
bawah dipan dan
sekarang, entah kemana.
(hlm. 7)

Meski begitu,
ketidakadilan dan
kekejaman tetap saja
merajalela, bahkan
semakin kejam di bawah
pimpinan Distric
beheerder Van Holden
yang membawahi wilayah
ekonomi pulau Bangka
dan Belitong (hlm. 11)
-Van Holden-lah yang
membangun tangsi. Di
tangsi para ekstrimis
dibedil tanpa ampun atau
disiksa hanya karena
sebuah kejadian sepele
yang dianggap
mengganggu wibawa
colonial. (hlm. 12)

-Kejam
-Tidak adil
-Tidak mau kalah

Orang jajahan
bertanding sesame orang
jajahan, atau Belanda
melawan orang jajahan.
Tetapi tentu saja, sehebat
bagaimanapun, orang
jajahan tidak boleh
menang melawan
penjajah (hlm. 12)
Sang pemburu
tua

-Baik hati

Protagonis

Dramatik
-Pemburu bercerita soal
tiga saudara berusia 13,
15, dan 16 tahun yang
dipaksa penjajah
menggantikan Ayah
mereka untuk bekerja di
parit tambang. (hlm. 27)
-Pemburu menjelaskan
bahwa jika yang dibangun
adalah mercusuar dan
dermaga maka seluruh

pekerja dapat kembali


pulang. Jika yang
dibangun gudang senjata
atau bunker, jarang yang
kembali. (hlm. 27-28)
Pelatih
Toharun

Protagonis
-Berwibawa
-Galak
-Kejam
-Cerewet
-Lembut
-Humoris

Dramatik
-Jika berada di lapangan
sepak bola, wibawa yang
terpancar darinya sangat
berbeda dari keadaanya
sehari-hari sebagai tukang
gulung dinamo (hlm. 39)
-Apa katamu!? Anak
keenam!? Aku tak peduli
kau anak keberapa! Aku
tak peduli ibumu ikut KB
atau tidak! Itu urusan
rumah tanggamu! Ini
lapangan sepak bola! Apa
kau pikir ini Puskesmas?!
Nomor urut!
(hlm. 40)
-Pelatih Toharun
mendadar tim junior tanpa
ampun sampai kami
muntah-muntah. (hlm.
41)
-Mulutnya cerewet
mengingatkan posisi dan
tugas kami masingmasing di lapangan.
(hlm. 46)
-Namun nanti jika kami
kalah, dia menjadi orang
yang sangat lembut
(hlm. 47)
-Tengoklah pantatnya
itu, dia memang pendek,

tapi dia punya pantat


seorang pemain sepak
bola! (hlm. 54)

-Hol, buenas tardes...,


sapanya. (hlm.72)
-Dia tersenyum.
Senyumnya riang
(hlm. 85)

-Ramah
Adriana

-Murah senyum

Protagonis

Dramatik

-Perhatian
-Pengertian

-Tak tahu mengapa, tapi


aku tahu kau pasti
kembali. Kaus ini
kusimpan untukmu (hlm.
85)
Karena aku tahu rasanya
menjadi penggila bola.
Aku tahu kau pasti
kembali. (hlm.89)

Margarhita
Vargas

-Kaku
Protagonis
-Baik

Analitik

-Umurnya mungkin 45
tahun dan segala hal
tentang dirinya adalah
kaku. Rok panjangnya
berbahan tebal yang kaku.
Kemejanya yang jelas
kemeja laki-laki itu kaku.
Kerah kemeja itu kaku.
Bingkai kacamatanya
kaku. Rambutnya yang
disemir hitam itu kaku.
(hlm. 80)
Kalau kurang beruntung
di sana, kembali lagi ke
sini. (hlm. 83)

E. Latar

Latar Tempat

Peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh utama novel Sebelas Patriot terjadi di berbagai tempat
sebagai berikut.
Latar Tempat
-Kampung Ikal,
Belitong
-Universitas Sorbonne,
Prancis
-Madrid,
Spanyol
-Barcelona,
Spanyol

Data Tekstual
Jika PSSI bertanding, Ayah mengajakku menontonnya di
televise umum hitam putih di pekarangan balai desa. (hlm.
34)
Usai SMA aku merantau dan terakhir kudapati diriku berada
di dalam sebuah kelas di Universitas Sorbonne, Prancis
(hlm. 69)
Arai meminati Alhambra dan aku harus ke Madrid (hlm.
70)
Dari Santiago Bernabu aku bergegas menuju stasiun kereta
terdekat dan meluncur ke Barcelona. (hlm. 77)

Latar Waktu

Peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh utama dalam novel Sebelas Patriot terjadi pada wakru
sebagai berikut.
Latar Waktu

Data Tekstual

Suatu malam
(Saat Ikal balita)

Ingatan pertama tentang Ayah tampak seperti gambar yang


samar, yaitu pada suatu malam aku duduk di tengah sebuah
ruangan dengan dua anak lain, yang belakang hari nanti
mereka adalah Trapani si pemalu dan Mahar si bergajul, dan
kami menggoda seekor luak yang baru saja ditangkap sang
tuan rumah, seorang pemburu tua. (hlm. 1)
Nah, Kawan, itulah ayahku, dan umurku, mungkin tiga atau
empat tahun waktu itu. (hlm. 2)

Zaman Belanda

Waktu demi waktu berlalu. Tertindas di bawah penjajahan,


rakyat menemukan caranya sendiri untuk melawan. (hlm.6)

Saat Ikal kelas lima SD

Setelah kejadian luak bersama Trapani dan Mahar itu, kami


masuk sekolah. Waktu kelas lima SD, di rumah, aku
menemukan sesuatu di bawah tumpukan pakaian bekas.
(hlm. 7)

Saat Ikal kelas enam SD

Sementara itu, aku masih saya menyimpan foto yang kucuri


dari album foto milik ibu itu. Sekarang aku telah kelas 6,
maka foto itu telah setahun bersamaku. (hlm. 25)

Usai SMA

Musim panas
(Usai SMA)

Usai SMA aku merantau dan terakhir kudapati diriku


berada di dalam sebuah kelas di Universitas Sorbonne,
Prancis. (hlm. 69)
Menjelang musim panas, rencana lamaku dan sepupuku
Arai untuk backpacking merambah ke Eropa dan Afrika kian
menggelembu. Salah satu tujuan yang menggoda hatiku
adalah Madrid, demi ayahku. Musim panas tiba, kami
berangkat. (hlm. 70)

Latar Suasana

Peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh utama dalam novel Sebelas Patriot terjadi dengan suasana
yang berganti-ganti sebagai berikut.
Latar Suasana

Data Tekstual

Tegang

Tiba-tiba Mahar, dengan jarinya, menyentuh hidung luak.


Binatang malam itu tersentak lalu mencangar garang.
Macam kucing tandang, ia mendesis-desis. Kami terperanjat,
terjajar mundur, lalu merangkak terbirit-birit menuju
lingkaran lelaki tadi, masing-masing menuju lingkaran
tertentu, ayah-ayah kami. (hlm. 2)

Sedih
Berkali-kali aku menunduk dan menahan air mata

mendengar kisah dari pemburu. Namun, aku mau mendengar


semuanya. (hlm. 27)

Tegang

Lalu aku ditatapnya dengan tajam.


Nama!
Ikal, Pelatih Toharun!
Mau main menjadi apa, Boi?
Sayap kiri, Pelatih Toharun.
Bisa menendang dengan kaki kiri?
Insya Allah, Pelatih Toharun.
(hlm. 40)

F. Gaya Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam Novel Sebelas Patriot adalah bahasa yang puitis, namun
tetap mudah dipahami/komunikatif. Bahasa asing yang digunakan Andrea Hirata pun mudah
dipahami dan tidak menjadi masalah. Gaya bahasa Andrea Hirata dapat diklasifikasikan ke
dalam gaya bahasa Melayu karena terdapat beberapa kata-kata Melayu, diantaranya;
Aih, tak apa-apa tak apa-apa, Bujang, hanyalah Luak, janganlah takut, Ayah di sini
(hlm. 2)
Aih, Bujang, mengapa kau ini? Ada apakah? (hlm. 30)
Mau main jadi apa, Boi? (hlm. 40)
Lupakan kekalahan ini, kita berlatih lagi, nanti kita menang, ya Boi, katanya sambil
mengelus-elus punggung kami, bahkan membukai tali sepatu kami. (hlm. 47)
Bahasa/istilah asing:
Hola, Buenos tardes (hlm. 72)
Crew cut-kah untuk model rambut seperti itu? (hlm. 72)

Lebih dari segalanya dia passionate tipikal perempuan Spanyol. (hlm. 72)
Usahaku terhenti sebab Adriana menunjuk sebuah lemari display di pojok sana (hlm. 73)
Tempat itu sudah menjadi semacam kiblat bagi para backpacker. (hlm. 77)

G. Amanat
Amanat dalam Novel Sebelas Patriot adalah:
- Janganlah mudah menyerah dalam menggapai cita-cita
- Cinta sepak bola, adalah cinta buta yang paling menyenangkan.
- Menggemari tim sepak bola negeri sendiri adalah 10% mencintai sepak bola dan 90%
mencintai tanah air.
- Cintai tim sepak bola negeri sendiri, meskipun jika dibandingkan dengan sepak bola asing
sepak bola dalam negeri masih jauh tingkatannya.

II.

ANALISIS UNSUR EKSTRINSIK

Anda mungkin juga menyukai