Anda di halaman 1dari 30

RESUME TUTORIAL D

BLOK 4
SKENARIO 5
BENJOLAN DI LEHER
Amalia Rizqia Afdalina

102010101036

Laksita Paramastuti

132010101002

Finty Arfian

132010101004

Sarah Marsa Tamimi

132010101012

Ni Nyoman Yuniasih

132010101024

Azmi Falah

132010101027

Ronni Handoyo

132010101029

Cicik Tri Juliani

132010101034

Emma Enggar Safitri

132010101047

Linda Sekar Arum

132010101061

Mudzakir Taufiqur R

132010101077

Boby Gunawan

132010101078

Faizah Giftari Fitriana

132010101089

Fauqi Amalia

132010101090

Desi Suryani Dewi

1320101010102

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

SKENARIO 5:

Deni, 18 tahun, mahasiswa kedokteran FK UJ, sedang mengikuti kegiatan bakti


social di lereng gunung Bromo. Deni melihat banyak penduduk disana yang mengalami
kelainan berupa benjolan di leher. Selain itu saat berbincang dengan warga, Deni
mendapatkan informasi bahwa disana banyak anak anak yang putus sekolah, meskipun
orang tuanya bukan tergolong dari keluarga miskin. Deni terus mencari tahu apakah ada
hubungannya antara kedua fenomena tersebut diatas dan mungkin masih ada enyakit
terkait organ organ endokrin lainnya.

KLARIFIKASI ISTILAH

Hormon

: Zat kimia yang dihasilkan oleh organ, sel organ, dan sel tersebar yang
memiliki efek regulatorik terhadap aktivitas organ

Penentuan Masalah
Sistem Endokrin
1. Histologi Kelenjar Endokrin
1.1. Hipofisis
1.2. Tiroid
1.3. Paratiroid
1.4. Perineal
1.5. Suprarenal
2. Biokimia Hormon
2.1. Jenis
2.2. Mekanisme Kerja
2.3. Faktor yang Mempengaruhi
3. Metabolisme Karbohidrat
3.1 Biokimia Metabolisme Glukosa
3.1.1. Glikolisis
3.1.2. Oksidasi Piruvat
3.1.3. Siklus Asam Sitrat
3.2 Metabolisme Glikogen
3.2.1. Glikogenesis
3.2.2. Glikogenolisis
3.2.3. Glukoneogenesis
3.3 Hormon yang Mempengaruhi
4. Ilmu Kesehatan Kerja

Pembahasan

Sistem Endokrin
Adalah sistem kelenjar dan struktur lain yang mengeluarkan sekret internal menuju
sistem sirkulasi dasn mempengaruhi metabolisme tubuh. Fungsi kelenjar endokrin
antara lain :
a.

Menghasilkan hormon

b.

Mengontrol aktifitas kelenjar tubuh.

c.

Merangsang aktifitas kelenjar tubuh.

d.

Merangsang pertumbuhan jaringan.

e.

Mengatur metabolisme, oksidasi, meningkatkan absorpsi.

f.

Mempengaruhi metabolisme lemak, protein, karbo hidrat, vitamin, mineral dan


air.

1. Kelenjar Endokrin
1.1. Hipofisis
Kelenjar hipofisis atau pituitari adalah sebuah kelenjar endokrin kecil yang
terletak pada cekung celaturcica,tepat di bawah hipotalamus. Hipofisis memiliki
dua lobus yang secara anatomis dan fisiologis berbeda, hipofisis anterior atau
adenohipofisis dan hipofisis posterior atau neurohipofisis.
Hipofisis anterior
Tidak seperti hipofisis posterior yang mengeluarkan hormon yang disintesis d
hipotalamus, hipofisis anterior itu sendiri mensintesis hormon_hormon yang
kemudian dikeluarkannya dalam darah. Populasi-populasi sel yang berbeda di
hipofisis anterior menghasilkan dsn mengeluarkan enam hormon peptida
yang hingga saat ini telah diketahui.
1) Pars Distalis/lobus anterior
Merupakan 75% dari massa total hipofisis. Terdiri dari bermacam macam sel dengan
berbagai ukuran yang berkelompok dalam bentuk genjel-genjel (cord), dipisahkan oleh
anyaman sinusoid yang berdinding tipis. Stroma kelenjar sedikit, terdiri dari serabut
kolagen. Komponen utamanya adalah sel epitel kelenjar yang saling bersilangan dengan
kapiler. Hormon-hormon yang dihasilkan oleh pars distalis disimpan dalam bentuk

granul sekresi. Fibroblas yang ditemukan pada pars distalis menghasilkan serat-serat
retikulin yang menopang deretan sel-sel yang mengsekresi hormon.
Pars distalis terdapat 2 kelompok sel, yaitu:
Sel Khromofob (tidak memiliki afinitas terhadap zat warna).
1 Ukuran sel kecil, sitoplasma sedikit, batas sel tak jelas, terwarnalemah, sel-sel dalam
kelompokan kecil. Terbagi menjadi :

kromofob yang memiliki granula sekretorik

kromofob yang tidak memiliki granula sekretorik (mengandungsel-sel


prakembang dan sel-sel folikular)Berfungsi untuk fagositosit

- Sel Khromofil (memiliki affinitas terhadap zat warna), yang terdiri dari 2 jenis sel,
yaitu:
- Sel Asidofil (sel a )
Bentuk sel oval/polygonal/kerucut, inti bulat, sitoplasma
mengandung granula sekretory asidofil, sehingga sitoplasmanya
terwarna asidofilik (merah).
Secara imunositokimia dibedakan menjadi 2 jenis sel asidofil, yaitu:

Somatotrof

Jenis sel asidofil ini paling banyak ditemukan dalam lobus anterior hipofisis. Bentuk sel
kerucut, inti bulat besar letak central, dalam sitoplasma banyak granula sekretory
asidofil. Sel berkelompok. Somatotrof mensekresi hormone somatrotropin (Growth
hormone).

Mammotrof

Disebut juga laktotrof


Sel-selnya tersebar satu-satu, jarang berkelompok, sel relative kecil, bentuk lonjong atau
polygonal. Granula-granula sekretory asidofil padat dan besar, berasal dari granula kecil
yang dilepaskan oleh jaringan trans-Golgi, granula kecil tersebut menyatu. Mammotrof
mensekresi hormone prolaktin.
o Sel Basofil (sel b )
Bentuk sel bulat/oval dengan inti bulat, sitoplasma mengandung granula sekretory
basofil, sehingga sitoplasma terwarna basofilik (biru).
Secara imunositokimia dibedakan 3 jenis basofil:

Tirotrof

Mengandung granula sekretory terkecil, diameter 140-160nm, letak granula di tepian


sel. Granula mengandung TSH (Thyroid Stimulating Hormone).

Kortikotrof

Bentuk sel bulat atau oval, inti eksentrik, dalam sitoplasma mengandung granula
sekretory dengan diameter 250-400nm. Kortikotrof mensekresi Adrenocorticotropic
Hormone (ACTH) dan Melanosit Stimulating Hormone (MSH).

Gonadotrof

Bentuk sel bulat dengan granula sekresi berdiameter 200-400 nm. Letak sel dekat
sinusoid. Gonadotrof mensekresikan FSH (Folikel Stimulating Hormone) dan LH
(Luteinizing Hormone).
2) Pars Tuberalis /Pars Infundibularis (bagian cranial)
Bentuk seperti corong mengelilingi infundibulum/tangkai neurohipofisis. Daerah yang
sangat vaskular, banyak arterial dan venula dari sistem portal hipotalamo-hipofisealis.
Struktur histologisnya menunjukkan adanya kelompok-kelompok sel yang belum
berdifferensiasi. Sel bulat atau kolumnar pendek, sitoplasma mengandung granula padat
kecil, tetes lipid atau tetes koloid dan mengandung banyak glikogen.Fungsinya
mensekresikan gonadotropin (FSH & LH) tersusun secara berderet di sepanjang
pembuluh darah.
3) Pars Intermedia
Pars intermedia berkembang dari bagian dorsal kantong Rathke yang merupakan suatu
daerah rudimenter yang terdiri atas deretan dan folikel sel-sel basofilik lemah yang
mengandung granula-granula sekretoris kecil, dan dilapisi oleh selapis kuboid, kista
berisi koloid (kista Rathke), yang berwarna merah homogen, yang merupakan sisa dari
ektoderm dari evaginasi kantung Rathke. Dengan mikroskop elektron, tampak
sitoplasma mengandung banyak mitokhondria, retikulum endoplasmik, sebuah
kompleks Golgi, banyak granuka sekresi. Pada sepanjang anyaman kapiler tampak
sel-sel basofil yang berkelompok dalam bentuk genjel.
Hormon pertumbuhan
Bertanggung jawab mengatur pertumbumbuhan tubuh secara keseluruhan.
Hormon TSH
Merangsng sekresi hormon tiroid dan pertumbuhan kelenjar tiroid.
Hormon ACTH
Merangsang sekresi kortisol oleh korteks adrenal dan meningkatkan
korteks adrenal.
Hormon FSH

Pada wanita : merangsang pertumbuhan dan perkembangan folikel


ovarium, tempat bekembangnya ovum, mendorong sekresi estrogen oleh
ovarium.
Pada pria: untuk produksi sperma.
Hormon LH
Pada wanita: bertanggung jawab untuk ovulasi,luteinisasi dan pengaturan
sekresi hormon seks wanita, estrogen dan progesteron oleh ovarium. Pada
pria mengatur sekresi hormon seks pria.
Hormon prolaktin
Meningkatkan perkembangan payudara dan pembentukan susu pada
wanita.
Hipofisis Posterior
Secara embriologis berasal dari pertumbuhan berlebihan otak
Terdiri dari jaringan saraf
Dihubungkan ke hipotalamus melalui jaringan saraf, oleh karena itu
disebut neurohipofisis
Bagian ini mempertahankan hubungan langsung saraf dengan otak melalui
infundibulum
Terdiri dari :
o Pars Nervosa :
- Tidak mengandung sel sekretori
- Terdiri dari 100.000 akson tak bermyelin dari neuron-neuron
sekretoris di nucleus supraoptik dan praventrikuler
- Sekresi dari neuron-neuron di atas diangkut sepanjang akson dan
berkumpul di ujung akson pars nervosa. Di tempat ini, produk
neurosekresi tersebut membentuk bangunan yang dikenal sebagai
badab Herring
- Mengandung sel-sel seperti neuroglia (disebut pituisit) yang tidak
memiliki fungsi sekretori
o Infundibulum (tangkai neural)
Merupakan penghubung neurohipofisis ke otak
Hipofisis posterior tidak mensintesis hormone. Hormon-hormon yang
disekresikan disintesis di hipotalamus. Hormon-hormon itu adalah :
Vasopresin (ADH- Antideuritik Hormone)
Fungsi : - Meningkatkan retensi H2O oleh ginjal
- Menyebabkan kontraksi otot polos arteriol (efek presor
pembuluh darah)
Oksitosin
Fungsi : - Mendorong pengeluaran air susu dari kelenjar mammae
- Merangsang kontraksi otot polos uterus untuk membantu
pengeluaran bayi selama kelahiran

1.2. Tiroid
a. Anatomi:
Bentuk seperti huruf U atau H
Letak C5-7
Berat 20-30 gr dengan dibungkus oleh 2 lapisan:
o Lamina pretrachealis
o Capsul fibrosa yang melekat erat
Terdiri dari 2 lobus, dextra dan sinistra dihubungkan oleh isthmus
Vaskularisasinya:
o Arteri thyroid superior
o Arteri thyroid inferior bersar dari truncus thyrocervicalis
o Vena thyroid superior
o Vena thyroid media
o Vene thyroid inferior
Inervasi
o Nervus vagus
o Truncus sympaticus
b. Histologi:
Kelenjar ini dibagian luar diliputi suatu kapsula jaringan ikat yang
berhubungan dengan fasia servikalis dalam. Dibawah kapsula ini terdapat
suatu kapsula sejati di dalam, yang lebih tipis dan melekat ert dengan
kelenjar. Juluran halus kapsula di dalam ini masuk sebagai septa ke dlam
kelenjar membaginya menjadi lobus dan lobules yang tak terbatas jelas.
Folikel merupakan satuan structural kelenjar, terdiri atas lobules. Folikel
ukurannya sangat beragam tergantung derajat penggembungan oleh
sekretnya. Bentuknya juga beragam tetapi umumnya bundar tak regular.
Folikel tertanam di dalam jarring halus dari serat retikuler yang juga
menyokong suatu jala rapat terdiri dari kapiler bertingkap.
Suatu folikel terdiri atas satu lapis epitel yang membungkus suatu rongga
yang umumnya terisi sejenis agar agar kaku yang disebut koloid. Bentuk sel
unsurnya beragam, tetapi biasanya kuboid. Selnya rendah bila kelenjar
hipoaktif, tinggi bila kelenjar hiperaktif. Tinggi sel pada tiap folikel seraga
dan susunannya teratur. Bagian bawah sel terdapat diatas lamina basal yang
tipis. Inti yang besar dan vesikuler terletak di tengah atau ke arah basal sel.
Sitoplasma bergranula halus dan baofil dan mengandung banyak mitokondria,
sejumlah besar reticulum endoplasma granular dan lisosom. Aparat golgidan
sentriol terletak diatas inti. Butir butir lemak dan inklusi lainnya terutama

butir butir koloid ditemukan di dalam sitoplasma beberapa sel. Kompleks


tautan merupakan suatu bentuk permukaan sel yang saling berhadapan, dan
permukaan bebasnya mengandung mikrovili halus, yang hanya tampak
denganmikroskop electron. Beberapa sel mempunyai silia asli.
Koloid memenuhi lumen folikel. Koloid segar homogeny, jernih, dan
kental. Tetapi koloid mengalami pengerutan selama proses persiapan sajian
irisan mikroskopik dan mungkin menunjukan ketakteraturan. Ruang ruang
seringkali terdapat antara koloid dan epitel, vakuola mungkin terdapat dalam
koloid. Ketak teraturan merupakan gambaran keadaan koloid dan paling
sering pada kelenjar yang aktif. Koloid terwarna basophil pada folikel yang
aktif, sementara pada folikel yang inaktif, koloid terpulas basophil lemah atau
asidofil.
Koloid yang menunjukan cadangan sekresi, kaya akan nucleoprotein
(karenanya bersifat basophil) dan mengandung tiroglobulin dan enzim
enzimnya. Tiroglobulin adalah suatu glikoprotein yang mengandung asam
amino beryodium yang perbandingannya beragam antar folikel. Tiroglobulin
terpulas gelap pada pulasan PAS.
Tiroid disamping mengandung sel folikel, juga sejumlah kecil sel
parafolikular (sel C, sel jernih, atau sel terang). Sel ini terdapat berdampingan
dengan folikel tetapi dalam lamina basal, tidk ditemukan di tepi rongga
folikuler. Secara umum sel ini lebih besar dari sel folikel dan intinya terletak
eksentris. Sel ini ditandai dengan adanya banyak granula padat yang
terbungkus selaput di seluruh sitoplasmanya. Penelitian immunofluorsensi
menunjukan bahwa sel ini merupakan tempat produksi tirokalsitonon atu
kalsitonin.
c. Kelenjar Tiroid menghasilkan hormon-hormon seperti
T3(Triiodotironin) dan T4(tetraiodotironin=tiroksin), dihasilkan oleh sel
folikuler, berfungsi mengatur metabolisme tubuh, seperti meningkatkan
sintesis ATP di mitokondria, menaikkan denyut jantung,dsb.
Kalsitonin, dihasilkan oleh sel C kelenjar tiroid, berfungsi menurunkan
kadar kalsium darah, melalui tiga mekanisme dasar yaitu (1)Meningkatkan

penyerapan kalsium pada tulang, (2)Meningkatkan penyerapan kalsium


pada usus, (3)Meningkatkan pengeluaran kalsium oleh ginjal

1.3. Paratiroid
Terdapat empat buah kelenjar paratiroid pada manusia yang terletak di
belakang kelenjar tiroid, di belakang setiap kutub atas dan kutub bawah kelenjar
tiroid. Setiap kelenjar paratiroid panjangnya kira-kira 6 milimeter lebar 3
milimeter dan tebalnya 2 milimeter dan memiliki gambaran makroskopik lemak
coklat kehitaman.
Kelenjar paratiroid mengandung sel utama (chief cell) dan sel oksifil. Sel
utama berfungsi mensekresikan hormon paratiroid, dan sel oksifil kemungkinan
merupakan modifikasi atau sisa sel utama yang tidak menyekresi hormon.
Setiap kelenjar paratiroid diliputi oleh simpai tipis yang memisahkannya dari
kelenjar tiroid. Septa halus yang menjulur ke dalam dari kapsula, membawa
pembuluh darah dan sedikit serat saraf ke dalam kelenjar. Jaringan ikat simpai
dan septa mengandung jaringan lemak, yang jumlahnya bertambah dengan usia.
Suatu jarring jarring serat retikuler menyokong parenkim, yang terdiri dari masa
dan korda sel epitel. Sel epitel terdiri dari 2 tipe, sel utama atau principal sel dan
sel oksifil. Sel utama, yang jumlahnya jauh lebih banyak daripada sel oksifil,
kadang kadang terbagi menjadi bentuk jernih dan bentuk gelap. Sel utama jernih
memiliki inti vesikuler dan sitoplasma jernih yang terwarna pucat yang
mengandung sedikit granula. Sel utama gelap mempunyai inti yang lebih kecil
dan granula sitoplasma yang halus. Granulanya padat electron dan dibungkus
oleh serabut atau membrane. Kedua bentuk ini kaya akan glikogen.
Sel oksifil lebih besar daripada sel utama dan secara khasterdapat Dallam
kelompok kecil atau besar. Sel ini mempunyai ini yang kecil, terwarna gelap dan
sitoplasma yang asidofil dan granular. Ini dosebabkan oleh andanya mitokondria
yang banyak dalam sitoplasma, setiap mitokondria mempuyai krista yang rapat.
Sel oksifil taka da pada manusia sampai usia 3 hingga 7 tahun, dan sesudahnya
jumlahnya akan bertambah, terutama sesudah pubertas. Sel antara bentuk sel
utama dan oksifil juga terdapat pada banyak sajian mikroskop cahaya.

Folikel koloid kecil kadang terliaht dan lebih banyak dijumpai pada usia tua.
Materi yang diakndungnya tak pnya hubungan funsional dengan koloid pada
kelenjat toroid.
Hormon paratiroid pertama kali dibentuk di ribosom dalam bentuk
preprohormon yang diubah menjadi prohormon di apparatus golgi dan reticulum
endoplasma dan menjadi hormone di granula sekretorik.
Hormon paratiroid berfungsi meningkatkan kadar kalsium plasma bebas
melalui efek pertama pada tulang. Efek hormon paratiroid adalah mengaktifkan
pompa kalsium di membran untuk meningkatkan pompa kalsium tanpa disertai
pemindahan fosfat dari cairan tulang, Melewati membran dan menuju plasma
darah. Bila pompa osteostik ini sangat aktif, konsentrasi cairan tulang menjadi
sangat aktif, konsentrasi kalsium cairan tulang turun. Sebagai pengimbangnya
garam fosfat kalsium diabsorbsi dari tulang.
Hormon paratiroid juga dapat meningkatkan reabsorpsi kalsium di tubulus
ginjal, sehingga saat hipokalsemia, reabsorpsi ini semakin meningkat dan
konsentrasi kalsium kembali normal. Akan tetapi, hormon paratiroid dapat
menyebabkan pelepasan fosfat dengan cepat ke dalam urin karena efek dari
hormon tersebut menurunkan reabsorpi ion fosfat di tubulus proksimal. Efek ini
menyebabkan konsentrasi kalsium bisa tetap berada pada nilai normal tubuh.
Hormon paratiroid juga menyebabkan meningkatnya absorpsi kalsium
dan fosfat di usus dengan cara pembentukan 1,25-dihidroksikolekalsiferol dari
Vitamin D. Untuk mengurangi kebocoran kalsium yang dikeluarkan melalui
feses. Konsentrasi ion kalsium yang mengalami penurunan dapat menyebabkan
kelenjar paratiroid meningkatkan kecepatan sekresinya dalam waktu beberapa
menit. Bila penurunan kalsium menetap, kelenjar menjadi hipertrofi. Sebaliknya,
keadaan yang meningkatkan ion kalsium di atas nilai normal menyebabkan
berkurangnya aktivitas dan ukuran kalenjar paratiroid.
Efek fisiologis hormon paratiroid:
1. PTH mengendalikan keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tubuh melalui
peningkatan kalsium dan pengurangan kadar pospat dalam darah.
2. PTH meningkatkan kadar kalsium dalam darah melalui 3 cara yaitu:

Menstimulasi aktivitas osteoklas

Meningkatkan absorpsi kalsium intestinal dan mengurangi kehilangan kalsium


dalam feses.

Menstimulasi reabsorbsi kalsium dari tubulus ginjal untuk mengganti fosfor.


Pengendalian sekresi:

1. Umpan balik
2. Berkerja secara antagonis dengan hormon kalsitonin dengan cara menurunkan
kadar kalsium dalam darah. Hormon kalsitonin akan dilepas jika kadar kalsium
dalam darah tinggi. Kalsitonin menghambat efek PTH terhadap reabsorpsi
kalsium

dari

tulang

dan

menstimulasi

aktivitas

osteoblas,

ehingga

mengakibatkan ambilan kalsium oleh tulang.


1.4. Perineal
a. Morfologi
Kelenjar pineal (epifisis serebri) terbentuk dari jaringan saraf dan terletak
di langit-langit ventrikel ketiga otak.
Kelenjar ini terdiri dari pinealosit dan sel neuroglia penopang
Seiring pertambahan usia, kelenjar mengakumulasi cadangan kalsium yang
disebut sebagai braind sand
Hormon yang disekresi adalah melatonin yang memiliki beberapa efek
yang dibuktikan. Pada binatang percobaan, melatonin mempengaruhi fungsi
endokrin kelenjar teroid, korteks adrenal, dan gonad serta mempengaruhi
perilaku perkawinan mereka. Sedangkan pada manusia, melatonin sepertinya
memiliki efek inhibisi terhadap pelepasan gonadotropin dan menghambat
produksi melamin oleh melanosit di kulit.
b. Pengendalian produksi melatonin
Intensitas dan durasi cahaya lingkungan yang mencapai kelenjar melalui
koleteral jalur penglihatan mempengaruhi pelepasan melatonin. Produksi
melatonin terendah terjadi pada siang hari dan terbesar pada malam hari.
Siklus alami produksi melatonin mungkin berkaitan dengan irama
beberapa proses fisiologis harian.
1.5. Suprarenal
Kelenjar Suprarenal atau adrenal, bentuknya kurang lebih pyramidal, organ yang
gepeng, letaknya pada kutup kranial pada tiap ginjal. Hilusnya merupakan
lekukan pada permukaan anterior. Pada irisan kelenjar yang segar tampak 2
daerah : 1. Korteks di bagian luar yang kuning karena adanya lemak dan, 2.
Medula tipis yang coklat kemerahan. Daerah daerah ini berbeda bentuk,
perkembangan dan fungsi. Korteks berasal dari epirel yang melapisi rongga

badan primitive dan medulla dari krista neuralis da jaringan ganglion otonom.
Tiap kelenjar diliputi suatu kapsula jaringan ikat yang kuat yang membentuk
trabekula radial, yang terdiri terutama dari serat reticular ke dalam korteks.
Kapiler menembus ke dalam kelenjar melalui trabekula halus.
a. Korteks
Korteks, bagian terbesar kelenjar, terbagi dalam 3 lapisan yang tak
terbatas tegas :
1. Lapisan luar yang tipis disebiut zona gromerulosa.
2. Bagian tengah yang tebal, zona fasikulata.
3. Bagian dalam, zona retikularis, langsung berhubungan dengan medulla.
Jenis homon korteks adrenal merupakan hormon steroid, yang dapat digolongkan
menjadi 3 kelompok hormon:
Mineralokotikoid
Kerja utama hormon ini adalah untuk meningkatkan retensi Na + dan ekskresi K+
serta H+ khususnya dalam ginjal. Contoh hormon kelompok ini adalah Aldosteron,
dibuat di zona glomerulosa.
Glukokortikoid
Salah satu kerja tepenting adalah meningkatkan proses glukoneogenesis.
Misalnya hormon Kortisol pada manusia, dibuat di zona fasikulata. Kortikosteon
dihasilkan pada zona fasikulata dan glomrulosa namun lebih banyak ditemukan
pada hewan pengerat dari pada manusia
Androgen
Prekursor androgen berupa dehidroepiandosteon, diproduksi oleh zona fasikulata
dan retikularis.

Pada manusia, zona gromerulosa meliputi sekitar 15 % volume total


korteks, zona fasikulata 78 %, dan zona retikularis 7 %.
Zona gromerulosa terdiri dari sel berbentuk pyramidal atau silindris yang
tersususun dalam kelompok yang lonjong, yang dalam keadaan normal tak
mempunyai lumen. Sel mengandung inti bundar yang terwarna gelap dan
sitoplasma mengandung sejumlah materi basophil dan sedikit butir lemak.
Zona fasikulata, lapisan ynag paling tebal, terdiri atas sela yang besar,
kuboid atau polyhedral, tersusun dalam korda yang panjang, radier dan biasanya
tersususn setebal dua sel. Inti terletak di tengah dan vesikuler dan seringkali

berinti dua. Sitoplasma basophil dan mengandung butir lemak terdiri dari
kolesterol, asam lemak, dan lemak netral. Butir lemak terutama banyak di sel sel
di dua pertiga luar zona. Karena lemak hilang pada prosedur teknik yang biasa
dilakukan, sel disini tampak bervakuola dan memiliki penampilan seperti busa
karenanya disebut spongiosit. Bagian sepertiga zona ini relative bebas dari
materi lemak dan bersifat lebih basophil.
Pad zona retikularis,kedua korda selnya membentuk jarring jarring yang
beranastomosis. Dekat zona fasikulata sel selnya hanya sedikit berbeda dari sel
sel zona fasikulata. Umunya sitoplasma mengandung lebih sedikit butiran
lemak. Banyak sel yang intinya mengerut dan mengandung kumpulan granula
pigmen lipofuksin.
Denagn mikroskop electron, gambaran yang paling khas dari sel pada
kedua zona sebelah luar adalah reticulum endoplasma tak bergranula yang
berkembang baik. Padas el zona gromerulosa, reticulum ini tampak sebagai
jarring jarring tubulus yang saling beranastomosis dan banyaknya jaring ini
bahkan lebih mencolok dari sel sel fasikulata.
Terdapat bukti yang menunjukan kekhususan faali pada berbagai dareah
koteks. Tampaknya

mineralokortikoid terutama

doproduksi pada zona

gromerulosa, glukokortikoid pada zona fasikulata dan sampai tingkat tertentu


pada zona retikularis dan hormone seks pada zona retikularis.
Aktivitas normal korteks suprarenal dikelola

oleh

hormone

adrenokortikotropik (ACTH) adenohipofisis, yang terutama mempengaruhi zona


fasikulata.
b. Medula
Sel medulla berbentuk lonjong atau polyhedral dan tersusun dalam
kelompok korda pendek dan saling anastomosis, dikelilingi venula dan
kapiler.Sel medulla mempunyai inti besar dan vesikuler, dan sitoplasmanya
mengandung granula halus yang menjadi coklat bila dioksidasi oleh kalium
bikromat. Peristiwa ini dikenal dengan reaksi kromafin dan selnya karenanya
dikenal sebagai sel kromafin. Reaksi ini disebabkan terutama karena adanya
ketokalamin epinefrin dan norepinefrin.
2. Hormon
2.1. Jenis
Kelompok hormon

Tipe
Kelarutan
Protein
pengangkut
Waktu paruh
plasma
Letak reseptor
Mediator
Tipe
Kelarutan
Protein
pengangkut
Waktu paruh
plasma

Kelompok I
Steroid, iodotironin, kalsitriol, retinoid
Lipofilik
Ada

Kelompok II
Polipeptida, protein, glikoprotein,
katekolamin
Hidrofilik
Tidak ada

Lama (jam sampai hari)

Singkat (menit)

Intrasel
Kompleks hormon-reseptor
Kelompok I
Steroid, iodotironin, kalsitriol, retinoid
Lipofilik
Ada

Membran plasma
cAMP, cGMP, Ca, kaskade kinase
Kelompok II
Polipeptida, protein, glikoprotein,
katekolamin
Hidrofilik
Tidak ada

Lama (jam sampai hari)

Singkat (menit)

Kelompok I
Steroid, iodotironin, kalsitriol, retinoid

Tipe
Kelarutan
Protein
pengangkut
Waktu paruh
plasma
Letak reseptor
Mediator

Lipofilik
Ada

Kelompok II
Polipeptida, protein, glikoprotein,
katekolamin
Hidrofilik
Tidak ada

Lama (jam sampai hari)

Singkat (menit)

Intrasel
Kompleks hormon-reseptor

Membran plasma
cAMP, cGMP, Ca, kaskade kinase

a. Non Steroid
a.1 Peptida
Berupa rantai asam amino spesifik yang hidrofilik. Hormon ini
disintesis di retikulum endoplasma kasar kemudian dikemas di kompleks
Golgi selanjutnya sejumlah besar disimpan dalam granula sekretorik.
Contoh hormon jenis ini adalah seemua hormon dari hipotalamus,
hipofisis anterior, hipofisis posterior, pankreas, kelenjar paratiroid,
saluran pencernaan, ginjal hati, sel C tiroid, jantung. Berasal dari
prehormon memiliki waktu paruh panjang ( menit ), beredar unbond
( tidak terikat protein ), dan memiliki reseptor pada dinding sel.
a.2 Asam Amina
Disekresikan oleh kelenjar tiroid dan medulla adrenal. Ketika
disimpan berikatan dengan makromolekul tiroglobulin dan disekresi
ketika terlepas dengan makromolekul tersebut dan menuju aliran darah.
Di dalam darah hormon jenis ini berikatan dengan protein plasma.
Hormon ini memiliki reseptor pada nukleus sehingga mempengaruhi
peningkatan transkripsi gen.
Ciri khas :
Aktifkan mekanisme genetik pembentukan protein intrasel
Memiliki fungsi pengaturan yang cukup lama
b. Steroid
Steroid adalah senyawa lemak terdiri dari komplekcincin atom hydrogen
dan atom karbon. Dibedakan berdasarkan tipe dan banyaknya atom yang
terletak dalam rantai cinicin hydrogen tersebut. Semua steroid hormone
adalah derivate dari kolesterol, termasuk hormon reproduksi (testosterone
dan estrogen), hormon sekresi korteks adrenal (aldosteron dan kortisol).
Hormon steroid tidak larut dalam air. Hormon steroid dibawa ke target
sel melalui darah dengan berikatan lemah dengan protein plasma darah.
Hormone steroid larut dalam lemak, menyebabkan hormone steroid mudah

menembus membrane sel targetn. Reseptor spesifik hormone steroid ini


umumnya terdapat di plasma sel dan plasma inti. Hormone steroid akan
membentuk kompleks hormone-reseptor ketika berikatan dengan reseptor
spesifiknya. Kompleks hormone-reseptor berikatan dengan DNA dalam
nucleus sehingga mengaktivasi ataupun menghambat terjadinya respon sel.
Mekanisme aksi hormone steroid

Kelenjar endokrin mengsekresikan hormone steroid.


Hormone steroid berdifusi menembus membrane sel target dan nucleus.
Hormone berikatan dngan molekul reseptor.
Kompleks hormone-reseptor steroid berikatan dengan DNA dan

mendorong terjadinya transkripsi oleh mRNA.


mRNA keluar dari nucleus memasuki sitoplasma dan mengaktivasi sintesa
protein.
protein baru yang disintesis menghasilkan efek hormone spesifik.
2.2. Mekanisme Kerja
a. Jenis reseptor hormon
Di permukaan membran sel = protein, peptida, dan hormon katekolamin
Sitoplasma sel = hormon steroid
Nukleus sel = hormon tiroid
b. Reseptor :
Terkait kanal-ion
Neurotransmitter berikatan dengan reseptor yang ada di membran
pascasinaps sehingga menyebabkan kanal ion membuka atau menutup.
Kanal ini untuk masuknya ion natrium, ion kalium, ion kalsium, dan
seterusnya. Dan ini menimbulkan efek pada sel pascasinaps.
Terkait protein G
Reseptor protein G = 7 protein transmembran yang keluar masuk
kedalam membran sel
Ada protein G trimerik yang terdiri dari subunit , ,
Dalam keadaan inaktif, protein G trimerik (, , ) akan berikatan
dengan GDP pada subunit
Reseptor teraktivasi terjadi perubahan bentuk mengakibatkan protein G
trimerik yang terkait GDP berhubungan dengan bagian sitoplasma dari
reseptor dan terjadi pertukaran GDP menjadi GTP
Pertukaran GDP menjadi GTP menyebabkan subunit terdisosiasi dari
trimerik dan berhubungan dengan protein pesinyal intrasel lainya terjadi
perubahan aktivitas kanal ion atau aktivitas enzim intrasel

Hormon terlepas maka subunit menginaktivasi sendriri dan mengubah


GTP menjadi GDP, kemudian bergabung dengan subunit dan subunit
protein G trimerik yang inaktif pada membrane
Reseptor hormon intrasel dan aktivasi gen
Hormon (steroid atau larut dalam lemak) menembus membran sel dan
berikatan dengan reseptor yang ada di sitoplasma atau nucleus
kompleks reseptor hormon yang teraktivasi berikatan dengan promotor
DNA (hormone response element)

mengaktivasi atau menekan

transkripsi gen yang spesifik kemudian menghasilkan mRNA


mRNA menuju ribosom membentuk protein yang baru
Protein ini akan menjadi pengatur fungsi sel yang baru atau mengubah
fungsi sel.
Reseptor second messenger (Sistem Adenosin Monofosfat Siklik- Siklase
Adenilat)
Banyak hormone temasuk epinefrin, glucagon, TSH, ACTH, dan
vasopressin bekerja dengan pemacuan siklase adenilat.
Mengubah ATP menjadi 3-5 adenosine monofosfat siklik (cAMP)
cAMP mengaktifkan protein kinase untuk mengadakan fosforilasi
protein.
2.3. Faktor yang Mempengaruhi
Kecepatan sintesis dan sekresi (dipengaruhi kelainan bawaan, tumor ataupun
infeksi, stimulan).
Sistem transport hormon dalam plasma.
Reseptor
Kecepatan degradasi hormon, terutama dalam sel hati dan ginjal
Kecepatan perubahan hormon dari bentuk inaktif menjadi aktif.

3. Metabolisme Karbohidrat
3.1 Metabolisme Glukosa
3.1.1. Glikolisis
Merupakan pemecehan glukosa menjadi asam piruvat atau asam laktat
disebut juga sebagai Reaksi Emden-Meyerhof. Terjadi di sitosol. Terutama
otot bergaris. Energi yang dihasilkan pada keadaan aerob 36/38 ATP,
sedangkan pada keadaan anaerob 2 ATP.

3.1.2. Oksidasi Piruvat


Piruvat dipindahkan dari luar ke dalam mitokondria oleh simporter proton.
Proses ini dibantu oleh enzim piruvat dehidrogenase komplek dan
membutuhkan TPP, NAD+,dan Ko-A sampai terbentruk NADH, CO2, dan
Asetil KoA. Melalui reaksi sebagai berikut :
CH3COOH +HsKoA + NAD+ CH3CO-sKoA + CO2 + NADH + H+
3.1.3. Siklus Asam Sitrat

Siklus Krebs adalah reaksi antara asetil ko-A dengan asam oksaloasetat,
kemudian membentuk asam sitrat. Siklus Krebs disebut juga dengan siklus
asam sitrat, karena menggambarkan langkah pertama dari siklus tersebut,
yaitu penyatuan asetil ko-A dengan asam oksaloasetat untuk membentuk
asam sitrat.
a. Asetil Ko-A hasil dari reaksi antara (dekarboksilasi oksidatif) masuk ke
dalam siklus dan bergabung dengan asam oksaloasetat membentuk
asam sitrat. Setelah "mengantar" asetil masuk ke dalam siklus Krebs,
ko-A memisahkan diri dari asetil dan keluar dari siklus.
b. Asam sitrat mengalami pengurangan dan penambahan satu molekul air
sehingga terbentuk asam isositrat.
c. Asam isositrat mengalami oksidasi melepas ion H+, kemudian
mereduksi NAD+ menjadi NADH, dan melepaskan satu molekul CO 2
dan membentuk asam a-ketoglutarat (asam alpha ketoglutarat).
d. Asam a-ketoglutarat melepaskan satu molekul CO2, dan teroksidasi
melepaskan satu ion H+ yang mereduksi NAD+ menjadi NADH. Asam

a-ketoglutarat mendapatkan satu ko-A dan membentuk suksinil ko-A.


Setelah terbentuk suksinil ko-A, molekul ko-A kembali meninggalkan
siklus, terbentuk asam suksinat. Pelepasan ko-A dan perubahan
suksinil ko-A menjadi asam suksinat menghasilkan energi untuk
menggabungkan satu molekul ADP dan satu gugus fosfat anorganik
menjadi satu molekul ATP.
e. Asam suksinat mengalami oksidasi dan melepaskan dua ion H +,
diterima oleh FAD dan membentuk FADH2, dan terbentuk asam
fumarat. Satu molekul air ditambahkan ke asam fumarat dan
menyebabkan perubahan susunan (ikatan) substrat pada asam fumarat,
asam fumarat berubah menjadi asam malat.
f. Asam malat mengalami oksidasi dan kembali melepaskan satu ion H +,
yang kemudian diterima oleh NAD+ dan membentuk NADH, dan asam
oksaloasetat kembali terbentuk. Asam oksaloasetat ini akan mengikat
asetil ko-A dan menjalani siklus Krebs.
Dari siklus Krebs ini, dari setiap molekul glukosa akan dihasilkan 2
ATP, 6 NADH, 2 FADH2, dan 4 CO2. Molekul NADH dan FADH2
menjalani rangkaian terakhir respirasi aerob, rantai transpor elektron.
3.2 Metabolisme Glikogen
3.2.1. Glikogenesis
Adalah sintesis glikogen dari glukosa yang terjadi di dalam hati dan otot.
Reaksi 1 :
Mg++
Glukosa + ATP

Glukosa 6-p + ADP

Glukokinase / Heksokinase
Reaksi 2 :
Glukosa 6-p

Glukosa 1-p
Fosfoglukomutase

Reaksi 3 :
Glukosa 1-p + UTP

UDPG + Pirofosfat

UDPG Pirofosforilase
Gugus fosfat dan energi yang diperlukan dalam reaksi pembentukan
glukosa 6-fosfat dari glukosa diberikan oleh ATP yang berperan sebagai

senyawa kimia berenergi tinggi. Enzim yang mengkatalisnya adalah


glukokinase. Selanjutnya, dengan fosfoglukomutase, glukosa 6-fosfat
mengalami reaksi isomerasi menjadi glukosa 1-fosfat.
ATP

ADP

Glukosa

glukosa 6-fosfat
heksokinase
fosfoglukomutase

Uridin difosfat

UTP uridil transferase

glukosa (UDPG)

Glukosa 1-fosfat
PPi

UTP

Glikogenesis : pembentukan uridin difosfat glukosa (UDPG) dari


glukosa, melalui pembentukan glukosa 6-fosfat dan
glukosa 1-fosfat.
Glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin tri fosfat (UTP) dikatalis oleh
UDPG Pirofosforilase menghasilkan uridin difosfat glukosa (UDPglukosa)dan pirofosfat (PPi).
Mekanisme reaksi glikogenesis juga merupakan jalur metabolisme
umum untuk biosintesis disakarida dan polisakarida. Dalam berbagai
tumbuhan seperti tanaman tebu, disakarida sukrosa dihasilkan dari glukosa
dan fruktosa melalui mekanisme biosintesis tersebut. Dalam hal ini UDPglukosa abereaksi dengan fruktosa 6-fosfat, dikatalis oleh sukrosa fosfat
sintase, membentuk sukrosa 6-fosfat yang kemudian dengan enzim
sukrosa fosfatase dihidrolisis menjadi sukrosa.

Enzim Glikogen sintetase ( sintase ) : membentuk ikatan -1,4


Glikosidik (rantai lurus) dari glikogen. Enzim ini memiliki dua bentuk:
aktif (glikogen sintase a) yang dapat dirubah menjadi glikogen
sintase b melalui reaksi fosforilasi oleh protein kinase
tidak aktif (glikogen sintase b) yang juga dapat dirubah menjadi
glikogen sintase a dengan bantuan protein fosfatase
Saat kebutuhan glukosa meningkat enzim protein kinase akan menjadi
aktif dan mengubah glikogen sintase aktif menjadi inaktif mengakibatkan
proses glikogenesis terhambat.
Enzim Pencabang ( Branching Enzyme ) : membentuk ikatan -1,6
Glikosidik ( rantai cabang ) dari glikogen
3.2.2. Glikogenolisis
Merupakan mekanisme pengubahan glikogen menjadi glukosa
Residu glukosil paling luar molekul glikogen dibuang secara berurutan

oleh enzim glikogen fosforilase melepaskan glukosa 1-fosfat


(C6) n + Pi (C6) n-1 + glukosa 1-fosfat
Enzim tersebut spesifik untuk rangkaian 1-- 4 glikogen.
Berakhir pada empat residu dari titik cabang.
3 dari 4 unit glukosil yang tersisa dipindahkan ke rantai yang lain oleh
enzim ( -[1-- 4] --- -[1--4] glukan transferase) dan selanjutnya akan
dipecah lagi oleh enzim glikogen fosforilase.

Satu unit glukosa yang terakhir yang merupakan ikatan [1---6] dipecah
juga menggunakan enzim pemutus cabang (debranching enzyme)
(amilo[1---6] glukosidase
Enzim fosfoglukomutase mengubah glukosa 1-fosfat glukosa 6fosfat.
Glukosa 6-fosfat dapat memasuki jalur glikolisis.
Di hati dan ginjal terdapat enzim glukosa 6 fosfatase yang spesifik yang

dapat memecah ikatan ester pada glukosa 6-fosfat dan melepaskan


glukosa ke peredaran darah. Sedangkan di otot tidak didapatkan enzim
3.2.3

tersebut, sehingga proses pemecahan hanya terjadi di hati saja.


Glukoneogenesis

Glukoneogenesis adalah lintasan metabolisme yang digunakan oleh tubuh, selain


glikogenolisis, untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa di dalam plasma darah
untuk menghindari simtoma hipoglisemia. Pada lintasan glukoneogenesis, sintesis
glukosa terjadi dengan substrat yang merupakan produk dari lintasan glikolisis, seperti
asam piruvat, asam suksinat, asam laktat, asam oksaloasetat, terkecuali:
Fosfopiruvat + Piruvat kinase + ADP Piruvat + ATP
Fruktosa-6P + Fosfofrukto kinase + ATP Fruktosa-1,6-BPt + ADP
Glukosa + Heksokinase + ATP Glukosa-6P + ADP
Enzim glikolitik yang terdiri dari glukokinase, fosfofruktokinase, dan piruvat kinase
mengkatalisis reaksi yang ireversibel sehingga tidak dapat digunakan untuk sintesis
glukosa. Dengan adanya tiga tahap reaksi yang tidak reversibel tersebut, maka proses
glukoneogenesis berlangsung melalui tahap reaksi lain. Reaksi tahap pertama
glukoneogenesis merupakan suatu reaksi kompleks yang melibatkan beberapa enzim
dan organel sel (mitokondrion), yang diperlukan untuk mengubah piruvat menjadi malat
sebelum terbentuk fosfoenolpiruvat.
Proses Glukoneogenesis
Asam laktat yang terjadi pada proses glikolisis dapat dibawa oleh darah ke hati. Disini
asam laktat diubah menjadi glukosa kembali melalui serangkaian reaksi dalam suatu
proses yang disebut glukoneogenesis (pembentukan gula baru). Pada dasarnya
glukoneogenesis ini adalah sintesis glukosa dari senyawa-senyawa bukan karbohidrat,
misalnya asam laktat danbeberapa asam amino. Proses glukoneogenesis berlangsung
terutama dalam hati.

Walaupun proses glukoneogenesis ini adalah sintesis glukosa, namun bukan


kebalikandari proses glikolisis karena ada tiga tahap reaksi dalam glikolisis yang
tidak reversible, artinya diperlukan enzim lain untuk kebalikannya.
Glukosa + ATP heksokinase Glukosa-6-Posfat + ADP
Fruktosa-6-posfat + ATP fosforuktokinase fruktosa 1,6 diposfat + ADP

Fosfoenol piruvat + ADP piruvatkinase asam piruvat + ATP

Dengan adanya tiga tahap reaksi yang tidak reversible tersebut, maka proses
glukoneogenesis berlangsung melalui tahap reaksi lain, yaitu :
Fosfoenol piruvat dibentuk dari asam piruvat melalui pembentukan asam oksaloasetat.
(a)
a.

asam piruvat + CO2+ ATP + H2O asam oksalo asetat +ADP + Fosfat + 2H+

b.

oksalo asetat + guanosin trifosfat fosfoenol piruvat +guanosin difosfat + CO2

Reaksi (a) menggunakan katalis piruvatkarboksilase dan reaksi (b) menggunakan


fosfoenolpiruvat karboksilase.
Jumlah reaksi (a) dan (b) ialah : asam piruvat + ATP + GTP + H2O
fosfoenol piruvat + ADP +GDP + fosfat+ 2H+
Fruktosa-6-fosfat dibentuk dari fruktosa-1,6-difosfat dengan cara hidrolisisoleh enzim
fruktosa-1,6-difosfatase. fruktosa-1,6-difosfat + H2O fruktosa-6-fosfat + fosfat.
Glukosa dibentuk dengan cara hidrolisis glikosa-6-fosfat dengan katalisglukosa-6
fosfatase.glukosa-6-fosfat + H2O glukosa + fosfat
3.3 Hormon yang Mempengaruhi

Insulin

Diproduksi oleh sel -pankreas

Punya peranan sentral dalam mengatur konsentrasi glukosa darah

Zat yang dapat menyebabkan pelepasan insulin adalah asam amino, asam
lemak bebas, badan keton, glukagon, sekretin, dan tolbutamid.
Glukagon
Diproduksi oelh sel -pankreas
Sekresi hormon glukagon dirangsang oleh keadaan hipoglikemia
Meningkatkan kadar glukosa darah dengan cara:
Merangsang glikogenolisis
Merangsang glukoneogenesis
Glukokortikoid
Disekresikan oleh korteks adrenal
Sangat penting dalam metabolisme karbohidrat
Menghambat penggunaan glukosa di jaringan ekstrahepatik
Bekerja secara antagonistik terhadap insulin

Epinefrin atau adrenalin


Disekresikan oleh medula adrenal sebagai akibat dari rangsangan yang
menimbulkan stress
Meningkatkan glukosa darah karena dapat merangsang glikogenolisis
o Di otot : tidak ada enzim glukose 6-phosphate sehingga glikogenolisis
terjadi dengan pembentukan asam laktat
o Di hati : glukosa merupakan produk utama yang di gunakan untuk
peningkatan kadar glukosa dalam darah

Hormon tiroid
Hormon yang berpengaruh terhadap glukosa darah
Kadar glukosa pada orang hipertiroid lebih besar pada orang yeng
hipotiroid
Orang hipertiroid akan menggunakan kadar glukosa dengan kecepatan
normal atau meningkat sedangkan
Orang hipotiroid akan mengalami penurunan kemampuan dalam
menggunakan glukosa
4. Ilmu Kesehatan Kerja
Menurut ILO dan WHO:
Kesehatan kerja merupakan aspek / unsur kesehatan yang erat bertalian dengan
lingkungan kerja dan pekerjaan yang secara langsung atau tidak langsung dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja
Kesehatan kerja bertujuan untuk :
1. Melaksanakan promosi dan memelihara kesehatan fisik, mental dan sosial semua
pekerja yang setinggi-tingginya
2. Mencegah pekerja dari gangguan kesehatan akibat kondisi kerja
3. Melindungi pekerja terhadap semua factor resiko bahaya kesehatan
4. Menempatkan dan memelihara pekerja dalam lingkungan kerja yang sesuai
dengan kemampuan fisiologik dan psikologiknya
yang secara singkat dapat dikatakan penyesuaian pekerjaan terhadap manusiadan
setiap manusia dengan pekerjaannya
Dalam perkembangannya, ilmu kesehatan kerja dibagi menjadi 3 :

Ilmu kesehatan kerja yg diterapkan pada masyarakat yang bersifat umum, seperti

pekerjaan rumah tangga

Ilmu kesehatan kerja yg diterapkan pada masyarakat kerja yg memiliki

batasan jelas atau formal, seperti industri besar atau tempat usaha khusus

Ilmu kesehatan kerja yg diterapkan pada kelompok masyarakat kerja sektor

informal, yg tidak memiliki batasan lingkungan kerja jelas. Sebagai contoh industri
rumah tangga, petani dan lain-lain
Program pelayanan kesehatan kerja
1. Pelayanan preventif kesehatan kerja
Kegiatan pelayanan preventif meliputi :
Pemeriksaan kesehatan awal, berkala, khusus
Imunisasi
Kesehatan lingkungan kerja
Perlindungan diri dari bahaya-bahaya pekerjaan
Penyerasian manusia dengan mesin dan alat kerja
Pengendalian bahaya lingkungan kerja dlm keadaan aman
2. Pelayanan promotif kesehatan kerja. Kegiatannya meliputi :
Pendidikan dan penerangan tentang kesehatan kerja
Pemeliharaan berat badan ideal
Perbaikan gizi : menu seimbang
Pemeliharaan tempat, cara dan lingkungan kerja yg sehat
Konsultasi untuk perkembangan jiwa yg sehat, nasihat perkawinan dan keluarga
berencana
Olahraga fisik dan rekreasi
3. Pelayanan kuratif
Pelayanan ini meliputi pengobatan penyakit umum maupun penyakit akibat kerja
4. Pelayanan rehabilitatif kesehatan kerja. Kegiatan pelayanan ini meliputi :
latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya yg
masih ada secara maksimal
penempatan kembali tenaga kerja yg cacat secara selektif sesuai dengan
kemampuannya
penyuluhan kepada masyarakat dan pengusaha agar mau menerima dan
menggunakan tenaga kerja cacat
Kesimpulan

Sistem Endokrin merupakan salah satu sistem yang penting dalam tubuh kita.
Sistem ini berfungsi untuk mengatur fungsi fisiologis tubuh kita. Apabila terjadi
masalah pada sistem ini maka dapat dipastikan tubuh kita tidak mungkin bekerja secara
optimal. Selain itu metabolisme karbohidrat juga sangat dibutuhkan oleh tubuh kita.
Metabolisme karbohidrat merupakan proses pembentukan energi tubuh kita yang utama.
Apabila metabolisme karbohidrat mengalami gangguan maka tubuh kita tidak mungkin
bekerja secara optimal. Hal ini terjadi karena sebagian besar tubuh kita membutuhkan
karbohidrat (glukosa) dalam pembentukan energi untuk bekerja secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai