Anda di halaman 1dari 35

Praktikum Dinamika Teknik

Laboratorium Desain

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu proses produksi, mesin-mesin produksi sangat memegang
peranan. Kerusakan pada mesin-mesin tersebut bisa berakibat fatal pada proses
produksi. Dengan kemajuan teknologi, telah diketahui bahwa salah satu penyebab
kerusakan mesin-mesin itu antara lain karena adanya ketidakseimbangan pada
bagian-bagian mesin yang berputar.
Bagian-bagian yang berputar menimbulkan gaya kocak (shaking force)
sebagai akibat dari efek-efek gaya inertia. Karena gaya kocak harus dihindari
maka harus ada cara untuk menyeimbangkan secara keseluruhan atau sebagian
gaya-gaya inertia tersebut dengan menambahkan gaya-gaya inertia tambahan yang
membantu untuk melawan efek gaya-gaya inertia tersebut. Maka dari itu kami
mencoba mengamati fenomena tersebut.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah :
1. Untuk mengetahui ketidakseimbangan massa yang berputar pada suatu
poros.
2. Untuk mempelajari langkah-langkah yang ditempuh dan untuk
mengatasi ketidakseimbanganan tersebut yaitu dengan mendapatkan
kondisi seimbang statis maupun seimbang dinamis.
1.3 Rumusan Masalah
Dalam praktikum lab keahlian balanching machine, akan dipasang massa
unbalance pada piringan 2, 3,dan 4 dengan massa dan sudut kemiringan yang
sudah ditentukan. Kemudian akan dipasang massa pembalance pada piringan 1
dan 5.

Teknik Mesin FTI - ITS

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

1.4 Batasan Masalah


Pada pembahasan

praktikum Balancing Machine digunakan batasan

sebagai berikut:
a. Balance statis dan balance dinamis.
b. Membalance satu massa yang berputar pada bidang datar.
c. Membalance lebih dari satu massa yang berputar pada bidang datar.
d. Massa dan sudut kemiringan telah ditentukan.

Teknik Mesin FTI - ITS

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

BAB II
DASAR TEORI
Akibat percepatan mekanisme akan timbul gaya inersia pada mekanisme
tersebut. Gaya inersia ini dapat menimbulkan goncangan pada mesin atau
konstruksi. Adanya goncangan ini sangat merugikan. Karena umur komponen
yang ada akan menjadi lebih pendek (mudah aus/rusak). Oleh karenanya perlu
dilakukan langkah-langkah untuk menyeimbangkan mekanisme yang ada. Hal ini
dilakukan dengan memberikan massa pada sistem yang akan melawan gaya
inersia yang menyebabkan goncangan tersebut di atas.
Cara di atas dapat dipergunakan untuk membuat seimbang massa yang
bergerak bolak-balik maupun yang berputar. Untuk sistem massa yang berputar,
terdapat tiga jenis permasalahan, yaitu:

Membuat seimbang sebuah massa yang berputar.

Membuat seimbang lebih dari sebuah massa yang berputar, dimana massamassa tersebut terletak pada sebuah bidang datar yang sama.

Membuat seimbang lebih dari sebuah massa yang berputar, dimana massamassa tersebut terletak pada beberapa bidang datar.

2.1 Membuat Seimbang Sebuah Massa yang Berputar


Suatu poros yang berputar dengan kecepatan sudut akan mengakibatkan
timbulnya gaya inersia, jika gaya-gaya dan momen yang timbul tidak seimbang,
akan menimbulkan goncangan pada sistem serta reaksi yang cukup besar pada
bantalan A dan B.
Untuk mengeliminasi timbulnya goncangan tersebut ditambahkan massa
penyeimbang m2 yang dipasang pada jarak R2 dari poros, dan pada posisi sudut
seperti pada gambar 2.1. Tujuan dari pemberian massa ini adalah untuk
menyeimbangkan sistem, baik keseimbangan secara statis maupun dinamis.

Teknik Mesin FTI - ITS

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

w1

W1
R1

R1

1
B

sebelum dibalancing
W1
R1

R1

m1g

R2

R2

W2

W2

m2g
Setelah dibalancing (kesetimbangan statis)
m12RSin

m12R

m12RCos

W1
R1

R1

2
B

A
R2

R1

2
R2

R2

W2

W2

m22R

m22RCos

W2

m22RSin

Setelah dibalancing (kesetimbangan dinamis)


Gambar 2.1. Membuat seimbang satu massa yang berputar

Teknik Mesin FTI - ITS

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

Keseimbangan Statis
Keseimbangan statis tercapai apabila total momen oleh gaya berat dari
sistem massa terhadap poros sama dengan nol.
M 0

m1 g R1 cos m2 g R2 cos 0

m1 R1 m2 R2 ... (1)

Keseimbangan Dinamis
Keseimbangan dinamis tercapai apabila total gaya inersia yang timbul
akibat putaran sama dengan nol.
I 0

m1 R1 2 m2 R2 2 0
m 2 R2 m1 R1 ... (2)

Ternyata persamaan (1) dan (2) adalah sama. Jadi untuk sebuah massa yang
berputar, keseimbangan statis dan dinamis tercapai bila memenuhi persamaan di
atas. Bila harga R2 ditentukan (tergantung pada ruang yang tersedia), maka m2
dapat dihitung.

Teknik Mesin FTI - ITS

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

2.2 Membuat Seimbang Lebih Dari Satu Massa yang Berputar pada Bidang
Datar yang Sama
Pada kasus ini dimisalkan ada tiga buah massa m 1, m2, dan m3 terletak
pada bidang yang sama, dipasang pada poros pada jarak masing-masing R 1, R2,
R3, serta posisi sudut 1, 2, 3 seperti pada gambar 2.2.
m3

m3

m2
m1

R3

1
m1

m2

R2

R1

B
Gambar 2.2. Kondisi sistem lebih dari satu massa yang berputar pada
bidang datar yang sama sebelum dibalance
Agar sistem memenuhi keseimbangan statis maupun dinamis maka jumlah

momen oleh gaya berat massa-massa terhadap poros sama dengan nol dan juga
jumlah gaya inersia akibat putaran sama dengan nol. Massa penyeimbang m e
dipasang pada poros dengan jarak Re dan posisi sudut e.
Berikut visualisasi penyeimbangan statis dan dinamis pada gambar 2.3..
m3
m2

m1
B

m1g

R3
m3g

R2 m g
2

R1
e

Re

me
meg
Keseimbangan statis

Teknik Mesin FTI - ITS

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

m3

m32R3

m2

m12R1

m1

R3

e
me

R2

R1

m22R2

Re

me2Re
m32R sin 2

m3

m32R cos 2

m2

m12R sin 2
1

m1

m12R cos 2

me

R3
3

e
2

me R cos 2

R2

m22R cos 2

R1

m22R sin 2

Re

me2R sin 2
Keseimbangan dinamis
Gambar 2.3. Keseimbangan statis dan dinamis pada sistem lebih dari satu
massa yang berputar pada bidang datar yang sama setelah dibalance
2.2.1 Metode Analitis

Keseimbangan Statis
Keseimbangan statis tercapai bila jumlah momen oleh gaya berat massa-

massa tersebut terhadap poros sama dengan nol. Yang dinyatakan dengan
persamaan berikut ini.

Teknik Mesin FTI - ITS

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

M 0
3

(m gR cos ) m gR
i

i 1

(m R cos ) m R
i

i 1

cos e 0

atau

cos e 0 ..(3.1)

Apabila sistem di posisi 900 melawan jarum jam, maka keseimbangan statis
dipenuhi oleh persamaan :
3

(m R sin ) m R sin
i

i 1

0 ..(3.2)

Keseimbangan Dinamis
Keseimbangan dinamis tercapai bila jumlah gaya inersia akibat putaran

sama dengan nol. Dimana gaya inersia ini diuraikan pada arah horisontal dan
vertikal.
Untuk gaya inersia arah horisontal:
3

(m R
i 1

cos i ) me Re 2 cos e 0

Untuk gaya inersia arah vertikal:


3

(m R
i 1

sin i ) me Re 2 sin e 0

Dua persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi :


3

(m R cos ) m R
i 1

(m R sin ) m R
i 1

cos e 0 ......(4)

sin e 0 ...(5)

Persamaan (4) dan (5) adalah syarat tercapainya keseimbangan dinamis.


Sedangkan dari persamaan yang terdahulu terlihat bahwa persamaan (3.1) dan
(3.2) sama dengan persamaan (4) dan (5). Hal ini berarti dengan menggunakan
persamaan (4) dan (5) saja sudah mencakup syarat terjadinya keseimbangan statis
dan dinamis.

Teknik Mesin FTI - ITS

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

Pada persamaan (4) dan (5) terdapat tiga variabel yang tidak diketahui
yaitu me, Re, dan e. Tetapi kita dapat menentukan Re sesuai dengan kondisi
sistem yang ada atau ruang yang tersedia. Sehingga variabel yang belum diketahui
pada persamaan (4) dan (5) menjadi dua, sehingga persamaan dapat diselesaikan.
Perlu diketahui bahwa arah e tidak dapat ditentukan.
2.2.2 Metode Grafis
Di samping menggunakan cara analitis seperti uraian di atas, massa
penyeimbang me dapat juga ditentukan dengan memakai cara grafis sebagai
berikut. Apabila jumlah gaya inersia yang timbul sama dengan nol, maka secara
vektorial dapat dituliskan :
3

(m R
i 1

) me Re 2 0

(m R ) m R
i 1

atau

0 . (6)

Agar diperoleh sistem yang seimbang maka vektor-vektor pada persamaan


(6) harus membentuk polygon vektor tertutup, seperti ditunjukkan oleh gambar
2.3. Seperti yang terlihat pada gambar 2.3, arah e tidak bisa kita tentukan. Kita
hanya bisa menentukan harga me atau Re saja.
m32R3
m12R1

m22R2
1

R3

R1

m3R

R2

meRe

m2R2

Re

m1.R

Me2Re

Gambar 2.4. Mendapatkan vektor meRe

Teknik Mesin FTI - ITS

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

2.3. Membuat Seimbang Lebih Dari Sebuah Massa yang Berputar, Terletak
pada Beberapa Bidang Sejajar
Keadaan yang umum dari massa-massa yang diletakkan sepanjang poros
yang berputar dengan kecepatan konstan terlihat pada contoh gambar 2.5. Jarak
massa-massa m1, m2, m3 terhadap poros adalah R1, R2, dan R3, terhadap bidang
pembalan A adalah a1, a2, dan a3 sedang posisi sudutnya 1,2, 3. Untuk kondisi di
atas, maka akibat putaran poros akan timbul gaya inersia pada masing-masing
massa yang berputar.
m3

m1

m3
R3

a1

Bidang A

m1

R2

a2
aB

R1

m2

a3

m2

Bidang B

Gambar 2.5. Keadaan yang umum dari massa-massa yang diletakkan pada
beberapa bidang sejajar
Ketidakseimbangan pada sistem ini disebabkan karena:

Jumlah momen (kopel) yang timbul tidak sama dengan nol.

Jumlah gaya inersia yang timbul tidak sama dengan nol.


Untuk mengatasi ketidakseimbangan karena kopel yang timbul, maka pada

sistem harus ditambahkan suatu kopel, sehingga jumlahnya sama dengan nol.
Kopel tambahan tersebut di atas diperoleh sebagai berikut:
Pada sistem kita tambahkan dua buah massa penyeimbang yang tidak
terletak pada satu bidang datar. Ini akan menimbulkan kopel yang akan melawan
kopel yang terjadi karena putaran massa-massa m1, m2, m3 sehingga jumlah
kopelnya sama dengan nol. Penempatan massa penyeimbang tergantung fasilitas
ruangan yang tersedia. Berikut ini akan diuraikan bagaimana massa penyeimbang

Teknik Mesin FTI - ITS

10

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

mA dan mB dapat membuat sistem menjadi seimbang. Mula-mula kita akan


memperhatikan pengaruh massa m1 terhadap bidang A dan bidang B. Perhatikan
gambar 2.6.
Bidang A

Bidang B
m12R1

a1
b

Bidang A

m12R1

Bidang B
m12R1

m12R1
a1
b
Gambar 2.6. Pengaruh massa m1 terhadap bidang A
Massa m1 menimbulkan gaya inersia m1R12. Bila pada bidang A
ditambahkan dua buah gaya yang sama besar berlawanan arah m 1R12, maka
sistem tidak berubah. Sekarang kita dapat melihat bahwa akibat gaya inersia dari
massa m1 dapat diganti dengan gaya sebesar m1R12 yang bekerja pada bidang A
dan kopel sebesar m1R12a1 yang bekerja pada poros.
Kopel m1R12a1 tersebut diatas dapat diganti dengan dua buah gaya yang
sama, sejajar, dan berlawanan arah sebesar F, masing-masing bekerja pada bidang
A dan B. Kita dapat melihat visualisasinya pada gambar 2.7

Teknik Mesin FTI - ITS

11

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

Bidang B

Bidang A

m12R1

m12R1.a1/b

m12R1.a1/b

Gambar 2.7. Pengaruh massa m1 terhadap bidang A dan bidang B


Gaya F dalam hal ini harus memenuhi persamaan:
F . b = m1R1 2 a1
F = m1R12 a1 / b
Akhirnya kita dapat melihat bahwa pengaruh gaya inersia massa m1 pada bidang
A dan B adalah gaya sebesar m12R1.a1/b pada bidang B dan m12R1.(1 - a1/b)
pada bidang A.
Bidang A

2
1

Bidang B

m R1.(1-a1/b)
Efek m1

m12R1.a1/b
Efek m1

b
Gambar 2.8. Efek massa m1 pada bidang A dan B
Dengan cara yang sama dapat ditentukan efek m2 dan m3 terhadap bidang A dan B
seperti pada gambar 2.9 berikut :
Efek

Bidang A

Efek mA
dibidang A
yang seimbang
dengan efek
m1, m2, dan
m3.

Efek

m1

Bidang

m3

Efek m2

Efek m2

Teknik Mesin FTI - ITS

B Efek m
3

Efek m1

Efek mB
dibidang B
yang seimbang
dengan efek
m1, m2, dan m3.

12

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

Gambar 2.9. Efek massa-massa sistem pada bidang A dan B


Agar gaya-gaya yang bekerja di bidang A seimbang, maka pada bidang A
tersebut harus ditambahkan sebuah gaya yang resultannya bila dijumlahkan
dengan efek m1, m2, dan m3 sama dengan nol. Gaya yang harus ditambahkan
tersebut diperoleh dari gaya inersia yang timbul pada massa penyeimbang m A
yang ditambahkan pada poros di bidang A. Hal yang sama dilakukan pada bidang
B. Jadi sekarang total gaya pada bidang A sama dengan nol, dan total gaya pada
bidang B juga sama dengan nol.
2.3.1 Metode Analitis
Misalnya mA dan mB adalah massa penyeimbang yang harus ditambahkan
pada bidang A dan B yang berada pada jarak R A dan RB dari poros dan posisi
sudutnya A dan B.
m1

m3
m3.g

a1
mA
Bidang A

a
a2 B

m2

mB

m1.g

mA.g

a3
Bidang B

m2 R sin 2

m32R
m32R sin 3
m32R cos 3

m12R sin 1 2
m1 R
m12R cos 1

mB2R sin B

mA2R cos A
mB2R cos B
m22R cos 2
2
mA R
mB2R
2
2
m

R
sin

R
sin B
A
A
B
m22R 2
m2 R sin 2

Gambar 2.10. Visualisasi penyeimbangan dengan adanya massa mA dan mB


Teknik Mesin FTI - ITS

13

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

Keseimbangan Statis :
Keseimbangan statis terjadi bila jumlah momen oleh gaya berat terhadap
poros sama dengan nol.

(mi gRi cos i ) m A gR A cos A m B gR B cos B 0

(mi Ri cos i ) m A R A cos A m B R B cos B 0 .......................................(7)

3
i 1
3
i 1

Apabila sistem di putar 900 melawan jarum jam, maka keseimbangan statis
dipenuhi oleh persamaan :

3
i 1

3
i 1

mi gRi cos( i 90 0 ) m A gR A cos( A 90 0 ) m B gR B cos( B 90 0 ) 0


(mi Ri sin i ) m A R A sin A m B R B sin B 0 .........................................(8)

Keseimbangan dinamis :
Keseimbangan dinamis dipenuhi apabila jumlah gaya inersia yang timbul
sama dengan nol, dan jumlah momen oleh gaya-gaya inersia yang timbul sama
dengan nol.
Untuk gaya inersia ke arah horizontal :

(mi Ri 2 cos i ) m A R A 2 cos A m B R B 2 cos B 0

(mi Ri cos i ) m A R A cos A m B R B cos B 0 .......................................(9)

3
i 1
3
i 1

Untuk gaya inersia ke arah vertikal :

(mi Ri 2 sin i ) m A R A 2 sin A m B R B 2 sin B 0

(mi Ri sin i ) m A R A sin A m B R B sin B 0 .........................................(10)

3
i 1
3
i 1

Keseimbangan momen terhadap bidang A oleh gaya inersia ke arah horisontal :


MA = 0

3
i 1

( mi Ri 2 ai cos i ) m A R A a A 2 cos A m B RB a B 2 cos B 0

Harga aA = 0 maka :

Teknik Mesin FTI - ITS

14

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

(mi Ri 2 ai cos i ) m B R B a B 2 cos B 0 .............................................(11)

i 1

Keseimbangan momen terhadap bidang A oleh gaya-gaya inersia ke arah vertikal :


MA = 0

(mi Ri 2 ai sin i ) m A R A a A 2 sin A m B R B a B 2 sin B 0

i 1

Harga aA = 0 maka :

3
i 1

(mi Ri 2 ai sin i ) m B RB a B 2 sin B 0 ..............................................(12)

Jadi keseimbangan dinamis terpenuhi dengan persamaan (9), (10), (11), dan (12).
Ternyata persyaratan keseimbangan statis yaitu persamaan (7) dan (8)
sama dengan persamaan (9) dan (10), yang sebagian dari persyaratan
keseimbangan dinamis. Jadi persamaan (9), (10), (11), dan (12) merupakan
persyaratan keseimbangan statis maupun keseimbangan dinamis. Dari empat
persamaan tersebut terdapat 6 variabel, yaitu mA, RA, A dan mB, RB, B. Dengan
menentukan 2 variabel, sebuah pada A dan sebuah pada B, maka variabel yang
lain bisa didapatkan. Karena terbatasnya tempat dimana himpunan beban massa
berputar, maka biasanya ditentukan R yang maksimal, hingga bisa didapatkan m A,
mB, A dan B. Metode analitis dapat kita plotkan sebagai berikut :
m

m.R.Cos

m.R.Sin

m.R.a.Cos

m.R.a.Sin

m1

R1

a1

....

....

....

....

m2

..

..

..

..

..

..

..

..

..

..

mA

RA

aA

mB

RB

aB

=0

=0

=0

=0

2.3.2 Metode Grafis

Teknik Mesin FTI - ITS

15

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

Metode secara grafis yang dipakai adalah metode dengan persamaan-persamaan


yang sama dengan metode analitis, tetapi dinyatakan dengan persamaan vektor.

Keseimbangan gaya-gaya inersia :


mi.Ri =0.................................................................(14)

Keseimbangan momen gaya inersia terhadap bidang A :


mi.Ri.ai = 0(15)

Keseimbangan momen gaya inersia terhadap bidang B :


mi.Ri.bi = 0.........(16)

Dimana : mi = berat beban pada rotor bidang koreksi ke i.


Ri = jari-jari dimana beban terletak pada bidang ke i
ai = jarak bidang ke i terhadap bidang koreksi A
bi = jarak bidang ke i terhadap bidang koreksi B
Metode secara grafis ini dapat ditabelkan sebagai berikut :
M

m1

R1

mR

mRa

m1R1
..
..

m1R1a1
..
..

..
..

..
..
RA

a1
..
..

RB

aB

..

..

Analisa keseimbangan bisa dilakukan terhadap bidang A saja atau bidang


B saja yaitu menggunakan persamaan (15) atau persamaan (16).
Dengan menggambarkan keseimbangan vektor dari vektor momen
terhadap bidang A akan didapatkan vektor momen mBRBaB. Sebaliknya kalau
digambarkan keseimbangan vektor dari vektor momen B akan didapatkan vektor
momen mARAbA. Karena aB dan aA adalah tertentu maka vektor mB, RB dan mA, RA
bisa didapatkan. Selanjutnya jika RA, dan RB ditentukan maka bisa didapatkan mA
dan mB.

Teknik Mesin FTI - ITS

16

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

BAB III
PERALATAN DAN CARA KERJA
3.1 Peralatan
Adapun peralatan yang dipakai mempunyai bagian dan perlengkapan sebagai
berikut:
1. Rangka penunjang ayunan.
2. Motor dengan putaran variable sebagai penggerak poros (rotor berupa piringan
dipasang pada poros).
3. Tranducer yang digunakan untuk mengamati amplitudo dari osilasi ayunan
dihubungkan dengan kotak kontrol.
4. Lima buah rotor, dimana rotor 1 dan rotor 5 mempunyai slot untuk meletakkan
dan mengikat beban imbangan yang disebut sebagai rotor koreksi. Rotorrotor
2,3,4 mempunyai lubang lubang untuk mengikat beban yang akan dibalans
dengan jari-jari yang sudah tertentu. Pada kelima rotor tersebut dilengkapi
dengan bus penunjuk posisi sudut.
5. Stroboscope dengan frekuensinya yang dapat diatur dikondisikan konstan pada
percobaan ini sedangkan frekuensi putaran rotor koreksi diubah-ubah sehingga
didapat angka tertentu yang seolah-olah diam.
6. Kotak kontrol tempat power supply motor penggerak, oscillator untuk
stroboscope dan pembacaan amplitudo dari oscillasi ayunan rangka ayun
7. Satu set beban massa (8, 11, 16, 22, dan 23) gram, tiga kunci L, satu steel rule,
satu pointer dengan dasar magnit dan flat belt.
3.2 Pemasangan Peralatan
Cara pemasangan peralatan untuk melakukan percobaan adalah:
1. Rangka mesin diletakkan diatas meja yang kokoh dan benar-benar mendatar,
diatur dengan kaki pengatur.

Teknik Mesin FTI - ITS

17

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

2. Himpunan rotorporos diletakkan diatas bantalan ayun dengan flat belt


penggerak dilingkarkan pada poros, pully perantara dan pully penggerak. Belt
dikencangkan dengan pengatur pada pegangan motor.
3. Rangka ayunan dipasang pada rangka penunjang dengan pegas silang dan
diikat dengan kawat (kabel) pada kedua ujung lainnya, sehingga rangka
ayunan dan himpunan rotorporos bebas beroscilasi pada bidang horizontal
disekitar sumbu pegas silang dan gerakan dikembalikan oleh gaya elastis dari
pegas silang.
4. Antara ujung porosrotor dengan tumpuannya pada rangka ayunan diberikan
jarak 0,5 mm, agar poros bebas berputar terhadap tumpuan tersebut.
5. Lengan transducer diatur sedemikian rupa sehingga dalam keadaan diam,
lengan ayun berada ditengah-tengah.
6. Transducer dihubungkan dengan kotak kontrol dan kotak pada bed-plate
voltage dan hubungan elektrik diperiksa agar bebas kotoran.
3.3 Prosedur Praktikum
Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan praktikum adalah:
1. Rotor-rotor dipasang pada poros dengan jarak sesuai perintah praktikum,
beban massa dipasang pada rotor 2, 3, 4 dengan berat dan posisi sesuai
perintah praktikum pula.
2. Himpunan rotor poros dipasang pada rangka ayunan dengan rotor koreksi 1
tepat di atas sumbu pegas silang dan sesuai dengan petunjuk pemasangan,
dengan tidak melupakan rencana pemasangan flat belt penggerak dipasang di
antara rotor 2 dan 3 atau antara rotor 3 dan 4. Flat belt dihubungkan dengan
pulley motor penggerak melalui dua pulley perantara.
3. Stroboscope diswitch pada internal dan diatur frekwensinya misalnya 12 Hz.
Stroboscope diarahkan pada bidang rotor 5 dimana terdapat simpangan
terbesar dari getaran horizontal.
4. Himpunan rotor poros diputar oleh motor penggerak dengan putaran yang
variabel. Putaran motor diatur sedemikian rupa hingga frekuensi putaran

Teknik Mesin FTI - ITS

18

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

motor sama dengan frekuensi stroboscope. Hal ini terjadi kalau terlihat rotor
seolah-olah diam.
5. Pada saat rotor seolah-olah tampak diam segera catat angka yang kelihatan
tetap pada rotor dimana terdapat arah simpangan terbesar dari getaran
horizontal. Bersamaan dengan itu segera dicatat amplitudo yang ditunjukkan
oleh amplitudo meter sesuai dengan skala yang dipakai.
6. Stroboscope diswitch pada eksternal dan kontaktor diatur hingga menyentuh
lengan transducer, dimana terdapat keseimbangan terbesar dari getaran
horizontal.
7. Dari angka yang kelihatan tetap seperti pada prosedur 5 dapat diamati dimana
posisi massa pembalans sesuai dengan posisi yang ditunjukkan oleh bus
penunjuk posisi sudut, misalnya angka 1 setelah motor dimatikan. Ketiga
skrup pengikat dibuka, dikendorkan, rotor 5 diputar sedemikian hingga slot
tepat pada posisi ketidak seimbangan tadi, kemudian sekrup dikencangkan
lagi.
8. Dengan pertolongan curve kalibrasi akan didapat perkalian massa jari-jari
(m1R1) untuk amplitudo yang ditunjukkan oleh angka amplitudometer.
9. Karena keterbatasan jari jari yaitu terbatas pada slot yang ada, maka dipilih
R dan masa m yang tersedia hingga m 1R1 sama dengan atau mendekati m1R1
yang didapat dari prosedur 8. Masa m 1 dan jarijari R1 yang dipilih, dipasang
pada slot yang telah diatur posisinya pada prosedur 7, tetapi pada posisi
kebalikan yang ditunjukkan R 1 pada prosedur 7.
10. Diulangi seperti prosedur 4,5,6 hingga didapat R 2 dan m2 R2 dengan cara
seperti pada prosedur 7 dan 8.
11. Diagam mR dapat dibuat dengan skala tertentu (seperti gambar 3.1). Dari
diagram mR ini didapat beberapa mR dan posisi yang harus diberikan agar
sistem dalam keseimbangan, baik statis maupun dinamis.
12. Bandingkan hasil tersebut dengan teori, baik dengan metode analitis maupun
grafis.

Teknik Mesin FTI - ITS

19

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

13. Posisi rotor dibalik, rotor koreksi 5 diletakkan tepat diatas sumbu pegas silang
dan rotor koreksi 1 sebagai rotor koreksi yang diamati seperti yang dilakukan
pada rotor 5.
14. Ambil kesimpulan.

resultan

Gambar 3.1.Mencari arah pembalance dngan pengesetan stroboscope pada


kondisi internal

Gambar 3.2.Gambar rangkaian rotor

Teknik Mesin FTI - ITS

20

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

Gambar 3.3.Gambar Cussons Balancing Machine

Gambar 3.3.Gambar Osciloscope

Gambar 3.3.Gambar Strobo Scope


3.4 Flow Chart Pengambilan Data
Teknik Mesin FTI - ITS

21

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

N
Y

N
Y

Teknik Mesin FTI - ITS

22

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

Y
N

Teknik Mesin FTI - ITS

23

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

BAB IV
ANALISA DAN PERHITUNGAN
4.1 Data Percobaan

Penyeimbang Pada Rotor Koreksi 1

Data-data teknis :
W2 = m2 = 31 gram

2 = 30o

R2 = 67.5 mm

W3 = m3 = 16 gram

3 = 45o

R3 = 67.5 mm

W4 = m4 = 16 gram

4 = 45o

R4 = 67.5 mm

Rotor Koreksi 1
no
1
2
3
4
5

Angka
7
2
5
1
2

Amplitudo
0.6
0.6
0.6
0.8
1.2

Angka seolah tampak paling lama

:2

Amplitudo rata-rata yang ditunjukan

: 0.76

Dari grafik didapatkan gram mm

: 890.61
W1

: 16 gram

R1

: 55.66

Rotor Koreksi 1 Setelah diberi Massa


no
1
2
3
4
5

Angka
3
5
7
7
2

Amplitudo
0.4
1.2
0.4
0.6
1.2

Angka seolah tampak paling lama

:7

Amplitudo rata-rata yang ditunjukan

: 0.76

Dari grafik didapatkan gram mm

: 890.61

Teknik Mesin FTI - ITS

24

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

Penyeimbang Pada Rotor Koreksi 5

Data-data teknis :
W2 = m2 = 31

gram

2 = 30o

R2= 67.5 mm

W3 = m3 = 16

gram

3 = 45o

R3 = 67.5 mm

W4 = m4 = 16

gram

4 = 45o

R4 = 67.5 mm

Rotor Koreksi 5
no
1
2
3
4
5

Angka
2
5
3
3
3

Amplitudo
1.4
1.0
0.8
0.6
0.6

Angka seolah tampak paling lama

:3

Amplitudo rata-rata yang ditunjukan

: 0.88

Dari grafik didapatkan gram mm

: 1150.86
W5

: 22 gram

R5

: 52.31

Rotor Koreksi 5 Setelah diberi Massa


no
1
2
3
4
5

Angka
1
4
7
1
1

Amplitudo
1.0
0.8
1.0
1.6
0.4

Angka seolah tampak paling lama

:1

Amplitudo rata-rata yang ditunjukan

: 0.96

Dari grafik didapatkan gram mm

: 1321.02

Teknik Mesin FTI - ITS

25

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

4.2 Analisa Data


4.2.1 Metode Percobaan
Dari data percobaan diatas dapat diperoleh:
m1R1 = 890.61 mm, = 67.5 + 180 = 247.5o
m2R2 = 890.61 mm,
Kemudian dibuat grafik sebagai berikut:

Gambar 4.1 Grafik m1R1 dan dari praktikum


M resultan = 681.64 mm
resultan = 180o

Teknik Mesin FTI - ITS

26

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

m1R1 = 1150.86 mm,


m2R2 = 1321.02 cm, 202.5o
Kemudian dibuat grafik sebagai berikut:

Gambar 4.2 Grafik m5R5 dan dari praktikum


Mresultan = 1752.02 mm
resultan244o

Teknik Mesin FTI - ITS

27

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

4.2.2. Metode Analitis


Data-data teknis sebelum dilakukan pengamatan :
W2 = m2 = 31

gram

2 = 30o

R2= 67.5 mm

W3 = m3 = 16

gram

3 = 45o

R3 = 67.5 mm

W4 = m4 = 16

gram

4 = 45o

R4 = 67.5 mm

Data-data diatas dapat ditabulasikan seperti berikut ini :


Table 4.1 Data analisis sebelum perhitungan
R
(mm)
R1

a
(mm)
0

m.R.cos

m.R.sin

m.R.a.cos

m.R.a.sin

m
(gr)
m1

m1.R1.cos1

m1.R1.sin1

2
3
4

31
16
16

67,5
67,5
67,5

100
200
300

30
45
45

1812,11
763,56
763,56

1046,25
763,56
763,56

181210,50
152712,00
229068,00

104625,00
152712,00
229068,00

m5

R5

400

m5.R5. cos5

m5.R5. sin5

400m5.R5.cos5

400m5.R5.sin5

= 0

= 0

= 0

= 0

Rotor

Keseimbangan momen terhadap rotor 1 dari komponen horizontal gaya-gaya


inersia:
m.R.a.Cos = 0
0+181210,50+152712,00+229068,00+400M5R5Cos5 = 0
400m5R5Cos 5
= -562990,5
m5.R5 Cos 5 = -1407,48 gram mm.......................................(1)
Keseimbangan momen terhadap rotor 1 dari komponen vertikal gaya-gaya inersia
m.R.a.Sin = 0
0+104625+152712+229068+400m5R5Sin5 = 0
400M5R5Sin 5= -486405
m5.R5. Sin 5 = -1216,0125 gram mm......................................(2)

Teknik Mesin FTI - ITS

28

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

Bila persamaan (2) dibagi dengan persamaan (1) :


m5.R5.Sin 5 / m5.R5.Cos 5 = tg 5 = -1407,48 /-1216,0125 = 0.863
5 = 40.79 (tan (1) kuadran III)
Sin 5 bernilai negatif
Cos 5 bernilai negatif

5 terletak pada kuadran III

tg 5 bernilai positif
maka 5 = 180o + 40,79 o = 220,790
Dengan menggunakan persamaan trigonometri dari persamaan (1) dan (2)
didapatkan :
(m5.R5)2.(Cos2 5 + Sin2 5) = (-1407,48)2 + (-1216,0125)2
(m5.R5)2 .1 = 1980999,95 + 1478686,4
(m5R5)2 = 3459686,35
m5R5 = 1860,023
maka : m5R5 =1860,023 gram mm
Keseimbangan komponen horizontal gaya-gaya inersia :
m.R.Cos = 0
m1.R1.Cos 1+ 3339,23+m5R5Cos 5 = 0
m1R1 Cos 1 + 3339,23 + (-1408,22) = 0
m1.R1.Cos 1 = -1931,01 gram mm ...................................................(3)

Keseimbangan komponen vertikal gaya-gaya inersia :


m.R.Sin = 0
m1.R1.Sin 1 + 2573,37 + m5.R5.Sin 5 = 0
m1.R1.Sin 1 + 2573,37 + ( -1215,12 ) = 0
m1.R1.Sin 1 = -1358,25 gram mm ............................................................ (4)

Bila persamaan (4) dibagi dengan persamaan (3) :

Teknik Mesin FTI - ITS

29

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

m1.R1.Sin 1/ m1.R1.Cos 1 = tg 1 = -1358,25 / -1931,01 = 0,703


1 = 35.12
Sin 1 bernilai negatif
Cos 1 bernilai negatif

1 terletak pada kuadran III

tg 1 bernilai positif
maka 1 =180 + 35,12 = 215,12
Dengan menggunakan persamaan trigonometri dari persamaan (3) dan (4)
didapatkan :
(m1.R1)2.(Cos2 1 + Sin2 1) = (-1931,01)2 + (-1358,25 )2
(m1.R1)2 .1 = 3728799,62 + 1844843,06
(m1.R1)2 = 5573642,68
m1R1 = 2360,856
maka : m1.R1 = 2360,856 gram mm

Tabel 4.2 Data analitis setelah perhitungan


rotor
1
2
3
4
5

m
(gr)
m1
31
16
16
m5

R
(mm)
R1
67,5
67,5
67,5
R5

a
(mm)
0
100
200
300
400

1
30
45
45
5

m.R.cos

m.R.sin

-1784,46

-1545,75

1812,11
763,56
763,56
-1405,9
= 0

1046,25
763,56
763,56
-1217,84
= 0

m.R.a.cos
0
181210,50
152712,00
229068,00
-562361,19
= 0

m.R.a.sin
0
104625,00
152712,00
229068,00
-487134,17
= 0

4.2.3. Metode Grafis


Data-data teknis sebelum dilakukan pengamatan :
W2 = m2 = 31

gram

2 = 30o

R2= 67.5 mm

W3 = m3 = 16

gram

3 = 45o

R3 = 67.5 mm

W4 = m4 = 16

gram

4 = 45o

R4 = 67.5 mm

Teknik Mesin FTI - ITS

30

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

Data-data diatas dapat ditabulasikan seperti berikut ini :


Table 4.3 Data analisis sebelum perhitungan
Rotor

m (gram)

R (mm)

a (mm)

()

1
2
3
4
5

m1
31
16
16
m5

R1
67,5
67,5
67,5
R5

0
100
200
300
400

1
30
45
45
5

m.R
m1 R1
2092,5
1080
1080
m5 R5

m.R.a
0
209250
216000
324000
m 5 R5 a 5

= 0

= 0

Untuk rotor ke-1 sebagai pusat momen maka akan didapatkan gambar seperti
berikut ini :

Gambar 4.3 Grafik m5R5a5 dan dari metode grafis

Teknik Mesin FTI - ITS

31

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

Dari gambar 4.3 didapatkan:


400.m5.R5 = 744093,5 gram mm
m5.R5 = 1860,234 gr mm ; 5 = 311 - 90 = 221

Untuk mencari m1R1 maka dibuat gambar seperti berikut ini :

Gambar 4.4 Grafik m1R1 dan dari metode grafis

Dari gambar 4.4 didapatkan:


m5.R5 = 2359,92 gr mm ; 1 = 215

Teknik Mesin FTI - ITS

32

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

4.3 Pembahasan
Perbandingan hasil analisa teoritis, grafis dan percobaan :
No.

Metode

1.
2.
3.

Percobaan
Analitis
Grafis

m1R1
(gram mm)
681,64
2360,856
2359,92

1 (o)
180
215,12
215

m5R5
(gram mm)
1752,02
1860,023
1860,234

5 (o)
244
220,79
221

Dari praktikum didapatkan harga m, Rdan baik rotor 1 maupun rotor 5


dengan menggunakan tiga metode penyelesaian yaitu metode Percobaan, Analitis
dan Grafis. Harga m1R1 dan 1 merupakan harga m, Rdan pada rotor 1,
sedangkan m5R5 dan 5 merupakan harga m, Rdan pada rotor 5. Harga m1R1,
1, m5R5, 5 yang didapat dengan metode percobaan ditunjukkan pada nomor 1,
dengan metode analitis ditunjukkan pada nomor 2 dan dengan metode grafis
ditunjukkan pada nomor 3.
Sebagai acuan untuk mendapatkan harga m, R dan baik rotor 1 maupun
rotor 5 adalah nilai dari analitis karena metode ini didasarkan pada perhitungan
matematis dari persamaan yang ada. Untuk harga m1R1, 1, m5R5, 5 dengan
cara percobaan memiliki perbedaan dengan cara Analitis. Perbedaan ini memiliki
selisih yang besar dikarenakan kesulitan dalam pengamatan selama percobaan.
Kesulitan tersebut meliputi :

Kesulitan dalam pengaturan stroboscope sehingga Pengamatan pada angka


yang seolah-olah diam kurang akurat.

Sulit mengkondisikan putaran motor untuk mendapatkan keadaan


unbalance pada rotor.

Untuk metode grafis harga m1R1, 1, m5R5, 5 tidak memiliki perbedaan yang
signifikan dengan metode analitis. Perbedaan ini disebabkan kurang teliti dalam
proses penggambaran dan pengukuran grafis.

Teknik Mesin FTI - ITS

33

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan percobaan, dapat diketahui ketidak setimbangan pada rotor
yang berputar yang ditandai dengan adanya simpangan / displacement
yang ditunjukkan oleh simpangan amplitudo pada oscilloscope.
2. Berdasarkan

percobaan,

dapat

dipelajari

langkah-langkah

untuk

menyeimbangkan rotor yang tidak seimbang dengan cara menambahkan


massa penyeimbang.
3. Dari hasil praktikum didapatkan massa penyeimbang (m), dengan jarak
penempatan (R) dan besar sudut penempatan massa () untuk rotor 1 dan 5
melalui tiga metode yaitu metode percobaan, metode analitis dan metode
grafis. Metode analitis digunakan sebagai acuan yang paling benar.
5.2. Saran
1. Penempatan meja praktikum sebaiknya di tempat yang lebih luas. Yaitu
dengan Lay-out yang ditentukan khusus untuk praktikum balancing.
2. Perlu dilakukan kalibrasi pada alat tes balancing.
3. Grader jaga seharusnya lebih bisa mengantisipasi permasalahan yang
mungkin terjadi selama praktikum sehingga tidak ada kesalahan dalam
pengambilan data.
4. Untuk praktikan selanjutnya sebaiknya diberikan gambaran awal mengenai
fenomena keseimbangan yang menggambarkan dimana letak massa
penyeimbang terhadap massa-massa unbalance.

Teknik Mesin FTI - ITS

34

Praktikum Dinamika Teknik


Laboratorium Desain

Teknik Mesin FTI - ITS

35

Anda mungkin juga menyukai