Anda di halaman 1dari 12

MUTU PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI

1. Dosen Kreatif dan Produktif


Dosen merupakan faktor yang amat penting untuk terselenggaranya
pendidikan dengan mutu yang baik. Tanpa dosen yang baik dan berkualitas
dikhawatirkan perguruan tinggi tidak akan mampu menyelenggarakan tugasnya
secara memadai, yaitu secara umum mencerdaskan kehidupan bangsa dalam arti
yang seluas-luasnya, mengembangkan

pribadi-pribadi

manusia

Indonesia

seutuhnya, serta membentuk ilmuan dan tenaga ahli. Dosen yang baik dan
berkualitas ialah dosen yang memenuhi syarat-syarat kepribadian, syarat-syarat
teknis keguruan dan mempunyai kemampuan dan keterampilan yang cukup
memadai.Tugas utama dosen adalah menyelenggarakan pengajaran yang seluasluasnya, yaitu pengajaran sebagai pelaksanaan pendidikan dalam maknanya yang
utuh. Di samping itu dosen juga masih dibebani peran yang lain yaitu sebagai
ilmuan, administrator maupun sebagai penasehat akademik, terutama di era
globalisasi,

dengan

kemajuan

teknologi

informasi

membuat

mahasiswa

berwawasan luas, semakin kritis dan berani mengemukakan pendapatnya. Untuk


itu tugas dan tanggungjawab dosen semakin besar, sehingga dosen dituntut untuk
mempunyai kemampuan dan ketrampilan serta kreativitas yang cukup tinggi.
Untuk itu perlu adanya upaya atau dorongan baik upaya dari dirinya sendiri
maupun dari pimpinan perguruan tinggi terhadap paradosen agar mereka menjadi
kreatif.
Pekerjaan dosen digolongkan sebagai pekerjaan profesi. Agar para dosen
mampu mengelola proses belajar mengajar secara baik, dosen harus memiliki
serangkaian kompetensi dan keterampilan yang dipersyaratkan. Seorang dosen
harus menguasai ilmunya dan terlebih lagi seorang dosen harus menguasai teknikteknik mengajarnya. Kesemuanya itu menuntut para dosen bertindak secara
profesional.1
1

Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta : PT Raja GrafindoPersada. 2011, hal .294

Salah satu faktor penilaian mutu pengajar melalui kemampuan menurut


Natawidjaya dan Sanusi (1991) mencakup aspek berikut. Pertama, kemampuan
profesional, yang mencakup penguasaan materi bahan ajar, konsep-konsep
keilmuan bahan tersebut, landasan kependidikan proses pendidikan dan
pembelajaran peserta didik. Kedua, kemampuan sosial, mencakup kemampuan
untuk menyesuaikan diri kepada tujuan kerja dan lingkungan sekitar sewaktu
menjalankan tugasnya sebagai pengajar. Ketiga, kemampuan personal mencakup:
penampilan sikap positif situasi kerja sebagai pengajar dan situasi pendidikan,
pemahaman nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang pengajar dan
penampilan upaya untuk menjadikan cirinya sebagai panutan dan teladan anak
didiknya.2
Kompetensi dosen merupakan karakter sikap, perilaku atau kemauan, serta
kemampuan yang relatif stabil ketika menghadapi situasi atau kondisi di tempat
kerjanya, yang terbentuk dari kombinasi watak, konsep diri, motif, pengetahuan,
dan keterampilan. Kompetensi pada dasarnya menunjukkan kecakapan atau
kemampuan untuk mengerjakan suatu pekerjaan dan merupakan suatu sifat orangorang yang kompeten, yang memiliki kecakapan kemampuan, kewenangan,
keterampilan, dan pengetahuan. Indikator kompetensi dosen dalam penelitian ini
mencakup empat kompetensi sebagaimana dalam Undang-Undang Guru dan
Dosen, yakni meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan
sosial. Bila diperhatikan mutu dalam produk pendidikan tinggi tidaklah mungkin
tanpa mutu dalam proses. Mutu dalam proses membutuhkan komitmen yang kuat
dari para anggotanya. Persoalan yang dihadapi perguruan tinggi dalam banyak hal
adalah harus selalu berbenah diri untuk mencari formula-formula baru. Dosen
perguruan tinggi mempunyai peran strategis ditinjau dari sisipembinaan akademik
mahasiswa. Dosen merupakan tenaga profesional. Dosen menetapkan apa yang
terbaik

untuk

mahasiswanya

berdasarkan

pertimbangan

profesional.

Pengembangan mutu pendidikan dapat ditempuh melalui pengembangan mutu


para pendidiknya.
2

Bambang Sumardjoko, Pendidikan Mutu Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


2010), hal. 87

Dosen dikatakan mampu menunjukkan perannya apabila dosen mampu


berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Sanusi (1992) individu
produktif meliputi: tindakannya konstruktif , percaya pada diri sendiri,
bertanggung jawab, cinta terhadap pekerjaan, mempunyai pandangan ke depan.
Mampu mengatasi persoalan, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
yang berubah-ubah, mempunyai konstribusi yang positif terhadap lingkungannya
serta memiliki kekuatan untuk mewujudkan potensinya.
Menurut Rahman (1997), kualitas dosen dapat dilihat dari hal-hal sebagai
berikut.
a) Sikap dalam pelaksanaan tugas pendidikan dan pengajaran
b) Perencanaan penddikan dan pengajaran
c) Proses pembelajaran
Tugas terstruktur Pembelajaran kreatif-produktif merupakan model
pembelajaran yang menekankan keterlibatan mahasiswa secara aktif baik
intelektual maupun emosional melalui eksplorasi konsep yang dikaji, bertanggung
jawab menyelesaikan tugas secara bersama, bekerja keras, berdedikasi tinggi,
mahasiswa mengkonstruksi sendiri konsep yang dikaji, serta percaya diri untuk
menjadi kreatif. Mohamad Nur (2000) menambahkan sesuai dengan teori
konstruktivis menganjurkan peranan yang lebih aktif bagi mahasiswa dalam
proses pembelajaran. Strategi pembelajarannya menekankan mahasiswa aktif
mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai kegiatan seperti observasi,
percobaan, atau diskusi memecahkan permasalahan dalam proses pembelajaran.
Mahasiswa didorong untuk memecahkan permasalahan sendiri baik secara
individu maupun secara kelompok, bukan mengajarkan mereka jawaban dari
masalah yang dihadapi. Langkah pembelajaran kreatif-produktif menurut Tim
Pengembang PKP (2006) meliputi:
a. Orientasi, kegiatan pembelajaran kreatif produktif diawali dengan orientasi
untuk

mengkomunikasikan

dan

menyepakati

tugas

dan

langkah

pembelajaran. Dosen mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah,


hasil akhir yang diharapkan dari mahasiswa serta penilaian yang akan

diterapkan.

Mahasiswa

diberi

kesempatan

untuk

mengungkapkan

pendapatnya tentang langkah/cara kerja serta hasil akhir yang diharapkan


dan penilaian. Pada akhir orientasi diharapkan sudah terjadi kesepakatan
antara dosen dan mahasiswa. Eksplorasi, pada tahap ini mahasiswa
melakukan eksplorasi terhadap masalah/konsep yang akan dikaji.
Eksplorasi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti membaca,
melakukan observasi, wawancara, menonton satu pertunjukan, melakukan
percobaan, browsing lewat internet, dan sebagainya. Eksplorasi yang
memerlukan waktu lama dilakukan diluar jam kuliah, sedangkan yang
singkat dapat dilakukan pada jam kuliah. Agar eksplorasi menjadi terarah,
panduan singkat sebaiknya disiapkan oleh dosen.
b.

Interpretasi, dalam tahap interpretasi, hasil eksplorasi diinterpretasikan


melalui kegiatan analisis, diskusi, tanya jawab, atau bahkan berupa
percobaan kembali jika hal itu memang diperlukan. Jika eksplorasi
dilakukan oleh kelompok, setiap kelompok selanjutnya diharapkan
menyajikan hasil pemahamannya tersebut di depan kelas dengan caranya
masing-masing selanjutnya dilakukan tanggapan oleh mahasiswa lain.

c. Re-kreasi, pada tahap re-kreasi mahasiswa ditugaskan untuk menghasilkan


sesuatu

yang

mencerminkan

pemahamannya

terhadap

konsep/topik/masalah yang dikaji menurut kreasinya masing-masing.


Mahasiswa menuangkan ide lain yang dapat mencerminkan pemahaman
dan kepeduliannya terhadap masalah yang dikaji. Re-kreasi dapat
dilakukan secara individual atau kelompok sesuai dengan pilihan
mahasiswa.

Hasil

re-kreasi

merupakan

produk

kreatif

dapat

dipresentasikan, dipajang, atau ditindaklanjuti.

2. Disiplin Civitas Akademika


Setiap pimpinan, dosen, dan karyawan harus dapat bekerjasama secara
padu untuk memberikan pelayanan

yang terbaik

bagi pelanggannya.

Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 35 ayat 3, bahwa untuk
mencapai mutu standar dari pendidikan itu tidak hanya unsur tenaga
kependidikan yakni dosen, tetapi juga bagaimana pengelolaan perguruan tinggi
itu atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan, yang dapat dilaksanakan
oleh suatu badan standarisasi, penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.
Dosen perguruan tinggi mempunyai peran strategis ditinjau dari sisi
pembinaan akademik dan mahasiswa. Dosen merupakan tenaga profesional.
Dosen menetapkan apa yang terbaik untuk mahasiswanya berdasarkan
pertimbangan profesional. Pengembangan mutu pendidikan dapat ditempuh
melalui pengembangan mutu para pendidiknya. Hal ini sejalan dengan temuan
beberapa pakar sebagai berikut:
a. Miller (1980), dalam pendidikan berlaku the man behind the
system, manusia merupakan faktor kunci yang menentukan
kekuatan pendidikan.
b. Sallis (1993), dengan mengembangkan pendidikan sebagai
industri jasa mengatakan bahwa dosen merupakan front line
provider and determine the quality of service delivery system ,
dosen berada pada garis terdepan dalam menentukan kualitas
pelayanan.
c. Hendrajaya (1999) menyatakan perguruan tinggi yang inovatif,
bermutu, dan tanggap terhadap perkembangan global dan
tantangan

lokal,

keberhasilannya

terletak

pada

upaya

perkembangan dan pembinaan penggerak utama pertumbuhan,


yaitu para dosen perguruan tinggi.
d. Mangkunegara (2001),

menyatakan bahwa

seorang dosen

seharusnya memiliki kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan


reality, berupa pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat
menyelesaikan jenjang pendidikan formal minimal S2 dan

memiliki kemampuan mengajar dalam mata kuliah yang


diampunya.3
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu unsur
civitas akademika yang menjadi motor penggerak sekaligus pengelola mutu
pendidikan perguruan tinggi adalah para dosen. Peran dosen sangat strategis
terhadap kualitas perguruan tinggi terutama dalam pendidikan, pelaksanaan
penelitian, dan

pengabdian kepada masyarakat.

Dosen

sebagai

tenaga

kependidikan yang profesional menetapkan apa yang terbaik untuk mahasiswa


berdasarkan pertimbanagan profesinya. Tinggi rendahnya mutu akademik yang
berlangsung di perguruan tinggi tergantung dari derajat profesionalisme para
dosen. Adanya kesadaran terhadap hal tersebut maka sangat masuk akal apabila
perguruan tinggi berlomba-lomba meningkatkan mutu dosen yang dimilikinya.
Dosen adalah tenaga profesional, ia menetapkan apa yang terbaik untuk
mahasiswa berdasarkan pertimbangan profesionalnya. Karena itu, masalah
tenaga akademik sangat peka terhadap perkembangan pendidikan tinggi sebagai
salah satu penentu dalam menjaga kelangsungan, serta menjamin adanya
suasana ketenangan dalam lembaga pendidikan tinggi.
Pengembangan mutu pendidikan dapat ditempuh melalui pengembangan
mutu para pendidiknya, hal ini sejalan dengan temuan-temuan pakar. Dari
pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu unsur civitas
akademika yang menjadi motor penggerak sekaligus pengelola mutu perguruan
tinggi adalah para dosen. Peranan dosen sangat strategis ditinjau dari pembinaan
akademik dan karakter mahasiswa, pelaksanaan penelitian, dan pengabdian pada
masyarakat. Bila dipertahankan bahwa mutu dalam produk pendidikan tinggi
tidaklah mungkin tanpa mutu dan proses. Mutu dalam proses membutuhkan
komitmen yang kuat dari para anggota organisasi. Untuk itu setiap pimpinan,
dosen, karyawan harus dapat bekerjasama untuk memberikan pelayanan yang
terbaik bagi pelanggannya. Membahas peran dosen dalam penjaminan mutu
perguruan tinggi maka sangat erat hubungannya dengan mutu kinerja dosen.
3

Ibid, hal. 98

Dari pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa unjuk kerja dipengaruhi


oleh dua hal yaitu faktor individu dan situasi lingkungan. Faktor-faktor
penyebab kinerja tidak efektif adalah faktor dalam diri individu, faktor dari
dalam organisasi dan faktor eksternal. Crech (1999), mengemukakan
kepemimpinan akan mencitrakan dinamika organisasi yang dikehendaki agar
semua orang memberikan komitmen, termasuk mempengaruhi pola pikir dan
motivasi karyawan. Berkaitan dengan pengaruh kepemimpinan perguruan tinggi
terhadap peran dosen dalam penjaminan mutu dapat dijelaskan bahwa pimpinan
yang unggul dan prima yang dapat menghasilkan perguruan tinggi yang
berkualitas. Salah satu indikator perguruan tinggi yang berkualitas adalah yang
dapat memberdayakan seluruh civitas akademika termasuk dosen untuk
mencapai tujuan lembaga.4
Tugas dan tanggung jawab seorang dosen, persyaratan-persyaratan untuk
menjadi dosen yang bermutu, cara mengevaluasi mutu dosen, peran yang dapat
dilakukan oleh pimpinan,karyawan dan dosen sendiri dalam rangka perbaikan
berkelanjutan mutu dosen, adalah suatu hal yang mutlak perlu dilakukan oleh
sebuah lembaga perguruan tinggi. Semua hal ini perlu diketahui dan dilaksanakan
oleh segenap civitas akademika demi tercapainya visi dan misi perguruan tinggi.
Dengan perbaikan secara terus menerus mutu dosen ini, diharapkan perguruan
tinggi akan dapat memenangkan persaingan baik di masa kini maupun di pasar
global yang akan datang.5

3. Pembelajaran Yang Sehat Dan Menggairahkan


Pembelajaran yang sehat dan menggairahan dapat dilakukan dengan
metode belajar-mengajar yang beragam, dengan berbagi model belajar yang
beragam maka suasana belajar maha siswa tidak mudah bosan dan mahasiswa

Ibid, hal. 91

Tilaar, standarisasi Pendidikan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, hal. 167

akan mendapatkan hal-hal yang baru dan tertarik untuk mengikuti blajar
selanjutnya, adapun metode belajar yang beragam tersebut diantaranya:
a. Metode ceramah 1 (full-time courses). Metode ini merupakan metode
umum yang sering digunakan di perguruan tinggi dan mempunyai
keuntungan karena di dalamnya terjadi interaksi sosial antar mahasiswa
dan antar dosen dan mahasiswa. Beberapa bagian dalam tulisan ini
memberikan saran-saran, misalnya untuk persiapan para dosen sebelum
berceramah dan bagaimana cara yang efektif untuk penggunaan metode
ceramah.
b. Metode ceramah 2 (part-time courses). Dalam metode ini, kesempatan
interaksi sosial di antara mahasiswa lebih terbatas, namun sistem
pengajaran pada dasarnya sama dengan yang ada pada metode full-time
courses.
c. Metode pelatihan (training) berbasis magang kerja. Agenda penting dalam
metode ini yaitu kegiatan belajar-mengajar yang menempatkan para
mahasiswa pada sebuah tempat kerja yang di dalamnya terdapat penerapan
ilmu yang sesuai dengan bidang studi mahasiswa dan kegiatan tersebut
dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Melalui program magang tersebut,
institusi pendidikan tinggi dapat menjamin bahwa para mahasiswa
memiliki pengusaan materi yang lebih mantap karena didukung oleh
praktik kerja langsung selama proses magang.
d. Metode pembelajaran terbuka, fleksibel, dan jarak jauh. Metode ini dapat
diterapkan pada para mahasiswa yang ingin mendalami materi
pembelajaran tertentu untuk tujuan peminatan individual. Selain itu,
metode ini juga mengakomodir kegiatan belajar para mahasiswa yang
berada jauh dari lokasi kampus mereka (keterbatasan jarak & waktu)
melalui layanan tutorial, konseling, dan penilaian secara individual.
e. Metode pemanfaatan sumber-sumber belajar. Pemanfaatan sumber-sumber
pembelajaran dapat dilaksanakan dalam berbagai kegiatan misalnya
menghadiri seminar-seminar di kampus, memanfaatkan layanan pusat

tutorial kampus yang tersedia bagi para mahasiswa, melakukan konsultasi,


membaca bahan ajar, dan menggunakan alat-alat praktikum yang
disediakan oleh kampus. Sumber-sumber pembelajaran tersebut dapat
berupa bahan-bahan tercetak (print-based) misalnya buku dan bahan-bahan
balajar yang diolah menggunakan teknologi informasi seperti internet dan
multimedia. Agar proses pembelajaran menjadi maksimal, perlu dibuka
kesempatan bagi kelompok mahasiswa maupun perorangan untuk dapat
menghubungi para dosen untuk membahas atau mengkonsultasikan hal-hal
yang telah didapatkan dari berbagai sumber belajar tersebut. Prasyarat
yang harus dipenuhi untuk menerapkan metode ini adalah adanya
kesempatan yang seluas-luasnya bagi para mahasiswa untuk dapat
mengakses sumber-sumber belajar yang telah disediakan oleh pihak
kampus.
f. Metode pembelajaran online. Metode pembelajaran ini memanfaatkan
sarana komputer dan internet yang disediakan oleh kampus atau dapat juga
berupa fasilitas jaringan komputer yang terpasang di rumah atau ruang
belajar masing-masing mahasiswa. Pengarahan dan materi pembelajaran
tersedia secara online dan dapat diakses oleh para mahasiswa kapanpun
dan di manapun mereka berada. Namun demikian, komponen penilaian
akademis yang berupa tugas kelompok atau tugas individual harus tetap
dimonitor melalui komunikasi antara dosen dan mahasiswa.
g. Metode pembelajaran kolaboratif. Dalam metode ini, para mahasiswa
diminta belajar bersama dalam kolompok kecil untuk mendalami materi
pembelajaran

tertentu.

Pembelajaran

kolaboratif

tersebut

dapat

diselenggrakan oleh pihak kampus atau dilaksanakan secara mandiri oleh


para mahasiswa ketika mereka ingin mendalami topik-topik aktual.
h. Metode kuliah mandiri. Metode ini digunakan ketika mahasiswa ingin
mendalami dan memilih materi pembelajaran tertentu sesuai dengan
kebutuhan khusus dan minat individual. Para mahasiswa dapat
memanfaatkan buku maupun bahan bacaan berbasis komputer atau
internet yang disediakan di kampus, dan dapat juga mencari sumber-

sumber belajar lainnya di luar kampus. Untuk menjaga standar akademik


dalam metode kuliah mandiri, mahasiswa harus secara intensif berinteraksi
dengan dosen untuk mendapatkan bimbingan dan penilaian.
Selain daripada metode yang digunakan, ada juga hal yang bisa digunakan
untuk menciptakan proses belajar yang sehat dan menggairahkan yaitu dengan
cara dosen memberikan suatu reward kepada mahasiswa apabila mahasiswa telah
mencapai sutu proses belajar, dengan cara tersebut mahasiswa akan meras belajar
lebih menggairahkan daripada belajar tidak ada yang dijadikan motivasi, dan
pastinya apabila mahasiswa belajar tanpa ada penghargaan maka belajar hanya
sekedarnya saja karena tidak ada suatu target belajar yang sementara ingin
dicapai. Dengan hal ini menambah suatu warna dalam proses belajar yang akan
membangkitkan semangat belajar yang menyenagkan dan menggairahkan.6
4. Kesimpulan
Dosen kreatif dan produktif artinya adalah dosen itu mempunyai kemampuan
pada bidangnya mempunyai inovasi-inovasi dan menjadikan peserta didiknya
paham atau mengetahui dari hasil belajar yang di ajarkannya atau bisa disebut.
Dosen kreatif dan produktif ialah dosen yang memenuhi syarat-syarat
kepribadian, syarat-syarat teknis keguruan dan mempunyai kemampuan dan
keterampilan yang cukup memadai.
Kemudian disiplin civitas akademika adalah suatu usaha yang dilakukan agar
tecapainya suatu target pembelajaran di perguruan tinggi, disiplin civitas
akademika ini tidak dapat dicapai hanya dengan satu komponen pendidikan saja
tetapi untuk tercapainya ini harus dengan keseluruhan komponen seperti dosen,
mahasiswa, staf, kariawan, dan seluruh anggota yang terdapat dalam lembaga
pendidikan tersebut. Disiplin civitas akademika langkah yang utama dalam

Kelvin Seivert, Manajemen Pembelajaran Dan Instruksi Pendidikan, Jogjakarta;


Ircisod, 2007. Hal160-161

10

mencapinya yaitu peran kedisiplinan dosen dalam proses belajar dan mengajar,
karna peran dosen adalah yang paling utama dalam hal ini.
Belajar sehat dan menggairahkan adalah suatu proses belajar yang
menyenangkan dan tidak membosankan, untuk menciptakan hal ini tentu peran
utama terletak pada dosen yang mengajar, misalnya dosen tersebut mempunyai
keberagaman dalam mengajar

dan berganti-ganti cara mengajarnya serta

mengetahui kondisi dan mengetahui situasi untuk menerapkan metode pengajaran


yang akan digunakan maka hal itu akan tercipta proses belajar yang
menyenangkan.

11

DAFTAR PUSTAKA
Bambang Sumardjoko, Pendidikan Mutu Perguruan Tinggi, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2010
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta : PT Raja GrafindoPersada. 2011
Kelvin Seivert, Manajemen Pembelajaran Dan Instruksi Pendidikan, Jogjakarta:
Ircisod, 2007
Tilaar, standarisasi Pendidikan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, 2006

12

Anda mungkin juga menyukai