Anda di halaman 1dari 27

Mata Air

Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah.


Maka air yang berasal dari dalam tanah dalam, hampir tidak terpengaruh
oleh musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air dalam.

Dari segi kualitas, air minum harus memenuhi syarat fisik sebagai
berikut :
Air tidak boleh berwarna
Air tak boleh berasa
Air tah boleh berbau
Suhu air hendaknya di bawah sela udara sejuk ( kurang lebih 250C)
Air harus jernih
Selain itu, air juga tidak boleh mengandung zat kimia dan bakteri yang
membahayakan kesehatan manusia. Air minum tidak boleh mengandug
bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama sekali dan tak boleh mengandung
bakteri bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang telah ditentukannya
yaitu 1 Coli/100 ml air.
Bakteri golongan Coli ini berasal dari usus besar (faeces) dan tanah.
Bakteri patogen yang mungkin ada dalam air antara lain adalah :

Bakteri typhusum
Vibrio colerae
Bakteri dysentriae
Entamoeba hystolotica
Bakteri enteritis (penyakit perut)
Air yang mengandung bakteri
terkontaminasi dengan kotoran manusia.

golongan

Coli

dianggap

telah

Sumber : Sutrisno, Totok. 2006. Teknologi Penyediaan Air bersih. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Mata Air
Mata air merupakan air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan
tanah. Mata air yang berasal dari dalam tanah hampir tidak terpengaruh oleh musim
dan kualitasnya sama dengan air tanah dalam.
Berdasarkan keluarnya
(muncul
kepermukaan tanah) mata air, dapat dibedakan menjadi: mata air rembesan, yaitu
mata air yang keluar dari lereng-lereng dan mata air umbul, yaitu mata air keluar dari
suatu daratan (
S
utrisno dan Sucia
stuti
, 2002)
.
Kualitas air dari mata air akan sangat tergantung dari lapisan mineral tanah
yang dilaluinya. Hal ini menunjukkan karakter-karakter khusus dari mata air tersebut.
Kebanyakan air yang bersumber dari mata air kualitasnya baik sehingga umumnya
digunakan sebagai sumber air minum oleh masyarakat sekitarnya. Sebagai sumber air
minum masyarakat, maka harus memenuhi beberapa aspek yang meliputi kuantitas,
kualitas dan kontinuitas (Arthana, 2007).
Berdasarkan sumbe
r mata air ada dua macam yaitu:
gravity spring
s
yaitu
mata air yang muncul kepermukaan tanah karena gaya gravitasi dan
artisien spring
s
yaitu mata air muncul kepermukaan tanah karena artesis
/tekanan
(Sanropie, 1984)
.
2.
2
Perlindungan Mata Air (PMA
)
Menurut Sanropie, (1984) salah satu air tanah yang mempunyai debit air yang
cukup baik dalam jumlah dan kualitas adalah mata air. Sesuai dengan kondisi mata
8
air ini yang muncul di permukaan tanah, maka akan mudah mengalami kontaminasi
yang berasal dari luar. Bahwa munculnya mata air ini dari dalam tanah sangat

bervariasi untuk itu dalam membuat perlindungan mata air perlu disesuaikan dengan
munculnya mata air tersebut.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan perlindungan mata air antara
lain:
a)
Peningkatan baik jumlah maupun mutu air yang ada setelah diadakan
perlindungan .
b)
Mencegah pengotoran yang mungkin timbul yang berasal dari luar.
Sebelum mata air dikaptering/ditangkap, hendaknya diadakan penyelidikan
yang luas terlebih dahulu yang meliputi:
1)
Asal air
Mata air di tebing setelah diselidiki ternyata mendapatkan airnya dari air
rembesan berasal dari sawah sebelah
atas. Apabila sawahnya ditiadakan untuk
bangunan-bangunan industri, mata air tidak mengeluarkan air. Mata air
demikian disebut mata air palsu.
2)
Debit mata air, baik dimusim hujan maupun di musim kemarau konstan.
3)
Kualitas air, pengambilan sampel untuk pemeriksaan kualitas air.
4)
Keadaan topografi sekelilingnya.
9
5)
K
eadaan vegetasi disekitar mata air, sebab tumbuh-tumbuhan dapat
merupakan penahan air yang jatuh dan mempengaruhi debit, seringkali
terdapat pohon-pohon besar yang bertugas dalam rangka
water conservation
.
6)
Kemungkinan
kemungkinan pengotoran oleh air dari permukaan atau dari
kegiatan masyarakat.
Dalam perencanaan
bangunan perlindungan mata air perlu diperhatikan:
1)
Segi fungsional, bahwa
bangunan captering/penangkap akan memberikan
debit yang cukup dan berfungsi sebagaimana mestinya.
2)
Segi
konstruksi, bangunan captering/penangkap: kuat, awet bagianbagian
yang memerlukan rapat air dan sebagainya.

3)
Segi hygienis, harus bebas dari kemungkinan-kemungkinan pengotoran, untuk
itu perlu diperhartikan hal-hal sebagai berikut :
a)
Letak dan perencanaan bangunan kaptering harus dibuat sedimikan rupa
sehingga air permukaan harus melewati tanah setelah paling sedikit 3 meter
sebelum mencapai air tanah.
b)
Sekeliling atas bangunan dibuat selokan pengeringan (
drainage
) untuk
mencegah masuknya air permukaan ke daerah bangunan.
c)
Sekeliling bangunan harus dibuat pagar agar binatangbinatang tidak dapat
masuk ke daerah ini, demikian pula orang-orang yang tidak berkepentingan.
10
d)
Bangunan
bangunan pengumpul air harus dibuat sedemikian rupa sehingga
sinar matahari tidak dapat masuk, sehingga pertumbuhan algae dapat
dihindari.
e)
Pipa peluap harus terletak sedemikian rupa sehingga air permukaan tidak
dapat masuk, pada waktu musim hujan.
f)
Lubang pemeriksaan (
manhole
) yang ada harus ditutup rapat.
g)
Permukaan tembok bagian dalam desinfeksi terlebih dahulu dengan
mencucinya dengan air yang mengandung khlor sebelum bangunan
digunakan.
h)
Ada tidak
nya perlakuan fisik yang dilakukan yang mampu memperbaiki
kualitas air seperti penambahan kaporit/tawas dan sebagainya.
2.3
Pencemaran Perairan
Istilah pencemaran air
atau polusi air cenderung semakin mengemuka
sekarang ini dan mungkin di masa-masa mendatang, mengingat masalah penurunan
kualitas air semakin nampak dan dirasakan pengaruhnya oleh banyak orang,
masyarakat pada umumnya. Masalah memburuknya kualitas air semakin dirasakan
pada saat musim kemarau, ketika kuantitas air atau debit air berkurang.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air (PP No. 20/1990)

pencemaran air
didefinisikan
pencemaran air
adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen
11
lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukanny
a
(Pasal 1, Angka 2).
2.4
Sumber Pencemar air
Menurut Ryadi (1984), s
umbersumber pencemaran air dapat berasal dari:
1)
Sumber Domestik (rumah tangga): perkampungan, kota pasar, jalan, dan
sebagainya.
2)
Sumber non-domestik (non rumah tangga): industri (pabrik), pertanian,
peternakan, perikanan, serta sumber-sumber lainnya yang banyak memasuki
badan air. Secara langsung maupun tidak langsung pencemar tersebut akan
berpengaruh terhadap kualitas air, baik untuk keperluan air minum, air
industri maupun keperluan lainnya. Berbagai cara dan usaha telah banyak
dilakukan agar kehadiran pencemaran terhadap air dapat dihindari, dikurangi
ataupun dapat dikendalikan.
2.5 Akibat Pencemaran air
Akibat semakin tingginya buangan domestik memasuki badan air di negara
yang sedang berkembang, maka tidak mengherankan kalau berbagai jenis penyakit,
secara epidemik ataupun endemik berjangkit dan merupakan masalah rutin yang ada
di mana-mana. Di Indonesia misalnya, setiap tahun lebih dari 3500.000 anak-anak
dibawah umur (3 tahun) diserang oleh berbagai jenis penyakit perut dengan jumlah
kematian sekitar 105.000 orang/tahun. Jumlah tersebut akan meningkat lebih banyak
pada daerah/tempat yang keadaan sanitasi lingkungannya berada pada tingkat yang

TINJAUAN TENTANG DAMPAK PEMANFAATAN AIR


BERSIH YANG BERSUMBER DARI SUMUR GALI
TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT DI DESA
UNAMENDAA KECAMATAN WUNDULAKO
KABUPATEN KOLAKA
Posted: Desember 2, 2010 in Uncategorized

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu misi pembangunan kesehatan dalam mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010 adalah
memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungan
yang sehat termasuk ketersediannya air yang aman, memenuhi syarat kesehatan ( Depkes RI,
2000:7 )
Air merupakan kebutuhan pokok untuk mahkluk hidup khususnya manusia, dimana air adalah
kebutuhan sehari-hari bagi manusia. Namun pada dasarnya air yang kita gunakan haruslah benarbenar bersih dari berbagai macam penyebab penyakit. Oleh karena itu air yang digunakan harus
terjaga kebersihannya.
Aman menyenangkan adalah kebutuhan dasar dalam penyediaan air bersih sehingga tanpa ini
secara praktis tidak mungkin bias mempertahankan kondisi lingkungan yang sehat. Bila tidak
akan sulit untuk menjamin kesehatan yang baik. Penyediaan air bersih harus dipergunakan untuk
tujuan hygiene perorangan, sanitasi perumahan dan kesehatan masyarakat. Disamping
tersedianya gizi yang cukup, sanitasi makanan serta pembuangan kotoran ( Depkes RI, 1995 )
Untuk memenuhi kebutuhan akan air, maka air tersebut harus memenuhi persyaratan kualitas
yang telah ditentukan oleh pemerintah seperti syarat fisik: air tidak berwarna, tidak berbau, keruh
dan tidak berasa, syarat mikrobiologi: bebas dari parasit patogen, syarat kimiawi: air tidak
mengandung bahan kimia dalam kadar yang menimbulkan gangguan kesehatan dan syarat
radioaktif: air bebas dari pencemaran radioaktif ( Depkes RI, 2000 )
Banyak dijumpai dibeberapa daerah yang kondisi daya dukung lingkungannya sudah menurun,
sehingga air yang ada tidak lagi memberikan kenyamanan dan penghidupan terutama kesehatan
bagi masyarakat.
Dengan menurunnya daya dukung lingkungan, maka kualitas air yang ada juga ikut turun.
Dengan semakin pesatnya pembangunan yang di tandai dengan ledakan penduduk yang tak
terkendali, maka eksplorasi air tanah tidak dapat dielekkan sehingga kualitas air tanah menjadi
menurun antara lain rembesan air laut hingga puluhan kilometer dari pantai ( Pramudya, 2001 )
Sumur Gali adalah suatu cara mendapatkan air tanah dengan cara menggali dan menaikkan
airnya dengan timbah. ( Yuman, 2009 )
Banyak penduduk yang terpaksa memanfaatkan air yang kurang bagus kualitasnya. Tentu saja
hal ini akan berakibat kurang baik bagi kesehatan masyarakat. Pada jangka pendek, kualitas yang
kurang baik dapat mengakibatkan muntaber, diare, kolera typus atau disentri. Hal ini dapat
terjadi pada keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik. ( Yuman, 2009 )
Berdasarkan hasil studi awal di Desa Unamendaa Kecamatan Wundulako terdapat jumlah
penduduk sebanyak 921 jiwa dan kepala keluarga sebanyak 263, Keluarga yang menggunakan
sumur gali sebanyak 72 KK.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah : Bagaimana
Dampak Pemanfaatan Air Bersih Yang Bersumber Dari Sumur Gali di Desa Unamendaa
Kecamatan Wundulako.
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kualitas air bersih yang dipergunakan oleh masyarakat di Desa Unamendaa
Kecamatan Wundulako.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi kualitas air bersih yang dipergunakan oleh masyarakat di Desa
Unamendaa Kecamatan Wundulako.

2. Untuk mengidentifikasi penyakit yang diakibatkan oleh penggunaan air di Desa Unamendaa
Kecamatan Wundulako.
D. Manfaat Penelitian
1. Sumber informasi bagi masyarakat di Desa Unamendaa tentang dampak air yang mereka
gunakan.
2. Sumber informasi bagi petugas kesehatan khususnya yang membidangi masalah air bersih.
3. Sumber informasi dan pembanding bagi peneliti selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Air Bersih
1. Pengertian air bersih
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara, sekitar tiga perempat
bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4 5
hari tanpa minum air. Selain itu air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan
membersihkan kotoran yang ada disekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri,
pertanian pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transfortasi dan lain-lain. Penyakit-penyakit
yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air, kondisi tersebut
tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana ( Budiman, 2007 )
Adapun pengertian air menurut Permenkes RI nomor 416/Menkes/IX/1990 tentang persyaratan
dan pengawasan kualitas air mengatakan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak. Sedangkan air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum. (Depkes RI, 2000 )
2. Sumber-sumber air bersih
Untuk keperluan sehari-hari air dapat diperoleh dari beberapa sumber :
a. Air hujan
Air hujan merupakan penyulingan awan/air murni yang ketika turun dan melalui udara akan
melarutkan benda yang terdapat diudara. Setelah mencapai permukaan bumi air hujan air hujan
bukan merupakan air bersih lagi.
b. Air permukaan
Air permukaan merupakan salah satu sumber air yang dapat dipakai untuk bahan baku air bersih.
Dalam penyediaan air bersih terutama untuk minum dalam sumbernya perlu diperhatikan tiga
segi penting yaitu mutu air baku, banyaknya air baku dan kontinyuitas air baku.
c. Air Tanah
Air tanah adalah sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi akan menyerap ke dalam
tanah. Sebelum mencapai lapisan tanah air hujan akan merembes beberapa lapisan tanah sambil
berubah sifatnya
Air yang diperuntukkan bagi konsumsi minum harus berasal dari sumber yang bersih dan aman.
Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut anatara lain :
a. Batasan dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit
b. Batas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun
c. Tidak berasa dan tidak berbau
d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga.
e. Memenuhi standar yang ditentukan oleh Departemen Kesehatan RI (Budiman, 2007 )
3. Sarana-sarana air bersih
Sarana air bersih yang sering digunakan oleh masyarakat bersumber dari :

Sumur gali (SGL), Sumur Pompa Tangan (SPT), penampungan air hujan perlindungan mata air /
perpipaan (Ditjen PPM & PLP, 1999)
Sumur merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk di daerah pedesaan
maupun perkotaan Indonesia. Secara teknis sumur dapat dibagi menjadi 2 jenis :
a. Sumur Dangkal
Sumur semacam ini memiliki sumber air berasal dari resapan air hujan di atas permukaan bumi
terutama di daerah daratan rendah jenis sumur ini banyak terdapat di Indonesia dan mudah sekali
terkontaminasi air kotor yang berasal dari mandi, cuci, kakus sehingga persyaratan sanitasinya
yang ada perlu sekali diperhatikan.
b. Sumur Dalam
Sumur ini memiliki sumber yang berasal dari proses prefikasi alami air hujan oleh lapisan kulit
bumi menjadi air tanah. Sumber airnya tidak terkontaminasi dan memenuhi syarat sanitasi.
(Budiman, 2007 )
4. Aspek Kualitas Air
Untuk memenuhi kebutuhan air, maka air tersebut harus memenuhi persyaratan kualitas yang
telah ditetapkan oleh pemerintah. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 /
Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat kualitas air yang meliputi :
a. Syarat fisik yaitu : air tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak keruh
b. Syarat mikrobiologis yaitu : air bebas dari kuman, parasit patogen
c. Syarat kimiawi yaitu : air tidak mengandung bahan kimia dalam kadar yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan.
d. Syarat radioaktif yaitu : air bebas dari pencemaran radioaktif dalam kadar yang
membahayakan kesehatan. (Depkes RI, 2000)
Parameter kualitas air bersih yang minimal diharapkan diperiksa di Labolatorium adalah :
a. Parameter yang berhubungan dengan kesehatan secara langsung seperti mikrobiologi yang
meliputi : E coli, total coli dan kimia an-Organik seperti : Florida, Kromium, Nitrik, Sianida,
Silanium, Kadmium, Nitrak.
b. Parameter yang berhubungan secara tidak langsung dengan kesehatan seperti fisika yang
meliputi : bau, warna, jumlah zat padat terlarut, kekeruhan air, rasa, suhu dan kimia an-organik
seperti : Aluminium, Besi, kesadahan, Klorida, Mangan, PH, Sulfat, Tembaga. (Depkes RI, 1999)
Standar kualitas air diharapkan berdasarkan pertimbangan faktor-faktor :
a. Kesehatan, untuk menghindari dampak merugikan kesehatan manusia.
b. Estetika, untuk memperoleh kondisi yang nyaman.
c. Teknis, kemampuan teknologi dalam pengolahan air atau untuk tujuan menghindarkan
kerusakan / gangguan instalasi dan peralatan lainnya.
d. Toksisitas, untuk menghindarkan efek racun bagi manusia.
e. Polusi, untuk mengetahui tidak adanya kontaminasi.
f. Proteksi, untuk melindungi kemungkinan adanya kontaminasi.
g. Ekonomi, untuk menghindari kerugian ekonomi.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyimpangan terhadap kualitas air adalah :
a. Secara alami sumber air yang digunakan mengandung bahan kimia dalam jumlah yang
berlebihan sehingga memerlukan pengolahan yang lebih sempurna.
b. Kesalahan dalam memilih teknologi pengolahan air, sehingga diperoleh hasil penyimpangan
atau tidak memenuhi standar kualitas.
c. Terbatasnya dana yang digunakan untuk mengolah air, setiap pengolahan air memerlukan
dana. Semakin berkualitas air yang ingin dicapai, semakin besar pula dana yang dibutuhkan.

d. Air yang telah memenuhi standar kualitas namun mendapatkan pencemaran, baik secara alami
maupun akibat aktifitas manusia.
e. Kurangnya pengertian individu atau masyarakat dalam menggunakan fasilitas air bersih. ( A.
Syawal, 2006 )
B. Dampak Air Terhadap Kesehatan
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan mahluk hidup khususnya manusia,
air selain memberikan manfaat yang menguntungkan bagi manusia juga dapat memberikan
pengaruh buruk terhadap kesehatan manusia. Selain itu air tidak memenuhi persyaratan sangat
baik sebagai media penularan penyakit. (Depkes RI, 1995)
Sumur Gali adalah suatu cara mendapatkan air tanah dengan cara menggali dan menaikkan
airnya dengan timbah. ( Yuman, 2009 )
Banyak penduduk yang terpaksa memanfaatkan air yang kurang bagus kualitasnya. Tentu saja
hal ini akan berakibat kurang baik bagi kesehatan masyarakat. Pada jangka pendek, kualitas yang
kurang baik dapat mengakibatkan muntaber, diare, kolera typus atau disentri. Hal ini dapat
terjadi pada keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik. ( Yuman, 2009 )
Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak
langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air disebut sebagai Water borne diasease
atau Water related insect vekrar.
Terjadinya suatu penyakit tentunya memerlukan adanya agens dan terkadang vektor. Berikut
beberapa contoh penyakit yang ditularkan melalui air berdasarkan tipe agens penyebabnya :
1. Penyakit viral misalnya hepatitis viral, poliomyelitis
2. Penyakit bacterial misalnya kolera, disentri, tipoid, diare
3. Penyakit protozoa misalnya amubiasis, kandiasis
4. Penyakit helmintik misalnya askariasis, whip warm, hydatid diasiase.
5. Leptospiral misalnya weils disease.
Beberapa penyakit yang ditularkan melalui air di dalam penularannya terkadang membutuhkan
hospes yang biasa disebut sebagai aquatic host. Hospes aquatik tersebut berdasarkan sifat
multiplikasinya dalam air terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Water multiplied
Contoh penyakit dari hospes semacam ini adalah skistosomiasis.
2. Not multiplied
Contoh agens penyakit dari hospes semacam ini adalah cacing guinea dan fist tape worm (Vektor
cyclop).
Pengaruh parameter menyimpang dari air bersih terhadap kesehatan meliputi :
a. Parameter Fisis
a. Suhu sebaiknya sejuk atau tidak panas agar tidak terjadi pelarutaan zat kimia yang dapat
membahayakan kesehatan.
b. Warna air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah
keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme.
c. Bau, air minum yang berbau selain tidak estetis juga tidak diterima oleh masyarakat. Bau
dapat memberi petunjuk akan kualitas air.
d. Rasa, air minum biasanya tidak memberi rasa / tawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan
kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Rasa pahit, asin dan sebagainya.
e. Kekeruhan, air disebabkan masih terdapat banyak zat padat yang tersuspensi, baik yang anorganik maupun yang bersifat organik. Air keruh akan memberi perlindungan pada kuman.
f. Jumlah zat padat terlarut, dapat memberi rasa tidak enak pada lidah, rasa mual yang

disebabkan karena natrium sulfat, magnesium sulfat dan dapat menimbulkan cardiac diasiase
toxemic pada wanita hamil.
b. Parameter Kimia
a. Air Raksa ( HG )
Air raksa organik dapat merusak susunan syaraf pusat dan anorganik dapat merusak ginjal dan
menyebabkan cacat bawaan.
b. Arsen ( As )
Keracunan akut menimbulkan gejala muntaber disertai darah, koma, meninggal. Secara kronis
menimbulkan anorexia, kolik, mual, diare, ikterus, pendarahan pada ginjal dan kanker kulit dapat
pula berupa iritasi, alergi dan cacat bawaan.
c. Barium (Ba)
Kadar barium berlebihan dapat mengganggu saluran cerna, menimbulkan rasa mual, diare dan
gangguan pada sistem syaraf pusat.
d. Besi
Konsentrasi yang lebih besar dari 0,3 mg/I dapat menimbulkan warna kuning, memberikan rasa
yang tidak enak pada minuman, pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri dan
kekeruhan.
e. PH (derajat kesamaan)
Air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa. PH yang lebih kecil dari 6,5 menimbulkan rasa
tidak enak dan dapat menyebabkan karotifitas pada pipa-pipa air dan dapat menyebabkan
beberapa bahan kimia berubah menjadi racun yang mengganggu kesehatan. PH yang tinggi dapat
mengganggu pencernaan.
c. Parameter Radioaktif
Adapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama yakni menimbulkan kerusakan pada sel
terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian, perubahan genetik.
d. Parameter Mikrobiologi
a. Coliform tinja
Air yang mengandung coliform tinja berarti air tersebut telah tercemar tinja. Tinja dari penderita
sangat potensial menularkan penyakit yang berhubungan dengan air.
b. Total Coliform
Bila air minum mengandung coliform dapat mengakibatkan penyakit saluran pencernaan.
( Depkes RI, 1995 )
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan mahluk hidup khususnya manusia,
air selain memberikan manfaat yang menguntungkan bagi manusia juga dapat memberikan
pengaruh buruk terhadap kesehatan manusia. Selain itu air tidak memenuhi persyaratan sangat
baik sebagai media penularan penyakit.
Untuk memenuhi kebutuhan air, maka air tersebut harus memenuhi persyaratan kualitas yang
telah ditetapkan oleh pemerintah. Salah satunya adalah :
a. Syarat fisik yaitu : air tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak keruh.
b. Syarat kimiawi yaitu : air tidak mengandung bahan kimia dalam kadar yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan
Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak

langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air disebut sebagai water borne disease
atau water related insect vekrar.
a. Water borner diasease
Adalah penyakit yang ditularkan langsung melalui air minum tersebut bila mengandung kuman
pathogen terminum untuk manusia maka dapat terjadi penyakit yaitu cholera, thipoid, hepatitis,
influenza, disentri, dan gasterainteritis.
b. Water related insect vekrar
Adalah penyakit yang ditularkan melalui vektar yang hidupnya tergantung pasa air misalnya
Malaria, Demam Berdarah, Filariasis, Yellow Fever, dan sebagainya.
B. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan variable adalah sebagai berikut :
1. Variabel Independen yang meliputi :
Kualitas fisik air
2. Variabel Dependen
Penyakit yang disebabkan oleh air
Bagan Kerangka Konsep
C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
Defenisi Operasional
1. Kualitas Air Bersih
Kualitas air bersih adalah air yang digunakan oleh masyarakat dan telah memenuhi syarat
kesehatan. Skala pengukuran untuk kualitas air bersih terhadap kesehatan masyarakat dapat
menggunakan skala nominal :
Kriteria Objektif :
Baik : Bila skor/jumlah jawaban setiap item pertanyaan 50%
Tidak baik : Bila skor/jumlah jawaban setiap item pertanyaan < 50 %
2. Penyakit yang disebabkan oleh air
Penyakit yang disebabkan oleh air adalah adanya penyakit-penyakit yang ditemukan di
masyarakat akibat penggunaan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Skala pengukuran
untuk adanya penyakit yang di temukan dan
disebabkan oleh penggunaan air menggunakan skala nominal :
Kriteria Objektif :
Ada : Bila skor/jumlah jawaban setiap item pertanyaan 50%
Tidak ada : Bila skor/jumlah jawaban setiap item pertanyaan < 50 %
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk mendapatkan gambaran tentang kualitas air
bersih yang berdampak terhadap kesehatan masyarakat di Desa Unamendaa Kecamatan
Wundulako.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 27 Juli sampai dengan 27 Agustus 2009
2. Tempat penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Unamendaa Kecamatan Wundulako
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua KK/ Masyarakat di Desa Unamendaa
Kecamatan Wundulako
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah KK/ Masyarakat yang menggunakan SGL sebagai sumber air
bersih di Desa Unamendaa yang berdomisili di Kecamatan Wundulako dan memenuhi kriteria
insklusi sebagai berikut :
a. Bersedia menjadi responden
b. Mempunyai sumur gali sendiri/menumpang
c. Dapat baca tulis huruf latin.
Adapun kriteria eksklusi sampel sebagai berikut :
a. Tidak bersedia menjadi responden
b. Menggunakan sumber air bersih selain dari sumur gali
c. Tidak dapat baca tulis (buta huruf)
D. Prosedur Sampling
Prosedur sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara total sampling yaitu penarikan
sampel dengan cara acak dan menentukan sampel antara 5-10 orang di Desa Unamendaa
Kecamatan Wundulako yang dianggap memenuhi kriteria inklusi.
E. Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Pengumpulan Data
a. Data primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner oleh
para responden.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari sumber-sumber yang berhubungan dengan objek penelitian dan
akan dijadikan referensi pelengkap dalam penelitian ini misalnya laporan penggunaan air bersih
dari Puskesmas.
2. Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini dimulai dari pemberian kode sampai dengan pembuatan

tabel yang disertai narasi dengan bantuan kalkulator.

Berikan Balasan

Konsep Essensial Geograf


Dalam mengkaji objek material, ilmu geografi memiliki sepuluh metode atau konsep dasar.
1. Konsep lokasi
Konsep lokasi atau letak merupakan konsep utama yang sejak awal pertumbuhan geografi telah
menjadi ciri khusus ilmu atau pengetahuan geografi. Konsep letak merupakan jawaban atas
pertanyaan pertama dalam geografi, yaitu dimana?
a. Lokasi Absolut
Lokasi absolute menunjukkan letak yang tetap terhadap system grid (kisi-kisi) atau koordinat.
Untuk menentukan lokasi absolute di muka bumi, digunakan system koordinat garis lintang dan
bujur yang biasa disebut letak astronomis. Letak absolute bersifat tetap, tidak berubah, meskipun
kondisi tempat yang bersangkutan terhadap sekitarnya tidak beerubah.

b. Lokasi relatif
Lokasi relatif lebih penting artinya dan lebih banyak dikaji dalam geografi serta lazim disebut
sebagai letak geografis. Artinya lokasi ini berubah-ubah kaitannya dalam keadaan sekitar.
2. Konsep jarak
Jarak sebagai konsep geografi memiliki arti penting dalam kehidupan social, ekonomi, ataupun
kepentingan pertahanan. Jarak mempunyai faktor pembatas yangbersifat alami, meskipun arti
pentingnya bersifat relative sejalan dengan kemajuan kehidupan dan teknologi.
Jarak berkaitan erat dengan lokasi dan upaya pemenuhan kebutuhan atau keperluan poko
kehidupan, seperti air, tanah yang subur dan pusat pelayanan. Jarak dapat dinyatakan dengan
ukuran jarak lurus, diudara yang mudah diukur dengan peta (dengan memperhatikan skala peta).
Namun, dapat pula dinyatakan sebagai jarak tempuh, baik yang berkaitan dengan waktu
perjalanan yang diperlukan maupun dengan satuan biaya angkutan.
Sejalan dengan kemajuan teknologi serta upaya efisiensi,jarak tempuh dan biaya angkutan antara
dua tempat yang berjauhan akan berubah dari waktu ke waktu. Jarak yang semula ditempuh
berhari-hari dengan berjalan kaki, dapat ditempuh dalam waktu beberapa jam dengan kendaraan
bermotor kereta api, dan selanjutnya ditemput dalam waktu beberapa menit dengan
menggunakan kapal terbang.
3. Konsep Keterjangkauan
Keterjangkauan (accesbility) tidak selalu berkaitan dengan jarak, tetapi lebih berkaitan dengan
kondisi medan atau ada tidaknya sarana angkutan dan komunikasi yang dapat dipakai.
Suatu tempat dapat dikatakan terasing atau terisolasi kalau tempat itu sukar dijangkau (dengan
sarana komunikasi atau angkutan) dari tempat lain, meskipun tempat itu relatif tidak jauh dari
tempat lain. Rintangan medan yang hanya berupa rangkaian pegunungan tinggi, hutan lebat,
rawa-rawa, atau gurun pasir yang luas merupakan penyebab suatu tempat kurang dapat dijangkau
dari tempat lain.
Faktor social yang berupa bahasa, adat istiadat, serta sikap pendudu yang berlainan (mencurigai
setiap orang asing sebagai musuh) dapat menjadi factor penyebab kurang terjangkaunya suatu
tempat.
Keterjangkauan umumnya berubah akibat perekonomian, perkembangan teknologi. Sebaliknya,
tempat yang keterjangkauannya sangat rendah sulit mencapai kemajuan dan mengembangan
perekonomiannya.

4. Konsep pola
Pola berkaitan dengan susunan, bentuk, atau perseberan fenomena dalam ruang muka bumi, baik
fenomena yang bersifat alami (aliran sungai, persebaran vegetasi, jenis tanah, dan curah hujan)
maupun fenomena social budaya (pemukiman, persebaran penduduk, mata pencaharian, dan
jenis rumah tinggal).
Geografi mempelajari pola-pola bentuk dan persebaran fenomena, memahami mana atau artinya,
serta berupaya untuk memanfaatkan dan mengintervensi atau memodifikasi pola-pola agar
mendapatkan manfaat yang besar.
5. Konsep Morfologi
Morfologi menggambarkan perwujudan daratan muka bumi sebagai hasil perangatan atau
penurunan wilayah (secara geologi) yang lazim disebut erosi dan sedimentasi sehinggaada yang
berbentuk pulau-pulau, daratan yang luas pegunungan dengan lereng-lereng tererosi, lembahlembah dan daratan aluvialnya. Morfologi juga menyangkut bentuk lahan yang berkaitan dengan
erosi dan pengendapan, penggunaan lahan, tebal tanah, ketersediaan air, serta vegetasi yang
dominan.
Bentuk daaratan ataupun plato (dengan kemiringan tidak lebih dari 5 derajat) merupakan
perwujudan wilayah yang mudah digunakan sebagai daerah pemukiman dan usaha pertanian
serta usaha-usaha perekonomian lainnya. Jika diperhatikan peta persebaran penduduk Asia,
ternyata penduduk yang padat terpusat pada lembah-lembah, sungai besar, dan tanah-tanah yang
subur. Sebaliknya, wilayah pegunungan lazimnya merupakan wilayah pegunungan yang jarang
penduduknya, bahkan tidak didiami manusia. Bentuk pulau dengan garis-garis pantai yang
panjang memberikan arti khusus mengingat nilai maritimitas yang tinggi.
6. Konsep Aglomerasi (Menggerombol)
Aglomerasi merupakan kecenderungan penyebaran yang bersifat mengelompok pada suatu
wilayah yang relative sempit paling menguntungkan, baik mengingat kesejenisan maupun faktorfaktor umum yang paling menguntungkan.
Di kota, penduduk cenderung tinggal mengelompo pada tingat yang sejenis sehingga timbul
daerah pemukiman elit, daerah tempat tinggal para pedagang, daerah pemukiman atau kompleks
perumnas yang kebanyakan berpenghuni para pegawai negeri, serta daerah pemukiman kumuh.
Di pedesaan yang masih agraris, penduduk cenderung menggerombol ditanah datar yang subur
dan membentuk perdusunan atau pedesaan. Makin subur tanahdan luas dataran, makin besar desa
dan jumlah penduduknya. Sebaliknya, makin terbatas tanah datar dan juga kurang subur,
gerombolan bentuk desa makin kecil dan terpencar.

7. Konsep kegunaan
Nilai kegunaan fenomena atau sumber-sumber dimuka bumi ini bersifat relative, tidak sama bagi
setiaporang atau golangan penduduk. Daerah pantai berpasir yang landai dengan perairan yang
jernih belum tentu memiliki kegunaan yang besar bagi penduduk setempat. Apalagi jika
kehidupan penduduk tersebut berorientasipada pemanfaatan sumber-sumber didaratan dan
banyak jalan darat dapat ditempuh. Sebaliknya bagi masyarakat kota yang hidupnya
berkecukupan, daerah pantai bagi sebagian orang memiliki nilai tinggi, yaitu sebagai tempat
rekreasi.
8. Konsep Interaksi dan Interpendensi
Interaksi merupakan peristiwa saling mempengaruhi objek atau tempat yang satu dan yang
lainnya. Setiap tempatmengembangkan potensi sumber dan kebutuhan yang tidak selalu sama
dengan apa yang ada ditempat lain.Oleh karena itu, senantiasa terjadi interaksi atau bahkan
iterpendensi antara yang satu dengan yang lainnya.
9. Konsep Diferensial Area
Disetiap tempat atau wilayah, terwujud hasil integrasi berbagai unsure atau fenomena lingungan
yang bersifat alam maupun ehidupan. Integrasi fenomena menjadikan suatu tempat atau
wilayahyang lain. Unsur atau tempatfenomena lingkungan bersifat dinamis. Sementara itu,
keadaan berubah dan interaksi atau integrasi juga menghasilkan karateristik yang berubah dari
watu ke waktu.
10. Konsep Keterkaitan Ruangan
Keterkaitan ruangan atau asosiasi keruangan menunjukan derajat keterkaitan persebaran suatu
fenomena dengan fenomena yang lain di suatu tempat atau ruangan, baik yang menyangkut
fenomena alam dan tumbuhan, maupun social.
opograf secara ilmiah artinya adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan
objek lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebagainya), dan asteroid. Dalam
pengertian yang lebih luas, topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan
saja, tetapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan, dan bahkan
kebudayaan lokal(Ilmu Pengetahuan Sosial). Topografi umumnya menyuguhkan
relief permukaan, model tiga dimensi, dan identifikasi jenis lahan. Penggunaan kata
topografi dimulai sejak zaman Yunani kuno dan berlanjut hingga Romawi kuno,
sebagai detail dari suatu tempat. Kata itu datang dari kata Yunani, topos yang
berarti tempat, dan graphia yang berarti tulisan. Objek dari topografi adalah
mengenai posisi suatu bagian dan secara umum menunjuk pada koordinat secara
horizontal seperti garis lintang dan garis bujur, dan secara vertikal yaitu ketinggian.

Mengidentifikasi jenis lahan juga termasuk bagian dari objek studi ini. Studi
topografi dilakukan dengan berbagai alasan, diantaranya perencanaan militer dan
eksplorasi geologi. Untuk kebutuhkan konstruksi sipil, pekerjaan umum, dan proyek
reklamasi membutuhkan studi topografi yang lebih detail.
Minggu, 06 Juli 2008
Kondisi Topografi
Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang tofographinya bergunung-gunung dan berbukit
dengan derajat kemiringan sampai 45O. Permukaan tanah kritis dan gundul sehingga peka
terhadap erosi. Namun pada hamparan dataran rendah merupakan lahan yang subur dan luas
dimana biasanya penduduk kabupaten Kupang terkonsentrasi disana. Tofographi yang seperti ini
menimbulkan isolasi fisik, isolasi ekonomi dan isolasi sosial, apalagi oleh kurangnya dukungan
infrastruktur seperti jalan dan jembatan diberbagai kecamatan. Sementara transportasi kepulaupulau tertentu seringkali agak mahal karena rendahnya frekwensi sarana perhubungan
kebeberapa pulau, dimana hal tentunya juga mempengaruhi harga barang dan jasa dipulaupulau tertentu.
Di Kabupaten Kupang juga terdapat sungai-sungai yang airnya mengalir sepanjang tahun,
dengan panjangnya yang bervariasi, antara lain :

Sungai Oesao di Kecamatan Kupang Timur


(30 Km) ;

Sungai Manikin di Kecamatan Kupang


Tengah (30 Km) ;

Noel Termanu di Kecamatan Amfoang


Selatan ;

Noel Kapali di Kecamatan Amfoang


Selatan ;

Noel Metan di Kecamatan Amfoang


Selatan ;

Noel Fael di Kecamatan Amfoang Utara ;

Noel Toko di Kecamatan Amfoang Utara ;

Noel Nalinen di Kecamatan Anfoang Utara;

Sungai Bokong di Kecamatan Takari ;

Sungai Lili di Kecamatan Fatuleu ;

Sungai Barate di Kecamatan Fatuleu

Beberapa kecamatan berada pada ketinggian 100m sampai 1000 diatas permukaan laut (dpl).
Beberapa kecamatan di daerah Amfoang misalnya berada antara 500 - 1000 dpl, dan beberapa
daerah seperti Raijua, Sabu Barat, Hawu Mehara, daerah Semau, Kupang Barat, Nekamese dll
berada 0-100 dpl. Sementara secara umum tofografi kabupaten dapat dirinci sebagai berikut:
a. Kemiringan
Kemiringan

Luas Areal

% daratan

00 - 20

34.462 ha

10,15% dari luas daratan

30 - 150

197.146 ha

26,86% dari luas daratan

150 - 400

324 ha

42,26% dari luas daratan

diatas 410

137 ha

18,73% dari luas daratan

b.Ketinggian dari permukaan laut

Tingkat ketinggian: Wilayah Kabupaten Kupang berada pada ketinggian dari permukaan laut 0 500 meter, dengan perincian sebagai berikut:
Kemiringan

Luas Areal

% daratan

0 - 50 meter

47 144 Ha

(20,50%)dari luas daratan

50 - 100 meter

112 126 Ha

(15,28%)dari luas daratan

100 - 150 meter

98 133 Ha

(13,37%)dari luas daratan

150 - 500 meter

301 960 Ha

(41,55%)dari luas daratan

500 meter

74 509 Ha >

(10,15%)dari luas daratan

Diposkan oleh sleman guide di 02.32


Tidak ada komentar:

Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Kamis, 16 Januari 2014


Pemanfaatan Air untuk Domestik (Part 1)
Pengertian Air untuk Domestik
Menurut J. Kindler and C.S. Russel (1984), kebutuhan air untuk tempat tinggal (kebutuhan
domestik) meliputi semua kebutuhan air untuk keperluan penghuni. Meliputi kebutuhan air untuk
mempersiapkan makanan, toilet, mencuci pakaian, mandi (rumah ataupun apartemen), mencuci
kendaraan dan untuk menyiram pekarangan. Tingkat kebutuhan air bervariasi berdasarkan
keadaan alam di area pemukiman, banyaknya penghuni rumah, karakteristik penghuni serta ada
atau tidaknya penghitungan pemakaian air.
Menurut Ditjen Cipta Karya (2000) standar kebutuhan air ada 2 (dua) macam yaitu:
Standar kebutuhan air domestik
Standar kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air yang digunakan pada tempat-tempat hunian
pribadi
untuk memenuhi keperluan sehari-hari seperti; memasak, minum, mencuci dan keperluan rumah
tangga lainnya. Satuan yang dipakai adalah liter/orang/hari.
Standar kebutuhan air non domestik
Standar kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air bersih diluar keperluan rumah tangga.
Kebutuhan air non domestik antara lain:

Penggunaan komersil dan industri yaitu penggunaan air oleh badan-badan komersil dan
industri.

Penggunaan umum yaitu penggunaan air untuk bangunan-bangunan pemerintah, rumah


sakit, sekolah-sekolah dan tempat-tempat ibadah.

Prosedur Menentukan Kebutuhan Air untuk Domestik


Untuk menentukan kebutuhan air untuk keperluan domestik dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut:
1. Menentukan batasan administrasi dengan satuan terkecil Desa yang masuk dalam wilayah
Kecamatan.

2. Menghitung jumlah penduduk pada masing masing Desa.


3. Menetapkan standar kebutuhan air penduduk/domestik berdasarkan nilai yang sudah
ditetapkan.
4. Menghitung besarnya kebutuhan air domestik dengan persamaan:
Qdomestik = Pt . Un
dimana :
Qdomestik = jumlah kebutuhan air penduduk
Pt

= jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan (jiwa)

Un

= standar kebutuhan air (liter/orang/hari)

Walaupun secara umum kebutuhan air bagi setiap orang berbeda-beda, perkiraan akan kebutuhan
air dapat dikelompokkandandibuatberdasarkankepentingandankebutuhannya.Ratarata
pemakaianairbersihharianperorangIndonesiaadalah144Latausetaradengansekitar8botol
galonairkemasan(SurveyDirektoratPengembanganAirMinum,DitjenCiptaKaryapada
tahun2006).Sebagaicontoh,jumlahairyangandabutuhkanuntukairminumtentunyalebih
sedikitdanharuslebihbersihbiladibandingkandenganairyangandagunakanuntukmandi,
begitujugauntukkebutuhanyanglainya.Jadidalamhalinisemuapendudukdiasumsikanbahwa
setiaphariuntukmemenuhikebutuhandomestikdianggapjumlahnyasamayaitusebesar144
liter.
Kondisi Penggunaan Air untuk Domestik Berdasarkan Penelitian
Dalam kehidupan sehari-hari pemanfaatan air semakin bertambah seiring dengan pertambahan
jumlah penduduk, tetapi tidak semata-mata meningkatnya pemanfaatan air hanya karena
pertambahan jumlah penduduk saja, melainkan juga karena majunya kehidupan manusia.
Pemanfaatan air oleh suatu masyarakat bertambah besar dengan kemajuan masyarakat tersebut,
sehingga pemanfaatan air seringkali dipakai sebagai salah satu tolok ukur tinggi rendahnya
kemajuan suatu masyarakat, dengan demikian penggunaan air yang banyak selalu dikategorikan
sebagai keluarga yang mampu. Menurut Schefter (1990) rumah tangga dengan golongan
penghasilan yang lebih tinggi cenderung menggunakan air lebih banyak.
Penggunaan air domestik tidak terlepas dari analisis kualitas air tanah yang ada. Kualitas air
tanah digunakan sebagai ukuran kelayakan untuk penggunaan air untuk kebutuhan sehari-hari.
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok dimana keberadaannya merupakan kebutuhan
pokok baik di musim kemarau maupun di musim penghujan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sutikno (1981) tentang pemanfaatan sumberdaya air untuk rumah
tangga di DAS Serayu, memperoleh kesimpulan bahwa banyaknya pemanfaatan air oleh setiap
rumah tangga di Kota Cilacap, Purwokerto dan Bojonegoro dipengaruhi oleh jenis mata

pencaharian (pekerjaan) kepala keluarga, jumlah anggota keluarga, dan jenis sumber air yang
digunakan oleh masing-masing rumah tangga.
Penelitian lain tentang masalah ini pernah juga dilakukan oleh Utaya (1993) di Kotamadya
Malang Jawa Timur, hasil dari penelitian tersebut diperoleh bahwa kebutuhan domestik
Kotamadya Malang per rumah tangga dan per kapita bervariasi menurut jenis pekerjaan kepala
rumah tangga, tingkat pendidikan kepala keluarga dan pendapatan kepala keluarga. Dari kondisi
sosial ekonomi tersebut, diperoleh tingkat pendapatan adalah kondisi sosial ekonomi yang
paling berpengaruh.
Menurut Leeden et al. (1990) rata-rata masyarakat umumnya memakai air sebanyak 100 galon
per orang per hari, sebagai konsumen domestik, masyarakat memakai air untuk untuk keperluan
seperti : pengglontoran toilet, mandi, memasak, kebersihan dan menyirami tanaman. Sedangkan
menurut Fair et al. (1971) aktivitas pemanfaatan air dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel Aktivitas Pemanfaatan Air

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Leeden et al. (1990) di Amerika Serikat, maka
terdapat variasi penggunaan air pada jam-jam tertentu dalam satu hari.
Tabel Variasi pemanfaatan air selama satu hari

Tabel Pemakaian Air Domestik di Beberapa Negara

Tabel Standar Kebutuhan Air Domestik Berdasarkan Jenis Kota dan Jumlah Penduduk

Pemanfaatan Air untuk Domestik Berdasarkan Jenis Kegiatan


Pemanfaatan air domestik berdasarkan jenis kegiatan dibahas secara khusus pada sebuah kasus
studi penelitian di Kecamatan Kalasan. Pengambilan sample dilakukan secara acak pada setiap
kelurahan yang ada di Kecamatan Kalasan (Purwomartani, Selomartani, Tamanmartani, dan
Tirtomartani) secara proporsional sebanyak 200 responden yang didapatkan dari perbandingan
antara jumlah kepala keluarga tiap-tiap kelurahan dengan total kepala keluarga seluruh
kelurahan.
Berdasarlan hasil penelitian, kegiatan yang memberikan konribusi terhadap
besarnya pemanfaatan air domestik antara lain adalah sebagai berikut:
Mandi
Pemanfaatan air domestik pada setiap jenis kegiatan didominasi oleh jenis kegiatan mandi, yaitu
sebesar 39,06 liter/hari, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Kalasan, dari
rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak 5 orang terdapat sebanyak 60,57 % atau sebanyak 3
orang yang melakukan kegiatan rutinitas setiap harinya, seperti berangkat ke tempat kerja, ke
sekolah, atau kegiatan lain yang dilakukan setiap harinya, hal ini memberikan kontribusi
besarnya pemanfaatan air pada jenis kegiatan mandi di Kecamatan Kalasan, karena setiap kali
melakukan aktivitas pagi selalu diawali dengan mandi.
Disamping adanya kegiatan rutinitas yang memberikan kontribusi besarnya pemanfaatan air
domestik untuk kegiatan mandi, ternyata juga ditemukan di lapangan bahwa pemanfaatan air
domestik untuk jenis kegiatan mandi ini sangat di pengaruhi oleh suatu kebiasaan masyarakat
dalam memanfaatkan air, yaitu adanya kebiasaan besarnya pemanfaatan air untuk mandi
dipengaruhi oleh adanya tempat penampungan air (wadah air), pemanfaatan air pada jenis
kegiatan mandi di rumah tangga dengan menggunakan bak mandi relatif lebih besar jika
dibandingkan dengan menggunakan ember, hal ini terbukti dari 200 responden yang diteliti
terdapat 152 rumah tangga yang menggunakan bak mandi, dan 48 rumah tangga yang
menggunakan ember sebagai tempat penampungan untuk mandi. Pemanfaatan air pada jenis

kegiatan mandi dengan menggunakan bak mandi mempunyai rata-rata pemanfaatan air sebesar
413,37 liter/hari, sedangkan dengan menggunakan ember mempunyai rata-rata pemanfaatan air
sebesar 349,58 liter/hari. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan air pada jenis
kegiatan mandi dengan menggunakan bak mandi cenderung menggunakan air lebih besar jika
dibandingkan dengan menggunakan ember.
Mencuci Pakaian
Rata-rata pemanfaatan air pada jenis kegiatan mencuci pakaian sebesar 78,30 liter/hari.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, dari 200 responden yang diteliti di Kecamatan
Kalasan terdapat 96,5 % atau sebanyak 193 rumah tangga melakukan jenis kegiatan mencuci
pakaian di rumah, sedangkan sisanya 3,5 % atau sebanyak 7 rumah tangga tidak melakukan
jenis kegiatan mencuci pakaian di rumah, tetapi dilakukan di sumber mata air, dari 7 rumah
tangga yang tidak melakukan jenis kegiatan mencuci pakaian tersebut terdapat 3 rumah tangga di
Kelurahan Tamanmartani dan 4 rumah tangga di Kelurahan Tirtomartani, sehingga dipastikan
pada 7 rumah tangga tersebut pemanfaatan air rumah tangga adalah nihil, walaupun demikian
rumah tangga yang tidak melakukan kegiatan mencuci pakaian tersebut diikutsertakan sebagai
pembagi dalam menghitung rata-rata pemanfaatan air. Keadaan ini memberikan kontribusi
terhadap rata-rata pemanfaatan air pada jenis mencuci pakaian di Kecamatan Kalasan menjadi
kecil.
Memasak dan Minum
Pemanfaatan air pada jenis kegiatan memasak dan minum adalah sebesar 11,12 liter/hari.
Kegiatan ini menduduki urutan kelima terbanyak dalam memanfaatkan air di Kecamatan
Kalasan, besar kecilnya pemanfaatan air pada jenis kegiatan ini sangat dipengaruhi oleh jumlah
anggota keluarga serta mobilitas anggota kelurga setiap harinya. Dari sebanyak 200 responden
yang diteliti di Kecamatan Kalasan, ternyata rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak 5 orang
dan yang melakukan kegiatan rutinitas sebanyak 3 orang setiap rumah tangga, tetapi dari ratarata jumlah anggota keluarga yang melakukan kegiatan rutinitas tersebut terdapat diantaranya 60
rumah tangga yang mempunyai kedua orang tua bekerja. Banyaknya kedua orang tua yang
bekerja di Kecamatan Kalasan ini memberikan kontribusi terhadap pemanfaatan air pada jenis
kegiatan memasak dan minum menjadi kecil, hal ini karena seringkali jenis kegiatan makan
siang atau minum dilakukan di luar rumah.
Mencuci Alat Dapur
Jenis kegiatan mencuci alat dapur menduduki urutan keempat terbanyak dalam pemanfaatan air,
yaitu sebesar 17,04 liter/hari. Jenis kegiatan ini sangat berkaitan dengan jenis kegiatan memasak
dan minum, sehingga alasan besar kecilnya pemanfaatan air pada jenis kegiatan ini juga sama
seperti jenis kegiatan memasak dan minum, di samping alasan yang sama dengan jenis kegiatan
memasak dan minum juga terdapat alasan lain yang menyebabkan besar kecilnya pemanfaatan
air pada jenis kegiatan mencuci alat dapur yaitu frekuensi mencuci alat dapur. Di Kecamatan
Kalasan frekuensi alat dapur terjadi variasi, dari 200 responden yang diteliti ternyata terdapat 13
% atau sebanyak 26 rumah tangga yang melakukan jenis kegiatan mencuci alat dapur dengan
frekuensi sebanyak 3 kali dalam sehari, 43,5 % atau sebanyak 87 rumah tangga dengan
frekuensi 2 kali dalam sehari, 43 % atau sebanyak 86 rumah tangga dengan frekuensi 1 kali
dalam sehari, dan 1 rumah tangga tidak melakukan jenis kegiatan mencuci alat dapur.

Banyaknya rumah tangga yang melakukan jenis kegiatan mencuci alat dapur dengan frekuensi 1
kali dalam sehari memberikan kontribusi terhadap pemanfaatan air domestik menjadi kecil pula.
Mencuci Lantai
Mencuci lantai termasuk jenis kegiatan yang menduduki urutan ketujuh dari sembilan jenis
kegiatan yang memanfaatkan air, yaitu sebesar 4,54 liter/hari. Besar kecilnya pemanfaatan air
pada jenis kegiatan ini sangat berkaitan dengan jumlah rumah tangga yang melakukan kegiatan
mencuci lantai serta banyaknya frekuensi yang dilakukan dalam satu minggu. Dari 200
responden yang diteliti di Kecamatan Kalasan ternyata terdapat 56,5 % atau sebanyak 113 yang
melakukan jenis kegiatan mencuci lantai, sedangkan sisanya sebanyak 43,5 % atau sebanyak 87
rumah tangga tidak melakukan jenis kegiatan mencuci lantai, hal ini disebabkan oleh rumah
tangga tersebut tidak mempunyai lantai tegel atau keramik, tetapi hanya berupa lantai tanah.
Rumah tangga yang melakukan jenis kegiatan mencuci lantai juga terjadi variasi frekuensi
mencuci lantai, dari 113 rumah tangga yang melakukan jenis kegiatan mencuci lantai ternyata
terdapat 46,02 % atau sebanyak 52 rumah tangga yang melakukan jenis kegiatan mencuci lantai
dengan frekuensi setiap hari; 17,70 % atau sebanyak 20 rumah tangga dengan frekuensi dua hari
sekali; 19,47 % atau sebanyak 22 rumah tangga dengan frekuensi sebanyak 3 hari sekali; dan
16,81 % atau sebanyak 19 rumah tangga dengan frekuensi sebanyak seminggu sekali.
Adanya rumah tangga yang tidak melakukan jenis kegiatan mencuci lantai serta adanya frekuensi
yang beragam dalam melakukan jenis kegiatan mencuci lantai, memberikan kontribusi jenis
kegiatan ini terhadap pemanfaatan air domestik menjadi kecil pula.
Wudlu
Dari 200 responden yang diteliti di Kecamatan Kalasan terdapat 167 rumah tangga yang
beragama Islam, sedangkan sisanya sebanyak 31 rumah tangga beragama Katolik, 1 rumah
tangga berama Kristen dan 1 rumah tangga beragam Hindu. Pemanfaatan air pada jenis kegiatan
berwudlu tidak mengikutsertakan agama non Islam sebagai pembagi dalam perhitungan rata-rata
pemanfaatan air. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata pemanfaatan air
berwudlu setiap harinya adalah sebesar 80,60 liter/hari. Berdasarkan data di lapangan rata-rata
setiap kali berwudu adalah 5 liter, sehingga seharusnya pemanfaatan air rata-rata untuk
berwudlu adalah jumlah anggota keluarga x rata-rata setiap kali berwudlu x sholat 5 waktu,
maka hasilnya adalah : 5 x 5 x 5 = 125 liter/hari, berarti bisa disimpulkan bahwa 80,60 : 25 =
3,22 3, ini artinya dari rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak 5 orang, ternyata hanya 3
orang yang sholat, atau dengan kata lain rata-rata rumah tangga di Kecamatan Kalasan yang
tidak sholat ada sebanyak 2 orang.
Mencuci Kendaraan
Jenis kegiatan mencuci kenderaan menduduki urutan keenam terbanyak dalam pemanfaatan air,
yaitu sebesar 5 liter/hari. Besar kecilnya pemanfaatan air pada jenis kegiatan ini sangat berkaitan
dengan jumlah rumah tangga yang melakukan kegiatan mencuci kenderaan serta media yang
digunakan setiap kali mencuci kenderaan. Dari 200 responden yang diteliti di Kecamatan
Kalasan ternyata terdapat 25 % atau sebanyak 50 rumah tangga yang melakukan jenis kegiatan
mencuci kenderaan, sedangkan sisanya sebanyak 75 % atau sebanyak 150 rumah tangga tidak
melakukan jenis kegiatan mencuci kenderaan dengan rincian alasan sebagai berikut:

Sebanyak 23 rumah tangga tidak melakukan jenis kegiatan mencuci kenderaan karena
tidak mempunyai kenderaan, baik berupa motor, mobil atau kenderaan dalam bentuk
lainnya.

Sedangkan sebanyak 127 rumah tangga tidak melakukan jenis kegiatan mencuci
kenderaan karena selalu menggunakan lap kain setiap kali membersihkan kenderaan,
sehingga tidak memerlukan air.

Rumah tangga yang melakukan jenis kegiatan mencuci kenderaan juga terjadi variasi media yang
digunakan setiap kali mencuci kenderaan, berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Kalasan
media yang sering diguanakan setiap kali mencuci kenderaan ada dua, yaitu ember atau selang
air. Dari 50 rumah tangga yang melakukan jenis kegiatan mencuci kenderaan ternyata terdapat
80 % atau sebanyak 40 rumah tangga yang melakukan jenis kegiatan mencuci kendaraan dengan
menggunakan media ember, sedangkan sisanya sebanyak 20 % atau sebanyak 10 rumah tangga
melakukan jenis kegiatan mencuci kenderaan dengan menggunakan media selang air. Media
yang berbeda menghasilkan rata-rata pemanfaatan air pada jenis kegiatan mencuci kenderaan
menjadi berbeda pula, berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa rata-rata pemanfaatan air
dengan menggunakan media ember sebesar 9 liter/hari, sedangkan rata-rata pemanfaatan air
dengan menggunakan media selang air adalah sebesar 64 liter/hari.
Adanya rumah tangga yang tidak melakukan jenis kegiatan mencuci kenderaan serta banyaknya
rumah tangga yang menggunakan media ember setiap kali mencuci kenderaan, memberikan
kontribusi jenis kegiatan ini terhadap pemanfaatan air domestik menjadi kecil pula.
Menyiram Tanaman
Lain halnya dengan jenis kegiatan menyiram tanaman, di mana pada kegiatan ini pemanfaatan
airnya adalah paling kecil jika dibandingkan dengan jenis kegiatan lainnya, yaitu sebesar 1,94
liter/hari. Berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Kalasan ditemukan bahwa dari 200
responden yang diteliti terdapat sebanyak 7,5 % atau sebanyak 15 rumah tangga yang
menggunakan pekarangan rumah untuk menanam tanaman, sedangkan sisanya sebanyak 92,5 %
atau 185 rumah tangga tidak menggunakan pekarangan rumah sebagai tempat untuk menanam
tanaman, tetapi hanya dibiarkan sebagai tempat untuk bermain anak-anak. Berdasarkan uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa rumah tangga di Kecamatan Kalasan tidak tertarik untuk
menanam tanaman pada pekarangan rumah, sehingga pemanfaatan air pada jenis kegiatan
menyiram tanaman juga relatif kecil.
Pemanfaatan Air Lain-Lain
Jenis kegiatan pemanfaatan air lain-lain menduduki urutan kedelapan terbanyak
dalam pemanfaatan air, yaitu sebesar 2,74 liter/hari. Berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan
Kalasan, jenis kegiatan pemanfaatan air lain-lain ini terdapat jenis kegiatan memberi minum
ternak dan mengisi bak ikan, kedua jenis kegiatan ini termasuk jenis kegiatan pemanfaatan air
lain-lain dan termasuk memberikan kontribusi terhadap besarnya pemanfaatan air domestik,
dimasukkannya kedua jenis kegiatan tersebut dalam pemanfaatan air domestik, karena air yang
digunakan bersumber dari rumah tangga.
Dari 200 responden yang diteliti di Kecamatan Kalasan, terdapat 3,5 % atau sebanyak 7 rumah
tangga yang melakukan jenis kegiatan pemanfaatan air lain-lain dengan rincian 4 rumah tangga
melakukan jenis kegiatan memberi minum ternak dengan rata-rata pemanfaatan air sebesar 32,68

liter/hari, dan 3 rumah tangga melakukan jenis kegiatan mengisi bak ikan dengan rata-rata
pemanfaatan air sebesar 139,27 liter/hari, ini berarti terdapat 193 rumah tangga di Kecamatan
Kalasan tidak melakukan jenis kegiatan pemanfaatan air lain-lain, berdasarkan hasil pengamatan
di lapangan diketahui bahwa 193 rumah tangga tersebut tidak memungkinkan melakukan jenis
kegiatan pemanfaatan air lain-lain, karena keterbatasan lahan yang tersedia.
Banyaknya rumah tangga yang tidak melakukan jenis kegiatan pemanfaatan air lain-lain
memberikan kontribusi terhadap pemanfaatan air domestik menjadi kecil pula.
Pada masing-masing jenis kegiatan memberikan kontribusi yang berbeda terhadap pemanfaatan
air domestik, secara implisit kontribusi masing-masing jenis kegiatan tersebut disajikan pada
tabel di bawah ini.
Tabel Persentase Pemanfaatan Air Pada Setiap Jenis Kegiatan

Berdasarkan pada tabel di atas dapat simpulkan bahwa pemanfaatan air pada setiap
jenis kegiatan yang terbesar adalah jenis kegiatan mandi, yaitu sebesar 66,42 %. Besarnya
kontribusi jenis kegiatan mandi di Kecamatan Kalasan sangat berbeda seperti yang diungkapkan
oleh Fair et al. (1971), di mana ia mengatakan bahwa kontribusi jenis kegiatan mandi terhadap
pemanfaatan air domestik adalah sebesar 37 %, hal tersebut menunjukkan bahwa di Kecamatan
Kalasan pemanfaatan air pada jenis kegiatan mandi memberikan kontribusi yang relatif besar
terhadap pemanfaatan air domestik sehari-hari.
Sesuatu yang tidak ditemukan pada tabel Aktivitas Pemanfaatan Air adalah pemanfaatan air pada
jenis kegiatan berwudlu, hal ini karena di negara Amerika Serikat mayoritas beragama non
Islam, sehingga pemanfaatan air pada jenis kegiatan ini tidak diperhitungkan, tetapi lain halnya
bagi negara yang penduduknya mayoritas Islam, besarnya pemanfaatan air pada kegiatan
tersebut sangat signifikan, dari hasil penelitian di Kecamatan Kalasan diketahui bahwa
pemanfaatan air pada jenis kegiatan ini sebesar 13,45 % dari total pemanfaatan air domestik
sehari-hari.
Lain halnya dengan pemanfaatan air pada jenis kegiatan menyiram tanaman, di Kecamatan
Kalasan termasuk pemanfaatan air terkecil, yaitu sebesar 0,32 %, tetapi jika dibandingkan
dengan tabel 2.1 yang merupakan pemanfaatan air di negara Amerika Serikat, pemanfaatan air
pada jenis kegiatan menyiram tanaman di negara tersebut sebesar 3%, hal ini menunjukkan

bahwa pemanfaatan air pada jenis kegiatan ini di Kecamatan Kalasan memberikan kontribusi
relatif kecil terhadap pemanfaatan air domestik sehari-hari.
Berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Kalasan dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fair
et al. (1971) di Amerika Serikat, terdapat perbedaan yang nyata, sehingga apa yang diutarakan
oleh Fair et al. (1971) tentang kontribusi jenis kegiatan tertentu terhadap pemanfaatan air
domestik tidak dapat digeneralisir terhadap semua daerah, apalagi bagi suatu negara yang
mempunyai dua musim seperti di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai