Anda di halaman 1dari 6

Definisi Demam dan Kemampuan Termoregulasi

Tubuh
Definisi Demam
Demam hanya merupakan salah satu gejala atau tanda dari sebuah penyakit, namun
sangat penting bagi klinisi untuk mengetahui penyebab/etiologi dari demam tersebut
sehingga dapat melakukan pengobatarosvin kausal.1 Kata demam dapat didefinisikan
(PubMed) sebagai peningkatan temperatur tubuh yang bersifat sementara sebagai
respon akibat adanya penyakit.2 Di Sherwood dijelaskan bahwa demam merujuk
kepada peningkatan suhu tubuh akibat terjadinya infeksi atau peradangan. 3
Peningkatan suhu tubuh diatas normal terjadi akibat adanya rangsangan zat pirogen
terhadap pengaturan suhu tubuh pada hipotalamus (set point hipotalamus) sehingga
terjadi peningkatan pada set point hipotalamus.4 Suhu normal tubuh manusia berkisar
36,5-37,20C. Suhu subnormal <36,50C. Hipotermia <350C. Hiperpireksia > 41,20C.
Demam dapat menyerang orang dewasa dan anak kecil. Dapat disebut demam pada
anak-anak apabila memiliki temperatur tepat atau diatas level sebagai berikut:

Diukur pada rektum: 380C


Diukur pada mulut (oral): 37,50C
Diukur dibawah ketiak: 37,20C

Pada orang dewasa dikatakan demam apabila temperatur diantara 37,2-37,50C.4 Ada di
sebuh sumber (medicinenet.com) mengatakan bahwa pada praktiknya seseorang
disebut memiliki demam yang signifikan apabila temperatur tubuhnya mencapai 38 0
C. Demam merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh, dapat merupakan
respon terhadap radang. Di kuliah disebutkan ketika demam sistem imun kita bekerja
lebih baik atau maksimal sehingga biasanya demam yang cenderung rendah dibiarkan
saja hingga turun sendiri. Memperkuat respon peradangan dan menghambat
perkembang-biakan bakteri. Apabila demam yang terjadi cenderung tinggi dan apalagi
pada anak-anak bisa sampai menyebabkan delirium atau kejang terutama pada anakanak, namun biasanya kejang yang terjadi jarang menyebabkan bahaya yang
permanen pada dan berakhir dengan cepat. 5
Tidak semua kenaikan temperatur pada tubuh disebut sebagai demam, walau biasanya
pasien dengan kenaikan temperatur tubuh mengalami demam, namun terdapat
keadaan dimana kenaikan temperature merupakan hipertermia. Hipertermia dapat
dikarakteristikan sebagai peningkatan temperatur tubuh yang tidak terkontrol yang
melampaui kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas.4 Hipertermia terjadi tanpa

adanya peningkatan pengaturan suhu atau set point hipotalamus dan tidak melibatkan
pirogen, yang membedakannya dengan demam. Hal-hal yang dapat menyebabkan
hipertermia adalah melakukan aktivitas pada lingkungan yang panas (heat stroke),
beberapa

obat-obatan

(aspirin),

gangguan

hormon

(hipertiroidisme

yang

menyebabkan peningkatan atau metabolisme). Produksi panas> pengeluaran panas di


dalam tubuh.4,6

Keseimbangan Energi
Kemampuan termoregulasi tubuh berkaitan dengan keseimbangan energi yang ada di
dalam tubuh. Setiap sel di dalam tubuh manusia memerlukan energi untuk
melaksanakan fungsi esensial bagi pemeliharaan homeostasis tubuh. Energi yang
diperlukan oleh sel berasal dari makanan yang kita konsumsi, kemudian melalui
proses metabolisme untuk menjadi energi. Suhu tubuh harus dipertahankan pada
tingkat yang konstan untuk mempertahankan laju reaksi kimia di dalam sel mencegah
kerusakan enzim (protein).3

Dalam kegiatan sehari-hari, pemakaian energy di dalam tubuh dapat dibagi menjadi
kerja internal (pemakaian energy untuk proses biologis di dalam tubuh dan aktivitas
otot rangka selain untuk kerja eksternal misalnya adalah menggigil dan
mempertahankan postur tubuh) dan kerja eksternal (kontraksi otot rangka), tidak
semua energi yang diperoleh tubuh akan digunakan sebagai energi kerja namun ada
juga yang diubah energy panas. Selama proses biokimiawi di dalam tubuh hanya 50%
energy dari nutrien diubah menjadi ATP selebihnya akan hilang dalam bentuk panas.
Sesuai dengan prinsip energi, energy tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan. Selama
pemakaian ATP, 25% akan diubah menjadi

panas. Panas yang dihasilkan inilah

ditambah panas eksternal yang kemudian membentuk kandungan seluruh panas tubuh
(inti tubuh).

Termoregulasi Tubuh
Suhu tubuh manusia dapat berubah dalam satu hari. Suhu tubuh yang diukur di mulut
(per oral) dianggap normal 370C, namun pada pagi hari 35,50C dan malam hari
37,70C. Suhu tubuh tertinggi pada manusia terdapat pada sore hari. Tidak ada satu
suhu tubuh. Dari sudut pandang termoregulasi, tubuh dianggap sebagai suatu inti
sentral yang dikelilingi oleh selubung luar. Suhu di dalam inti internal dengan regulasi
ketat dipertahankan secara homeostatic dengan suhu yang relative konstan yaitu
37,80C. Selubung luar adalah kulit dan jaringan subkutis. Tempat untuk memantau
suhu tubuh: aksila, oral, rektum (lebih tinggi 0,560C), ada juga yang melalui gendang
telinga, namun tidak ada indikasi mutlak dari suhu internal.
Pada saat tertentu ada faktor-faktor yang dapat menyebabkan kenaikan dari
temperature tubuh diantaranya3 adalah
a. Suhu inti tertinggi pada sore hari yang disebabkan oleh irama biologis
inheren atau jam biologis.
b. Siklus menstruasi pada perempuan, pada pertengahan siklus dari ovulasi
hingga menstruasi terjadi peningkatan suhu inti tubuh sebesar 0,5 0C.
Awalnya diperkirakan oleh terjadinya peningkatan hormone progesterone
namun ternyata bukan, penyebabnya belum diketahui.
c. Suhu inti meningkat selama olahraga karena peningkatan mencolok
produksi panas otot.

d. Aktivitas fisik, emosi yang kuat, makan, obat-obatan, temperature dan


kelembaban yang tinggi2
Walaupun bervariasi namun suhu inti cenderung relatif konstan akibat dari adanya
termoregulasi yang dikoordinasikan oleh hipotalamus. Asupan panas ketubuh harus
diseimbangkan dengan pengeluaran panas (pengeluaran panas sudah dijelaskan).
Suhu yang terlalu tinggi cenderung membuat reaksi biologis 2-3 kali lipat dari
semula. Hipotalamus berfungsi sebagai termostat tubuh merupakan pusat integrasi
termoregulasi tubuh yang menerima informasi aferen tentang suhu di berbagai bagian
tubuh dan memicu penyesuaian yang sangat kompleks dan terkordinasi dalam
mekanisme penerimaan panas dan pembuangan panas untuk menjaga suhu inti tubuh
tetap konstan.2 Hipotalamus sensitif terhadap perubahan suhu sekecil 0,01 0C. Derajat
responsivitas hipotalamus terhadap suhu disesuaikan secara tepat sehingga panas yang
dihasilkan dan dikeluarkan sesuai sehingga suhu tubuh normal.
Untuk menyeimbangkan mekanisme pengeluaran panas dan pembentukan serta
penghematan panas, hipotalamus harus diberikan informasi secara terus menerus
tentang suhu inti dan suhu kulit oleh reseptor yang disebut sebagai termoreseptor.
Termoreseptor ini terbagi menjadi dua yaitu termoreseptor sentral dan termoreseptor
perifer. Termoreseptor sentral terletak pada hipotalamus sendiri, SSP, dan beberapa
organ abdomen. Termoreseptor perifer pada kulit dan mukosa mulut. memantau
suhu kulit kemudian meneruskannya pada hipotalamus. Pada bagian hipotalamus
terdapat dua pusat regulasi suhu yaitu region posterior dan regio anterior. Regio
posterior diaktifkan oleh dingin kemudian memicu refleks-refleks untuk mementarai
produksi dan penghematan panas. Sebaliknya, region anterior diaktifkan oleh panas
yang kemudian memicu refleks-refleks untuk mementarai produksi dan pengeluaran
panas.

Respon pada Pajanan Dingin


Dengan bekerja melalui jalur desenden, hipotalamus meningkatkan aktivitas otot
rangka untuk menghasilkan lebih banyak panas karena meningkatkan laju metabolik.
Menggigil merupakan kontraksi ritmik otot rangka yang berlangsung cepat 10 hingga
20 kali perdetik. Mekanisme ini sangat efektif untuk meningkatkan panas karena tidak
terjadi kerja eksternal, produksi panas dapat meningkat 2 hingga 5 kali lipat.

Termogensis tanpa menggigil pada neonatus yang diperantarai olh hormone epinefrin
dan hormone tiroid yang meningkatkan produksi panas dengan merangsang adanya
metabolisme lemak.
Selain itu terlibat juga perilaku involunter hasil kerja sama sistem limbic dan
hipotalamus dalam mengontrol perilaku bermotivasi.
Selain itu juga terdapat kontrol vasomotor untuk mempertahankan panas tubuh.
Hipotalamus merangsang saraf simpatis sehingga terjadi vasokontriksi pembuluh
darah.

Respon pada Pajanan Panas


Pengeluaran panas dapat dilakukan dengan mengubah kapasitas insulatif, yaitu
pembuluh darah kita. Ketika darah di pompa dari jantung kemudian mengalir ke kulit
darah yang dipanaskan pada bagian inti tubuh kemudian membawa panas tersebut ke
kulit sehingga efektivitas kulit sebagai insulator menurun. Sehingga dapat membuat
panas keluar melalui radiasi, konveksi ataupun konduksi. Vasodilatasi membawa
darah banyak, melepas panas lebih banyak.
Jika terjadi vasodilatasi maksimal, terjadi gradient suhu yang berbalik sehingga terjadi
pertambahan panas dari lingkungan berkeringat.
Thethermostatinhibitstheadrenergicactivityofthesympatheticnervoussystem,which
controlvasoconstrictionandmetabolicrate,thuscausingcutaneousvasodilationandreducing
BMR.Thiscausesanincreaseinheatlossviatheskinandadecreaseinheatproductionin
thecore.Iftheheatissufficientlyintense,thecholinergicsympatheticfibers,whichinnervate
sweatglandsreleaseACh,stimulatingsweat.Sweatingisthemosteffectiveinvoluntaryheat
fightingresponseinman.Behavioralresponsestoheat,suchaslethargy,restingorlying
downwithlimbsspreadout,decreasesheatproductionandincreasesheatloss.Wearingloose
andlightclothing,fanninganddrinkingcolddrinksalsohelpswithheatloss.

Referensi:
1. Isaac B, Kernbaum S, Burke M. Unexplained Fever. Florida: CRC Press, Inc.;
2000. p.1.
2. Kaneshiro N. Fever: Elevated temperature, Hyperthermia; Pyrexia [online].
[updated: August 30, 2014; cited: February 3, 2015]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0003579/.
3. Sherwood L. Fisiologi Manusia. 6th edition. Jakarta: EGC; 2012. p. 710-7.
4. Dinarello C, Porat R. Fever and Hyperthermia. In: Fauci, Braunwald, Kasper,
Hauser, Longo, Jameson, et al. Harrisons Principles of Internal Medicine.
17th ed. USA: McGraw-Hill Companies, Inc; 2008. Chapter 17, p. 117-8.
5. Cunha J. Definition of Fever [online]. [updated: October 30, 2013; cited:
February

4,

2015].

Available

from:

http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=3425.
6. Cooper K. Fever and Antipyresis: The Role of the Nervous System.
Cambridge: Cambridge University; 1995. p. 4.
7. Tortora GJ, Derrickson B. The Autonomic Nervous System. Principle of
Anatomy and Physiology, 13th Edition. United States of America: John Wiley
& Sons, Inc.; 2012. p. 1048-50.
8. Krucik G. Thermoregulation [online]. [updated: June 14, 2013; cited: February
4,

2015].

Available

http://www.healthline.com/health/thermoregulation#Overview1.

from:

Anda mungkin juga menyukai