Anda di halaman 1dari 15

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

EFEKTIFITAS DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees)


SEBAGAI PENGENDALIAN Aeromonas Hydrophila PADA IKAN PATIN
(Pangasius pangasius)
BIDANG KEGIATAN:
PKM-P
Diusulkan oleh:
Ketua : Maya Kartika Eismaputeri (060810095P/ 2008)
Anggota : Khusnul Khotimah
(060810086P/ 2008)
Rizal Hasyimi
(140911131/ 2009)
Ahmad Faiz Hasan
(141011012/ 2010)

UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2010

Halaman Pengesahan
1. Judul Kegiatan : Efektifitas Daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)
iiSebagai Pengendalian Aeromonas hydrophila Ikan Patin
(Pangasius pangasius)
2. Bidang Kegiatan : () PKM-P
( ) PKM-T

( ) PKM-K
( ) PKM-M

3. Bidang Ilmu
: ( ) Kesehatan
(Pilih salah satu) ( ) MIPA
( ) Sosial Ekonomi
( ) Humaniora

() Pertanian
( ) Teknologi dan
( ) Pendidikan

Rekayasa

4. Ketua Pelaksana Kegiatan


a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Jurusan
d. Universitas/Institut/Politeknik
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP
f. Alamat email

: Maya Kartika Eismaputeri


: 060810095P
: Budidaya Perairan
: Universitas Airlangga
: Jl. Medokan Baru I/ No. 9 Surabaya
: mayoyomaya@yahoo.com

5. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis

: 3 orang

6. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. NIP
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP

: A. Shofy Mubarak, S.Pi, M. Si.


: 19731101 200112 1 001
: Jl. Permata Gading 2 Blok YY No.9

7. Biaya Kegiatan Total


a. Dikti
b. Sumber lain (sebutkan . . . )

:
: Rp 10.000.000,00
: Rp

8. Jangka Waktu Pelaksanaan

: 3 (tiga) bulan
Surabaya, Oktober 2010

Menyetujui
Wakil Dekan I
Fakultas Perikanan dan Kelautan

Ketua Pelaksana Kegiatan

(Ir. Moch. Amin Alamsjah, M. Si., Ph. D)


NIP. 19700116 199503 1 002

(Maya Kartika Eismaputeri )


NIM. 060810095P

Direktur Kemahasiswaan

Dosen Pendamping

(Prof. Dr. Imam Mustofa, drh., M.Kes)


NIP. 19600427 198701 1 001

(A. Shofy Mubarak, S.Pi, M. Si.)


NIP. 19731101 200112 1 001

A.JUDUL PROGRAM
EFEKTIFITAS DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees)
SEBAGAI PENGENDALIAN Aeromonas Hydrophila PADA IKAN PATIN
(Pangasius pangasius)
B. LATAR BELAKANG
Ikan patin (Pangasius pangasius) merupakan salah satu ikan konsumsi air
tawar yang bernilai ekonomis tinggi, mudah dibudidayakan dan pertumbuhannya
cepat. Usaha peningkatan produksi ikan patin seringkali mengalami hambatan
yaitu penyakit patogenik yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila.
Untuk mengatasi permasalahan akibat serangan agen patogenik pada ikan, para
petani maupun pengusaha ikan banyak menggunakan berbagai bahan-bahan kimia
maupun antibiotika dalam pengendalian penyakit tersebut. Namun dilain pihak
pemakaian bahan kimia dan antibiotik secara terus menerus dengan dosis atau
konsentrasi yang kurang tepat, akan menimbulkan masalah baru berupa
meningkatnya resistensi mikroorganisme terhadap bahan tersebut. Selain itu,
masalah lainnyan adalah bahaya yang ditimbulkan terhadap lingkungan
sekitarnya, ikan yang bersangkutan, dan manusia yang mengonsumsinya.
Berkaitan dengan permasalahan tersebut, perlu ada alternatif bahan obat yang
lebih aman yang dapat digunakan dalam pengendalian penyakit ikan. Salah satu
alternatifnya adalah dengan menggunakan tumbuhan obat tradisional yang bersifat
anti parasit, anti jamur, anti bakteri, dan anti viral (Adreng, 2008).
Beberapa keuntungan menggunakan tumbuhan obat tradisional antara lain
relatif lebih aman, mudah diperoleh, murah, tidak menimbulkan resistensi, dan
relatif tidak berbahaya terhadap lingkungan sekitarnya. Tumbuhan obat tradisional
yang diketahui dapat dimanfaatkan dalam pengendalian berbagai agen penyebab
penyakit ikan. Contohnya daun sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Daun
sambiloto diketahui berdaya antioksidasi, antiseptik, bakterisida, dan fungisida.
Daun sambiloto (Andragraphis paniculata Nees) merupakan herba alami
yang bisa digunakan untuk pengobatan pada ikan, karena daun ini memiliki
senyawa aktif andrografolida yang terbukti bermanfaat melindungi hati dari 52%
zat beracun atau hepatoprotektor. Daun sambiloto dapat membunuh beberapa
bakteri penyebab penyakit seperti Staphylococcus aureus, Pseudomonas
aeruginosa, Aeromonas hydrophyla, Proteus vulgaris, Shigella dysentriae, dan
Eschericia coli. (Liza, 2010).
B. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh
efektifitas daun sambiloto (Andragraphis paniculata Nees) bagi pengendalian
bakteri Aeromonas hydrophyla. pada ikan patin (Pangasius pangasius).

C. TUJUAN PROGRAM

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas daun sambiloto


(Andragraphis paniculata Nees) bagi pengendalian bakteri Aeromonas hydrophila
pada ikan patin (Pangasius pangasius).
D. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Memberikan informasi pengaruh daun sambiloto dalam pengendalian
Aeromonas sp. pada ikan patin.
E. KEGUNAAN PROGRAM
PKM-P ini digunakan sebagai alternatif pengganti antibiotik untuk
mencegah penyakit bakterial Aeromonas hydrophila yang efektif, murah, mudah
didapat, dan relatif tidak berbahaya terhadap lingkungan sekitarnya. Sehingga
dalam segi ekonomi dapat mengurangi kerugian finansial pembudidaya ikan patin
akibat kematian massal ikan yang disebabkan penyakit bakteri.
F. TINJAUAN PUSTAKA
1. Daun Sambiloto
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Asteridae
Ordo
: Scrophulariales
Famili
: Acanthaceae
Genus
: Andrographis
Spesies
: Andrographis paniculata Nees
2. Ciri Morfologi Daun Sambiloto
a. Makroskopik
Batang tak berambut, tebal 2 mm sampai 6 mm, berbentuk persegi empat,
batang bagian atas seringkali dengan sudut agak berusuk. Daun bersilang
berhadapan, umumnya terlepas dari batang,bentuk lanset sampai bentuk lidah
tombak, panjang 2 cm sampai 7 cm, lebar 1 cm sampai 3 cm, rapuh tipis, tidak
berambut, pangkal daun runcing, ujung meruncing, tepi daun rata. Permukaan
berwarna hijau tua atau hijau kecoklatan, permukaan bawah berwarna hijau pucat.
Tangkai daun pendek. Kelopak bunga terdiri dari 5 helai daun kelopak, panjang 3
mm sampai 4 mm, dan berambut. Daun mahkota berwarna putih sampai
keunguan. Buah berbentuk jorong, pangkal dan ujung tajam, panjang 2 cm,
lebar 4 mm, kadang
kadang pecah secara membujur
menjadi 4
keping.permukaan luar kulit buah berwarna hijau tua sampai hijau kecoklatan,
permukaan dalam berwarna putih atau putih kelabu. Biji agak keras, panjang 1,5
mm sampai 3 mm, lebar 2 mm. Permukaan luar berwarna coklat muda

bertonjol-tonjol. Pada penampang melintang biji terlihat endosperm berwarna


kuning kecoklatan, lembaga berwarna putih kekuningan.
b. Mikroskopik
Daun : epidermis atas terdiri dari sel berbrntuk segi empat, kutikula tipis,
pada penampang tangensial tampak berbentuk poligonal, dinding samping lurus,
tidak terdapat stomata. Pada lapisan epidermis terdapat banyak sel litosis yang
berisi sistolit (mengandung banyak kalsium karbonat). Sel litosis umumnya lebih
besar daripada sel epidermis, bentuk jorong atau bulat telur memanjang. Sistolit
berbentuk jorong dengan permukaan bertonjolan hingga mirip rangkaian buah
anggur, panjang 60 m sampai 150 m, lebar 30 m sampai 80 m. Rambut
kelenjar banyak, terletak agak tenggelam dilapisan epidermis, sel pangkal kecil
dan bersel satu. Kepala kelenjar terdiri dari beberapa sel, garis tengah kepala
kelenjar 40 m sampai 65 m, tinggi 15 m sampai 25 m. Rambut penutup
sangat sedikit, umumnya terdapat di epidermis atas pada tulang daun, berbentuk
kerucut berujung tumpul, bersel 2, dinding tipis, berukuran panjang (30 m
sampai 125 m). Sel epidermis bawah lebih kecil dari sel epidermis atas, pada
penampang tangensial tampak dinding samping bergelombang. Stomata sangat
banyak, tipe diasitik dan bidiasitik, umumnya bidiasitik. Rambut kelenjar dan
litosis lebih banyak terdapat di epidermis bawah daripada di epidermis
atas.jaringan palisade umumnya terdiri dari satu lapis sel, jarang yang 2 lapis.
Jaringan bunga karang terdiri dari beberapa lapis sel bunga karang, tersusun
renggang dengan rongga udarayang besar. Di antara sel bungakarang terdapat juga
sel litosis serupa dengan yang terdapat diepidermis. Berkas pembuluh tipe
bikolateral.
Batang : Epidermis terdiri dari satu lapis sel yang terentang tangensial,
pada penampang tangensial terlihat berbentuk segi empat panjang, dinding
samping lurus, kutikula agak tebal. Pada epidermis terdapat rambut kelenjar dan
litosis seperti terdapat pada epidermis daun. Jaringan kolenkim terdapat di bawah
epidermis, terutama pada sudut batang. Parenkim korteks terdiri dari beberapa
lapis sel. Serabut perisikel berdinding tebal, agak berlignin, lumen sempit. Floem
sekunder sedikit. Sebagian besar xilem sekunder terdiri dari serabut kayu.
Pembuluh kayu bernoktah dan berpenebalan tangga tersebar. Empulur terdiri dari
sel besar berbentuk poligonal, dinding bernoktah, sel empulur berisi hablur
kalsium oksalat berbentuk jarum, panjang hablur 15 m sampai 50 m.
Kelopak bunga : pada epidermis luar terdapat rambut penutup dan rambut
kelenjar. Rambut penututp umumnya terdiri dari satu sel, kadang - kadang bersel
2, berbentuk kerucut, panjang 40 m sampai 175 m, dinding tebal, dan kutikula
bergaris - garis. Rambut kelenjar terdapat dua tipe, tipe pertama serupa dengan
rambut kelenjar pada daun, sedangkan tipe kedua memiliki tangkai kelenjar bersel
3 sampai 5 dan kepala kelenjar berbentuk serupa mangkok bersel banyak.
Kulit buah : Epidermis luar terdiri dari sel pipih berbentuk poligonal
memanjang atau serupa serabut pendek berdinding agak tebal, dan kutikula tebal
bergaris. Pada epidermis terdapat stomata serupa stomata pada daun dan terdapat
juga rambut kelenjar dengan tangkai bersel banyak serupa rambut kelenjar tipe
kedua pada kelopak bunga. Di bawah epidermis terdapat jaringan berisi zat
berwarna cokelat kekuningan. Epidermis dalam terdiri dari satu sel lapis tipis,
dinding tebal, dan bernoktah. Mesokarp terutama terdiri dari serabut sklerenkim

berdindng tebal, bernoktah, dan berlignin. Di daerah sekat mesokarp terdiri dari
parenkim bernoktah dan sel batu dengan lumen lebar, dinding tebal, noktah jelas,
dan berlignin.
Biji : kulit biji terdiri dari satu lapis sel, pipih berpapila pendek, dinding
tipis, dan kutikula tipis. Endosperm terdiri dari sel berbentuk bulat panjang,
dinding tebal tidak berlignin, tak berwarna, umumnya tersusun radial, serta sel
penuh berisi butir - butir minyak dan aleuron. Embrio selnya lebih kecil dari sel
endosperm, dinding tipis, dan berisi butir - butir minyak.
Serbuk : Warna hijau kelabu, rasa sangat pahit. Fragmen pengenal adalah
fragmen epidermis atas dan epidermis bawah dengan litosis; fragmen mesofil
daun; rambut kelenjar dari kelopak bunga; rambut penutup kelopak bunga; sel
batu dari sel kulit buah; epidermis kulit buah dengan stomata; berkas pembuluh;
sistolit yang lepas dari sel; fragmen serabut kulit buah; fragmen endosperm dari
biji; fragmen empulur batang; hablur kalsium oksalat berbentuk jarum jarang
kelihatan (Tiffany, 2010).
3. Kandungan Kimia Daun Sambiloto
Daun dan percabangannya mengandung laktone yang terdiri dari
deoksiandrografolid, andrografolid dan homoandrografolid, 14-deoksi-11, 12didehidroandrografolid dan homoandrodrafolid. Juga terdapat flavonoid, alkane,
aldehid, mineral (kalium, kalsium, natrium), asam kersik dan damar. Flavonoid
diisolasi terbanyak dari akar, yaitu polimetoksiflavon, andrografin, panikulin,
mono-0-metilwithin dan apigenin-7,4-dimetileter (Vina, 2008).

Gambar 1. Daun Sambiloto


4. Ikan Patin
Klasifikasi
Phyllum
Kelas
Ordo
Subordo
Famili
Genus
Species

: Chordata
: Pisces
: Siluriformes
: Siluroidea
: Pangasiidae
: Pangasius
: Pangasius pangasius

5. Morfologi Ikan Patin


Patin merupakan salah satu jenis ikan dari golongan catfish. Panjang patin
dewasa mencapai 120 cm. Ukuran tubuh tersebut merupakan ukuran tubuh yang
tergolong besar bagi ikan golongan catfish. Bentuk tubuhnya memanjang dengan
warna dominan putih berkilauan seperti perak dan dibagian pungungnya berwarna
kebiruan. Kilau warna keperakan tubuhnya sangat cemerlang ketika masih kecil,
sehingga banyak orang yang memeliharanya di akuairum sebagai ikan hias. Warna
keperakan ini akan semakin memudar setelah patin semakin besar (Khairul Amri,
2008).
Sama seperti ikan golongan catfish lainnya, patin tidak memiliki sisik alias
bertubuh licin. Bentuk kepalanya relatif kecil. Mulutnya terletak di ujung kepala
sebelah bawah. Di sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis yang berfungsi
sebagai alat pencari pakan dan alat peraba saat berenang. Di bagian punggungnya
terdapat sirip dengan sebuah jari-jari keras yang dapat berubah menjadi patil. jarijari lunaknya berjumlah 6-7 buah. bentuk sirip ekornya simetris bercagak. Di sirip
dada terdapat 12-13 jari jari lunak dan satu buah jari-jari keras yang berfungsi
sebagai patil. Sirip duburnya panjang, terdiri dari 30-33 jari-jari lunak. Sementara
itu, di sirip perut terdapat 6 jari-jari lunak (Khairul Amri, 2008).

Gambar 2. Ikan Patin


6. Bakteri Aeromonas hydrophila
Klasifikasi
Filum
:
Protophita
Kelas
:
Schizomycetes
Ordo
:
Pseudomonadales
Famili
:
Vibrionaceae
Genus
:
Aeromonas
Spesies
:
Aeromonas hydrophila
Aeromonas adalah jenis bakteri yang bersifat metropolitan, oksidasif,
anaerobik fakultatif, dapat memfermentasi gula, tidak membentuk spora, bentuk
akar, dan merupakan penghuni asli lingkungan perairan. Bakteri ini ditemukan di
air payau, air tawar, muara, lautan, dan pada badan air yang terklorinasi maupun
tidak terklorinasi, dengan jumlah terbanyak ditemukan pada musim hangat. Upaya
isolasi aeromonas pada penyakit yang menyerang hewan berdarah panas dan

berdarah dingin telah dilakukan lebih dari 100 tahun yang lalu, sedangkan isolasi
dari manusia dilakukan sejak awal tahun 1950-an (Hayes, 2000).
Aeromonas hydrophila merupakan bakteri berbentuk batang, bersifat motil
karena mempunyai satu flagel (monotrichous flagella) yang keluar dari salah satu
kutubnya, berukuran 1-4 x 0,4-1 mikron, fakultatif aerobik, tidak berspora.
Bakteri ini umumnya hidup di air tawar yang mengandung bahan organik yang
tinggi dan senang hidup di lingkungan bersuhu 15-30 oC pada pH antara 5,5-9
(Yudhie, 2009).
7. Perubahan Makroskopis dan Mikroskopis Aeromonas hydrohila
Ikan yang terinfeksi biasanya dalam keadaan stress karena beberapa faktor
dan menunjukan warna kulit yang gelap dengan hemoragik ireguler yang luas
pada permukaan tubuh dan pangkal sirip. Hemoragik pada permukaan kulit dapat
mengalami ulserasi. Jika dilakukan irisan pada ginjal dan limpha yang membekak
biasanya akan keluar cairan kental. Ginjal dan limpha mengalami atrofi dan
selnya juga mengalami nekrosis. Nekrosis terjadi pada otot jantung, hati, gonad
dan pankreas. Lesi pada kulit diawali dengan munculnya edema pada dermis dan
hiperemia dari stratum retikulare. Hal ini memicu terjadinya spongisis dan
ulserasi dari epidermis yang diikuti dengan hemoragik nekrosis yang ekstensif
menuju lapisan muskulus bagian bawah. Secara umum gejala-gejala yang terlihat
pada ikan yang terserang Aeromonas adalah (1) Pada permukaan tubuh ikan ada
bagian-bagian yang berwarna merah, terutama bagian dada, perut dan pangkal
sirip; (2) Selaput lendir (mucus) berkurang sehingga tubuh ikan tidak licin,
menjadi kasar dan ikan mudah dipegang; (3) Di beberapa bagian tubuh ikan
sisiknya rusak dan rontok, sedang kulitnya tampak melepuh; (4) Sirip punggung,
dada dan ekor rusak dan pecah-pecah; (5) Insang rusak dan berwarna keputihputihan sampai kebiruan; (6) Keadaan ikan lemah, tidak lincah dan kehilangan
keseimbangannya (Fahry Bima, 2009).
G. METODE PELAKSANAAN PROGRAM
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan mulai bulan Januari 2011 sampai
Maret 2011 di Laboratorium mikrobiologi dan parasit Fakultas Kedokteran
Hewan serta Laboratorium perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga Surabaya.
2. Alat dan Bahan Penelitian
3. Bahan
1. Isolat bakteri Aeromonas hydrophila.
2. Ikan uji; Patin.
3. Daun Sambiloto.
4. Pellet ikan.
5. Alkohol.
6. Aquades.

4. Alat
Alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini antara lain adalah alat
laboratoris untuk alat pengukur kualitas air (pH meter, DO meter, termometer dan
lain-lain), alat sectio, beaker glass, spuit, dan pipet ukur. Lalu dibutuhkan pula
aquarium ukuran 50 x 40 x 30 cm, timbangan digital, baskom/bak, serbet,
nampan, juicer, fiter dan pompa filter, selang aerasi, batu aerasi, aerator, plastik,
dan kertas penyaring 0.1 mm.
5. Pelaksanaan Penelitian
6. Variabel Penelitian
Variabel bebas : Perasan daun sambiloto.
Variabel terkontrol : Ruang penelitian, alat dan bahan penelitian, dan parameter
kualitas air.
7. Prosedur Kerja
8. Desinfeksi Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian dibersihkan dari debu dan
kotoran yang menempel dengan cara dicuci dengan sabun hingga bersih,
kemudian direndam dengan larutan klorin dan dikeringkan dibawah sinar
matahari.
9. Aklimatisasi Ikan
Ikan Patin diaklimatisasi dahulu sebelum mendapat perlakuan. Ikan Patin
ditempatkan pada akuarium 50 x 40 x 30 cm yang telah diberi aerasi, selama
seminggu. Ikan diberi pakan dua kali sehari pada pagi dan sore hari sebanyak 5%
dari berat tubuh. Jika air sudah tampak keruh maka akuarium disipon dan diganti
air baru.
10. Pembuatan Perasan Daun Sambiloto
Penyediaan stok sambiloto sebanyak 500 gram. Kemudian dibersihkan
dengan alkohol 70%, dikeringkan. Setelah itu dilakukan penimbangan berat pada
daun sambiloto. Sampel daun diblender menggunakan juicer sehingga terbentuk
cairan. Cairan tersebut kemudian disaring dengan kain penyaring ukuran 0,1 mm
dengan ditambah air sebanyak 500 ml perbandingan banyaknya air dan daun
sambiloto 1 : 1, maka cairan tersebut siap digunakan untuk penelitian. Selanjutnya
dibuat larutan dengan konsentrasi yang ditentukan.
11. Infestasi Aeromonas
Ikan Patin yang telah dimasukkan dalam akuarium, diinfestasi dengan bakteri
Aeromonas.
12. Perlakuan
Ada 3 jenis perlakuan pada penelitian ini,
1. Ikan patin tidak diberi perlakuan, dalam artian tanpa pemberian perasan
daun sambiloto dan bakteri Aeromonas.
2. Ikan patin diinfestasi dengan bakteri Aeromonas, lalu seminggu berikutnya
diberi perasan daun sambiloto.

3. Ikan patin diinfestasi dengan bakteri Aeromonas, tapi tidak diberi perasan
daun sambiloto.
Pada uji tantang ke-2 dan ke-3 dilakukan perlakuan sebanyak 4x ulangan.
Persiapan alat dan bahan
Aklimatisasi ikan patin
Pembuatan perasan daun sambiloto sebanyak 500 gram dengan
menambahkan air 500 ml

Uji kontrol

Uji tantang

Ikan patin tidak diberi


perasan daun sambiloto
dan tidak diinfestasi
Aeromonas

Ikan patin diinfestasi


Ikan patin diinfestasi
dengan Aeromonas selama
Aeromonas selama
seminggu kemudian diberi seminggu tanpa diberi
perasan daun sambiloto perasan daun sambiloto

Menghitung kelulushidupan ikan patin

Analisis data
Gambar 3. Skema prosedur kerja
13. Parameter yang diamati
a. Parameter Utama
Parameter utama dalam penelitian ini adalah kelulushidupan ikan patin,
daya cerna ikan, pengamatan gejala klinis, dan pengamatan organ dalam.
Kelulushidupan ikan patin dihitung dengan rumus :
SR = ikan patin awal x 100%
ikan patin akhir
Sumber: Effendi,MI 2002

Daya cerna ikan patin dihitung dengan rumus :


FCR = berat pakan yang dimakan
pertambahan berat dari pertumbuhan ikan
Sumber: Effendi,MI 2002

b. Parameter Pendukung
Parameter pendukung dalam penelitian ini adalah pengukuran suhu, pH,
dan oksigen terlalut.
H. JADWAL KEGIATAN PROGRAM
Tahap Pelaksanaan

Minggu ke1

1. Studi pustaka
orientasi
2. Persiapan alat dan
bahan
3. Pengambilan
sampel ikan
4. Pembuatan perasan
daun sambiloto
5. Pemberian isolate
bakteri
6. Pemberian perasan
daun sambiloto
pada ikan patin
7. Pengamatan dan
Pencatatan hasil
penelitian

10

11

12

I. RANCANGAN BIAYA
No.
1.

2.

3.

4.
5.

Jenis Pengeluaran
Bahan habis pakai:
Ikan Patin
Daun Sambiloto
Isolat Bakteri Aeromonas sp.
Pelet Ikan
Alkohol 70 %
Aquades

Volume
25 ekor
500gr
1 cawan
10 kg
1L
1L

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

750.000,00
100.000,00
500.000,00
400.000,00
70.000,00
30.000,00

Bahan penunjang:
Akuarium 50 x 40 x 30 cm
Nampan
Spuit 3cc
Bak
Filter dan pompa filte
Selang Aerasi
Batu aerasi
Plastik
Serbet
Kertas Label
Timbangan Digital
Pipet Ukur 1 ml
Beaker Glass
Gelas Ukur
Juicer
Kertas penyaring 0.1 mm

5 buah
5 buah
2 Lusin
5 buah
5 buah
5 meter
5 buah
1 Pak
2 buah
3 buah
1 buah
5 buah
1 buah
1 buah
1 buah
7 buah

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

750.000,00
75.000,00
200.000,00
350.000,00
350.000,00
100.000,00
30.000,00
50.000,00
20.000,00
12.000,00
325.000,00
75.000,00
90.000,00
80.000,00
500.000,00
50.000,00

Administrasi:
Pembuatan
proposal
dan
laporan penelitian
Fotokopi
ATK(Kertas
A4,
Spidol,
Ballpoint dll)

Rp. 250.000,00
Rp. 100.000,00
Rp. 100.000,00

Biaya Perjalanan:
Survey dan Pembelian bahan
Lain-lain:
Biaya Internet
Sewa Laboratorium
Dokumentasi

Jumlah

Rp. 450.000,00
1 bulan
2 bulan

Rp. 125.000,00
Rp. 700.000,00
Rp. 150.000,00

Total

Rp. 6.782.000,00

J. DAFTAR PUSTAKA
Amri,

Khairul.
Morfologi
Patin.
Available
From
URL
:
http://hobiikan.blogspot.com/2009/11/morfologi-ikan-patin.html. Accesed
October 07, 2010.
Bima, Fahry. Bacteri Aeromonas sp. Available From URL :
http://fahrybima,blogspot.com/2009/10/bacteri-aeromonas-sp.html.
Accesed October 07, 2010.
Effendie, MI. 2002. Biologi Perikanan. Yokyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.
Hayes, J., 2000. Aeromonas hydrophila. Oregon State University. Available From
URL : http://hmsc.oregonstate.edu/classes/MB492/hydrophilahayes.html.
Accesed October 07, 2010.
Infovet, Maj. Daun Sambiloto Tangkal Aflatoksin. Available From URL :
http://www.agritekno.com/index.php/penyakitternak/50/daun/sambiloto/ta
ngkal/aflatoksin.html. Accesed October 01, 2010. Hal 32-33.
Jogjavet. Aeromonas sp. Pusat Pemberdayaan Masyarakat Veteriner Jogjavet;
2008. Available From URL: http;//jogjavet.wordpress.com/2008/03/18/
aeromonas-sp/. Accesed October 01, 2010.
Kusuma, Adreng A. Efektivitas Campuran Meniran Phyllanthus nirurib Dan
Bawang Putih Allium sativum Untuk Pengendalian Infeksi Bakteri
Aeromonas hydrophila Pada Ikan Lele Dumbo Clarias sp. Institut
Pertanian
Bogor
;
2008.
Available
From
URL
:
http://www.google.co.id/m?
q=efektivitas+campuran+meniran+dan+bawang+putih+untuk+pengendali
an+infeksi+bakteri+aeromonas+pada+ikan+lele+dumbo.pdf.
Accesed
October 01, 2010. 10 hal.
Liza. Warisan Penggerus Gula Darah. Available From URL :
http://www.lizaherbal.com/main/content/view/NO6/1/ . Accesed October
07, 2010.
Sugianti, Budi. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tradisional Dalam Pengendalian
Penyakit Ikan.Institut Pertanian Bogor ; 2005. Available From URL :
http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/10245/budi_sugianti.pdf.
Accesed
October 01, 2010. 37 hal.
Yudhie.
Aeromonas
hydrophila.
Available
From
URL
:
http://yudhiestar.blogspot.com/2009/10/aeromonas-hydrophila.html.
Aceesed October 07, 2010.

LAMPIRAN
1. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. NIP
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP
d. Alamat email
e. TTD

: A. Shofy Mubarak, S.Pi, M. Si.


: 19731101 200112 1 001
: Jl. Permata Gading 2 Blok YY No.9
: shofy_ua@yahoo.co.id
:

2. Ketua Pelaksanaan
a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Jurusan
d. Universitas/Institut/Politeknik
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP
f. Alamat email
g. TTD

: Maya Kartika Eismaputeri


: 060810095P
: Budidaya Perairan
: Universitas Airlangga
: Jl. Medokan Baru I/ No. 9 Surabaya
: mayoyomaya@yahoo.com
:

3. Anggota
a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Jurusan
d. Universitas/Institut/Politeknik
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP
f. Alamat email
g. TTD
4. Anggota
a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Jurusan
d. Universitas/Institut/Politeknik
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP
f. Alamat email
g. TTD

5. Anggota

: Khusnul Khotimah
: 060810086P
: Budidaya Perairan
: Universitas Airlangga
: Jl. Mayjen H. Soemadi
164 Mojokerto
: sateayamholic@yahoo.com
:

: Rizal Hasyimi
: 140911131
: Budidaya Perairan
: Universitas Airlangga
: Jl. KH. Zainal Alim 113/114
Bangkalan
: Racerkids182@rocketmail.com
:

a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Jurusan
d. Universitas/Institut/Politeknik
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP
f. Alamat email
g. TTD

: Ahmad Faiz Hasan


: 141011012
: Budidaya Perairan
: Universitas Airlangga
: Jl. Kenongo RT 09/03 Tulangan
Sidoarjo
: PepelegI45@gmail.com
:

Anda mungkin juga menyukai