Anda di halaman 1dari 23

Budaya Populer Dan Masyarakat

Urban
yasraf amir piliang
acep iwan saidi

Apa itu Budaya


Populer?

Popular Culture
Budaya populer tak dapat dipisahkan dari perkembangan
industrialisasi, kapitalisme, konsumerisme.
Budaya populer (popular culture) dipertentangkan
dengan budaya tinggi (high culture).
Budaya populer mendorong massa untuk menjadi
pemuja, pengikut, peniru, pengkopi, pengekor, imitator.
Budaya populer merupakan bentuk pemujaan terhadap
budaya permukaan (surface culture), tidak mendorong
kreativitas dan inisiatif.

Budaya Tinggi vs Budaya Populer


Budaya Tinggi

Budaya Populer

selera tinggi

selera rendah

intelektual

sensualitas

elit

massal

kreativitas

imitasi

luhur

banal

substansi

kulit luar

moral

efek segera

refleksi

provokasi

Budaya &
Subyektivitas
Konsep diri (self)
membentuk subyektivitas
(subjectivity).

televisi komoditi

Individu dirubah statusnya


menjadi subyek melalui
pemanggilan
(interpellated) oleh sebuah
sistem (bahasa, ideologi,
keyakinan,).
Subyektivitas
memberikan seorang
individu konsep diri,
posisi, penamaan, label,
makna.

fashion

hiburan

budaya
populer

individu

agama

negara

Imajinasi Populer
Imajinasi adalah proses melihat, melukiskan atau
memvisualisasikan sesuatu bukan di dunia luar, tetapi di
dalam struktur mental kita.
Imaginasi adalah sebuah struktur mental bagaimana
orang membuat konsepsi dan makna tentang dunia,
dengan sudut pandang, perasaan, logika dan keyakinan
tertentu.
Imajinasi Populer = imajinasi sadar yang dikembangkan
melalui cara-cara populer (rendah, rata-rata, vulgar)
Imajinasi populer = imajinasi bersifat permukaan
(surface)
Gilbert Ryle, The Concept of Mind, Penguin Books, 1990 del budaya

massa

Cara Berpikir Populer


Mendahulukan penampilan
ketimbang substansi
Merayakan permukaan
ketimbang kedalaman
budaya
populer

Mengutamakan kesenangan
ketimbang pengetahuan.
Cara berpikir jalan pintas,
tidak menghargai proses.
Mengkondisikan anti
berpikir (anti-thought)

individu
agama

negara

Komunikasi Populer
Wacana komunikasi bersifat
dangkal, permukaan,
menghibur, dan pesona.
Dawah keagamaan populer
dihiasi dengan fantasi-fantasi
budaya populer (seperti unsur
komedi, lawakan, musik, tari,
pantomin).

budaya
populer

Berbagai psikologi massa


digunakan di dalam dawah,
untuk mengendalikan emosi
(menangis, histeris, ekstasi).
Para dai populer berperan
sebagai superstar di hadapan
massa penggemar.

individu
agama

negara

Ritual Populer
Ritual keagamaan (puasa,
shalat, haji, zakat) dilakukan
mengikuti paradigma budaya
populer.
Ditata sesuai dengan prinsip
perbedaan sosial (social
difference) dan gaya hidup.

budaya
populer

Berbagai metoda psikografi


digunakan untuk menentukan
tema, kelas dan aspek ritual
tersebut.
Kegiatan ritual-keagamaan lalu
digiring ke dalam perangkap
permainan bahasa dan citra,

individu
agama

negara

Penampilan Populer
Penampilan gaya menekankan
efek-efek kesenangan, simbol,
status, tema, prestise, daya
pesona.
Penampilan populer para elit
agama yang bertujuan untuk
menarik perhatian..

budaya
populer

Pengkombinasian eklektik
penampilan bernafaskan
religius dan keduniaan yang
menggiring pada kontradiksi:
jilbab dan jean ketat, dsb.

individu
agama

negara

Efek Budaya Populer

Fetishisme Agama
Fetisisme (fetishism) adalah fenomena
penggunaan berbagai pesona atau
daya pikat (charm) untuk
mempengaruhi (bahkan
mengendalikan) orang/massa.
Fenomena pemujaan terhadap
obyek-obyek (rambut, sapu tangan,
kaca mata, sepatu) yang digunakan
oleh bintang (superstar) oleh para
pemuja (fans), karena dianggap
memberikan daya pesona, prestise
dan status tertentu.
Fenomena fetisisme bintang juga
terjadi di dalam dunia keberagamaan,
yang di dalamnya obyek-obyek yang
digunakan dai bintang diburu oleh

Divided Self
Fenomena tumpangtindih
konsep diri (self),
menggiring diri terbelah
(divided self) atau diri jamak
(multiple self).
Skizofrenia hidup tanpa
kedudukan, posisi dan
identitas yang pasti, yang
membawa pada krisis
identitas.

budaya
populer

Skizofrenia mencampuradukkan dua hal


bertentangan, misalnya,
tekun di tempat ibadah di
satu waktu, dan hanyut di
dalam gaya hidup hedonistik

individu
agama

negara

Dekonstruksi Agama
Penafsiran ayat, teks, simbol dan
representasi keagamaan sedemikian
rupa, sehingga menjauhkannya dari
ciri-ciri ketuhanan (desacralisation)
Pembongkaran batasbatas(baik/buruk, benar/salah,
halal/haram), yang kerap digunakan
dalam rangka mencari popularitas
semata
Memberi ruang hidup bagi imajinasi
anarkis, dan menolak batas-batas
imajinasi oleh agama.

Desakralisasi Agama
Ritual keagamaan menjadikan ritual itu sebagai bagian
dari gaya hidup, dengan menanggalkannya dari ruangruang kesuciannya.
Paradoks antara yang suci dan yang profan, antara nilai
transenden dan imanen.
Yang suci (the sacred) itu kini dikontaminasi oleh yang
profan, (the profan) yang bernafas ketuhanan digeser
oleh nafas keduniawian.
Spiritualitas kini cenderung ditampilkan dalam bentuk
yang artifisial dengan nilai citra (image) dan
prestisenya

Komodifikasi Agama
Perkembangbiakan budaya populer telah
memerangkap aneka aktivitas keagamaan ke dalam
motif mencari keuntungan (profit).
Aktivitas-aktivitas keagamaan kini dikemas melalui
aneka kemasan tanda (sign), citra, dan gaya hidup,
(paket menu berbuka puasa berkelas, fashion sebagai
simbol kesalehan, parcel lebaran yang mengusung
kesucian hati, paket liburan lebaran yang menjanjikan
kemewahan ibadah.
Ada imajinasi materialis (materialist imagination),
yang melaluinya makna kehidupan diperlihatkan
melalui dunia penampilan dan kepemilikan obyekobyek.

Banalitas Agama
Meleburnya budaya tinggi agama (high culture)
dan budaya rendah (popular culture)
menyebabkan berbaurnya yang tinggi dan yang
rendah..
Apapun yang selama ini dianggap tak suci,
rendah, dan banal, kini menjadi bagian dari
wacana keagamaan itu sendiri.
Berlangsung semacam pementingan yang banal
dan pembanalan yang substansial (banalisation
of the substantial).

Penutup

Anda mungkin juga menyukai