Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM INSTITUSIONAL VISITE

PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN


(P2KK) BANDA ACEH

KELOMPOK : A 10
Anggota Kelompok :
RIEAN AULIA (1107101010148)
CHYNTARRA WULANDA (1107101010017)
DESRI LUHONNA (1107101010026)
FARIZAL (1107101010025)
DESISKA RAUZANI (1107101010007)
YUNISA FITHRA (1107101010018)
FANNY EPRILIA TIKA (1107101010044)
FATHIYA ADISZA (1107101010108)
RUDIYANTO (1107101010029)
AMALIA NOOR ZAFIRA NST (1107101010167)
KHAIRUNNISA (1107101010165)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2014/2015

SEJARAH PEMBENTUKAN PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS


KESEHATAN
Pada tahun 1991 merupakan tonggak awal sejarah didirikannya Pusat
Penanggulangan krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan. Melalui sebuah surat
keputusan Departemen Kesehatan pada waktu itu menerbitkan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan No. 360/Menkes/SK/VI/1991 tanggal 24 Juni tentang
Kelompok Kerja Tetap (Pokjatap) Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Hal ini sejalan dengan pembangunan bidang kesehatan yang masih dihadapi
kendala permasalahan kesehatan karena penyakit potensial wabah, dan kejadian
bencana yang berdampak terhadap kesehatan.
Organisasi kesehatan sedunia (WHO) telah menetapkan program
kesiapsiagaan dan upaya penanggulangan bencana sesuai kebijakan Badan
Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Bakornas-PBP).
Begitu pula dengan sektor kesehatan yang dipandang perlu untuk meningkatkan
kesiapsiagaan di bidang kesehatan dan penanggulangan bencana.
Tahun 1995, Departemen Kesehatan menerbitkan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan No. 594/Menkes/SK/VI/1995 tanggal 7 Juni tentang Unit
Fungsional Pusat Penanggulangan Krisis Akibat Bencana (Crisis Center) namun
tanpa membubarkan Kelompok Kerja Tetap. Hal ini didasari bahwa untuk
meningkatkan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana Bidang Kesehatan,
perlu dibentuk suatu unit fungsional di Lingkungan Departemen Kesehatan untuk
pelaksanaan pengendalian dan penanggulangan akibat bencana yang
dikoordinasikan melalui suatu pusat pengendalian operasi. Pusat Penanggulangan
Krisis Akibat Bencana mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan
pengendalian akibat bencana sejak fase kewaspadaan dini (early warning) hingga
fase tanggap darurat (emergency response) berakhir serta membentuk Pusat
Pengendalian Operasi yang segera bekerja aktif bila terjadi bencana.
Pada tahun 1998 Departemen Kesehatan menerbitkan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan No. 942/Menkes/SK/IX/1998 tanggal 2 September 1998
tentang Pembentukan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (Crisis Center) di
Lingkungan Departemen Kesehatan. Hal ini didasari bahwa adanya perubahan di
bidang ekonomi, sosial , dan politik telah berpengaruh besar terhadap keadaan
kesehatan dan pembangunan kesehatan secara menyeluruh serta sebagai tindak
lanjut hasil lokakarya reformasi kesehatan yang memandang perlu melakukan
pemantauan dan evaluasi terhadap situasi tersebut.
Akibat dampak krisis ekonomi terhadap sektor kesehatan, dibutuhkan
penanggulangan secara cepat. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut maka
dibentuk Pusat Informasi dan Penanggulangan Krisis Kesehatan (PIPKK).
PIPKK mempunyai tugas menyusun dan membentuk indikator-indikator terpilih

yang dipergunakan untuk pemantauan terjadinya dampak akibat krisis ekonomi


terhadap kesehatan, mengumpulkan, mengolah data dan menganalisisnya,
memantau dan mengevaluasi pelaksana kegiatan penanggulangan krisis kesehatan
akibat dampak krisis ekonomi, serta menyampaikan hasil analisis pemantauan dan
evaluasinya kepada Tim Pengarah.
Namun dengan adanya ketiga unit fungsional tersebut sering terjadi
kebingungan dan adanya pekerjaan yang tumpang tindih terutama dalam
berkoordinasi dengan pihak diluar Departemen Kesehatan.
Pada tahun 2000 Departemen Kesehatan menerbitkan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan No. 130/Menkes/SK/I/2000 tanggal 26 Januari tentang Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Kesehatan RI dan disusul Surat Keputusan Menteri
Kesehatan No. 726/Menkes/SK/IV/2000 tanggal 24 April tentang pembubaran
ketiga unit fungsional dan melimpahkan tugasnya ke unit struktural Pusat
Penanggulangan Masalah Kesehatan (PPMK). Selanjutnya membentuk unit
struktural yaitu Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan sejalan dengan
bergabungnya Departemen Kesehatan, Kantor Menteri Negara Permasalahan
Kemasyarakatan, dan Badan Koordinasi Sosial Nasional (eks Departemen Sosial)
menjadi Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial.
Pada tahun 2001, diterbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial No. 446/Menkes-Kesos/SK/V/2001 tanggal 27 Nopember
tentang pembentukan Direktorat Jenderal Penanggulangan Masalah Sosial dan
Kesehatan yang terdiri dari 2 (dua) Direktorat yaitu Direktorat Kesiapsiagaan
dan Mitigasi Kesehatan dan Sosial, serta Direktorat Bantuan Kesehatan dan Sosial
Korban Bencana.
Pada tahun 2001 Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
membentuk unit fungsional Brigade Siaga Bencana (BSB) yang awalnya terdiri
dari Tim Medis yang kemudian dikembangkan menjadi Tim Teknis Medis, Tim
Surveilans dan Tim Pekerja Sosial, serta Tim Manajemen.
Pada tahun 2001 Departemen Kesehatan menerbitkan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan No. 1277/Menkes/SK/X/2001 tanggal 24 April tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan RI, dimana di dalamnya
memuat tentang pembentukan Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan
(PPMK). Pada Struktur Organisasi baru Departemen Kesehatan tersebut, PPMK
merupakan unsur penunjang Departemen Kesehatan yang bertanggung jawab
kepada Sekretariat Jenderal. dr. Dotti Indrasanto, M.P.H., ditunjuk sebagai Kepala
Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan yang mulai bertugas pada bulan
Januari 2001 sampai dengan Maret 2005, dan kemudian dilanjutkan oleh dr.
Mulya A. Hasjimy, Sp.B. M.Kes., pada bulan Maret 2005 sampai dengan
Desember 2005.

Oleh karena semakin kompleksnya kejadian krisis kesehatan dan bencana


pada tahun 2005 Departemen Kesehatan menerbitkan Peraturan Meteri Kesehatan
RI No. 1575/SK/XI/2005 tanggal 16 November tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kesehatan RI yang didalamnya memuat pembentukan Pusat
Penanggulangan Krisis dan Masalah Kesehatan lain. Selanjutnya terjadi
perubahan nomenklatur pada struktur organisasi Pusat Penanggulangan Krisis dan
Masalah Kesehatan lain yang kemudian ditetapkan menjadi Pusat
Penanggulangan Krisis (PPK) yang merupakan pelaksana tugas penanggulangan
krisis kesehatan yang
berada langsung di bawah Menteri Kesehatan dan
dipimpin oleh seorang kepala yang dalam melaksanakan tugas sehari-hari
bertanggung jawab kepada Sekretaris Jenderal. Diangkat sebagai Kepala Pusat
Penanggulangan Krisis pada saat itu adalah dr. Rustam Syarifuddin Pakaya,
M.P.H.
PPK mempunyai tugas: melaksanakan perumusan kebijakan teknis
penanggulangan krisis dan masalah kesehatan lain berdasarkan Kebijakan yang
ditetapkan oleh Menteri dan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
serta menyelenggarakan fungsi (1) penyusunan rancangan kebijakan umum
penanggulangan krisis dan masalah kesehatan lain, (2) penyiapan rumusan
kebijakan pelaksanaan dan perumusan kebijakan teknis dalam penanggulangan
krisis dan masalah kesehatan lain, (3) koordinasi pelaksanaan bimbingan dan
pengendalian di bidang pemantauan penanggulangan krisis dan masalah
kesehatan lain, (4) mobilisasi sumber daya dalam penanggulangan krisis dan
masalah kesehatan lain, (5) mengumpulkan data, menganalisa dan menyajikan
informasi yang berkaitan dengan penanggulangan krisis dan masalah kesehatan
lain, (6) evaluasi pelaksanaan kebijakan, peraturan, standar, dan program yang
berkaitan dengan penanggulangan krisis dan masalah kesehatan lain, (7)
pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. Sedangkan susunan organisasi
PPK terdiri dari Bagian Tata Usaha, Bidang Pencegahan, Mitigasi dan
Kesiapsiagaan, Bidang Tanggap Darurat dan Pemulihan, Bidang Pemantauan dan
Informasi, serta Kelompok Jabatan Fungsional.
Pada Tanggal 1 Februari 2010 Menteri Kesehatan RI dr. Endang Rahayu
Sedyaningsih, MPH, Dr. P.H. melantik Mudjiharto, S.K.M., M.M. sebagai Kepala
Pusat Penanggulangan Krisis melanjutkan kepemimpinan dr. Rustam Syarifuddin
Pakaya, M.P.H. Melalui Permenkes No. 1144 tahun 2010 tentang Organisasi dan
Tata kerja Kementerian Kesehatan Pusat Penanggulangan Krisis berubah menjadi
Pusat Penaggulangan Krisis Kesehatan (PPKK). Mudjiharto, S.K.M., M.M.
kembali dilantik menjabat sebagai Kepala Pusat Penanggulangan Krisis
Kesehatan pada tanggal 1 Maret 2010.

DEFINISI P2KK
Pusat Penanggulangan Krisis adalah pelaksana tugas penanggulangan
krisis kesehatan yang berada langsung di bawah Menteri Kesehatan dan dipimpin
oleh seorang kepala yang dalam melaksanakan tugas sehari-hari bertanggung
jawab kepada Sekretaris Jenderal.
FUNGSI DAN RUANG LINGKUP P2KK
Pusat Penanggulangan Krisis mempunyai tugas melaksanakan perumusan
kebijakan teknis penanggulangan krisis dan masalah kesehatan lain berdasarkan
Kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri dan peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku serta menyelenggarakan fungsi:
(1) penyusunan rancangan kebijakan umum penanggulangan krisis dan masalah
kesehatan lain,
(2) penyiapan rumusan kebijakan pelaksanaan dan perumusan kebijakan teknis
dalam penanggulangan krisis dan masalah kesehatan lain,
(3) koordinasi pelaksanaan bimbingan dan pengendalian di bidang pemantauan
penanggulangan krisis dan masalah kesehatan lain,
(4) mobilisasi sumber daya dalam penanggulangan krisis dan masalah kesehatan
lain,
(5) mengumpulkan data, menganalisa dan menyajikan informasi yang berkaitan
dengan penanggulangan krisis dan masalah kesehatan lain,
(6) evaluasi pelaksanaan kebijakan, peraturan dan standar dan program yang
berkaitan dengan penanggulangan krisis dan masalah kesehatan lain,
(7) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Dengan ruang lingkup pada standar pelayanan kesehatan dalam penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana.
1. Pelayanan kedaruratan medik (pengobatan dan perawatan)
2. Pengendalian penyakit potensial wabah
3. Pelayanan gizi darurat
4. Pengawasan kualitas dan kuantitas air bersih
5. Higiene dan sanitasi
6. Kesehatan reproduksi
7. Penanganan stres pasca trauma
HUBUNGAN P2KK DENGAN INSTITUSI LAINNYA
Menurut UU No. 24 tahun 2007 tentang bencana bahwa kegiatan
koordinasi merupakan salah satu fungsi Unsur Pelaksana Penanggulangan
Bencana. Di samping itu unsur pelaksana juga melaksanakan fungsi komando dan
sebagai pelaksana dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Fungsi
komando diperlukan dalam saat tahap tanggap darurat, dimana tidak ada lagi

kesempatan untuk melakukan perdebatan atau argumentasi yang berlarut-larut


selain hanya melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh komando atasan.
Menurut Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2008 bahwa
penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin
terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
terkoordinasi dan menyeluruh dalam rangka memberikan perlindungan kepada
masyarakat dari ancaman, risiko dan dampak bencana. Kata terpadu dalam
penanggulangan bencana penting karena masalah yang ditimbulkan terkait dengan
berbagai sektor yang multi kompleks.
Koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk
menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk
menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah
ditentukan. Pengertian lain tentang koordinasi adalah mengimbangi dan
menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok
dengan masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan
keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri.
Terdapat 3 (tiga) macam saling ketergantungan di antara satuan-satuan organisasi,
yaitu:
a. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence), bila satuansatuan organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam
melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja setiap
satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir.
b. Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependence), di mana
suatu satuan organisasi harus melakukan pekerjaannya terlebih dulu sebelum
satuan yang lain dapat bekerja.
c. Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence), merupakan
hubungan memberi dan menerima antar satuan organisasi.
Koordinasi adalah upaya menyatu padukan berbagai sumber daya dan
kegiatan organisasi menjadi suatu kekuatan sinergis, agar dapat melakukan
penanggulangan masalah kesehatan masyarakat akibat kedaruratan dan bencana
secara menyeluruh dan terpadu sehingga dapat tercapai sasaran yang direncanakan
secara efektif serta harmonis (Depkes RI, 2002).
Pada saat terjadinya suatu bencana, P2KK berkoodinasi dengan lintaslintas sektor yang terkait, seperti Dinas Sosial, Dinas PU, LSM, Polres, Kodim,
Setda, Bulog,dll.

KESIMPULAN
P2KK adalah Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kota Banda Aceh
yang dibentuk pada tahun 2010, dikarenakan pembelajaran Tsunami 26 Desember
2004 dengan visi terwujudnya penanganan krisis dan masalah kesehtan secara
cepat, tepat dan terpadu menuju masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat,
karena setiap orang berhak atas kesehatan dan setiap orang mempunyai hak yang
sama dalam memperoleh hak atas sumber daya di bidang kesehatan.
SARAN
Sebaiknya dilakukan penyuluhan informasi mengenai P2KK dikarenakan
banyak masyarakat yang belum mengetahui fungsi dan keberadaan P2KK.

Anda mungkin juga menyukai