Anda di halaman 1dari 10

PENGATURAN POLA TANAM SISTEM SURJAN

PADA AGROEKOSISTEM LAHAN PASANG SURUT


DI DESA PETAK BATUAH DADAHUP,
KALIMANTAN TENGAH

KELOMPOK 3
SHANIA AL SYAMSI
1505100110099
PUSPITA ARGHA
1505100110111
DANIEL H. PASARIBU 1505100110121
FATAHANY FADHILA
1505100110126
NETTA EKA SAFITRI
1505100110130
AGROTEKNOLOGI I

Pendahuluan
Lahan pasang surut berbeda dengan lahan irigasi atau lahan kering.

Perbedaannya menyangkut kesuburan tanah, sumber air tersedia, dan teknik


pengelolaannya
Luas lahan pasang surut di Indonesia sekitar 20,1 juta ha dan 9,3 juta ha

potensi untuk tanaman pangan


. Berdasarkan pola genangannya (jangkauan air pasangnya), dibagi menjadi

empat tipe:
Tipe A, tergenang pada waktu pasang besar dan pasang kecil;
Tipe B, tergenang hanya pada pasang besar;
Tipe C, tidak tergenang tetapi kedalaman air tanah pada waktu pasang kurang
dari 50 cm;
Tipe D, tidak tergenang pada waktu pasang air tanah lebih dari 50 cm tetapi
pasang surutnya air masih terasa atau tampak pada saluran tersier

Studi Kasus
Desa Petak Batuah Dadahup A-2 berada pada wilayah pasang surut dengan tipe luapan air B,

berpotensi untuk ditanami padi pada lahan tabukan, sayuran, buah-buahan dan palawija
pada lahan surjan (SWAMPSII, 1993). Luas wilayahnya 1.640 hektar, dan sekitar 300 hektar
telah diusahakan untuk tanaman padi, sedangkan sisanya masih memiliki potensi dengan
tingkat kesesuaian tinggi untuk dikembangkan sebagai wilayah pengembangan (budidaya).
Namun pendapatan petani masih tergolong rendah dan usahatani masih sering menghadapi

berbagai kendala, hal ini disebabkan oleh


belum maksimalnya sistem usahatani yang diterapkan petani, berkaitan erat dengan kondisi
lahan yang tergolong marginal dan hanya mengusahakan sekali penanaman dalam setahun
kurangnya dukungan kelembagaan usahatani.
Pengembangan usahatani di lahan pasang surut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan

petani, melalui penerapan teknologi komoditas unggulan dengan pola usahatani padi-jeruk,
optimalisasi pemanfaatan lahan, penumbuhan kelembagaan agribisnis dan peningkatan
pengetahuan, sikap dan keterampilan petani.

Pola tanam yang diterapkan petani setempat


Warga transmigrasi yang tinggal di Desa Petak Batuah Dadahup A-2 sebagian besar

berasal dari Jawa Barat dan NTB. Sejak kedatangan, mereka melakukan usahatani padi
unggul seperti di daerah asal mereka. Semua keperluan berusahatani terutama dalam hal
penyediaan sarana produksi seperti benih unggul, pupuk, dan pestisida mereka dapatkan
dalam bentuk bantuan pemerintah selama program PLG berlangsung
Setelah bantuan proyek berakhir, maka berbagai dampak dari masalah tersebut mulai

nampak, seperti: (a) petani tidak lagi mengusahakan lahannya 2 kali dalam setahun,
karena hasil semusim dianggap cukup dan dapat digunakan untuk sepanjang tahun, (b)
lahan usahatani menjadi bera pada waktu tertentu, (c) petani mulai meniru pola
usahatani padi lokal yang memiliki prospek pasar dan nilai jual tinggi, (d) petani mulai
terbiasa bertanam padi lokal sekali dalam setahun dengan input rendah, (e) banyak waktu
luang yang membuka kesempatan bagi petani untuk berusaha non pertanian di luar desa

Apr

Mei

Jun

Padi lokal
Hortikultura

Jul

Ags

Sep

Okt
Bera

Nov

Des

Jan

Feb

Mar

Pola Tanam Sistem Surjan di Desa Petak Batuah Dadahup, Kalimantan


Tengah

Penerapan teknologi usahatani padi di lahan pasang surut upaya

optimalisasi terhadap pola usahatani padi yang dilakukan petani.


Pola yang dikembangkan dalam pengkajian ini adalah pola padi lokal

padi unggul, yang diusahakan di tabukan dan budidaya jeruk di guludan.


Model yang ingin dihasilkan sejalan dengan optimalisasi pemanfaatan
lahan yaitu padi (lokal-unggul) jeruk. Padi lokal diusahakan pada MT I
(April-September), sedangkan padi unggul pada MT II (Oktober-Maret).
Varietas unggul yang ditanam pada pengkajian ini adalah IR-66, IR-64
dan Ciherang.
Apr

Mei

Padi Lokal
Jeruk

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov Des

Padi Unggul

Jan

Feb

mar

Hasil yang diperoleh dari optimalisasi usahatani padi menunjukkan


bahwa pola tanam padi dari sekali dalam setahun meningkat menjadi
dua kali, khususnya di lokasi pengkajian yang luasnya telah mencapai
52 ha (tahun ke tiga), dan jumlah luasannya juga meningkat. Pola
tanam padi lokalpadi unggul dapat meningkatkan aktivitas dalam
berusahatani dan lahan termanfaatkan secara optimal

Analisis kelayakan usahatani


Hasil analisis finansial usahatani padi unggul yang dikembangkan

menunjukkan bahwa usahatani ini layak dikembangkan dengan R/C


ratio 2,21 untuk padi unggul IR-66 ; 2, 38 untuk IR-64 dan 2,62 untuk
varietas Ciherang
dengan input penggunaan saprodi sesuai anjuran dapat meningkatkan
produksi padi sebanyak 3 ton/ha dibandingkan dengan teknologi yang
diterapkan petani.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai