Anda di halaman 1dari 31

.

BAB II
JIHAD DAN ASPEKNYA
A. Pengertian Jihad
Kata jihad sudah tidak asing lagi kedengaran di telinga kita namun dalam
memaknai kata ini belum tentu semua orang mempunyai pandangan yang sama
dalam memaknai kata jihad ini. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai jihad
terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian dari jihad itu sendiri.
1. Secara bahasa jihad berasal dari kata jahd yang berarti jerih payah atau
kesukaran atau juga dari kata juhd yang berarti kemampuan tenaga.1
2. Secara istilah jihad berarti peperangan untuk mengangkat slogan Islam dan
menegakkan syiar Islam.2
3. Dan didalam Lisanul Arab : dikatakan Al-Jahdu (Al-Jahd) artinya Al-Masyaqqot
(jerih payah), dan Al-Juhdu (Al-Juhd) artinya At-Thooqot (kekuatan). Dan dalam
Lisanul Arab juga terdapat perkataan Al-Jihaad maknanya : Istifrooghu maa fiil wus'I
wattooqoti min qaulin aw fi'li (Mencurahkan segenap tenaga dan kekuatan baik
berupa Ucapan maupun Perbuatan).3
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan di atas maka diambil sebuah
kesimpulan bahwa jihad adalah usaha sungguh-sungguh untuk mengarungi
rintangan-rintangan yang dialami dalam upaya meraih dan menegakkan syiar
Islam dan membela agama Islam.

Muhammad Ibrahim Jannati, Durus fi al-Fiqh al-Muqaran (Fiqih Perbandingan Lima


Mazhab): Syafii, Hambali, Maliki, Hanafi, Jafari), terj. Iibnu Alwi Bafaqih, Muhdhor Assegaf, Alam
Firdaus, (Jakarta: Cahaya,2007), h. 144.
2

Ibid.
3 http://www.almuslimin.net/node/7187

9 January 2010 - 7:24am UYE

A. Tujuan dan Fungsi Jihad


Sebelum

membahas tentang fungsi dan tujuan jihad lebih jauh,akan di

kemukakan apa fungsi dan tujuan itu sendiri. fungsi adalah kegunaan suatu hal
sedangkan tujuan adalah kehendak.
Jihad di jalan Allah hanya bertujuan sebagai jalan yang di perintah kan Allah
swt sehingga dapat mewujudkan banyak tujuan .jihad memiliki cakupan arti yang
sangat luas , ia bisa dilakukan dengan berbagai cara dan dapat dilakukan oleh
setiap orang sesuai dengan batas dan kemampuannya.selain itu jihad juga tidak
terikat oleh ruang dan waktu karena itu fungsi dan kedudukannya menjadi sangat
penting dalam kehidupan manusia.4

1. Tujuan Jihad
Jihad yang selama ini dikenal dengan fisabilillah adalah berjuang di jalan
Allah yang tentunya tujuannya tidak terbatas peperangan saja tetapi ia juga
berfungsi sebagai wasilah dan jalan yang disyariatkan untuk mewujudkan tujuan
yang antara lain adalah:
a. Mencari Keridhoan Allah.
Yang demikian itu adalah dengan jalan menunaikan kewajiban yang di
perintahkan Allah sehingga terbebaslah ia dari tanggungan yang harus dipikul dan

Rohimin, Jihad Makna dan Hikmah (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 108.

10

untuk mendapatkan pahala yang sebesar-besarnya serta kebahagiaan nantinya di


negeri akhirat yang telah dijanjikan Allah kepada orang-orang yang berjihad di
jalannya.5
Allah berfirman dalam QS. an-Nisa ayat 74)



Terjemahnya:
Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan
kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. barangsiapa yang berperang di
jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan Maka kelak akan
kami berikan kepadanya pahala yang besar.6
Menurut hemat penulis, ayat ini menjelaskan bahwa sebagaimana yang
telah dibahas pada pengertian jihad sebelumnya secara ringkas pengertian jihad
adalah berusaha sungguh-sungguh dengan segenap tenaga untuk menegakkan
hukum Allah. Sudah selayaknya, jika melihat pengertian ini maka memang salah
satu tujuan dari jihad itu sendiri adalah untuk memperoleh keridhaan Allah
dengan tuntutan jihad yang tidak menyeleweng dari ajaran agama.
b. Untuk Menyebarkan dakwah Islam.(untuk memperluas penyebaran agama)

Abdul Baqi Randhun, Al-jihad Sabiluna (Jihad Jalan Perjuangan Kami) (Cet. VI; Solo:
Pustaka Al-Alaq, 2005), h. 114.
6

Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahan, (Jakarta: PT. Karya Toha Putra
Semarang, 1995), h. 165

11

Tujuan jihad yang selanjutnya adalah untuk menyebarkan dakwah Islam


agar dapat tersebar ke segala penjuru.
Jihad dan dakwah merupakan suatu hal yang saling memiliki keterkaitan
secara langsung, mengingat pada pembahasan sebelumnya dikatakan jihad adalah
untuk menyebarkan syiar Islam, jihad adalah peperangan jadi, dengan berpatokan
pada definisi di atas maka diambil kesimpulan bahwa tujuan dari Islam adalah
untuk menyebarkan dakwah Islam karena dengan dakwah maka usaha-usaha
untuk menyebarkan ajaran agama merupakan suatu alternatif yang tidak kalah
pentingnya.
Berkaitan dengan tujuan ini, maka jihad sebagai etos dakwah sangat besar
fungsinya dalam menumbuhkan semangat orang-orang Islam untuk memperluas
ajaran agama. Ajaran jihad dijadikan sebagai semangat keagamaan yang
menjanjikan kepada pelakunya balasan dari Allah dalam hubungan ini maka Islam
sebagai agama dakwah mengharuskan untuk melaksanakan dakwah agama kepada
orang lain. Melaksanakan dakwah Islam adalah bagian dari pelaksanaan jihad.7
c. Untuk mengokohkan kaum muslimin di permukaan bumi.
Apabila telah ditegakkan hukum Allah di suatu belahan bumi atau pada
suatu wilayah, maka seharusnya kaum muslimin tidak berpuas diri dengannya
dan melalaikan yang lain, mengurung diri dan menutup rapat-rapat bagi yang
lain, serta kecenderungan untuk menikmati kelapangan dan tinggal di negeri

Rohimin, Jihad Makna dan Hikmah (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 93.

12

mereka. Oleh karena peran mereka belum selesai sama sekali dan tugas
mereka belum sempurna, mereka harus melanjutkan jihad dan perjuangan
mereka dan meneruskan perjuangan ekspansi mereka hingga bumi dan orangorang yang tinggal di atasnya tunduk pada hukum Islam, dan seluruh negeri
menjadi Darul Islam dan hendaknya para mujahidin melanjutkan jihad mereka
dari generasi ke generasi, kurun ke kurun sehingga janji Allah menjadi
kenyataan dan jadilah dien seluruhnya hanya untuk Allah.8
Memang

datangnya

Islam

dengan

jalan

jihad

adalah

untuk

menghentikan kerusakan dan membuang sifat-sifat syirik dan kekafiran


sampai ke akar-akarnya. Namun yang perlu digarisbawahi di sini adalah
perjuangan untuk meneruskan ekspansi di sini harus sesuai dengan ketentuanketentuan yang berlaku dan tidak bertindak semena-mena dalam hal
melakukan jihad dan tidak melanggar etika jihad yang akan dibahas nantinya
pada pembahasan di depan karena jihad mempunyai cakupan makna yang
cukup luas.
d. Ujian Dari Allah Untuk Menyaring Orang-Orang Yang Beriman
Dalam QS. Ali Imran ayat 139- 142 Allah berfirman.

Abdul Baqi Randhun, op. cit. h, 123.

13




Terjemahnya:
139.Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika
kamu orang-orang yang beriman.
140.Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, Maka Sesungguhnya
kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa.
dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu kami pergilirkan diantara
manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah
membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir)
supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. dan
Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,
141.Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa
mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir.
142.Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum
nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu dan belum
nyata orang-orang yang sabar.9
Berdasarkan ayat ini, jelaslah bahwa jihad merupakan ujian dari Allah
yang bertujuan menyaring orang-orang yang beriman. Dengan ayat, ini juga
diketahui bahwa salah satu jalan untuk meraih surga adalah dengan melakukan
jihad yang sesungguhnya.
Dengan jihad, nampak nyatalah orang mukmin yang benar dan orang
munafik yang dusta, dan kelihatan jelaslah pemberani yang gagah dan pengecut
yang penakut dan agar muncul bakat-bakat perang kelihaian-kelihaian militer,

Departemen Agama RI, op.cit , h. 124

14

kecakpan-kecakapan, kemampuan-kemampuan dan potensi-potensi lain yang


belum mendapatkan kesempatan serta peluang untuk menunjukkan eksistensinya
dan membuktikan jati mereka yang ulet dan agar anggota badan dan anggota
badan bisa menghadapi tantangan dan pengorbanan, menahan berat dan
kehidupan dan menceburkan diri terhadap situasi-situasi yang berbahaya dan juga
terlatih atas kesabaran dan keteguhan hati dan pandang mundur.10
2. Fungsi Jihad
Jihad mempunyai fungsi dari beberapa aspek, sebagaimana apa yang
dikatakan oleh Quraish Shihab bahwa jihad merupakan aktivitas yang unik,
menyeluruh dan tidak dapat disamakan dengan aktivitas yang lain.11
Sebagian besar aktivitas keagamaan itu tidak terlepas dari jihad.
Setidaknya jihad itu menghambat godaan hawa nafsu yang selalu ingin
menjerumuskan diri manusia pada kelalaian dan mengabaikan tuntutan agama.
Fungsi jihad tersebut dapat dilihat berdasarkan beberapa aspek berikut:

a. Aspek Ibadah
Dalam buku-buku yang membahas tentang jihad, banyak dijumpai
pembahasan jihad tersebut lebih menitikberatkan jihad dengan peperangan
sebagaimana yang dibahas pada pengertian jihad sebelumnya, sehingga tidak
dapat dipungkiri bahwa pemahaman umum tentang jihad adalah perang.
Pada dasarnya perang merupakan salah satu wujud dari jihad karena jihad
tidak hanya diraih dengan perang melawan orang kafir, oleh karena jihad
10

KH. Imron al Idrusy, Jihad Di Jalan Allah (Putra Pelajar: Surabaya, 2001), h. 123.

11

Rohimin, op. cit., h. 109.

15

berlangsung secara terus menerus dan tidak mungkin perang akan terjadi terus
menerus. Oleh karena itu dianjurkan menempuh jalan perdamaian karena dalam
Alquran dijelaskan bahwa penafsiran jihad tidak hanya bermuara pada konsep
jihad tidak hanya bermuara pada konsep perang saja.
Memahami jihad sebagai ibadah, seperti yang dilakukan oleh fuqaha
sebetulnya cukup beralasan. Dalam ayat Alquran, banyak dikemukakan ayat yang
membahas tentang aspek ibadah daripada jihad. Bahkan, dalam suatu ayat ketika
Alquran ingin menegaskan tentang keutamaan jihad dari ibadah lainnya, jihad
dibandingkan dengan perbuatan menyediakan minuman bagi para jamaah haji dan
memakmurkan Masjidil Haram. (Qs Attaubah/:19) di samping itu Alquran juga
menegaskan bahwa jihad dapat dijadikan media untuk mendekatkan diri kepada
Allah swt. orang-orang yang melakukannya akan dibalas dengan pahala yang
besar.12
Dari uraian di atas, dapat ditarik benang merah bahwa jihad yang
dilakukan dengan pengorbanan dan perjuangan manusia untuk menjalin hubungan
dengan Tuhan yang dinilai ibadah oleh Allah swt. Sebagai jihad, perang tidak
hanya bertujuan untuk memperoleh harta rampasan perang dan memperluas
daerah serta agama tetapi lebih jauh jihad berfungsi sebagai salah satu ibadah
kepada Allah swt. dan lebih jauh lagi jihad fi sabilillah dapat mengantarkan
mereka kepada syahid dan mendapatkan balasan dari Allah swt.
b. Aspek Dakwah
Pada pembahasan sebelumnya telah dibahas tentang tujuan jihad untuk
menyebarkan dakwah Islam dan selanjutnya pada pembahasan ini akan sedikit
disinggung mengenai fungsi jihad dari aspek dakwah.

12

Rohimin, op.cit., h. 110.

16

Dilihat dari aspek dakwah jihad memang dapat dijadikan sebagai sebuah
pendekatan dakwah. Dalam hubungan ini maka jihad tidak dapat melepaskan
fungsinya sebagai kekuatan dakwah yang terus mendorong dan membangkitkan
semangat setiap muslim yang turut mendorong dan membangkitkan semangat
setiap muslim agar terus menyampaikan dakwah agamanya kepada semua ummat
manusia tanpa kecuali. Atas dasar universalisme Islam sebagai rahmatan lil
alamin atau kaffah li annas maka Rasulullah saw dan umatnya diamanatkan
untuk menyampaikan agama yang dianutnya kepada siapa saja, dengan tidak
memandang suku dan bangsanya, apa agamanya dan apa kedudukannya, dari
amanat ini yang penting adalah menyampaikan kepada ummat manusia bukan
memaksakan ajaran Islam agar diterima secara total. Sekalipun Rasulullah dan
umatnya menginginkan dan berjuang keras agar semua ummat manusia memeluk
Islam. Namun Alquran mengisyaratkan tetap ada yang tidak mau. Mau atau
tidaknya bukanlah tanggung jawab orang yang mengajak .13
Selain dari apa yang telah dikemukakan di atas, sebetulnya jihad yang
dilakukan dengan pendekatan dakwah dapat dilakukan dengan berbagai bentuk
tergantung dari kesanggupan individu atau kelompok .sebagaimana firman Allah
dalam QS. Al-Hajj ayat 78 yakni:

13

Rohimin, op cit, h. 113.

17

Artinya:
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenarbenarnya. dia Telah memilih kamu dan dia sekali-kali tidak menjadikan
untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu
Ibrahim. Dia (Allah) Telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim
dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu
menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas
segenap manusia, Maka Dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan
berpeganglah kamu pada tali Allah. dia adalah Pelindungmu, Maka dialah
sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong.14
Dilihat dari ayat di atas dapat dipahami bahwa anjuran kepada orang Islam
agar berjihad atau beramal secara sungguh-sungguh sesuai dengan kemampuan .
dalam konteks jihad sapa yang tidak sanggup melakukan jihad bi al amwal dan
jihad bi an-nafs maka ia boleh berjihad dengan Alquran. Dalam konteks dakwah,
siapa yang tidak sanggup melakukan dakwah dengan mujahadah maka boleh
dengan hikmah.15
c. Aspek Politik dan Militer

14
15

Departemen Agama RI, op.cit , h. 662


Rohimin, op cit, h. 114

18

Sebelum lebih jauh membahas tentang fungsi jihad ditinjau dari aspek
politik dan militer, maka terlebih dahulu penulis mengemukakan pengertian dari
jihad politik.
Jihad fi sabilillah dengan politik adalah berjuang di jalan Allah dengan
berjuang di jalan Allah untuk menegakkan tatanan pemerintahan Islam yang
diridhai Allah karena politik yang dimaksudkan di sini hanya sebatas pengertian
usaha-usaha pribadi usaha-usaha pribadi maupun lembaga untuk memperoleh
kekuasaan atau pemerintahan yang dikehendaki.16
Dari aspek politik dan militer fungsi jihad dari kedua aspek ini diharapkan
menjadi sebuah kekuatan alternatif untuk mengsalah musuh dan membasmi
ketidakadilan yang berlaku di muka bumi. Sebagai kekuatan politik dan militer,
jihad juga merupakan sarana untuk membentuk dan memperkuat persatuan dan
kesatuan ummat Islam. Adanya perintah agar berjihad tidak terbatas hanya pada
pengertian dan kepentingan spiritualnya saja. Tetapi juga dalam hal ini mencakup
hal politik karena dalam Alquran sendiri telah dijelaskan agar orang Islam
mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi musuh. Sebagaimana firman Allah
dalam QS Al-anfal/8: 60 yang mengatakan bahwa:

16

Hilmy Bakar Almascaty, Panduan Jihad untuk Aktivis Gerakan Jihad (Jakarta: Gema
Insani, 2001) h, 226.

19




Terjemahnya:
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan
persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orangorang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah
mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya
akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya
(dirugikan).17
Ayat di atas menegaskan bahwa anjuran kepada orang-orang Islam untuk
memperkuat pertahanan diri dengan persiapan-persiapan yang matang untuk
menghadapi musuh-musuh Allah dan musuh orang Islam termasuk di dalamnya
pemerintah yang lalai dari tanggung jawabnya.
d. Aspek Spiritual Keagamaan
Jihad dari aspek spiritual keagamaan lebih berfungsi sebagai upaya
penyempurnaan imam seseorang. Dalam hal ini, yang dituntut adalah kekuatan
iman dan kesabaran, karena kesabaran tidak hanya di butuhkan dalam bentuk
jihad perang saja tetapi semua bentuk jihad. Baik yang berbenturan langsung
dengan fisik atau bukan .berkaitan dengan kesabaran ini Allah berfirman dalam
QS Al-Anfal/8:65

17

Departemen Agama RI, op.cit., h 352

20




Terjemahnya:
Hai Nabi, Kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. jika ada
dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat
mengalahkan dua ratus orang musuh. dan jika ada seratus orang yang sabar
diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada
orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.18

Ayat di atas

menegaskan bahwa kesabaran sangat diperlukan dalam

menentukan faktor peperangan sebagai jaminan memperoleh kemenangan perang


dari Allah.
Jihad sebagai upaya untuk menumbuhkan spiritual keagamaan hendaknya
dipandang sebagai ibadah yang penting yang harus dilakukan terus menerus
melakukan jihad ,adalah orang yang selalu mengharapkan rahmat Allah dan
mempertebal keyakinan kepada Allah.

B. Objek Jihad
Setelah membahas fungsi dan tujuan jihad kini akan di bahas objek-objek
yang dijadikan sasaran jihad.
Sebagaimana yang diketahui bahwa pedoman hidup bagi ummat Islam
adalah Alquran dan hadis. Mengenai objek jihad Alquran sangat umum dan tidak
18

Ibid., h. 354.

21

hanya terbatas pada objek tertentu karena yang harus dilakukan adalah jihad yang
sesuai dengan situasi dan kondisi yang di hadapi karena jihad pada masa sekarang
berbeda dengan masa lalu terlebih lagi masa yang akan datang juga objeknya
berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain.
Penyebutan objek jihad dalam Alquran hanya diungkap pada 5 ayat yaitu:
QS At-Taubah/9:36, dan 73, Al-Hujrat/49:9, At-Tahrim/66:9, QS An-nisa. Objekobjek jihad itu ialah:

1. Orang-orang kafir
2. Orang-orang munafik
3. Setan
4. Orang yang berbuat aniaya.19
Selain objek jihad yang dijelaskan di atas obyek jihad yang lain juga masih
dapat dibenarkan selama masih dalam ruang lingkup fisabilillah ini, maka jihad
tersebut masih dapat dibenarkan. Dengan catatan bahwa objek tersebut merupakan
suatu kepentingan agama dan upaya penyempurnaan diri.
C. Bentuk Jihad
Mengenai bentuk jihad terdapat berbagai macam pendapat dan penjelasan
mengenai masalah ini namun dalam pembahasan masalah ini akan diuraikan
bentuk jihad dari beberapa aspek:
19

Rohimin, op cit, h. 127

22

1. Dilihat dari aspek perjuangan dan pengorbanan nya


a. Perjuangan dengan ucapan, tenaga dan jiwa yakni melalui pemikiran dan
pengetahuan, seperti jihad memberantas kebodohan dengan adanya lembaga
pendidikan yang di harapkan memberi pengetahuan dan membentuk
kepribadian seorang murid sehingga memiliki etos yang tinggi agar dapat
menciptakan sumberdaya manusia yang dapat bersaing dengan dunia barat.
b. Perjuangan dengan harta
2. Dilihat dari musuh yang menjadi lawan
a. Jihad melawan hawa nafsu yaitu pembinaan manusia terhadap dirinya untuk
mentaati Allah, menolak fitnah syahwat, syubhat dan melaksanakan
ketaatan walaupun tidak di sukai oleh hawa nafsunya.20
b. Perjuangan melawan setan yaitu jihad melawan setan dengan menolak
syahwat dan syubhat yang di lontarkan kepada manusia .jihad terhadap
syetan dengan menolak syubhat yaitu dengan ilmu yang bermanfaat dan
warisan Nabi sehingga membuahkan keyakinan yang teguh di dalam hati
sedangkan jihad terhadap syetan adalah dengan menolak syahwat dengan
segala keinginan untuk merusak yaitu dengan perasaan takut kepada Allah
dan banyak mengingat perjumpaan dengan Allah dan kedudukannya di
hadapan Allah.21

20
21

http://lulu vikar .wordpress.com:jihad orang-orang bego:fakir.


http://lulu vikar .wordpress.com:jihad orang-orang bego:fakir.

23

c. Perjuangan melawan kafir dan munafik, Lagi-lagi kafir dan munafik


menjadi target utama dalam jihad setelah pada pembahasan sebelumnya
juga dititikberatkan pada kafir dan munafik, sebagaimana yang dijelaskan
dalam Qs At-Taubah ayat :73



Terjemahnya:
Hai nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang
munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka
ialah jahannam. dan itu adalah tempat kembali yang seburukburuknya.22
Namun yang menjadi penekanan di sini adalah bentuk-bentuk jihad yang
sesuai dengan konteks kekinian seperti jihad memerangi kemiskinan semisal jihad
memerangi pengangguran, memperbaiki moral dan lain-lain sebagainya .

D. Alasan Di Syariatkan jihad.


Allah swt mensyariatkan sesuatu tidak akan sia-sia, dan dalam islam tidak
hanya cukup memerintahkan umatnya untuk menyembah Allah swt dengan
menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.semisal
22

Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahan, (Jakarta: PT. Karya Toha Putra
Semarang,1995), h. 379

24

sholat, puasa, zakat dan berhaji.hal ini tidak hanya cukup di lakukan oleh seorang
muslim selama umat manusia di muka bumi masih melakukan kezaliman dan
kelallaina di muka bumi..di mana ia tidak boleh hanya merasa tenang apabila
hanya tinggal di rumah mengunci pintu lalau beribadah ke[ada tuhannya
sementara di luar sana masih banyak kejahatan dan kebatilan yang di lakukan oleh
pihak yang zalim.
Seharusnya ibadah yang di lakukan menjadi modal untuk melawan kebatilan
tersebut,semisal ibadah zakat menjadi saham dalam melakukan kebaikan ,inilah
yang di sebut jihad di jalan Allah swt. Beragam ayat yang turun tentang jihad
seperti (Q.S al hajj(22):39).

39.

Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, Karena Sesungguhnya


mereka Telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong
mereka itu,23

Dan ayat-ayat lainnya seperti(Q.S al baqarah:190) dan( attaubah : 111)berdasarkan


dalil naqli ini,dapat di gariskan bahwa alas an di syariatkannya jihad adalah untuk
mempertahan kan agama dan mempertahanlkan kedaulatan umatatau Negara

23

Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahan, (Jakarta: PT. Karya Toha Putra
Semarang,1995), h.

25

islam.24.yang mana pembahasan nya telah di bahas pada pembahasan sebelunnya


yaitu pada fungsi dan tujuan jihad.
E. Kriteria Jihad

Kriteria jihad dapat digolongkan ke dalam berbagai cara di antara jihad


terhadap diri sendiri dengan cara mencari ilmu syari sebab ilmu ini adalah
petunjuk arah kebenaran kita.25 Selain kriteria-kriteria di atas kriteria lainnya
adalah:
1. Jihad terhadap setan
2. Jihad mengubah kezaliman
3. Jihad terhadap orang kafir dan munafik.
Yang mana penjelasan terhadap kriteria di atas telah dibahas pada bab
sebelumnya.
E. Analisis Tematik Dalil Jihad
Pada pembahasan ini akan dikemukakan kandungan ayat-ayat jihad yang
terdiri atas beberapa ayat.
1. (QS Al-Furqan: 52 dan QS At-Taubah: 73 )
-

Qs Al-Furqan: 52.


Terjemahnya:
24

Salenda, Kasjim. Terorisme dan Jihad dalam Perspektif Hukum Islam.Disertasi Doktor,
(Program Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008)h, 135
25
http://klik-gramedia.com.kiki b. Rahmat ,kriteria jihad, Jumat 1 Mei 2009.

26

Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah


terhadap mereka dengan Al Quran dengan jihad yang besar.26
Yang dimaksud di sini adalah jihad secara besar-besaran derngan
menggunakan Alquran.
-

QS At-Taubah:73.

Terjemahnya:
Hai nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang
munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka ialah
jahannam. dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.27
Allah swt menyuruh rasul-Nya berjihad melawan orang-orang kafir dan
orang-orang munafik agar bersikap tegas terhadap mereka ,sebagaimana ia
disuruh bersikap lunak dan manis terhadap pengikut-pengikut dari kaum
mukminin. Allah memberitahu bahwa orang-orang kafir dan munafik kelak di
akhirat akan dimasukkan ke dalam neraka jahanam. Di bagian lain tafsir ini
pernah dikutip bahwa khalifah Ali bin Abi Thalib r.a berkata, Rasulullah saw
diutus oleh Allah swt dengan empat pedang.

1. Pedang pertama: untuk memerangi kaum musyrikin28 Allah berfirman

26

Departemen Agama RI, op.cit., h. 724.

27

Ibid., h. 359

27


Terjemahnya:
Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, Maka Bunuhlah orang-orang
musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka.
Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. jika mereka
bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka berilah
kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.29

2. Pedang yang kedua adalah untuk memerangi orang-orang kafir dari ahli
kitab30 Allah berfirman

Terjemahnya:
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula)
kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang
diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama
yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab

28

Muhammad haniff hassan, terroris membajak islam: meluruskan jihad sesat imam samudra
dan kelompok islam radikal(cet. 1:jakarta : grafindo khazanah ilmu,2007),h.25
29
Ibid., h. 359
30

Muhammad haniff hassan, terroris membajak islam: meluruskan jihad sesat imam samudra
dan kelompok islam radikal(cet. 1:jakarta : grafindo khazanah ilmu,2007),h.25

28

kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang


mereka dalam keadaan tunduk.31
3. Pedang yang ketiga yaitu memerangi orang kafir dan munafik
32

sebagaimana firman Allah:

Terjemahnya:
Hai nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang
munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka ialah
jahannam. dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.33

4. Perang yang keempat adalah untuk memerangi orang-orang zalim


/pemberontak34 sebagaimana firman Allah swt

Terjemahnya:

31

Ibid., h. 366

32

Muhammad haniff hassan, terroris membajak islam: meluruskan jihad sesat imam samudra
dan kelompok islam radikal(cet. 1:jakarta : grafindo khazanah ilmu,2007),h.25
33

Ibid., h. 378.
.34 Muhammad haniff hassan, terroris membajak islam: meluruskan jihad sesat imam
samudra dan kelompok islam radikal(cet. 1:jakarta : grafindo khazanah ilmu,2007),h.25

29

Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang
hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu
melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar
perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah.
kalau dia Telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan
hendaklah kamu berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang berlaku adil.35

Berkata Ibnu Abbas tentang ayat ini Allah memerintahkan Nabi-Nya


memerangi orang-orang kafir dengan menggunakan pedang, sedang terhadap
orang-orang munafik dengan kata-kata dan sikap yang tegas.
Menurut Addhahak maksud ayat ini adalah perangilah orang-orang kafir
dengan pedang dan orang-orang munafik dengan kata-kata dan ini sudah berarti
jihad terhadap mereka.
Menurut Qatadah, ayat ini diturunkan pada peristiwa dimana Abdullah bin
Ubay, tatkala melihat seorang Ansar dikalahkan oleh seorang dari seorang dari
suku Juhainah dalam suatu perkelahian, berkata kepada kaum Ansar tidakkah
kamu dapat menolong saudaramu? demi Allah sesungguhnya perumpamaan
hubungan kamu dengan Muhammad adalah seperti bunyi pepatah: Berilah makan
kepada anjingmu sampai menjadi gemuk untuk menerkammu, sungguh jika kita
telah kembali ke Madinah dari peperangan Bani Musthalaq, benar-benar orang
yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari kota.

35

Ibid., h. 1040.

30

Kata-kata Abdulllah bin Ubay yang menghasut pihak Anshar ini sampai
kepada Rasulullah saw, yang segera memanggilnya. Ia di hadapan Rasulullah saw.
mungkir dan bersumpah dengan nama Allah, bahwa ia tidak mengucapkan katakata itu. Namun Allah dengan ayat yang diturunkan ini membuka kedok dustanya,
bahkan lebih ditegaskan lagi bahwa apa yang diucapkan itu adalah kata-kata
kekafiran.
Menurut Urwah bin az-Zubair bahwa ayat ini mengenai seorang sahabat
bernama aj-Jalas bin Suwaid bin as-Shamit yang pada suatu ketika dalam
perjalanan kembali dari Quba bersama anak tirinya bernama Mushab berkata ,
jika apa yang dibawa oleh Muhammad, itu benar ,maka kita ini lebih jahat dari
kedelai-kedelai yang kami tunggangi ini, Mushhab anak tirinya itu segera
memberi reaksi terhadap ucapan ayah tirinya dan berkata, hai musuh Allah, demi
Allah akan kusampaikan kepada Rasulullah saw. apa yang kau ucapkan tadi dan
tatkala Jallas ditanya oleh Rasulullah setelah beliau menerima pengaduan
mushab, mungkirlah si Jallas dan bersumpah bahwa ia tidak mengucapkan apa
yang disampaikan kepadanya oleh mushab. Akhirnya, menurut cerita
Muhammad bin Ishak, Jallas menyatakan bertobat setelah mendengar dan
mengetahui bahwa ayat ini mengenai dirinya.
Allah berfirman bahwa orang-orang munafik itu mengingini pembunuhan
Rasulullah saw. Mereka tidak dapat mencapainya, yaitu menurut pendapat
sebagian ahli tafsir, yang dilakukan oleh Abdullah bin Ubay, sedang sebagian

31

yang lain berpendapat bahwa yang dimaksud adalah pembunuhan yang


direncanakan oleh segolongan orang-orang munafik terdiri atas belasan orang
pada suatu malam di hari perang Tabuk. Ada juga di antara ahli tafsir yang
berkata, bahwa jelaslah yang dimaksud, karena ia merencanakan membunuh anak
tirinya yang telah mengadukannya kepada Rasulullah saw.

2. Jihad dengan peperangan bersenjata.(Qs An-Nisa :95 )

Terjemahnya:
Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang)
yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan
Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang
yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu
derajat. kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang
baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang
yang duduk dengan pahala yang besar,36

Boleh jadi, ada kesan yang timbul dalam benak sementara orang, setelah
mendengar keharusan berhati-hati yang ditegaskan oleh ayat di atas, bahwa jika
demikian, dan daripada keliru, sudahlah tak usah berjihad. Untuk menghilangkan
36

Ibid., h. 171

32

kesan itu, maka ditekankan oleh ayat ini bahwa tidaklah sama antara mukmin
yang duduk ,yakni yang tidak ikut berperang selain yang mempunyai uzur yakni
alasan yang dibenarkan agama seperti, pincang dan lain-lain dengan orang yang
berjihad menegakkan agamanya di jalan Allah dengan harta dan diri mereka.
Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwa mereka atas
orang-orang yang duduk dengan kelebihan satu derajat sempurna .kepada
masing-masing dari kedua kelompok itu Allah menjanjikan pahala yang baik,
yakni surga dan lain-lain yang kita tidak ketahui dan Allah melebihkan orangorang yang berjihad baik dengan harta saja maupun dengan jiwanya atas orangorang yang duduk tidak berpartisipasi dengan pahala yang besar, yaitu beberapa
derajat dari-nya dan ampunan atas dosa-dosa mereka serta rahmat yang tercurah
dan agung 37
Beberapa riwayat menguraikan tentang hal ini, antara lain yang
dikemukakan oleh Imam Bukhari melalui sahabat nabi saw, Albara , bahwa ketika
turunnya ayat ini, Rasul memanggil Zaid Ibn Tsabit, adalah seorang penulis
wahyu dan memerintahkannya untuk menulisnya ketika itu belum lagi turun
firmannya : ghairu uli adh-dharar,maka Abdullah ibn Ummi Maktum, seorang
buta mengeluh tentang kebutaannya sehingga ia tidak mampu ikut berperang,
maka turunlah firmn-Nya ghairu uli adh-dharar yang mengecualikan orang-orang
memiliki uzur.
37

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al Misbah: Pesan Kesan dan: Keserasian Al Quran, Volume 2.
Jakarta: Pt. Lantera Hati, 2009.

33

Mengapa pengecualian ini tidak turun sejak semula mengapa baru turun
setelah ada keluhan dari Ibn Ummi Maktm, pasti bukan karena lupa, tidak juga
karena tidak tahu, karena Allah tidak disentuh oleh lupa, tidak juga oleh
ketidaktahuan. Asy-Syarawi menarik perjalanan dari peristiwa ini, bagaimana
seharusnya orang mendengar firman-firman Allah swt. Allah swt. melalui firman
di atas hendak mengingatkan setiap mukmin ketika mendengar ayat-ayat Allah
agar memperhatikan maknanya dan di mana serta peranan yang dituntut darinya
berkaitan dengan apa yang didengarnya itu. Demikianlah seharusnya sikap kita
ketika mendengar satu kalimat, dan itulah yang dikehendaki oleh Allah swt.
Seperti terbaca di atas kata al-qaiduna yang duduk diperhadapkan dengan
al mujahidin,. Padahal ia biasanya diperhadapkan dengan berdiri, mengapa
demikian? sekali lagi Asy-Syarawi menjawab bahwa pada masa awal Islam setiap
mukmin yang memeluk Islam menganggap diri mereka pejuang, setiap saat siap
memenuhi panggilan tidak pernah sesat maupun berleha-leha. Adapun yang
duduk maka ia bagaikan tidak siap untuk berjuang dan tidak memiliki cirri-ciri
mukmin yang baik.
Di atas terbaca juga tiga kali kata al mujahiduna hanya saja yang pertama
disertai dengan syarat atau di jalan Allah,dengan harta mereka dan diri
mereka.yang kedua dari kata di jalan Allah tidak disebut lagi tetapi dengan harta
mereka dan diri mereka masih dicantumkan, sedangkan yang ketiga semua
keterangan di atas tidak disebut lagi yang tinggal hanya kata almujaduna.

34

Setiap keterangan dan penghapusannya sangat pada tempatnya yang


menyebutkan tiga hal. Karena ia dikemukakan dalam konteks menetapkan
keutamaan siapa yang berjihad dan siapa yang duduk/tidak berpartisipasi
keutamaan itu diperoleh jika dia lakukan fisabilillah serta dengan menyebutkan
apa yang di miliki , harta bahkan diri. Adapun yang kedua, maka ketika itu
sebenarnya tidak perlu lagi dikemukakan ketiga hal di atas, sebab kemungkinan
kerancuan telah sirna dengan penjelasan di atas, tetapi karena ayat ini ingin
membandingkan dua kelompok yang berjihad dengan yang tidak berjihad, maka
perlu disebut sebab keutamaan itu, karena itu disebut sebabnya, yakni
pengorbanan harta dan jiwa, sedang yang ketiga tidak ada lagi kebutuhan untuk
menyebut salah satunya, karena itu penyebutan kata al-mujahidin pada akhir ayat
ini, terlepas sama sekali dalam segala macam syarat atau keterangan.
3. Jihad dengan Amal dan Tindakan.( QS al Hajj :78)
-

QS al Hajj :78)

Terjemahnya:

35

Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenarbenarnya. dia Telah memilih kamu dan dia sekali-kali tidak menjadikan
untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang
tuamu Ibrahim. dia (Allah) Telah menamai kamu sekalian orang-orang
muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul
itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas
segenap manusia, Maka Dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan
berpeganglah kamu pada tali Allah. dia adalah Pelindungmu, Maka dialah
sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong.38
Shalat ibadah dan amal kebajikan bukanlah sesuatu yang mudah dipenuhi,
karena dalam diri manusia ada nafsu yang selalu mengajak kepada kejahatan, di
sekelilingnya ada setan yang menghambat, karena itu manusia perlu berjihad
mencurahkan seluruh tenaga dan kemampuan agar amal-amal kebajikan itu dapat
terlaksana dengan baik. Dari sini ayat 78 yang menyusul perintah beramal baik itu
menegaskan bahwa: perhatikanlah ajakan pada ayat sebelumnya dan berjihadlah
yakni curahkan semua kemampuan dan totalitas kamu pada jalan Allah dengan
jihad yang sebenar-benarnya. Yakni demi karena Allah serta sesuai dengan
keagungannya untuk menegakkan kalimat Allah dan mengalahkan musuh dan
hawa nafsu kamu sehingga kamu menjadi hamba-hamba-Nya yang taat sungguh
perlu kamu lakukan itu dalam rangka mensyukurinya, dia telah memilih kamu
sebagai umat pertengahan dan pilihan serta menjadi pembela-pembela agama-Nya
dan apa yang diperintahkan itu tidaklah berat bagi kamu karena dia sekali-kali
tidak menjadikan untuk kamu dalam agama yang dipilih-Nya untuk kamu itu
sedikit kesempitan pun yakni Allah tidak menetapkan satu hokum agama yang
38

Departemen Agama RI, op.cit., h 662

36

menyulitkan atau memberatkan kamu, dia justru memberikan kemudahan setiap


terjadi kasus yang memberatkan kamu. Oleh karena itu, pegang teguhlah agama
ini, sebagaimana dia tidak menjadikan sedikit kesulitan pun pada agama orang
tua ibrahim, Nabi yang sangat agung yang diagungkan oleh semua penganut
agama

samawi,

nabi

yang

menolak

penyembahan

berhala

sambil

mengumandangkan akidah tauhid. Dia yakni Allah telah menamai kaum muslimin
yakni orang yang berserah diri. penamaan itu sejak dulu di dalam kitab-kitab suci
yang telah diturunkan Nya begitu pula di dalam Alquran ini supaya rasul
menjadi saksi atas kamu supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap
manusia.
Karena banyaknya nikmat Allah kepada kamu, antara lain yang disebut di
atas karena kamu adalah ummat pilihan-Nya, maka laksanakanlah shalat secara
baik dan bersinambung dan tunaikanlah zakat secara sempurna dan berpeganglah
kamu semua pada tali agama Allah, Dia saja pelindung dan yang menangani serta
memenuhi keperluan kamu maka dialah sebaik baiknya penolong.
Ada kesalapahaman tentang pengertian jihad ini mungkin disebabkan
karena sering kali kata itu baru terucapkan pada perjuangan fisik, sehingga
diidentikkan dengan perlawanan bersenjata.kesalapahaman itu juga disuburkan
dengan pengertian dan terjemahan yang keliru terhadap ayat-ayat Alquran yang
berbicara tentang jihad dan an-nafs. kata an-nafs sering kali diterjemahkan dingan
jiwa.

37

Sebenarnya banyak arti dari annafs/anfus dalam Alquran, sekali berarti


nyawa di kali lain hati, di kali ketiga jenis dan ada pula yang berarti totalitas
manusia, di mana terpadu jiwa dan Akalnnya.
Sebenarnya banyak arti dari nafs/ anfus dalam al-Quran, sekali berarti
nyawa di kali lain hati, di kali ketiga jenis dan ada pula yang berarti totalitas
manusia, di nama terpadu jiwa raganya.
Al-Quran mempersonifikasikan wujud seseorang di hadapan Allah dan
masyarakat dengan menggunakan kata nafs. Kalau demikian, tidak meleset jika
kata itu dalam konteks jihad dipahami dalam arti totalitas manusia, sehingga kata
nafs mencakup nyawa, emosi, pengetahuan, tenaga, pikiran, walhasil totalitas
manusia, bahkan juga waktu dan tempat, karena manusia tidak dapat memisahkan
diri dari keduanya. Pengertian ini, dapat diperkuat dengan perintah berjihad pada
ayat yang ditafsirkan yang tidak menyebut objek jihad.
Beraneka ragam jihad dari segi lawan dan buahnya. Ada jihad melawan
orang-orang kafir, munafik, setan, hawa nafsu, dan lain-lainnya. Buahnya pun
berbeda-beda. Jihad ilmuan adalah memanfaatkan ilmunya; karyawan adalah
karya nya yang baik; guru adalah pendidikan yang sempurna: pemimpin adalah
keadilannya, pengusaha adalah kejujurannya, pemanggul senjata adalah
kemerdekaan dan penaklukan musuh yang zalim. Semua jihad apapun bentuknya
dan siapapun lawannya, harus karena Allah dan tidak boleh berhenti sebelum
berhasil dan kehabisan modal. Itulah yang dimaksud dengan haqq jihadihi.

38

Kata `ijtabakum/telah memilih kamu, dipahami oleh Thababathabai dalam


arti pilihan khusus yang menjadikan seseorang hanya mengarahkan pandangan
kepada Allah. Allah telah menjadikan perhatiannya yang penuh sehingga tidak
ada lagi tempat di dalam hatinya selain Allah. ia tidak lagi menoleh kepada
dirinya tetapi dalam hubungan harmonis dengan Allah yang telah memilihnya
untuk hanya mengingat dan mengabdi kepada-Nya. jika pendapat Thabathabai ini
diterima, maka yang dimaksud terpilih oleh Allah itu, adalah manusia-manusia
khusus, bukan sembarang orang beriman.
Agama Islam sejalan dengan fitrah manusia, sehingga semua tuntutannya
mudah dilaksanakan, apabila dalam satu situasi atau kondisi terjadi hal-hal yang
menjadikan seseorang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tuntutannya,
maka tuntutan yang terasa memberatkan itu menjadi ringan melalui tuntutan lain,
siapa yang berat berpuasa di bulan Ramadhan, maka dia dapat menangguhkan di
bulan lain, kalaupun di bulan lain dia tetap mengalami kesulitan, maka dia dapat
membayar fidyah, kalaupun ini tidak, maka Allah Maha pengampun hanya
beberapa jenis makanan yang dilarang, itupun jika terpaksa, misalnya karena rasa
lapar dapat mengancam kelangsungan hidup maka yang haram itu menjadi halal
dalam batas memelihara hidup, walhasil kalau satu tuntutan agama terasa berat
otomatis jalan keluar yang meringankannya.
PENULIS : SHARIF VIDIC JIMAR.

39

Anda mungkin juga menyukai