Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan industri sering kali mengahasilkan limbah cair yang sulit dihindari
sebagai hasil sampingnya, sehingga perlu dilakukan upaya untuk memperkecil
dampak negatif terhadap lingkungan, seperti kematian pada biota air baik ikan dan
tumbuhan air yang ada di dalamnya karena dapat menyebabkan terganggunya
ekosistem alam. Hal ini dapat terjadi karena pembuangan limbah cair tersebut, yang
dapat mengganggu jika langsung dibuang ke badan air karena limbah tersebut
mengandung asam, basa, dan bahan bahan organik seperti detergent, pupuk,
pestisida yang berasal dari limbah pertanian dan logam berat misalnya Cu, Mn, Hg,
dan lain lain. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengolahan terhadap limbah cair
tersebut.
Tujuan utama dari pengelolaan air limbah adalah untuk mengurangi COD,
partikel yang tercampur, serta membunuh organisme pathogen. Selain itu diperlukan
tambahan pengolahan untuk menghilangkan bahan nutrisi, komponen beracun, serta
bahan lain yang tidak dapat digradasikan agar konsentrasi yang ada menjadi rendah
dan air limbah dapat memenuhi standar baku untuk air bersih.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dari limbah?
2. Bagaimana jenis-jenis dari limbah di PT. Sier (Persero)?
3. Bagaimana Proses pengolahan Limbah di PT. Sier (Persero)?

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 PT. SURABAYA INDUSTRI ESTATE RUNGKUT-SIER (PERSERO)


perusahaan PT.SIER (persero) merupakan perseroan milik negara yang
didirikan pada tahun 1974 dihadapan notaris Abdul Latief,S.H dengan nomor 166
tanggal 28 februari 1974, yang kemudian dirubah dengan akta nomor 2 tanggal 1
agustus 1974 dan disahkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman tanggal 1
september 1974. Terakhir dihadapan notaris Abdurrazaq Ashiblie,S.H. dilakukan
perubahan anggaran dasar dengan nomor: 22 tanggal 23 mei 1998 dan telah disahkan
Menteri Kehakiman sesuai keputusan nomor: 98 pada september 1998. Pendirian
PT.SIER (persero) bertujuan untuk melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan
program pemerintah dalam bidang ekonomi dan pembangunan nasional khususnya
dalam bidang pembangunan dan pengelolaan kawasan lndustri dalam arti seluasluasnya. PT.SIER (persero) mengelola 3 kawasan lndustri yang meliputi:
2. SIER seluas 245 ha, telah ditempati oleh hampir 300 perusahaan yang
menampung puluhan ribu pekerja.
3. Sidoarjo Industrial Estate Berbek berdiri di atas lahan seluas 87 ha dan telah
menampung lebih dari 9.000 tenaga kerja dan sekitar 111 perusahaan.
4. Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER) dengan lahan seluas 518 ha
berlokasi 60 km dari pelabuhan Tanjung Perak surabaya yang dihubungkan
dengan jalan toll. Di dalam kawasan ini terdapat kawasan berikat seluas 50 ha
untuk mendukung aktivitas ekspor.
2.1.1 Jenis Jenis Limbah Cair
2.1.1.1 Limbah Cair
Limbah cair adalah suatu cairan yang dihasilkan dari suatu proses atau
kegiatan. Adapun limbah itu sendiri dapat berasal dari limbah industri dan domestik.

Banyaknya jumlah air limbah yang ada, tergantung dari jenis dan besar kecilnya
pengolahan air limbah.
2.1.1.2 Limbah Cair Domestik
Air limbah domestik terdiri dari buangan manusia, buangan dapur, tempat
pencucian, dan kamar mandi.
Air limbah tersebut mengandung :
1. Padatan berukuran besar yang terapung dan tersuspensi, misalnya : tinja
2. Padatan tersuspensi yang lebih kecil, misalnya : tinja yang hancur sebagian
3. Padatan yang sangat halus adalah suspensi koloid, yaitu padatan tersuspensi
yang tidak dapat mengendap serta polutan dalam bentuk larutan sejati, air
limbah tersebut merupakan bahan berbahaya terutama dalam jumlah besar.
2.1.1.3 Limbah Cair Industri
Limbah cair industri adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh
usaha atau kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat
menurunkan kualitas lingkungan ( Perda Provinsi Jatim No. 5 Tahun 2000 ).
2.1.2

Karakteristik Air Limbah


Karakteristik air limbah sangat penting untuk diketahui guna menentukan cara

pengolahan yang tepat. Karakteristik air limbah terdiri dari karakteristik fisik, kimia,
dan biologi (Metcalf dan Eddy, 1991).
Berikut ini akan dijelaskan beberapa macam karakteristik air limbah, yaitu :
2.1.2.1 Karakteristik Fisik :
a. Warna
Air limbah yang masih segar umumnya berwarna abu abu sedang limbah
yang sudah basi atau busuk berwarna gelap. Akibat dari penguraian senyawa
senyawa organik oleh bakteri, maka air limbah menjadi hitam. Hal ini menunjukkan
bahwa air limbah berada pada keadaan septic (Metcalf dan Eddy, 1991). Dalam hal
ini warna sering digunakan oleh orang awam untuk menilai keadaan air limbah,

namun warna tidak menunjukkan secara tegas bahaya yang dikandungnya (Mahida,
1984)
b. Bau
Bau dapat menunjukkan air limbah masih baru atau telah membusuk. Bau
bauan busuk menyerupai bau Nitrogen Sulfida, menunjukkan adanya air limbah yang
busuk. Banyak bau yang tidak sedap itu disebabkan karena adanya campuran
nitrogen, sulfur, dan fosfor, dan juga berasal dai pembusukan protein serta bahan
organik lain yang terdapat dalam air limbah. Namun bau yang paling menyengat
adalah bau yang berasal dari Hidrogen Sulfida. Bau dapat menunjukkan konsentarasi
yang sangat kecil dari suatu zat tertentu yang terkandung dalam air limbah (Mahida,
1984).
c. Temperatur
Pada umumnya temperatur air limbah lebih tinggi daripada temperatur air
minum. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan temperatur yang lebih panas
dari pemakaian rumah tangga atau aktivitas aktivitas pabrik. Temperatur air limbah
memberi pengaruh kehidupan dalam air, kelarutan gas, aktivitas bakteri, serta reaksi
reaksi kimia dan kecepatan reaksi (Metcalf dan Eddy, 1991).
d. Total Padatan
Total padatan adalah zat zat yang tertinggal sebagai residu penguapan pada
temperatur 1030C 1050C. Zat zat yang hilang pada tekanan uap tersebut tidak
dapat didefinisikan sebagai total padatan.
2.1.2.2 Karakteristik Kimia :
a. Senyawa Organik
Kira kira 75% suspended solid dan 40% filterable solid dalam air limbah
merupakan senyawa senyawa organik. Senyawa organik tersebut berasal dari
kombinasi karbon, hydrogen, dan oksigen, serta nitrogen dalam senyawa. Senyawa
organik yang terdapat dalam air limbah antara lain :

Protein

: 40 60%

Karbohidrat
Lemak dan minyak

: 25 - 50%
: 10% (Metcalf dan Eddy, 1991)

b. Senyawa Anorganik
Konsentrasi senyawa organik dalam aliran air akan meningkat karena formasi
geologis sebelum dan selama aliran, maupun karena penambahan limbah baru ke
dalam aliran tersebut. Konsentrasi unsur juga akan bertambah dengan proses
penguapan alami pada permukaan air dan akan meninggalkan unsur anorganik dalam
air. Adapun komponen- komponen limbah anorganik yang terpenting antara lain
alkalinitas, klorida, nitrogen, fosfat, dan sulfat (Metcalf dan Eddy, 1991).
c. Gas Gas
Gas gas yang terdapat dalam air limbah yang belum diolah antara lain
nitrogen ( N2 ), oksigen (O2), karbon dioksida ( CO2 ), hidrogen sulfid ( H2S ),
amoniak ( NH3 ), dan metana ( CH4 ). Gas N2, O2, dan CO2 terdapat dalam air limbah
sebagai akibat dari adanya kontak langsung air limbah dengan udara, sedangakan gas
H2S, NH3, dan CH4 dihasilkan dari dekomposisi zat zat organik oleh bakteri dalam
air limbah (Metcalf dan Eddy, 1991).
2.1.2.3

Karakteristik Biologi

Kelompok mikroorganisme terpenting dalam air limbah ada 2 macam, yaitu :


1. Kelompok protista : terdiri dari protozoa
2. Kelompok tumbuh tumbuhan : meliputi paku pakuan dan lumut
Bakteri berperan penting dalam air limbah, terutama dalam proses biologis,
misalnya trikling filter. Sedangkan protozoa dan air limbah berfungsi untuk
mengontrol semua bakteri sehingga terjadi keseimbangan. Alga sebagai penghasil
oksigen pada proses fotosintesis juga dapat mengurangi nitrogen yang terdapat dalam
air. Namun alga juga dapat menimbulkan gangguan pada permukaan air karena alga
dapat timbul dengan cepat dan menutupi permukaan air pada kondisi yang
menguntungkan (sampai kedalam satu meter dibawah permukaan air, sangat efektif

bagi pertumbuhan alga secara cepat), sehingga menyebabkan sinar matahari tidak
dapat menembus permukaan air.
2.1.3

Indikasi Pencemaran Air


Indikasi pencemaran air dapat kita ketahui baik secara visual maupun

pengujian. Bila kita perhatikan, kondisi air yang tercemar akan berubah dan
mempunyai beberapa ciri khusus yang membedakan dengan air bersih. Pencemaran
air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi atau komponen
lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ketingkat
tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai peruntukkannya.
indikator atau tanda air telah tercemar adanya perubahan atau tanda yang dapat
diamati melalui:
1. Perubahan pH (tingkat keasaman atau konsentrasi ion hydrogen)
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan memiliki pH
netral dengan kisaran nilai 6,5 7,5. Air limbah industri yang belum terolah
dan memiliki pH air sungai dan dapat mengganggu kehidupan organisme di
dalamnya. Hal ini akan semakin parah jika daya dukung lingkungan rendah.
Limbah dengan pH asam / rendah bersifat korosif terhadap logam.
2. Perubahan warna, bau dan rasa
Air normal dan air bersih tidak akan berwarna, sehingga tampak
bening / jernih. Bila kondisi air warnanya berubah maka hal tersebut
merupakan salah satu indikasi bahwa air tercemar. Timbulnya bau pada air
lingkungan merupakan indikasi kuat bahwa air telah tercemar. Air yang
berbau dapat berasal dari limbah industry atau hasil dari degradasi oleh
mikroba. Mikroba yang hidup dalam air akan mengubah senyawa organic
menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau sehingga mengubah rasa.
3. Timbulnya endapan, koloid dan bahan terlarut
Endapan koloid dan bahan terlarut berasal dari adanya limbah industri
yang berbentuk padat. Limbah industri yang berbentuk padat, bila tidak larut

sempurna akan mengendap di dasar sungai dan yang larut sebagian akan
menjadi koloid dan akan menghalangi bahan bahan organik yang sulit
diukur melalui uji BOD karena sulit didegradasi melalui reaksi biokomia,
namun dapat diukur melalui uji COD. Adapun pencemaran air pada umumnya
terdiri dari:
Bahan buangan padat
Bahan buangan organik
Bahan buangan anorganik

1.
2.
3.

Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian


lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun
industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dapat dipelihara oleh
masyarakat sekitar. Jadi tekhnologi yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan
teknologi masyarakat yang bersangkutan. Berbagai teknik pengolahan air buangan
untuk menyisihkan bahan polutan telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik
- teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum
terbagi menjadi 3 metode pengolahan:
1. Pengolahan secara fisika
2. Pengolahan secara kimia
3. Pengolahan secara biologi
Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat
diaplikasikan sendiri atau secara kombinasi.

2.1.4

Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan lingkungan dari polutan kimia

dengan menggunakan organisme hidup untuk mendegradasi materi berbahaya


menjadi subtansi yang lebih aman. Bioremediasi memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan jenis remediasi secara kimia, karena remediasi kimia dapat
menimbulkan polutan yang baru. Reaksi fundamental yang terjadi dalam

bioremediasi adalah reaksi redoks. Reaksi ini dapat terjadi secara aerob (Thieman
and Palladino, 2004).
Metode bioremediasi yang paling banyak digunakan adalah proses lumpur
aktif. Lumpur aktif adalah kumpulan massa bakteri. Proses lumpur aktif awalnya
hanya mengggunakan satu reactor aerobic untuk mendegradasi materi organik.
Sekarang telah dilakukan improvisasi menggunakan multi-reaktor yang terdiri dari
zona anaerobic, anoxic dan aerobic. Dalam bioremediasi, kontrol mikroorganisme
sangat penting karena menjadi subyek dalam bioremediasi.
Bakteri yang paling umum dan efektif digunakan adalah indigenous bacteriai
yang secara alami dapat ditemukan dalam polutan. Terdapat beberapa cara untuk
meningkatkan keefektifan bakteri bakteri untuk melakukan tugasnya dalam
bioremediasi. Pertama adalah pemberian nutrient ( nutrient enrichment ). Nutrien
yang diberikan dapat berupa sumber fosfat, nitrogen, karbon atau oksigen. Peran
dalam pemberian nutrien ini adalah menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme. Kedua adalah bioaugmentasi yang dilakukan dengan menambahkan
bakteri ke lokasi pengolahan limbah sehingga dapat membantu kerja dari indigenous
bacteria dalam melakukan degradasi limbah (Thieman and Palladino 2004).
Tahapan tahapan dalam pengolahan limbah cair secara biologis adalah sebagai
berikut :
a. Preliminary treatment (screening)
Limbah cair sering kali mengandung materi materi yang mengapung
seperti kayu, kertas, dan sebagainya. Materi materi ini perlu disingkirkan
sebelum limbah memasuki sistem pengolahan karena materi materi ini
dapat merusak mesin ( contoh aerator dan pompa ) yang digunakan dalam
sistem pengolahan limbah.
b. Sedimentasi primer
Limbah pada tahap ini telah terbebas dari padatan berukuran besar dan
materi yang mengapung. Namun limbah ini masih mengandung partikel
tersuspensi yang ukurannya terentang antara 0,05 1 mm. Partikel inilah yang

disebut dengan settleable solid. Peran dari sedimentasi primer ini adalah untuk
menghilangkan partikel ini. Tahap sedimentasi primer bukan tahap yang harus
ada dalam sistem pengolahan limbah. Walaupun demikian sedimentasi primer
dapat mengurangi nilai BOD sampai 40%. Keuntungan lainnya meliputi
penggunaan reaktor yang lebih kecil untuk tahap pengolahan limbah
berikutnya ( karena BOD telah berkurang ) sehingga dapat menghemat biaya
operasi. Selain itu tahap sedimentasi primer akan menyebabkan sedimentasi
sekunder dapat dilakukan di tempat yang lebih kecil.
c. Secondary treatment
Tahap ini adalah dimana degradasi secara biologis berlangsung.
Limbah dialihkan dengan reaktor ke aerasi. Aerasi dapat dilakukan melalui
dasar atau permukaan reaktor. Jika melalui dasar reaktor berjalannya aerasi
akan ditunjukkan oleh adanya gelembung udara akibat difusi udara dari
bawah ke atas.
d. Sedimentasi sekunder
Sedimentasi sekunder dilakukan pada clarifier. Tahap ini berperan
memisahkan sludge dari effluent hasil pengolahan limbah. Semakin dalam
tangki clarifier yang digunakan, maka semakin banyak pula padatan yang
dapat dipisahkan.

e. Klorinasi
Tahap ini adalah tahap akhir sebelum effluent hasil pengolahan dapat
dibuang ke lingkungan. Klorinasi berperan untuk membunuh mikroorganisme
yang tadinya berperan dalam bioremediasi. Dengan demikian lingkungan
tidak menerima berbagai jenis mikroorganisme yang kemungkinan dapat
mengacaukan ekosistem perairan yang bersangkutan (Horan, 1990).

2.1.5

Baku Mutu Limbah


Air limbah yang dihasilkan oleh proses industri memiliki beberapa indikator

yang perlu diuji kadarnya. Menurut surat keputusan Gubernur Jawa Timur No. 45
Tahun 2000 tentang baku mutu limbah cair bagi industri atau kegiatan industri
lainnya di Jawa Timur, parameter parameter air limbah yang diperiksa antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.1.6

SS ( Setteable Solid )
COD ( Chemical Oxygen Demand )
DO ( Disolved Oxygen )
TSS ( Total Suspended Solid )
SVI ( Sludge Volume Indeks )
PH
Anion Kation

Parameter Kualitas Air Limbah


Menurut Mulyadi (1984) untuk mengetahui kualitas atau karakteristik limbah

cair sebelum dan sesudah pengolahan, dapat ditentukan dengan parameter


parameter sebagai berikut :
1. Parameter organik, meliputi COD, DO, minyak, phenol, dan lain lain.
2. Parameter anorganik, meliputi keasaman, logam, halogen, fosfat, nitrogen,
amoniak, nitrit, nitrat, dan lain lain.
3. Parameter lain, meliputi warna, kekeruhan, bau, rasa, temperatur, TSS, dan
TDS.
4. Parameter biologis, meliputi jenis jenis mikroba.
2.1.7

Dampak Limbah
Sesuai dengan batasan air limbah yang merupakan benda sisa, maka air

limbah sudah tidak dipergunakan lagi. Akan tetapi, tidak berarti air limbah tidak perlu
diolah. Karena apabila limbah tidak dikelola dengan baik dan benar maka akan
menimbulkan gangguan terhadap lingkungan dan kehidupan yang ada. Menurut
Sugiharto (1987) menyatakan bahwa efek buruk dari air limbah dapat menyebabkan
terjadinya berbagai macam gangguan, antara lain :

a) Gangguan terhadap kesehatan


Sudah menjadi suatu kenyataan bahwa air limbah sangat berbahaya
terhadap kesehatan manusia. Oleh karena itu, air limbah berfungsi sebagai media
pembawa penyakit seperti kolera, radang usus, hepatitis infektiosa, serta
shistosomiasis. Air limbah sendiri mengandung banyak bakteri patogen penyebab
iritasi, bau, dan warna, bahkan pada suhu yang tinggi menimbulkan bahan
bahan lain yang mudah terbakar.
b) Gangguan terhadap komponen biotik
Banyak zat tercemar dalam air limbah mengakibatkan turunnya kadar
oksigen yang terlarut dalam air, sehingga menyebabkan kehidupan air yang
membutuhkan oksigen terganggu bahkan kematian makhluk hidup dalam air
meningkat.
c) Gangguan terhadap keindahan
Banyak zat organik yang dibuang oleh perusahaan yang memproduksi
bahan organik seperti tapioka, maka setiap hari akan menghasilkan limbah yang
berupa bahan bahan organik dalam jumlah yang besar. Ampas yang berasal dari
pabrik ini perlu dilakukan pengendapan terlebih dahulu sebelum dibuang
kesaluran air limbah, akan tetapi memerlukan waktu yang lama. Selama waktu
tersebut maka air limbah mengalami proses pembusukan dari zat organik yang
ada, sehingga menimbulkan bau. Selain itu juga menimbulkan gangguan
keindahan tempat disekitar tumpukan ampas tersebut.
d) Gangguan terhadap kerusakan benda.
Apabila air limbah mengandung gas karbondioksida yang agresif, maka
akan mempercepat proses karat pada benda yang terbuat dari besi serta bangunan
air kotor lainnya. Dengan cepat rusaknya benda tesebut maka biaya pemeliharaan
semakin besar, yang akan menimbulkan kerugian material. Selain karbondioksida
agresif air limbah yang berkadar pH rendah atau tinggi akan menimbulkan

kerusakan pada benda benda yang lainnya. Lemak merupakan sebagian besar
komponen air limbah yang mempunyai sifat menggumpal pada suhu udara
normal, dan akan berubah cair pada suhu panas. Lemak yang berupa cairan pada
saat dibuang ke saluran air limbah akan menumpuk secara komulatif pada
saluran tersebut karena lemak mengalami pendinginan dan lemak akan
menempel pada dinding saluran sehingga menimbulkan penyumbatan. Selain itu
lemak yang menempel akan mengakibatkan kebocoran pada saluran limbah.
2.1.8

Analisa laboratorium
Kegiatan di dalam laboratorium antara lain menganalisa limbah di IPAL

PT.SIER (Persero) yang berasal dari seluruh pabrik yang berada dikawasan Rungkut
dan Berbek industri. Kegiatan rutin laboratorium yaitu menganalisa sampel yang
diambil dari tiga tempat yaitu influent, oferflow primary settling (ops) dan effluent
yang selanjutnya akan dianalisa berdasarkan parameter parameter sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.1.9

SS ( Setteable Solid )
COD ( Chemical Oxygen Demand )
DO ( Disolved Oxygen )
TSS ( Total Suspended Solid )
SVI ( Sludge Volume Indeks )
PH
Anion Kation
MANAJEMEN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
Manajemen pengolahan limbah ini bertujuan untuk mendukung kelancaran

proses produksi. Manajemen pengolahan limbah di PT. IPAL SIER (Persero) terbagi
menjadi dua kelompok yaitu : manajemen pengolahan limbah yang dilaksanakan di
pabrik dan manajemen limbah di kawasan industri.
2.1.9.1 MANAJEMEN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI PABRIK
Pengolahan limbah di pabrik dilaksanakan oleh pengelola pabrik yang
bersangkutan dengan harapan agar dapat meminimalisasi ongkos pengelola limbah
yang harus dibayarkan ke PT. IPAL SIER (Persero) selaku pihak pengelola.
Manajemen ini didasarkan pada ketentuan yang telah ditetapkan oleh pihak

pengelola. Penetapan tersebut meliputi, pengolahan fasilitas IPAL (sesuai dengan


peraturan pemerintah yaitu Kepres Nomor 53/1989). Untuk dapat mengelola fasilitas
IPAL, perusahaan harus mempunyai kemampuan teknik dan managerial yang
memadai, yaitu untuk memenuhi persyaratan pengelola yang efisien serta secara
teknis memiliki kemampuan teknologi untuk mengelola limbah sesuai batasan air
buangan akhir yang disyaratkan.
Pengelola fasilitas yang dilakukan oleh pabrik adalah pengelolahan yang
terdapat di dalam kawasan pabrik itu sendiri, misalnya saluran yang menghubungkan
pembuangan limbah di dalam pabrik dengan bak kontrol dan saluran air limbah ke
PT. IPAL SIER (Persero) dan saluran air hujan yang ada di lingkungan pabrik itu
sendiri.
Untuk mencapai tujuan manajemen pengelola limbah, tiap tiap pabrik di
kawasan industri menerapkan metode yang tidak sama, meskipun demikian pada
dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu melakukan pengolahan awal terhadap
limbah yang belum memenuhi syarat untuk masuk ke PT. IPAL SIER (Persero).
2.1.9.2 MANAJEMEN PENGOLAHAN LIMBAH DI KAWASAN INDUSTRI
Manajemen pengolahan limbah di kawasan industri dibagi menjadi 2
kelompok kegiatan yaitu : sanitasi dan pengolahan limbah yang berasal dari seluruh
kawasan

industri.

Untuk

mendukung

kelancaran

proses

dikenakan

biaya

pemeliharaan dan operasi dari sistem pengolahan limbah yang dikenal dengan istilah
BPO kepada semua pabrik yang ada di kawasan industri yang dikelola oleh PT. IPAL
SIER (Persero) sesuai dengan Pasal 11 surat perjanjian sewa menyewa pabrik dan
Pasal 8 surat perjanjian sewa menyewa SUIK. BPO ini berlaku selama 1 tahun dan
diadakan peninjauan kembali setiap tahun.
Penentuan besarnya BPO yang harus dibayar oleh tiap pabrik didasarkan pada:
1. Besarnya beban polusi air (limbah yang dibuang ke saluran air limbah PT.
IPAL SIER ( Persero ).
2. Besarnya volume atau debit air limbah di pabrik.
2.1.10 SUMBER AIR LIMBAH

Sumber air limbah yang diolah di PT. IPAL SIER (Persero) berasal dari
seluruh pabrik dan perkantoran yang berada di kawasan Rungkut dan Brebek. Jumlah
pabrik dan perkantoran yang membuang air limbah di PT. IPAL SIER (Persero)
sebanyak 393 perusahaan. Nama nama perusahan tersebut dapat dilihat pada
lampiran.
Sumber air limbah yang masuk ke PT. IPAL SIER (Persero) Surabaya
beraneka ragam. Air limbah yang masuk ke IPAL berasal dari berbagai jenis industri
diantaranya :
a. Industri kayu dan rotan
b. Industri plastik
c. Industri logam
d. Industri kimia
e. Industri makanan dan minuman
f. Industri tembakau
g. Industri tekstil
h. Industri karet
i. Industri penyamakan kulit
2.1.10.1

PERSYARATAN AIR LIMBAH

Air limbah sebelum masuk ke saluran air limbah yang ada di PT. IPAL SIER
(Persero) maka tiap-tiap industri harus memenuhi semua persyaratan yang telah
ditetapkan oleh pihak PT. IPAL SIER (Persero). Hal ini dilakukan agar tidak
merusak saluran, mesin dan peralatan yang ada di PT. IPAL SIER (Persero),
dimana persyaratan dan ketentuan untuk karakteristik air limbah tersebut dibuat
menyesuaikan dengan design bangunan pengolahan air limbah di PT. IPAL SIER
(Persero). Ketentuan itu dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Ketentuan umum
Bahan yang dilarang dibuang ke dalam system saluran air limbah kawasan
industri yang dikelolah PT. SIER (Persero) antara lain :

Air hujan, air tanah, air dari talang, air dari pekarangan.
Kalsium karbida
Bahan yang mudah terbakar

Sejumlah cairan, zat padat dan gas yang jumlahnya cukup untuk dapat
menimbulkan kebakaran atau ledakan yang dapat menyebabkan kerusakan
sistem saluran air limbah. Zat-zat ini merupakan limbah B3 yang

berbahaya bagi lingkugan dan polusi udara.


Bahan baku yang karena kondisinya sendiri atau penggabungan atau reaksi
elemen dengan air limbah lainnya dapat menimbulkan gas, uap, bau, atau

bahan semacamnya yang dapat membahayakan kehidupan masyarakat.


Ragi, ter, aspal, minyak mentah, minyak pelumas, solar, karbon disulfida,

hidro sulfida, poli sulfida.


Bahan radioaktif.
Semua limbah yang dapat menimbulkan pelapisan keras atau endapan di

dalam sistem saluran air limbah.


Limbah yang mengandung bahan pewarna yang tidak dapat diolah secara

biologis.
Bahan yang dapat merusak atau mengganggu mesin maupun peralatan

yang terpasang dalam saluran dan system pengolahan air limbah.


Pestisida, fungisida, herbisida, insektisida, radentisida, fumigans.Limbah
padat.

b. Ketentuan khusus
Secara khusus, air limbah yang boleh dibuang ke sistem saluran air limbah
PT. IPAL SIER (Persero) tidak boleh melebihi standar yang telah ditetapkan, yaitu
yang tercantum pada tabel berikut :
Tabel.1 Standar Parameter Fisika Limbah
No.

Parameter Fisika

Kode

1.1 Suhu

Nilai

Satuan

40 Celcius

1.2 Jumlah padatan Terlarut

TDS

2000 Mg/l

1.3 Jumlah padatan Tersuspensi

TSS

400 Mg/l

1.4 Warna

300 Pt.Co Scala

Jika air limbah akan dibuang oleh suatu industri ke sistem saluran air limbah ke
PT. IPAL SIER (Persero) melebihi standar. Maka industri tersebut wajib
menggunakan pengolahan pendahuluan (pretreatment) sebelum air limbahnya masuk
ke saluran tersebut. Standar limbah yang masuk ke PT. IPAL SIER (Persero) telah
dicantumkan seperti pada tabel.
Tabel. 2 Standar Parameter Kimia
No.

Parameter Kimia

Kode

Nilai

Satuan

2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10
2.11
2.12
2.13
2.14
2.15
2.16
2.17
2.18
2.19
2.2
2.21

Biological Oxygen Demand


Chemical Oxygen Demand
Derajat Keasaman
Amonia
Deterjen
Phenol
Fluorida
Klorida
Minyak dan Lemak
Nitrat
Nitrit
Sisa Klor
Sulfat
Sulfida
Arsen
Barium
Besi
Kadmium
Kobalt
Krom Heksavalen
Mangan

BOD
COD
Ph
NH3
MBAS

1500
3000
6-9
20
5
2
30
500
30
50
5
1
500
1
1
5
30
1
1
2
10

Mg/l
Mg/l

F
Cl
NO3
NO2
Cl2
SO4
S
Ar

Ba
Fe
Cd
Co
Cr
Mn

Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l

2.22

Nikel

Ni

Mg/l

2.23
2.24
2.25
2.26
2.27

Air Raksa
Selenium
Seng
Tembaga
Timbal

Hg
Se
Zn
Cu
Pb

0,005
1
5
5
3

Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l

2.28

Sianida

CN

Mg/l

2.1.10.2 INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH


Berikut ini akan diuraikan mengenai : fungsi, kapasitas, spesifikasi, utilitas
penunjang masing - masing bangunan pengolahan air limbah yang ada di PT. IPAL
SIER (Persero).
1. Sumur pengumpul
Sumur pengumpul ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air
limbah yang bersunber dari semua industri industri di kawasan PT. IPAL SIER
(Persero). Namun, air limbah atau air buangan dari setiap industri harus memenuhi
standar yang telah ditentukan oleh PT.IPAL SIER (Persero). Sumur ini berbentuk
lingkaran (circular) dengan diameter 5 m dan kedalaman 8 m. sumur ini terbagi
menjadi dua bagian yang dibatasi oleh beton setebal 30 cm, kedua bagian tersebut
adalah :
1. Dua buah pipa yang besarnya masing masing 400 mm dan 600 mm yang
berfungsi sebagai saluran buangan industri dan perkantoran.
2. Dua buah rel yang terpasang pada dinding sumur dan papan yang terbentang
4 m yang digunakan sebagai pijakkan petugas yang akan membersihkan
sumur.
3. Saringan kasar yang terpasang pada piapa induk dan berfungsi untuk menahan
bendabenda besar yang masuk dalam sumur basah seperti : kayu, plastik,
kaleng, dan lain lain.
Debit yang masuk ke sumur pengumpul ini 8000 l/hari. Jumlah debit yang
masuk tergantung pada aktifitas perkantoran dan pabrik disekitar PT. IPAL SIER

(Persero). Dalam sumur pengumpul limbah cair akan mengalami homogenisasi


sehingga pada saat dialirkan ke proses selanjutnya akan mempunyai kondisi dan
beban pencemaran yang sama. Limbah cair di sumur pengumpul ini dipompa
menggunakan pompa sentrifugal dengan debit 60 l/ detik.

Gambar.1. Sumur pengumpul


Pada sumur ini diambil sampel influent limbah cair untuk diteliti di dalam
laboratorium untuk diketahui jumlah COD, DO, dan lain - lain. Hal tersebut
dilakukan karena limbah cair yang masuk ke dalam PT. IPAL SIER (Persero) harus
memenuhi standart yang telah ditentukan.
2. Sumur kering
Sumur yang ada di IPAL adalah sumur yang sering disebut dengan rumah pompa.
Perlu kita ketahui bahwa di dalam rumah pompa tersebut ada 4 pompa yang berfungsi
membantu jalannya pengolahan limbah yang ada di IPAL. Pompa tersebut adalah
pompa centrifugal yang secara otomatis dapat bekerja dengan sendirinya dengan
level kontrol untuk memompa air limbah ke bak pengendap pertama (primary settling
tank).
Pompa ini masing - masing dapat bekerja dalm mengalirkan air limbah
dengan debit 60 liter/dt. Dan peralatan yang digunakan di rumah pompa ini antara
lain :
1. Crane untuk mengangkat
2. Vertical centrifugal pump untuk pemomopaan air limbah.

Secara keseluruhan sumur pengumpul ini mempunyai fungsi sebagai berikut :


a.Sebagai tempat penampung sementara dari limbah industri di kawasan PT. IPAL
SIER (Persero) Surabaya. Sumur ini mampu menampung buangan industri
dan perkantoran dengan debit sebesar 10.000 m3/hari. Limbah yang terkumpul
disumur pengumpul ini dialirkan secara otomatis oleh pompa sentrifugal
(centrifugal pump) berdasarkkan level kontrol menuju bak pengendap pertama
(primary settling tank).
b.Pembersihan sampah-sampah atau kotoran yang mengapung dilakukan secara
manual oleh operator melalui dua buah rel (jet savelling/ crame)
c.Pada sumur pengumpul ini juga terjadi proses homogenesis air limbah yaitu
pemerataan.
3. Bak pengendap pertama (primary settling tank)
Bak pengendap pertama atau settling tank mempunyai fungsi umum yaitu :
Mengendapkan pertikel partikel terutama zat padat tersuspensi secara

gravitasi.
Penyaringan kotoran terapung.
Sebagai tempat homogenisasi air limbah sebelum masuk ke oxidation ditch.
Pemerataan beban hidrolisis dan organik sehingga tidak akan terjadi shock

loading pada proses selanjutnya akibat flokulasi beban.


Bak pengendap pertama berbentuk persegi panjang yang dilengkapi dengan buffle
serta tiga bak kecil yang memiliki fungsi tertentu.

Gambar.2. Primary Sattling Tank

Bak pengendap pertama ini dilengkapi dengan :


- Meter air yang dihubungkan dengan baling baling yang fungsinya untuk
-

mengetahui debit air (influent) dengan jelas.


Penyekat (skimmer) yang mempunyai ketebalan 80 cm, berjumlah dua buah
dan terpasang secara simetris. Alat ini digunakan untuk menghalangi benda
benda yang terapung agar tidak masuk ke tahap selanjutnya, misalnya plastik,
busa deterjen, minyak dan partikel terapung lainnya. Kemudian dibelokkan ke
selokan dan dialirkan ke bak floating (floating tank) ini benda -benda terapung
tersebut akan diambil secara mekanik sedangkan air yang berada dibawah

akan dialirkan kedalam oxidation ditch.


Pompa yang dipasang pada bagian bak besar (bak pengendap pertama) yang
berfungsi untuk mengalirkan partikel terapung lumpur hasil dari pengendapan
ke bak penampung partikel partikel terapung ini dilengkapi dengan saluran
air yang berbentuk selokan (parit) sehingga aliran air limbah dapat berjalan

mudah dan lancar sehingga operator mudah mengontrolnya


Lumpur hasil pengendapan dibawa ke bak pengering lumpur (sludge drying
bed)

Faktor faktor yang mempengaruhi di bak pengendap pertama :


a. Berat jenis padatan
Mekanisme pengendapan pada bak pengendap pertama adalah dengan
gaya gravitasi dengan berdasarkan berat jenis padatan yang tersuspensi pada
air limbah. Dimana padatan yang tersuspensi tersebut yang berat jenisnya
lebih besar daripada air maka akan mengendap, sedangkan yang lebih kecil
akan terapung.
b. Waktu detensi
Karena

mekanisme

pada

bak

pengendap

pertama

dengan

menggunakan gaya gravitasi maka diperlukan waktu detensi yang terbaik


untuk dapat mengendapkan padatan. Diperoleh waktu optimal detensi adalah
2 - 3 jam, karena jika waktu terlalu lama akan terjadi pembusukan yang

menimbulkan bau busuk. Sedangkan waktu detensi 1 - 1,5 jam akan terjadi
penurunan :
-

BOD
Suspended Solid
Bahan Organik

: 25% - 40%
: 60% - 65%
: 35% - 40%

c. Laju air
Kecepatan air yang deras akan dihasilkan waktu detensi yang kecil
maka didapatkan proses pengendapan yang kurang baik, sedangkan pada
aliran yang kecil mengakibatkan waktu detensi yang lama akan menimbulkan
pembusukan pada bak pengendapan pertama.
d. Efisiensi pemisahan suspended solid
Spesifikasi bak pengendapan pertama (primary settling tank) :
-

Panjang
Lebar
Kedalaman

: + 40 m
: + 10 m
: + 1,6 - 3 m

Dalam bak pengendap pertama dilakukan pembersihan benda benda


terapung (floating material) secara manual (menggunakan tenaga manusia).
Benda benda tersebut antara lain, plastik dan kayu yang ikut masuk ke
dalam aliran air limbah. Pemisahan partikel kasar dilakukan dengan gaya
grafitasi. Di sini partikel partikel yang mengendap akan dialirkan ke dalam
sludge drying bed. Pada bak ini juga diambil sampel untuk meneliti
kandungan BOD, COD, dan lain-lain sebagai overflow primary settling
(OPS).
4. Parit oksidasi (oxidation ditch)
Pada oxidation ditch ini, air limbah diolah secara biologis dengan bantuan
mikroorganisme pengurai air limbah, sehingga dibutuhkan oksigen untuk aktivitas
organisme dalam menguraikan bahan organik dalam air limbah. Kebutuhan oksigen
diperoleh dari proses aerasi dengan menggunakan Mammoth Rotor.

Gambar.3. Oxidation Ditch


Oxidation ditch ini berbentuk parit melingkar memanjang yang berjumlah 4
buah. Oxidation ditch ini mampu mengolah air limbah sebanyak 9000 m 3/hari.
Oxidation ditch ini memiliki tepian permukaan kolam yang kasar serta dilapisi
dengan batu kali sebagai tempat menempelnya mikroorganisme. Pada setiap unit
oxidation ditch dilengkapi dengan unit mammoth rotor yang berfungsi untuk
mengaduk limbah sehingga dapat diperoleh oksigen yang cukup untuk proses
pengolahan. Pada oxidation ditch ini harus diteliti kadar lumpur yang masuk ke dalam
bak oksidasi karena jika terlalu banyak ataupun terlalu sedikit lumpur yang ada maka
proses pengolahan tidak akan berjalan dengan baik.
5. Distribution box
Di dalam bak pembagi ini lumpur aktif yang masih tercampur dengan air
limbah dari oxidation ditch akan dibagi menjadi dua bagian. Satu bagian akan
dialirkan ke bak pengendap kedua (clarifier) dan satu bagian lagi akan dialirkan
kedalam oxidation ditch (di recycle) sebesar 30% dari total lumpur yang masuk ke
bak pembagi (distribution box).

Gambar 4. Bak pembagi (Distribution Box)


Lumpur aktif dikembalikan ke oxidation ditch dengan bantuan return sludge
pump tipe screw pump conveyor, sedangkan air limbah dan lumpur aktif yang
dialirkan menuju bak pengendap kedua dilakukan dengan menggunakan prinsip
perbedaan tekanan yaitu prinsip perbedaan diameter dua buah pipa (yaitu pipa
menuju secondary clarifier dan pipa menuju distribution box).
Fungsi dari bak ini adalah :
Sebagai tempat penampung sementara air limbah dari oxidation ditch sebelum

masuk ke secondary clarifier.


Sebagai pembagi lumpur aktif yang akan dialirkan ke secondary clarifier
yang akan dikembalikan ke oxidation ditch.
Bak ini dilengkapi dua pompa yang berfungsi submersible yang berfungsi

mengalirkan lumpur yang akan dibuang ke bak pengering lumpur dan srew pump
yang berfungsi untuk mengembalikan lumpur ke oxidation ditch sebagai return
sludge.
Spesifikasi pompa adalah :
a. Screw pump
- Daya
: 17 KW
- Frekuensi putaran : 50 Hz
- Kapasitas
: 60 m3/menit
b. Submersible pump
- Daya
: 3,75 KW
- Frekuensi putaran : 50 Hz
- Kapasitas
: 50 m3/ menit
Spesifikasi bak distribusi adalah :

- Panjang
- Lebar
- Kedalaman

: 7,2 m
:4m
:3m

6. Bak pengendap kedua (secondary clarifier)


Bak pengendap kedua ini berfungsi sebagai pengendap lumpur yang
terkandung dalam air limbah setelah melewati proses oksidasi sehingga air menjadi
bersih untuk dibuang ke sungai. Pada bak pengendap kedua ini dilengkapi dengan alat
pengeruk lumpur atau scrapper. Alat ini berbentuk jembatan (scrubber bridge) yang
mampu membentang dari arah tengah bak seperti jari jari lingkaran yang mampu
mengitari bak.

Gambar 5. bak pengendap II (secondary claryfier)


Alat ini biasanya digerakkan oleh motor listrik dengan daya 0,25 KW dan
frekuensinya 50 Hz. Gerakan pada alat ini

sangat lambat dikarenakan untuk

mencegah terjadinya gelombang pada air saat pemutaran. Gelombang air akan dapat
mengganggu pengendapan (sedimentasi).
Spesifikasi dari bak pengendap kedua ini antara lain ;
Bentuk
: cicular
Jumlah
: 2 buah
Diameter
: 21 m
Kemiringan dasar (slope) : 1,24
Kedalaman tepi
: 2,5 m
Kedalaman tengah
:3m

Kecepatan pelimpahan air

: 0,7 m3/jam

Bak pengendapan kedua ini memiliki dua bagian yaitu :


a. Bagian dasar yang memiliki lengkungan yang berfungsi sebagai tempat
penampungan lumpur serta sekaligus meninggikan tekanan air sehingga
lumpur tersebut dapat dialirkan secara alami ke bak distribusi dengan
menerapkan hukum bejana yang didasarkan akan perbedaan tekanan.
b. Bagian tengah bak dimana terdapat pipa dengan diameter 5 m dengan panjang
2,5 m yang berfungsi seperti buffel berfungsi sebagai pencegah aliran putaran
olahan yang berasal dari bak pendistribusi yang masuk ke bak ini.
7. Bak pengering Lumpur (sludge drying bed)
Bak ini berbentuk persegi panjang yang memiliki dasar kemiringan. Bak ini
dilengkapi pasir kasar, pasir halus dan batuan sebagai penyaring. Pasir ini harus terus
di isi saat pengerukan limbah cair karena jumlahnya akan terus berkurang pada saat
pengerukan. Pengeringan di bak ini dilakukan dengan bantuan dari sinar matahari
langsung.
Di IPAL PT. SIER (Persero) Surabaya terdapat 2 jenis bak pengering yaitu:
Bak pengering primer yang berfungsi untuk mengeringkan lumpur yang

berasal dari bak pengendap pertama.


Bak pengering sekunder yaitu bak pengering yang digunakan untuk
mengeringkan lumpur yang berupa return sludge dari bak pembagi.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
perusahaan PT.SIER (persero) merupakan perseroan milik negara yang didirikan
pada tahun 1974 dihadapan notaris Abdul Latief,S.H dengan nomor 166 tanggal 28
februari 1974, yang kemudian dirubah dengan akta nomor 2 tanggal 1 agustus 1974
dan disahkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman tanggal 1 september 1974.
Dan terakhir dihadapan notaris Abdurrazaq Ashiblie,S.H. dilakukan perubahan
anggaran dasar dengan nomor: 22 tanggal 23 mei 1998 dan telah disahkan Menteri
Kehakiman sesuai keputusan nomor: 98 pada september 1998. PT.SIER (persero)
mengelola 3 kawasan lndustri yang meliputi antara lain : Surabaya Industrial Estate
Rungkut (SIER), Sidoarjo Industrial Estate Berbek, dan Pasuruan Industrial Estate
Rembang (PIER).

Anda mungkin juga menyukai

  • Contoh Soal PP
    Contoh Soal PP
    Dokumen4 halaman
    Contoh Soal PP
    Masayu Tsuroyya
    Belum ada peringkat
  • Contoh Soal PP
    Contoh Soal PP
    Dokumen4 halaman
    Contoh Soal PP
    Masayu Tsuroyya
    Belum ada peringkat
  • Contoh Soal PP
    Contoh Soal PP
    Dokumen4 halaman
    Contoh Soal PP
    Masayu Tsuroyya
    Belum ada peringkat
  • La Bab 4
    La Bab 4
    Dokumen9 halaman
    La Bab 4
    Masayu Tsuroyya
    Belum ada peringkat
  • La Bab 2 PDF
    La Bab 2 PDF
    Dokumen17 halaman
    La Bab 2 PDF
    Masayu Tsuroyya
    Belum ada peringkat
  • Contoh Soal PP
    Contoh Soal PP
    Dokumen4 halaman
    Contoh Soal PP
    Masayu Tsuroyya
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen4 halaman
    Daftar Pustaka
    Masayu Tsuroyya
    Belum ada peringkat
  • La Bab 3
    La Bab 3
    Dokumen9 halaman
    La Bab 3
    Masayu Tsuroyya
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen12 halaman
    Daftar Isi
    Masayu Tsuroyya
    Belum ada peringkat
  • La Bab 2 PDF
    La Bab 2 PDF
    Dokumen17 halaman
    La Bab 2 PDF
    Masayu Tsuroyya
    Belum ada peringkat
  • La Bab 1 PDF
    La Bab 1 PDF
    Dokumen5 halaman
    La Bab 1 PDF
    Masayu Tsuroyya
    Belum ada peringkat
  • Ikan Gabus
    Ikan Gabus
    Dokumen17 halaman
    Ikan Gabus
    Masayu Tsuroyya
    Belum ada peringkat
  • Cara Membuat Daftar Isi Otomatis Pada Microsoft Office
    Cara Membuat Daftar Isi Otomatis Pada Microsoft Office
    Dokumen38 halaman
    Cara Membuat Daftar Isi Otomatis Pada Microsoft Office
    Masayu Tsuroyya
    Belum ada peringkat
  • Cara Instal
    Cara Instal
    Dokumen1 halaman
    Cara Instal
    Masayu Tsuroyya
    Belum ada peringkat
  • Kumpulan Laporan Tetap Membran
    Kumpulan Laporan Tetap Membran
    Dokumen20 halaman
    Kumpulan Laporan Tetap Membran
    Masayu Tsuroyya
    Belum ada peringkat
  • SIRSAK
    SIRSAK
    Dokumen3 halaman
    SIRSAK
    Masayu Tsuroyya
    Belum ada peringkat
  • Absorpsi
    Absorpsi
    Dokumen10 halaman
    Absorpsi
    Masayu Tsuroyya
    Belum ada peringkat