BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda. Artinya, masalah
gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara sudah muncul masalah gizi
lebih. Kelebihan gizi yang menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat terjadi
baik pada anak-anak hingga usia dewasa. Salah satu yang sering terjadi akibat kelebihan
energi adalah Obesitas dan hipertensi.
Di Amerika Serikat, 20% laki-laki dan 40% wanita usia pertengahan menderita
obesitas. Di Indonsia belum ada penelitian kekerapan obesitas ini, tetapi dari studi pendahuluan proyek pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah di Jakarta Selatan
didapatkan suatu profit kekerapan obesitas sebesar 11,3%, pria 2,9% dan wanita 18,9%.
Pada penelitian selanjutnya temyata obesitas sering menimbulkan komplikasi berupa
kelainan jantung, hipertensi, diabetes melitus, gangguan pernafasan dan pada usia lanjut
sering menyebabkan kelainan sendi.
Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah energi yang masuk
dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis seperti pertumbuhan
fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan. Jika keadaan ini berlangsung
terus menerus (positive energy balance) dalam jangka waktu cukup lama, maka
dampaknya adalah terjadinya obesitas. Obesitas merupakan keadaan indeks massa tubuh
(IMT) anak yang berada di atas persentil ke-95 pada grafik tumbuh kembang anak sesuai
jenis kelaminnya.
Selain itu berisiko untuk menjadi obesitas pada saat dewasa juga berpotensi
mengakibatkan gangguan metabolisme glukosa dan penyakit degeneratif seperti penyakit
jantung, penyumbatan pembuluh darah dan lain-lain. Obesitas pada anak usia 6-7 tahun
juga dapat menurunkan tingkat kecerdasan karena aktivitas dan kreativitas anak menjadi
menurun dan cenderung malas akibat kelebihan berat badan.
15 tahun sebesar 8,3%. Faktor risiko yang paling berhubungan dengan obesitas pada
anak usia 5-15 tahun adalah tingkat pendidikan anak setelah dikontrol oleh variabel
jenis kelamin, riwayat obesitas ayah, kebiasaan olah raga dan merokok serta asupan
protein.
1.2.2Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukkan
prevalensi penduduk dengan obesitas disertai hipertensi secara nasional mencapai
31,7% (Kemenkes RI, 2010). Angka-angka prevalensi obesitas disertai hipertensi di
Indonesia telah banyak di kumpulkan. Pada tahun 2004 prevalensi obesitas disertai
hipertensi di Pulau Jawa 41,9% dengan kisaran masing-masing provinsi 36,6-47,7%
(Saputra, 2010).
1.2.3Kegemukan merupakan ciri khas dari populasi hipertensi. Beberapa penelitian
terdahulu membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah
penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang
mempunyai berat badan normal.
1.2.4Sejak tahun 1970 hingga sekarang, kejadian obesitas meningkat 2 (dua) kali lipat
pada anak usia 2-5 tahun dan usia 12-19 tahun, bahkan meningkat tiga (3) kali lipat
pada anak usia 6-11 tahun. Di Indonesia, prevalensi obesitas pada anak usia 6-15
tahun meningkat dari 5% tahun 1990 menjadi 16% tahun 2001.
1.2.5Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2004, hipertensi menempati urutan
ketiga sebagai penyakit yang paling sering diderita oleh pasien rawat jalan. Pada
tahun 2006, hipertensi menempati urutan kedua penyakit yang paling sering diderita
pasien oleh pasien rawat jalan Indonesia (4,67%) setelah ISPA (9,32%).
1.3 Rumusan Masalah
1.3.1
Bagaimana hubungan risiko obesitas dengan terjadinya hipertansi?
1.3.2
Bagaimana prevalensi kejadian obesitas dan hipertensi di indonesia?
1.3.3
Bagaimana faktor risiko Obesitas pada Anak 5-15 Tahun di Indonesia?
1.3.4
Bagaiman faktor risiko yang berhubungan dengan obesitas pada remaja?
1.3.5
Bagaimana pengaruh faktor Stres terhadap Kekambuhan Penderita Hipertensi?
1.3.6
Apakah faktor dalam mengonsumsi Makanan dapat memicu Kejadian
Hipertensi Pada Lansia?
1.3.7
Bagaimana hubungan obesitas dengan profil tekanan darah pada anak usia 1012 tahun?
1.3.8
Bagaimana Faktor risiko pola konsumsi natrium kalium serta status obesitas
terhadap kejadian hipertensi ?
1.3.9
Bagaiman upaya pencegahan yang dapat dilakukan terhadap terjadi Obesitas
dan Hipertensi?
1.4 Tujuan
1.4.1
Untuk mengetahui hubungan antara kelebihan energi dengan timbulnya
obesitas dan hipertensi pada manusia
1.4.2
1.4.3
Indonesia
1.4.4
Untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan obesitas pada
remaja
1.4.5
Untuk mengetahui pengaruh faktor stres terhadap kekambuhan penderita
hipertensi
1.4.6
Untuk mengetahui makanan apa yang dapat memici terjadi hipertensi pada
lansia
1.4.7
Untuk mengetahui hubungan obesitas dengan profil tekanan darh pada anak
usia 10-12 tahun
1.4.8
Untuk mengetahui faktor risiko mengonsumsi natrium kaliumsertas status
obesitas terhadap kejadian hipertensi
1.4.9
Untuk mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mencegah dan
menggulangi terjadinya obesitas dan hipertensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kelebihan Energi ( Obesitas dan Hipertensi)
Obesitas diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi penimbunan lemak yang
berlebihan di jaringan lemak tubuh, dan dapat mengakibatkan terjadinya beberapa penyakit.
Parameter yang umum digunakan untuk menentukan keadaan tersebut adalah indeks massa
tubuh seseorang 25-29,9 kg/m2. Indeks massa tubuh( Body Mass Index (BMI)) adalah alat
ukur untuk menentukan apakah massa tubuh anda sudah masuk ke dalam kategori obesitas
(kegemukan) atau belum yaitu dengan membagi berat badan terhadap kuadrat tinggi badan.
Nilai indeks massa tubuh( Body Mass Index (BMI)) menurut WHO adalah sebagai
berikut:
1. Berat badan kurang : <18,5 -> Resiko sakit jantung rendah, tetapi resiko menderita
penyakit lain meningkat.
2. Normal : 18,5-24,9 -> Rata-rata penduduk
3. Berat badan lebih : 25 -> Meningkat
4. Mulai kegemukan : 25-29,9 -> Meningkat
Kegemukan tingkat 1 : 30-34,0 -> Sedang
Kegemukan tingkat 2 : 35-39,9 -> Berbahaya
Kegemukan tingkat 3 : 40 -> Sangat berbahaya
Tabel 1. Klasifikasi overweight dan obesitas berdasarkan indks massa tubuh
Klasifikasi kelas
Underweight
< 18,5
Normal
18,5 - 24,9
Overweight
25 - 29,9
Obesitas
Klas 1
30 - 34,9
Klas 2
35 - 39,9
Klas 3
> 40
d. Kesehatan
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya: Sindrom Cushing,
Hypothyroidisme, dan Sindrom Prader-Willi. Beberapa kelainan saraf bisa menyebabkan
orang banyak makan.
e. Obat-obatan
Obat-obatan tertentu, misalnya steroid dan beberapa antidepresan, bisa menyebabkan
penambahan berat badan.
f. Perkembangan
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak menyebabkan bertambahnya jumlah lemak
dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak,
bisa memiliki sel lemak 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang dengan berat
badan normal.
g. Aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya
kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Seseorang yang cenderung
mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang,
akan mengalami obesitas.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang diakibatkan oleh
perubahan pada fungsi tubuh yaitu pembuluh darah. Istilah tekanan darah berarti tekanan
pada pembuluh nadi dari peredaran darah sistemik di dalam tubuh manusia. Tekanan
darah dibedakan antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan darah
sistolik adalah tekanan darah pada waktu jantung menguncup. Adapun tekanan darah
diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengendor kembali. (Lany Gunawan,
2001). Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih
dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg.
2.2 Pengelompokkan Obesitas dan Hipertensi
2.2.1. PengelompokkanObesitas
Menurut Dietz terdapat periode kritis dalam masa tumbuh kembangan dalam
kaitannya dengan terjadinya obesitas, yaitu: periode pranatal, terutama trimester 3
kehamilan, periode adiposity rebound pada usia 6 7 tahun dan periode adolescence.
Menurut Taitz, 50% remaja yang obesitas sudah mengalami obesitas sejak bayi.
Sedangkan penelitian di Jepang menunjukkan 1/3 dari anak obesitas tumbuh menjadi
obesitas dimasa dewasa dan risiko obesitas ini diperkirakan sangat tinggi dengan OR 2,0
6,7.
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Obesitas ringan artinya Kelebihan berat badan 20-40 %
b. . Obesitas sedang artinya Kelebihan berat badan 41-100 %
kesehatan
nasional
Amerika,
National
Institute
of
Health,
terjadinya
hipertensi
(patofisiologi
hipertensi)
adalah
melalui
hipotalamus (kelenjar pituitary) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolaritas dan
volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang disekresikan keluar tubuh,
sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolaritasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.
Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali
dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah. (Muhammadun AS, 2010)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hubungan Risiko Obesitas dengan Terjadinya Hipertensi
Penelitian tahun 1959 menunjukkan adanya hubungan langsung
antara
(Muhammadun, 2010). Di
Indonesia sendiri hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan
tuberkulosis, yakni 6,7% dari populasi kematian pada semua umur. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(Balitbangkes) tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai
31,7% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Di Indonesia masalah
hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi
27,5% pada tahun 2004 (Rahajeng, 2009). Prevalensi hipertensi di Pulau Jawa 41,9%,
Obesitas (Anak 5-15 Tahun) Menurut Karakteristik Anak dan Orang Tua.
10
Rata - rata usia anak dalam penelitian ini adalah 9,8 3,1 tahun. Hasil analisis
bivariat menunjukkan bahwa anak yang berusia <10 tahun memiliki risiko sebesar 3,8
kali mengalami obesitas dibandingkan anak usia 10 tahun (p=0,000). Hasil analisis
11
bivariat juga menunjukkan bahwa anak laki- laki memiliki risiko mengalami obesitas
sebesar 1,4 kali dibandingkan anak perempuan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
anak perempuan lebih sering membatasi makan untuk alasan penampilan.
Dan hasil uji bivariat menunjukkan bahwa anak yang memiliki ayah obese
memiliki peluang obese sebesar 1,2 kali dibandingkan dengan anak yang memiliki
ayah tidak obese. Riwayat obesitas pada orangtua berhubungan dengan
genetik/hereditas anak dalam mengalami obesitas. Penelitian Haines et al. kelebihan
berat badan pada orangtua memiliki hubungan positif dengan kelebihan berat badan
anak. Faktor genetik berhubungan dengan pertambahan berat badan, IMT, lingkar
pinggang dan aktivitas fisik. Jika ayah dan/atau ibu menderita overweight (kelebihan
berat badan) maka kemungkinan anaknya memiliki kelebihan berat badan sebesar 4050%. Apabila kedua orang tua menderita obese, kemungkinan anaknya menjadi
obese sebesar 70-80%.
3.4 Faktor risiko yang Berhubungan dengan Obesitas pada Remaja
Penyebab obesitas sangat kompleks dalam arti banyak sekali faktor yang
menyebabkan obesitas terjadi. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas
seperti faktor lingkungan, genetik, psikis, kesehatan, obat-obatan, perkembangan dan
aktivitas fisik. Faktor lingkungan seseorang memegang peranan yang cukup berarti,
lingkungan ini termasuk pengaruh gaya hidup dan bagaimana pola makan seseorang.
Pada remaja perlu mendapat perhatian orang tua dalam pemilihan makanan
terutama jenis fast food . Banyak fast food yang mengandung kalori tinggi, kadar lemak,
gula, dan sodium (Na) juga tinggi, tetapi rendah akan kandungan vitamin A, asam
askorbat, kalsium, dan serat (Ismoko, 2007). Kandungan gizi yang tidak seimbang ini
bila sudah terlanjur menjadi pola makan, maka akan berdampak negatif pada status gizi
remaja. Faktor risiko yang berhubungan dengan obesitas pada anak sekolah ada beberapa
hal diantaranya riwayat keluarga dan Pola konsumsi fast food. Secara umum dapat dilihat
pada tabel faktor risiko yang berhubungan dengan kegemukan (overweigth) pada remaja
12
13
responden (64%), sedangkan pada tingkat stress berat sebagian besar mengalami
kekambuhan sering yaitu sebanyak 11 responden (65%). Berdasarkan distribusi tersebut
maka dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi tingkat stress responden maka tingkat
kekambuhannya semakin sering.
3.6 Faktor dalam Mengonsumsi Makanan Dapat Memicu Kejadian Hipertensi pada Lansia
Usia lanjut merupakan usia dimana terjadi kemunduran fungsi tubuh, salah satunya
adalah kemunduran fungsi kerja pembuluh darah. Hipertensi atau tekanan darah tinggi
adalah gejala peningkatan tekanan darah seseorang berada diatas normal yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke
jaringan tubuh yang membutuhkan.
Saat ini penyebab hipertensi secara pasti masih belum diketahui dengan jelas. Data
menunjukkan, hampir 90% penderita hipertensi tidak diketahui penyebabnya secara
pasti. Namun, para ahli telah mengungkapkan bahwa terdapat dua faktor yang
memudahkan seseorang terkena hipertensi, yakni faktor yang tidak dapat dikontrol dan
faktor yang dapat dikontrol. Beberapa faktor risiko yang termasuk dalam faktor risiko
yang tidak dapat dokontrol seperti genetik,usia, jenis kelamin, dan ras. Sedangkan faktor
risiko yang dapat dikontrol berhubungan dengan faktor lingkungan berupa perilaku atau
gaya hidup seperti obesitas, kurang aktivitas, stres dan konsumsi makanan. Konsumsi
makanan yang memicu terjadinya hipertensi diantaranya adalah konsumsi makanan asin,
konsumsi makanan manis, konsumsi makanan berlemak dan konsumsi minuman
berkafein yaitu kopi atau teh.
Pada beberapa penelitian dihasilkan ternyata variabel konsumsi makanan asin
dengan sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi pada lansia (p=0,000), sedangkan
variabel antara konsumsi makanan manis (p=0,416) dan konsumsi makanan berlemak
(p=0,303) tidak ada hubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia.
Makanan asin merupakan makanan yang mengandung natrium (garam) yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat sebagai penambah rasa pada makanan. Penelitian ini juga
menunjukkan bahwa terdapat hubungan konsumsi makanan asin dengan kejadian
hipertensi. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa asupan natrium yang terlalu tinggi
secara terus-menerus dapat menyebabkan keseimbangan natrium yang berdampak pada
tekanan darah. Sedangkan Makanan berlemak seperti daging berlemak banyak
mengandung protein, vitamin, dan mineral. Akan tetapi dalam daging berlemak
mengandung lemak jenuh dan kolesterol. Kadar lemak tinggi dalam darah dapat
menyebabkan penyumbatan pembuluh darah karena banyaknya lemak yang menempel
pada dinding pembuluh darah.
14
15
meningkat.
Meningkatnya
volume
cairan
ekstraseluler
tersebut
16
untuk menurunkan berat badan yang dianjurkan haruslah meliputi diet rendah kalori
(1200-1800 kcal/hari). Dengan pelaksanaan yang tepat, program ini akan menurunkan
berat badan sebanyak 9- 14 kg dalam 5-6 bulan.
Perlu dilakukan penyuluhan dan edukasi untuk anak maupun orang tua tentang
pola makan yang baik, sehat dan bagaimana mencegah obesitas. Dilakukan deteksi sedini
mungkin pada anak yang mempunyai berat badan lebih dan obes. Perlunya menanamkan
pendidikan kesehatan pada anak sejak usia dini, melalui peningkatan komunikasi,
informasi dan edukasi seperti gerakan anti rokok, gerakan cinta serat (sayur dan buah),
berolahraga.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat dismipulkan bahwa terjadinya kelebihan energi
sangat memiliki hubungan yang erat terjadi obesitas. Dan orang menderita obesitas
berpontesi menderita berbagai penyakit termasuk hipertensi. Sehingga secara tidak
langsung salah faktor yang menyebabkan hipertensi adalah obesitas atau kelebihan berat
badan akibat dari elebihan energi yang dibutuhkan oleh tubuh.
menyebabkan obesitas adalah faktor perilaku dan faktor lingkungan yaitu gaya hidup dan
pola makan yang tidak sehat ditambah dengan konsumsi serat (buah dan sayur) tidak
mecukupi, dan fisik yang tidak aktif. Sedangkan hipertensi kebanyakan disebakan karena
sering mengonsumsi makanan yang mengandung garam dan lemak yang tinggi. Dan
untuk
menekan
resiko
terjadinya
kelebihan
energi
dapat
dilakukan
dengan
17
Diharapkan masyarakat untuk dapat mengatur pola makan (diet), timbang berat badan
secara berkala serta memeriksa kesehatan secara rutin untuk mengetahui keadaan
kesehatan, dan juga untuk mengantisipasi terjadinya the silent disease (hipertensi) di
masyarakat.
Lampiran
1. Bagaimana mekanisme hubungan terjadinya hipertensi dengan Obesitas? (Diani Sumarno)
Penjelasan :
Beberapa orang yang memiliki kelebihan berat badan atau obesitas memiliki resiko
hipertensi lebih besar daripada yang lainnya. Karena Orang yang gemuk, jantungnya
bekerja lebih keras dalam memompa darah. Hal ini dapat dipahami karena biasanya
pembuluh darah orang-orang yang gemuk terjepit kulit yang berlemak. Keadaan ini diduga
dapat mengakibatkan naiknya tekanan darah. Orang yang kelebihan berat badan atau
obesitas, tubuhnya bekerja keras untuk membakar kelebihan kalori yang masuk.
Pembakaran kalori ini memerlukan suplai oksigen dalam darah yang cukup. Semakin
banyak kalori yang dibakar, semakin banyak pula pasokan oksigen dalam darah.
Banyaknya pasokan darah tentu menjadikan jantung bekerja lebih keras. Dampaknya
tekanan darah orang yang obesitas cenderung tinggi. Selain itu, Banyak penelitian
membuktikan adanya hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian hipertensi dan
diduga peningkatan berat badan memainkan peranan penting pada mekanisme timbulnya
hipertensi pada orang dengan obesitas. Mekanisme terjadinya hal tersebut belum
sepenuhnya dipahami, tetapi pada obesitas didapatkan adanya peningkatan volume plasma
dan curah jantung yang akan meningkatkan tekanan darah.
2. Ciri ciri orang yang terkena hipertensi antara lain :
a. Sakit kepala
b. Jantung berdebar-debar
c. Sulit bernapas setelah berkerja keras atau mengangkat beban berat
d. Mudah lelah.
e. Penglihatan kabur
f. Wajah memerah
g. Hidung berdarah
h. Sering buang air kecil, terutama di malam hari
18
DAFTAR PUSTAKA
Ratu Ayu Dewi Sartika.2011. Faktor Risiko Obesitas pada Anak 5-15 tahun di Indonesia.
Hal: Makara, Kesehatan, Vol. 15, No. 1, Juni 2011: 37-4. Departemen Gizi
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,
Depok 16424, Indonesia.
Angelya Lumoindong, Adrian Umboh, Nurhayati Masloman.2013.Hubungan Obesitas
dengan Profil Tekanan Darah pada Anak Usia 10-12 Tahun Di Kota Manado. Jurnal
E-Biomedik (Ebm), Volume 1, Nomor 1, Maret 2013, Hlm. 147-153.
AbiMuhlisin, Ryan AdiLaksono.2010.Analisis Pengaruh Faktor Stres Terhadap Kekambuhan
Penderita Hipertensi di Puskesmas Bendosari Sukoharjo. E-Juournal Staff Pengajar
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Ums Mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan.
Andi Besse Rawasiah, Wahiduddin, Rismayanti, 2012.
Hubungan Faktor Konsumsi
Makanan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Pattingalloang. EJournal
Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin.
Agnesia Nuarima Kartikasari, Shofa Chasani, Akhmad Ismail. 2012. Faktor Risiko Hipertensi
pada Masyarakat di Desa Kabongan Kidul KabupatenRembang. Media Medika
Muda Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas di
ponegoro.
Adhyanti, Saifuddin Sirajuddin, Nurhaedar Jafar. 2012. Faktor Risiko Pola Konsumsi
Natrium Kalium Serta Status Obesitas terhadap Kejadian Hipertensi di Puskesmas
Lailangga. Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat
UniversitasHasanuddin.
Muwakhida, Dian Tri H.2008. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Obesitas pada
Remaja (Studi Kasus di SMU Batik I Surakarta). Hal: Issn 1979-7621, Vol. I, No. 2,
Desember136 2008 Prodi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta JurnalKesehatan.
MI Goran1, KD Reynoldsand CH Lindquist, Role of physical activity in the prevention of
obesity in children, Division of Physiology and Metabolism, Department of
Nutrition Sciences, School of Health Related Professions, University of Alabama at
Birmingham, Birmingham, AL, USA and Department of Health Behavior, School of
Public Health, University of Alabama at Birmingham, USA. Sumber: International
Journal of Obesity (1999) 23
Colin Wilborn, Jacqueline Beckham, Bill Campbell, Travis Harvey, Melyn Galbreath, Paul
La Bounty, Erika Nassar, Jennifer Wismann , and Richard Kreider.Obesity:
Prevalence, Theories, Medical Consequences, Management, and Research
Directions Journal of the International Society of Sports Nutrition. 2(2): 4-31, 2005.
(www.sportsnutritionsociety.org)
Nereida K.C. Lima, Fahim Abbasi, Cindy Lamendola & Gerald M. Reaven, Prevalence of
Insulin Resistance and Related Risk Factors for Cardiovascular Disease in Patients
19