1), 2)
INTISARI
Telah dilakukan penelitian terhadap gambaran Pasien dan terapi skizoprenia di unit rawat
inap RS Khusus Dharma Graha tahun 2009 dan dilakukan analisis luaran (outcome) terapi
farmakologi dan non farmakologi dengan mengukur skor keperawatan awal (masuk RS) dan akhir
(pulang RS). Penelitian dilakukan dengan metode survey yang bersifat deskriptif-analisis
retrospektif. Data yang diperoleh diolah menggunakan analisis bivariat. Hasil penelitian yaitu pasien
skizofrenia yang menjalani perawatan di rawat inap RS Khusus Dharma Graha pada tahun 2009 yang
memperoleh terapi farmakologi dan non farmakologi, dengan jenis kelamin laki-laki 72.3%.
Umumnya masuk rawat inap pada usia dewasa antara 41 60 tahun 72.3%. Diagnosis terbanyak
adalah skizofrenia paranoid, dan lamanya pasien menjalani perawatan umumnya kurang dari 100
hari, yaitu 49.2%. Pasien masuk di rawat inap dengan kondisi kurang (55.4%). Pasien setelah
menjalani pengobatan pada umumnya keluar dengan kondisi baik (55.4%). Analisis terhadap terapi
farmakologi dan non farmakologi yang dilakukan di RS Khusus Dharma Graha pada skor
keperawatan awal dan akhir memberikan hasil bahwa terapi farmakologi dan non farmakologi
bermakna mempengaruhi skor keperawatan ( perbaikan kondisi pasien).
Kata kunci : Skizofrenia, terapi farmakologi, terapi non farmakologi, skor keperawatan.
ABSTRACT
Has done research on patients and therapeutic overview skizoprenia in the Special Hospital
inpatient unit Dharma Graha in 2009 and performed outcome analysis pharmacological and non
pharmacological therapy by measuring the initial nursing score (hospitalized) and late (out of
hospital). The study was conducted by survey method that is descriptive-retrospective analysis. The
data obtained were processed using bivariate analysis. The results of schizophrenic patients who
underwent inpatient treatment at the Hospital for Special Dharma Graha in 2009 to acquire nonpharmacological and pharmacological therapies, with the male sex 72.3%. Generally, inpatient
admission at the age of adults between 41-60 years of 72.3%. The most diagnosis is schizophrenia
paranoid, and patients undergoing treatment duration is generally less than 100 days, ie 49.2%.
Patients entered in hospitalizations with less conditions (55.4%). Analysis of the pharmacological
and non pharmacological therapies are performed at the Special Hospital nursing Dharma Graha at
the beginning and the end score gives the result that non-pharmacological and pharmacological
therapies significantly affect the scores of nursing (improving the patient's condition).
Key word : schizophrenia, pharmacological and non pharmacological therapy, scores of nursing.
PENDAHULUAN
Gangguan mental merupakan suatu
gangguan yang menyebabkan perilaku menjadi
bertentangan dengan keadaan normal (1). Salah
satu bentuk gangguan mental adalah
skizofrenia yang merupakan gangguan otak
dan menimbulkan gejala kejiwaan berupa
sikap,
pikiran,
dan
perilaku
yang
(2)
menyimpang.
Prevalensi
penderita
schizophrenia di dunia sekitar 0,22%,
sedangkan di Amerika Serikat berkisar antara
1% sampai 1,5% dengan angka kejadian 1 per
10.000 orang per tahun.(3) Penyebab timbulnya
skizofrenia dapat dikarenakan faktor biologi
(hipotesis dopamin, hipotesis serotonin,
komplikasi kelahiran, dan infeksi otak), faktor
genetik, dan faktor psikososial.(4,5,6)
Pengenalan dan pengobatan secara
cepat sangat penting karena semakin lama
penderita
skizofrenia
tidak
diobati,
kemungkinan kambuh semakin sering dan
timbul resistensi terhadap pengobatan,
Pengobatan terhadap skizofrenia dilakukan
dengan terapi farmakologi dan terapi non
farmakologi.
Terapi
farmakologi
dengan
penggunaan obat-obat golongan psikotropika
sangat bermanfaat dalam mengatasi gangguan
skizofrenia.(7) Penggunaan obat secara rasional
sangat mempengaruhi luaran (outcome) terapi.
Proses pemilihan obat-obatan diharapkan
mengikuti tatalaksana pengobatan yang sudah
ditetapkan, dimana pemilihan jenis obat
disesuaikan dengan tampilan gejala sasaran
yang
ingin
diatasi.(8)
Undang-undang
Psikotropika Nomor 5
Tahun 1997
menyatakan bahwa psikotropika adalah zat
atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku.(9) Golongan
psikotropika yang direkomendasikan untuk
2
Kriteria Eksklusi
Catatan rekam medik tidak lengkap, dan tidak
jelas. Pasien pulang paksa, kabur, dan
meninggal dunia selama pengobatan. Pasien
mempunyai riwayat penyakit lain (TBC,
sindrom otak organik).
Waktu dan Tempat Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan mulai
bulan September sampai Nopember 2010,
dengan mencatat data rekam medik pasien
skizofrenia ke dalam lembar pengumpulan
data di RS Khusus Dharma Graha, BSDTangerang.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan
penelitian deskriptif analisis menggunakan
metode survei retrospektif, dengan melihat
data sekunder dari data rekam medik pasien
skizofrenia di RS Khusus Dharma Graha pada
tahun 2009.
Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian rekam
medik dan unit rawat inap RS Khusus Dharma
Graha, BSD-Tangerang.
Proses Pengumpulan Data
Pengumpulan data dari data sekunder
dibagian rekam medik RS Khusus Dharma
Graha. Pengambilan data dilakukan dengan
terlebih dahulu mengajukan surat permohonan
izin penelitian dan proposal kepada Direktur
RS Khusus Dharma Graha.
Pengambilan data dilakukan dengan
terlebih dahulu meminta rekapitulasi data
pasien skizofrenia yang menjalani perawatan
di bagian rawat inap pada tahun 2009 dan
dilakukan pencatatan nomor rekam medik.
Nomor rekam medik
yang diperoleh
digunakan untuk mencari buku rekam medik,
yang kemudian dibaca dan dicatat dalam
lembar pengumpulan data.
HASIL PENELITIAN
Sampel penelitian merupakan data dari
pasien skizofrenia yang menjalani perawatan
selama tahun 2009 dan memperoleh terapi
dan
Terapi
Non
banyak
dilakukan
oleh
pasien
skizofrenia adalah kegiatan Grup psikoterapi
(26.29%), dan terapi non farmakologi yang
paling sedikit dilakukan adalah terapi tari yaitu
sebesar (2.34%).
Skor keperawatan
Awal masuk RS dengan skor keperawatan
kurang 55.4%, sedang 43,1% dan buruk 1.5%.
Setelah diterapi farmakologi dan non
farmakologi skor keperawatan akhir (pulang)
tercatat yaitu kondisi baik sekali 10.8%, baik
55.4% dan sedang 33.8%
Perbaikan skor keperawatan setelah
terapi farmakologi dan non farmakologi dilihat
dari perbedaan kelompok skor keperawatan
antara awal masuk RS dan pulang RS. Skor
keperawatan dihitung dengan mengurangkan
persentase kelompok skor akhir dengan
persentase kelompok skor awal sehingga
diperoleh hasil perbaikan skor keperawatan
yaitu dengan kondisi baik sekali 10.8%, baik
55.4%, sedang berkurang sebesar 9.3%,
kondisi kurang dengan buruk menjadi tidak
ada ( 0 % ) saat pulang.
PEMBAHASAN
Sampel penelitian pasien skizofrenia
yang menjalani pengobatan di rawat inap RS
Khusus Dharma Graha pada tahun 2009.
Seorang pasien dapat memberikan data sampel
yang berbeda jika kembali untuk menjalani
perawatan di rawat inap selama tahun 2009
karena munculnya gejala. Oleh karena pasien
yang berobat di rawat inap terbatas, maka
jumlah sampel diperoleh secara total sampling.
Sampel penelitian ini diharapkan dapat
mewakili populasi pasien skizofrenia yang
Analisis
lama rawat dengan jenis
Skizofrenia
yang
diterapi
dengan
farmakologi dan non farmakologi.
Hipotesis adalah bahwa ada hubungan
yang bermakna antara lama di rawat dengan
jenis Skizofrenia yang diterapi dengan
farmakologi dan non farmakologi dengan skor
akhir. Analisis hubungan dilaksanakan dengan
DAFTAR PUSTAKA
1.
Yosep, I, Proses Terjadinya Gangguan
Jiwa, Skizofrenia sebagai Bentuk
Gangguan Jiwa, 20 Januari. Diakses dari
http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/, 15 Mei 2009
2.
Kaplan, I. Harold, Sadock, J. Benjamin,
Schizophrenia in: Synopsis of
Psychiatry: Behavioral Sciences and
Clinical Psychology, 8th ed, Baltmore
USA: Lippincott Williams and Wilkins,
1998
3.
Norquist
GS,
Narrow
WE,
Schizophrenia : Epidemiology, in :
Kaplan and Sadock Comprehensive
textbook of psychiatry, 7th ed,
Philadelphia : Lippincott, Williams and
wilkins, 2000:1110-1117.
4.
Julius, I., Steinfeld, M.D., The
Etiological Syndrome of Schizophrenia,
in: A New Approach to Schizophrenia,
Merlin Press Inc, New York, 1956: 111114.
5.
Kendler KS., Schizophrenia: Genetics,
in: Kaplan and Sandock Comprehensive
textbook of psychiatry, 7th ed,
Philadelphia: Lippincott Williams and
wilkins, 2000: 1147-1169
6.
Sapiie TWA, Patobiologi Skizofrenia
dan Peranan Serotonin dalam Gejala
Negatif Skizofrenia, dalam majalah
psikiatri, Jakarta, 2007 : 77-89
7.
American
Psychiatric
Association.
Practice Guideline for the treatment of
patients with schizophrenia, 2nd ed.
Arlington (VA): American psychiatric
Association, 2004: 114.
8.
Nasrallah HA and Smeltzer DJ.,The
patient
with
schizophrenia
contemporary
diagnosis
and
management of, Handbook in Health
Care Co, Newtown, Pennsyvania, USA.,
2002
Simpulan
1. Gambaran pasien skizofrenia yang
menjalani rawat inap di Rumah Sakit
Khusus Dharma Graha pada tahun 2009,
sebagian besar adalah laki-laki 72.3%.
dengan usia dewasa antara 41 60 tahun
(72.3%), diagnosis terbanyak adalah
skizofrenia paranoid (46.2%), dan waktu
lama dirawat kurang dari 100 hari (49.2%).
2. Gambaran pemakaian obat berdasarkan
jenisnya
terbanyak
Trihexyphenidyl
(20.2%), kemudian Risperidon (15.8%),
dan Clozapin (14.2%). Pemakaian obat
psikotropika
berdasarkan
golongan
terbanyak adalah
antipsikotik atipikal
(38.9%), antiparkinson (20.2%), dan
antipsikotik tipikal (14.2%), jenis terapi
non farmakologi yang banyak dilakukan
oleh pasien skizoprenia adalah kegiatan
Grup psikoterapi (26,29 %), dan terapi non
farmakologi yang paling sedikit dilakukan
adalah Terapi tari (2,34%).
3. Terapi farmakologi dan terapi non
farmakologi dapat meningkatkan skor
keperawatan (peningkatan kualitas hidup )
pasien skizoprenia,skor keperawatan awal
kurang (55,4 % ) dan skor keperawatan
akhir baik (55,4%)
4. Terdapat
perbedaan
antara
skor
keperawatan sebelum terapi dengan
kondisi buruk 1,5 %, kurang 55, 4%,
sedang 43,1%, dan setelah terapi
farmakologi dan non farmakologi skor
keperawatan menjadi kondisi sedang
33,8%, Baik 55,5 %, dan baik sekali 10,8
% di RS Khusus Dharma Graha tahun
2009.
10
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
11
Loebis,
B.,
Skizofrenia:
Penanggulangan
Memakai
Antipsikotik, Pidato Pengukuhan Guru
Besar Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatra Utara, 19 Juli 2007, diakses
dari:
http://www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb
/2007/, tanggal 18 Mei 2010.
Sinaga BR, Skizofrenia dan Diagnosis
Banding, Jakarta 2007:12-137.
Lehman A.F., Lieberman J.A., Dixon
L.B., et al.Practice Guideline for The
Treatment
of
Patients
with
Schizophrenia,
2nd
ed.
Arlington:American
Psychiatric
Association, 2004.
Kay, Stanley R., 1991, Positive and
Negative Syndromes in Schizophrenia:
Assessment
and
Research,
Bunner/Mazel Inc., New York. Diakses
dari: http://www.google.co.id/books?id,
tanggal 12 Mei 2010
Prawitasari, Johana E., dkk. 2002.
Psikoterapi Pendekatan Konvensional
dan Kontemporer . Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Departemen Kesehatan RI, 1989.
Petunjuk Teknis Asuhan Keperawatan
Pasien
Gangguan
Skizofrenia.
Direktorat Kesehatan Jiwa.
Guze, B., Richeimer, S., dan Siegel, D.J.
(1990). The Handbook of Psychiatry.
California:
Year
Book
Medical
Publishers
Hicks W.E., Practice Standards of
ASHP 1994-1995, Bethesda: The
American
Society
of
Hospital
Pharmacist Inc, 1992: 47.
Ganiswarna, G.S., Farmakologi dan
Terapi,
5th
ed,
Departemen
Farmakologi FKUI, Jakarta,2007:161178
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
12