Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Gigi Impaksi adalah gigi yang gagal erupsi secara utuh pada posisi yang seharusnya.
Hal ini dapat terjadi karena tidak tersedianya ruangan yang cukup pada rahang untuk
tumbuhnya gigi dan angulasi yang tidak benar dari gigi tersebut. Gigi impaksi dapat berupa
impaksi seluruhnya yaitu ketika gigi seluruhnya ditutupi oleh jaringan lunak dan sebagian
atau sepenuhnya ditutupi oleh tulang alveolus, atau impaksi sebagian, ketika gigi gagal untuk
erupsi ke posisi fungsional normalnya.
Insiden impaksi yang paling sering terjadi adalah pada gigi molar tiga. Hal tersebut
karena gigi molar ketiga adalah gigi yang terakhir tumbuh, sehingga sering mengalami
impaksi karena tidak ada atau kurangnya ruang yang memadai.
Secara normal, molar ketiga emerge antara umur 18-24 tahun. Menurut National
Institute for health and Clinical Excellence (NICE), gigi molar yang mengalami impaksi ini
bila tidak dicabut, maka akan menimbulkan masalah. Masalah yang ditimbulkan adalah
perubahan patologis, seperti inflamasi jaringan lunak sekitar gigi, resorpsi akar, penyakit
tulang alveolar dan jaringan lunak, kerusakan gigi sebelahnya, perkembangan kista dan
tumor, karies bahkan sakit kepala atau sakit rahang.
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk melihat gambaran impaksi yang terjadi
di seluruh dunia. Salah satunya penelitian tersebut menyatakan telah dipastikan bahwa satu
dari sebelas molar ketiga mandibula pada usia 15 sampai 35 tahun mengalami impaksi.
Menurut beberapa ahli, frekuensi impaksi gigi molar ketiga maksila adalah yang
terbanyak dibandingkan dengan molar ketiga mandibula. Kenyataannya di Indonesia berbeda,
impaksi gigi molar ketiga mandibula ternyata frekuensinya lebih banyak dari pada gigi molar
ketiga maksila. Dampak dari adanya gigi impaksi molar ketiga rahang bawah adalah
gangguan rasa sakit. Keluhan sakit juga dapat timbul oleh karena adanya karies pada gigi
molar tiga rahang bawah dan kemungkinan dapat disebabkan oleh adanya karies pada gigi
molar ketiga rahang bawah.
Apabila impaksi gigi molar ketiga rahang bawah hanya terlihat sebagian maka akan
memudahkan makanan terperangkap di dalamnya, sehingga pasien akan mengalami kesulitan
1

untuk membersihkannya. Efek selanjutnya adalah rasa tidak enak, mulut berbau, gigi
gampang terserang karies. Adanya komplikasi yang diakibatkan gigi impaksi maka perlu
dilakukan tindakan pencabutan. Pencabutan dianjurkan jika ditemukan akibat yang merusak
atau kemungkinan terjadinya kerusakan pada struktur sekitarnya dan jika gigi benar-benar
tidak berfungsi.

BAB II
STATUS PASIEN
2.1

2.2

Identifikasi Pasien
Nama

: Ny. Marlinda binti Mandala

Umur

: 24 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Komp. Aspol Punti Kayu No. 195 Palembang, Sumsel

Kebangsaan

: Indonesia

No RM

: 874081

Anamnesis
a. Keluhan Utama :
Nyeri pada gusi bawah kanan belakang
b. Keluhan Tambahan :
Gusi bawah kanan belakang tampak kemerahan dan terasa membengkak
c. Riwayat Perjalanan Penyakit
+ Sejak 2 hari SMRS os mengeluh nyeri pada gusi bawah kanan belakang, gusi
tampak kemerahan dan terasa membengkak (+), gusi berdarah (-), sakit gigi (-),
demam (+), namun os tidak berobat.
+ Sejak 1 hari SMRS os merasakan nyeri gusi yang membuat os makin merasa tidak
nyaman, nyeri terasa terus menerus, nyeri menyebar (-), gusi tampak kemerahan,
pasien mengeluh sakit gigi (-), gusi berdarah (-), sakit kepala (-), demam (-). Pasien
lalu berobat ke RSMH di bagian poliklinik gigi RSMH.
d. Riwayat Penyakit atau Kelainan Sistemik

Penyakit/Kelainan Sistemik
Alergi
Penyakit Jantung
Tekanan Darah Tinggi
Penyakit Kencing Manis
Penyakit Kelainan Darah
Penyakit Hepatitis

Ada

Disangkal
V
V
V
V
V
V

Penyakit/Kelainan Sistemik
HIV/AIDS
Penyakit Pernapasan/Paru
Kelainan Pencernaan
Penyakit Ginjal
Penyakit Kelenjar Ludah
Epilepsi

Ada

Disangkal
V
V
V
V
V
V

e. Riwayat Penyakit Gigi dan Mulut Sebelumnya


Riwayat tumpatan pada gigi 4.6 dan 4.7
f.

Riwayat Kebiasaan
Tidak ada kebiasaan khusus
3

2.3

Pemeriksaan Fisik
a. Status Umum Pasien
1. Keadaan Umum Pasien : Compos Mentis
2. Vital Sign
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi
: 84x/menit, isi dan tegangan cukup
- RR
: 20x/menit
- T
: 36,5 0C
b. Pemeriksaan Ekstraoral
1. Wajah
: Simetris
2. Bibir
: Simetris
3. KGB submandibula : Tidak ada kelainan
4. TMJ
: Dalam batas normal
c. Pemeriksaan Intraoral
1. Mukosa bukal
: Tidak ada kelainan
2. Mukosa labial
: Tidak ada kelainan
3. Palatum
: Tidak ada kelainan
4. Lidah
: Tidak ada kelainan
5. Dasar Mulut
: Tidak ada kelainan
6. Gingiva
: Tampak kemerahan
7. Plak
: Regio 1, 3, 4
8. Kalkulus
: Regio 1, 3, 4
9. Missing Teeth
: tidak ada

d. Status Lokalis
1
8

V IV III
5
4
3

II
2

I
1

I
1

II
2

III
3

IV
4

V
5

5
V

2
II

1
I

1
I

2
II

3
III

4
IV

5
V

4
3
IV III
4

Gigi

Les

Sondas

CE

1.7

4.6

4.7

3.6

Perkus

3
Palpasi

Diagnosis

Terapi

Kalkulus

Pro-Scalling

Kalkulus

Pro-Scalling

Kalkulus

Pro-Scalling

Pulpitis irreversible

Pro-Konservasi (Tumpatan)

3.7

Gangren pulpa

Pro-Exo

4.8

Impacted

Pro-Odontektomi

e. Diagnosis
Impaksi gigi 4.8
Ginggivitis marginalis
f. Perencanaan Terapi
1. Pro Scalling
1.7, 4.6, 4.7
2. Pro konservasi
3.6
3. Pro Exo
3.7
4. Pro Odontektomi
4.8
5. Obat analgesik untuk mengatasi nyeri, Parasetamol diberikan jika demam
38,5 C, antibiotik jika diperlukan.
6. Rongten panoramic.
7. Rujuk spesialis bedah mulut untuk odontektomi.
g. Prognosis
Quo ad Vitam
Quo ad fungsionam

: Dubia ad bonam.
: Dubia ad bonam.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 DEFINISI GIGI IMPAKSI


Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi secara utuh pada posisi yang seharusnya.
Hal ini dapat terjadi karena ketidaktersediaan ruangan yang cukup pada rahang untuk
tumbuhnya gigi dan angulasi yang tidak benar dari gigi tersebut. Secara umum impaksi
adalah keadaan jika suatu gigi terhalang erupsi untuk mencapai kedudukan yang normal.
Impaksi gigi dapat berupa gigi yang tumbuhnya terhalang sebagian atau seluruhnya oleh gigi
tetangga, tulang atau jaringan lunak sekitarnya.
Umumnya gigi yang sering mengalami impaksi adalah gigi posterior dan jarang
pada gigi anterior.Namun gigi anterior yang mengalami impaksi terkadang masih dapat
ditemui. Pada gigi posterior,yang sering mengalami impaksi adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Gigi molar tiga(48 dan 38) mandibula


Gigi molar tiga(18 dan 28) maksila
Gigi premolar (44,45,34 dan 35) mandibula
Gigi premolar (14,15,24 dan 25) maksila

Sedangkan gigi anterior yang dapat ditemui mengalami impaksi adalah sebagai berikut:
1. Gigi caninus maksila dan mandibula(13,23,33,dan 43)
2. Gigi incisivus maksila dan mandibula(11,21,31,dan 41)
Untuk mengetahui ada atau tidaknya kemungkinan suatu gigi mengalami impaksi
atau tidak sangatlah penting mengetahui masa erupsi masing-masing gigi pada setiap
lengkung rahang. Berikut ini masa erupsi gigi geligi pada masing-masing rahang.
Gigi
RA
RB

1
7-8
6-7

2
8-9
7-8

3
4
5
6
11-12
10-11
10-12
6-7
9-10
10-12
11-12
6-7
Tabel 1.Masa Erupsi Gigi Permanen

7
12-13
11-13

8
17-21
17-21

3.2 ETIOLOGI
Etiologi dari gigi impaksi bermacam-macam diantaranya kekurangan ruang, kista,
gigi supernumerer, retensi gigi sulung, infeksi, trauma, anomali dan kondisi sistemik. Faktor
yang paling berpengaruh terhadap terjadinya impaksi gigi adalah ukuran gigi. Sedangkan
6

faktor yang paling erat hubungannya dengan ukuran gigi adalah bentuk gigi. Bentuk gigi
ditentukan pada saat konsepsi. Satu hal yang perlu diperhatikan dan perlu diingat bahwa gigi
permanen sejak erupsi tetap tidak berubah.
Pada umumnya gigi susu mempunyai besar dan bentuk yang sesuai serta letaknya
terletak pada maksila dan mandibula. Tetapi pada saat gigi susu tanggal tidak terjadi celah
antar gigi, maka diperkirakan akan tidak cukup ruang bagi gigi permanen penggantinya
sehingga bisa terjadi gigi berjejal dan hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya
impaksi.
Penyebab meningkatnya impaksi gigi geraham rahang bawah disebabkan oleh
karena faktor kekurangan ruang untuk erupsi. Hal ini dapat dijelaskan antara lain jenis
makanan yang dikonsumsi umumnya bersifat lunak, sehingga untuk mencerna tidak
memerlukan kerja yang kuat dari otot-otot pengunyah, khususnya rahang bawah menjadi
kurang berkembang.
Istilah impaksi biasanya diartikan untuk gigi yang erupsi oleh sesuatu sebab
terhalang, sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal
di dalam deretan susunan gigi geligi. Hambatan halangan ini biasanya berupa hambatan dari
sekitar gigi atau hambatan dari gigi itu sendiri.
Hambatan dari sekitar gigi dapat terjadi karena :
1. Tulang yang tebal serta padat
2. Tempat untuk gigi tersebut kurang
3. Gigi tetangga menghalangi erupsi gigi tersebut
4. Adanya gigi desidui yang persistensi
5. Jaringan lunak yang menutupi gigi tersebut kenyal atau liat
Hambatan dari gigi itu sendiri dapat terjadi oleh karena :
1. Letak benih abnormal, horizontal, vertikal, distal dan lain-lain.
2. Daya erupsi gigi tersebut kurang.
3.2.1 Berdasarkan Teori Filogenik

Berdasarkan teori filogenik, gigi impaksi terjadi karena proses evolusi mengecilnya
ukuran rahang sebagai akibat dari perubahan perilaku dan pola makan pada manusia.
Beberapa faktor yang diduga juga menyebabkan impaksi antara lain perubahan patologis gigi,
kista, hiperplasi jaringan atau infeksi lokal. Ada suatu teori yang menyatakan berdasarkan
evolusi manusia dari zaman dahulu sampai sekarang bahwa manusia itu makin lama makin
kecil dan ini menimbulkan teori bahwa rahang itu makin lama makin kecil, sehingga tidak
dapat menerima semua gigi yang ada. Tetapi teori ini tidak dapat diterima, karena tidak dapat
menerangkan bagaimana halnya bila tempat untuk gigi tersebut cukup, tetapi gigi tersebut
tidak dapat tumbuh secara normal misalnya letak gen abnormal dan mengapa ada bangsa
yang sama sekali tidak mempunyai gigi terpendam misalnya Bangsa Eskimo, Bangsa Indian,
Bangsa Maori dan sebagainya. Kemudian seorang ahli yang bernama Nodine, mengatakan
bahwa sivilisasi mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan rahang. Makin maju suatu
bangsa maka stimulan untuk pertumbuhan rahangnya makin berkurang. Kemajuan bangsa
mempunyai hubungan dengan pertumbuhan rahang, karena bangsa yang maju diet
makanannya berbeda dalam tingkatan kekerasan dibandingkan dengan bangsa yang kurang
maju. Misalnya bangsa-bangsa primitif lebih sering memakan makanan yang lebih keras
sedangkan bangsa modern lebih sering makan malanan yang lunak, sehingga tidak atau
kurang memerlukan daya untuk mengunyah, sedangkan mengunyah merupakan stimulasi
untuk pertumbuhan rahang.
3.2.2 Berdasarkan teori Mendel
Ada beberapa faktor yang menyebabkan gigi mangalami impaksi, antara lain
jaringan sekitar gigi yang terlalu padat, persistensi gigi susu, tanggalnya gigi susu yang
terlalu dini, tidak adanya tempat bagi gigi untuk erupsi, rahang terlalu sempit oleh karena
pertumbuhan tulang rahang kurang sempurna, dan menurut teori Mendel, jika salah satu
orang tua mempunyai rahang kecil, dan salah satu orang tua lainnya bergigi besar, maka
kemungkinan salah seorang anaknya berahang kecil dan bergigi besar. Sebagai akibat dari
kondisi tersebut, dapat terjadi kekurangan tempat erupsi gigi permanen sehingga terjadi
impaksi.
3.2.3 Etiologi Gigi Terpendam Menurut Berger
Kausa lokal
8

1. Posisi gigi yang abnormal


2. Tekanan terhadap gigi tersebut dari gigi tetangga
3. Penebalan tulang yang mengelilingi gigi tersebut
4. Kurangnya tempat untuk gigi tersebut
5. Gigi desidui persintensi (tidak mau tanggal)
6. Pencabutan gigi yang prematur
7. Inflamasi yang kronis yang menyebabkan penebalan mukosa sekeliling gigi
8. Adanya penyakit-penyakit yang menyebabkan nekrose tulang karena
inflamasi atau abses yang ditimbulkannya
9. Perubahan-perubahan pada tulang karena penyakit eksantem pada anak-anak.
Kausa umum
1. Kausa prenatal
a. Keturunan
b. Miscegenation
2. Kausa postnatal
Semua keadaan atau kondisi yang dapat mengganggu pertumbuhan pada
anak-anak seperti :
a. Ricketsia
b. Anemi
c. Syphilis kongenital
d. TBC
e. Gangguan kelenjar endokrin
f. Malnutrisi
3. Kelainan pertumbuhan
a. Cleido cranial dysostosis
Terjadi pada masa kongenital dimana terjadi kerusakan atau ketidakberesan dari
pada tulang cranial. Hal ini biasanya diikuti dengan persistensi gigi susu dan tidak erupsinya
atau tidak terdapat gigi permanen, juga ada kemungkinan dijumpai gigi supernumeri yang
rudimeter.

b. Oxycephali
Suatu kelainan dimana terdapat kepala yang lonjong diameter muka belakang sama
dengan dua kali kakan atau kiri. Hal ini mempengaruhi pertumbuhan rahang.
3.3 PERTUMBUHAN MOLAR KETIGA RAHANG BAWAH
Gigi geraham bungsu bawah adalah gigi terakhir pada lengkung mandibula dan gigi
kedelapan dari garis tengah. Ia membantu gigi-geligi molar bawah lain dalam mengelilingi
dan menghancurkan makanannya, walaupun sering ia tidak dapat melakukan fungsinya
karena posisinya yang buruk, misalnya impaksi. Karena alasan ini banyak contoh gigi molar
ketiga praktis tampak tidak terkikis.
Kronologi pertumbuhan gigi molar ketiga yaitu :
a. Tahap inisiasi, terjadi pada umur 3.5 4 tahun. Tahap inisiasi adalah permulaan
pembentukan kuntum gigi (bud) dari jaringan epitel mulut.
b. Kalsifikasi dimulai, pada umur 8-10 tahun
c. Pembentukan mahkota, pada umur 12-16 tahun.
d. Tahap erupsi, pada umur 17-21 tahun.
e. Pembentukan akar selesai, terjadi pada umur 18-25 tahun.
Rata-rata gigi molar ketiga bawah mengalami kalsifikasi pada usia 9 tahun dan erupsi
penuh pada usia 20 tahun. Proses pembentukan akar sempurna terjadi pada usia 22 tahun.
Dengan keluarnya gigi molar ketiga, maka selesailah proses erupsi aktif gigi tetap. Puncak
tonjol mesial dan distal dari gigi molar ketiga bawah dapat diidentifikasi pada usia kurang
dari 8 tahun. Kalsifikasi enamel lengkap terjadi pada usia 12 sampai 16 tahun. Erupsi terjadi
antara usia 15 sampai 21 tahun atau lebih dan akar terbentuk lengkap antara usia 18 sampai
25 tahun.
Molar ketiga bawah klasik mempunyai bentuk mahkota yang sangat mirip dengan
molar kedua bawah, dengan 4 cuspis dan morfologi molar bawah yang khas seperti yang
telah diuraikan sebelumnya, tetapi dengan lebih banyak fisura tambahan yang berjalan dari
fossa sentral. Seperti pada gigi geraham bungsu atas, bentuk dasarnya menjadi sasaran
banyak variasi. Bila dilihat dari permukaan oklusal, kecembungan permukaan bukal yang
jelas mudah dibedakan dari permukaan lingual yang lebih datar. Bagan oklusal peripheral
10

secara keseluruhan serupa dengan molar bawah lain yang secara kasar berbentuk bujur atau
empat persegi, teteapi sudutnya cenderung lebih membulat sampai tingkat beberapa molar
ketiga bawah mempunyai bagan oklusal hampir bundar. Lebar bukolingual gigi ini terkecil
pada ujung distal.
Pada dasarnya dua akar, satu mesial dan satu distal, mirip dengan molar bawah lain,
kecuali bahwa ia lebih pendek dan tidak berkembang baik atau bisa cenderung saling berfusi
menjadi satu massa kerucut dalam beberapa kasus. Lengkungan akar selalu ke distal, dan
biasanya lebih besar daripada molar kedua bawah. Dengan cara yang sama, lengkungan akar
molar kedua bawah distal lebih jelas daripada molar pertama bawah.
3.4 KLASIFIKASI IMPAKSI GIGI MOLAR KETIGA RAHANG BAWAH
3.4.1 Berdasarkan sifat jaringan
Berdasarkan sifat jaringan, impaksi gigi molar ketiga dapat diklasifikasikan
menjadi
1. Impaksi jaringan lunak
Adanya jaringan fibrous tebal yang menutupi gigi terkadang mencegah erupsi gigi
secara normal. Hal ini sering terlihat pada kasus insisivus sentral permanen, di mana
kehilangan gigi sulung secara dini yang disertai trauma mastikasi menyebabkan fibromatosis.
2. Impaksi jaringan keras
Ketika gigi gagal untuk erupsi karena obstruksi yang disebabkan oleh tulang sekitar,
hal ini dikategorikan sebagai impaksi jaringan keras. Di sini, gigi impaksi secara utuh
tertanam di dalam tulang, sehingga ketika flap jaringan lunak direfleksikan, gigi tidak
terlihat. Jumlah tulang secara ekstensif harus diangkat, dan gigi perlu dipotong-potong
sebelum dicabut.
3.4.2 Klasifikasi Pell dan Gregory
Pell dan Gregory menghubunkan kedalaman impaksi terhadap bidang oklusal dan
garis servikal gigi molar kedua mandibula dalam sebuah pendekatan dan diameter
11

mesiodistal gigi impaksi terhadap ruang yang tersedia antara permukaan distal gigi molar
kedua dan ramus ascendens mandibula dalam pendekatan lain.

Gambar 1. Klasifikasi impaksi molar ketiga rahang bawah menurut Pell dan Gregory.
Sumber : Monaco G, Montevecchi M, Bonetti GA, Gatto MRA,
Checchi L. Reliability of panoramic radiographyin evaluating the
topographic relationship between the mandibular canal and impacted
third molars. JADA American Dental Association 2004;135:315

A.

Berdasarkan relasi molar ketiga bawah dengan ramus mandibula


1. Klas I: Diameter anteroposterior gigi sama atau sebanding dengan ruang antara batas
anterior ramus mandibula dan permukaan distal gigi molar kedua. Pada klas I ada celah di
sebelah distal Molar kedua yang potensial untuk tempat erupsi Molar ketiga.
2. Klas II: Sejumlah kecil tulang menutupi permukaan distal gigi dan ruang tidak adekuat
untuk erupsi gigi, sebagai contoh diameter mesiodistal gigi lebih besar daripada ruang
yang tersedia. Pada klas II, celah di sebelah distal M.
3. Klas III: Gigi secara utuh terletak di dalam mandibula akses yang sulit. Pada klas III
mahkota gigi impaksi seluruhnya terletak di dalam ramus.

B. Komponen kedua dalam sistem klasifikasi ini didasarkan pada jumlah tulang yang
menutupi gigi impaksi. Baik gigi impaksi atas maupun bawah bisa dikelompokkan
berdasarkan kedalamannya, dalam hubungannya terhadap garis servikal Molar kedua
disebelahnya.
Faktor umum dalam klasifikasi impaksi gigi rahang atas dan rahang bawah :

12

1. Posisi A : Bidang oklusal gigi impaksi berada pada tingkat yang sama dengan
oklusal gigi molar kedua tetangga. Mahkota Molar ketiga yang impaksi berada pada
atau di atas garis oklusal.
2. Posisi B : Bidang oklusal gigi impaksi berada pada pertengahan garis servical dan
bidang oklusal gigi molar kedua tetangga. Mahkota Molar ketiga di bawah garis
oklusal tetapi di atas garis servikal Molar kedua.
3. Posisi C : Bidang oklusal gigi impaksi berada di bawah tingkat garis servikal gigi
molar kedua. Hal ini juga dapat diaplikasikan untuk gigi maksila. Mahkota gigi yang
impaksi terletak di bawah garis servikal.

Gambar 2. Klasifikasi impaksi molar ketiga menurut Pell dan Gregory.


Sumber : Fragiskos D. Oral surgery. Editor: Schroder GM, Heidelberg.
Alih Bahasa: Tsitsogianis H. Berlin: Springer; 2007,p. 126

Pada Gambar 2 sama dengan yang dijelaskan pada Gambar 1. Klasifikasi impaksi
molar ketiga menurut Pell dan Gregory :
a. Berdasarkan kedalaman impaksi dan jaraknya ke molar kedua
1. Posisi A : permukaan oklusal gigi impaksi sama tinggi atau sedikit lebih tinggi dari
gigi molar kedua.
2. Posisi B : permukaan oklusal dari gigi impaksi berada pada pertengahan mahkota
gigi molar kedua atau sama tinggi dari garis servikal
3. Posisi C : permukaan oklusal dari gigi impaksi berada di bawah garis servikal
molar kedua.
b. Posisinya berdasarkan jarak antara molar kedua rahang bawah dan batas anterior
ramus mandibula
13

1. Klas I : jarak antara distal molar dua bawah dengan ramus mandibula cukup lebar
mesiodistal molar tiga bawah
2. Klas II : jarak antara distal molar dua bawah dengan ramus mandibula lebih kecil
dari lebar mesiodistal molar tiga bawah
3. Klas III : gigi molar tiga bawah terletak di dalam ramus mandibula
3.4.3 Klasifikasi Winter
Winter mengajukan sebuah klasifikasi impaksi gigi molar ketiga mandibula
berdasarkan hubungan gigi impaksi terhadap panjang aksis gigi molar kedua mandibula.
Beliau juga mengklasifikasikan posisi impaksi yang berbeda seperti impaksi vertikal,
horizontal, inverted, mesioangular, distoangular, bukoangular, dan linguoangular. Quek et al
mengajukan sebuah sistem klasifikasi menggunakan protractor ortodontik. Dalam penelitian
mereka, angulasi dideterminasikan menggunakan sudut yang dibentuk antara pertemuan
panjang aksis gigi molar kedua dan ketiga. Mereka mengklasifikasikan impaksi gigi molar
ketiga mandibula sebagai berikut:
1. Vertikal (10 sampai dengan -10 )
o

2. Mesioangular (11 sampai dengan -79 )


o

3. Horizontal (80 sampai dengan 100 )


o

4. Distoangular (-11 sampai dengan -79 )


o

5. Lainnya (-111 sampai dengan -80 )


o

Teori didasarkan pada inklinasi impaksi gigi molar ketiga terhadap panjang axis
gigi molar kedua16

14

Gambar II.3 Klasifikasi impaksi molar ketiga rahang bawah menurut


Archer dan Kruger (1 mesioangular, 2 distoangular, 3 vertical,
4 horizontal, 5 buccoangular, 6 linguoangular, 7 inverted)
Sumber : Fragiskos D. Oral surgery. Editor: Schroder GM, Heidelberg.
Alih Bahasa: Tsitsogianis H. Berlin: Springer; 2007,p.126

a. Mesioangular : Gigi impaksi mengalami tilting terhadap molar kedua dalam arah
mesial.
b. Distoangular : Axis panjang molar ketiga mengarah ke distal atau ke posterior
menjauhi molar kedua.

Gambar II.4 Impaksi mesioangular molar ketiga rahang bawah kanan


dan distoangular pada molar ketiga rahang bawah kiri (catatan: gigi
molar ketiga rahang bawah tidak erupsi)
Sumber : Pedlar J, Frame JW. Oral and maxillofacial surgery. New
York:Churchill Livingstone;2001,p.51

c. Horisontal : Axis panjang gigi impaksi horisontal

15

Gambar II.5 Impaksi horisontal bilateral molar ketiga rahang bawah


Sumber : Pedlar J, Frame JW. Oral and maxillofacial surgery. New
York:Churchill Livingstone;2001,p.54

d. Vertikal : Axis panjang gigi impaksi berada pada arah yang sama dengan axis
panjang gigi molar kedua

Gambar II.6 Sebuah impaksi dengan posisi vertikal


Sumber : Pedlar J, Frame JW. Oral and maxillofacial surgery. New
York:Churchill Livingstone;2001,p.53

e. Bukal atau lingual : Sebagai kombinasi impaksi yang dideskripsikan di atas, gigi
juga dapat mengalami impaksi secara bukal atau secara lingual
f. Transversal : Gigi secara utuh mengalami impaksi pada arah bukolingual
g. Signifikansi : Tiap inklinasi memiliki arah pencabutan gigi secara definitif.
Sebagai contoh, impaksi mesioangular sangat mudah untuk dicabut dan impaksi
distoangular merupakan posisi gigi yang paling sulit untuk dicabut. Gigi maksila dengan
posisi bukal lebih mudah dicabut karena tulang yang menutupi gigi lebih tipis, sedangkan
gigi pada sisi palatal tertutupi jumlah tulang yang banyak, dan membuat ekstraksi sulit untuk
dilakukan.
Posisi mesioangular paling sering terjadi pada impaksi gigi bawah sedangkan posisi
distoangular paling sering terjadi pada impaksi gigi atas. Untungnya kedua gigi tersebut juga
paling

mudah

pencabutannya.

Didasarkan

pada

hubungan

ruang,

impaksi

juga

dikelompokkan berdasarkan hubungan bukallingualnya. Kebanyakan impaksi Molar ketiga


bawah mempunyai mahkota mengarah ke lingual. Pada impaksi Molar ketiga yang
16

melintang, orientasi mahkota selalu ke lingual. Hubungan melintang juga terjadi pada
impaksi gigi atas tetapi jarang.
3.4.4 Klasifikasi Impaksi Molar Ketiga Menurut Thoma
Thoma mengklasifikasikan kurvatura akar gigi molar ketiga yang mengalami impaksi
ke dalam tiga kategori:
1. Akar lurus (terpisah atau mengalami fusi)
2. Akar melengkung pada sebuah posisi distal
3. Akar melengkung secara mesial.
3.4.5 Klasifikasi Impaksi Molar Ketiga Menurut Killey dan Kay
Killey dan Kay mengklasifikasikan kondisi erupsi gigi molar ketiga impaksi dan
jumlah akar ke dalam tiga kategori. Gigi tersebut diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Erupsi
2. Erupsi sebagian
3. Tidak erupsi
3.4.6 Menurut American Dental Association
Jumlah akar mungkin berjumlah dua atau multipel. Gigi impaksi juga dapat terjadi
dengan akar yang mengalami fusi. Dengan tujuan untuk memberikan mekanisme logis dan
praktik untuk industry asuransi. American Association of Oral and Maxillofacial Surgeons
mengklasifikasikan gigi impaksi dan tidak erupsi berdasarkan prosedur pembedahan yang
dibutuhkan untuk melakukan pencabutan, daripada posisi anatomi gigi. Mereka
mengklasifikasikan gigi impaksi ke dalam empat kategori:
1. Pencabutan gigi hanya dengan impaksi jaringan lunak
2. Pencabutan gigi dengan impaksi tulang secara parsial
3. Pencabutan gigi dengan impaksi tulang secara sempurna
4. Pencabutan gigi dengan impaksi tulang sempurna dan komplikasi pembedahan yang
tidak biasa
17

Klasifikasi posisi gigi impaksi secara sistematis dan teliti membantu dalammemeriksa
arah pencabutan gigi impaksi dan juga mendeterminasikan jumlah kesulitan yang akan
dialami selama pencabutan.
3.5 EVALUASI KLINIS
Pemeriksaan awal harus berupa sebuah riwayat medis dan dental, serta pemeriksaan
klinis ektra oral dan intral oral yang menyeluruh. Hasil penemuan positif dari pemeriksaan ini
seharusnya dapat mendeterminasikan apakah pencabutan diindikasikan atau disarankan, dan
harus mengikutsertakan pemeriksaan radiologi.
3.5.1 Pemeriksaan Umum10
Pemeriksaan umum harus dilakukan dengan cara yang sama dengan prosedur
pembedahan lainnya. Adanya gangguan sistemik atau penyakit sistemik harus dideteksi dan
kehati-hatian harus diterapkan sebelum pembedahan. Pasien juga harus diperiksa apakah
sedang menjalani terapi tertentu, seperti terapi irradiasi, terapi cytostatic, dan transplantasi
organ.

3.5.2 Pemeriksaan Lokal


1. Status erupsi gigi impaksi.
Status

erupsi

gigi

impaksi

harus

diperiksa

karena

status

pembentukan

mendeterminasikan waktu pencabutan. Idealnya, gigi dicabut ketika duapertiga akar


terbentuk. Jika akar telah terbentuk sempurna, maka gigi menjadi sangat kuat, dan
gigi terkadang displitting untuk dapat dicabut.
2. Resorpsi molar kedua.
Karena kurangnya ruang molar ketiga yang impaksi sehingga memungkin terjadi
resorpsi akar pada molar kedua. Setelah pencabutan gigi molar ketiga yang impaksi,
molar kedua harus diperiksa untuk intervensi endodontik atau periodontik tergantung
pada derajat resorpsi dan keterlibatan pulpa.
3. Adanya infeksi lokal seperti periokoronitis.
18

Infeksi ini merupakan sebuah inflamasi jaringan lunak yang menyelimuti mahkota
gigi yang sedang erupsi yang hampir seluruhnya membutuhkan penggunaan antibiotik
atau prosedur yang jarang dilakukan, eksisi pembedahan pada kasus rekuren.
Periokoronitis rekuren terkadang membutuhkan pencabutan gigi impaksi secara dini.
4. Pertimbangan ortodontik.
Karena molar ketiga yang sedang erupsi, memungkinkan terjadi berjejal pada region
anterior setelah perawatan ortodonti yang berhasil. Oleh karena itu, disarankan untuk
mencabut gigi molar ketiga yang belum erupsi sebelum memulai perawatan
ortodontik.
5. Karies atau resorpsi molar ketiga dan gigi tetangga.
Akibatnya kurangnya ruang, kemungkinan terdapat impaksi makanan pada area distal
atau mesial gigi impaksi yang menyebabkan karies gigi. Untuk mencegah karies
servikal gigi tetangga, disarankan untuk mencabut gigi impaksi.
6. Status periodontal.
Adanya poket sekitar gigi molar ketiga yang impaksi atau molar kedua merupakan
indikasi infeksi. Penggunaan antibiotic disarankan harus dilakukan sebelum
pencabutan gigi molar ketiga impaksi secara bedah untuk mengurangi komplikasi
post-operatif.
7. Orientasi dan hubungan gigi terhadap infeksi saluran akar gigi.
Hal ini akan didiskusikan secara detail pada pemeriksaan radiologi.
8. Hubungan oklusal.
Hubungan oklusal molar ketiga rahang atas terhadap molar ketiga rahang bawah harus
diperiksa. Ketika gigi molar ketiga rahang bawah yang impaksi berada pada sisi yang
sama diindikasikan untuk ekstraksi, sisi yang satunya juga harus diperiksa.
9. Nodus limfe regional.
Pembengkakan dan rasa nyeri pada nodus limfe regional mungkin terindikasi infeksi
molar ketiga
10. Fungsi temporomandibular joint.
3.6 DAMPAK DAN KELUHAN YANG DITIMBULKAN
Dampak dari adanya gigi impaksi molar ketiga rahang bawah adalah gangguan rasa
sakit, yang dimaksud dengan gangguan rasa sakit yang berasal dari reaksi radang pada
jaringan operkulum yang tampak hiperemi, bengkak dan rasa sakit bila ditekan.
Kesemuaanya itu merupakan gejala yang lazim disebut sebagai perikoronitis. Keluhan sakit
juga dapat timbul oleh karena adanya karies pada gigi molar tiga rahang bawah.
Kerusakan atau keluhan yang ditimbulkan dari impaksi dapat berupa:
1. Inflamasi
19

Inflamasi merupakan suatu perikoronitis yang lanjutannya menjadi abses dentoalveolar akut-kronis, ulkus sub-mukus yang apabila keadaan tubuh lemah dan tidak mendapat
perawatan dapat berlanjut menjadi osteomyelitis. Biasanya gejala-gejala ini timbul bila sudah
ada hubungan soket gigi atau folikel gigi dengan rongga mulut.

Gambar II.8 Perikoronitis karena impaksi molar ketiga


Sumber : Fragiskos D. Oral surgery. Editor: Schroder GM,
Heidelberg. Alih Bahasa: Tsitsogianis H. Berlin: Springer;
2007,p.122

2. Resorpsi gigi tetangga


Setiap gigi yang sedang erupsi mempunyai daya tumbuh ke arah oklusal gigi tersebut.
Jika pada stadium erupsi, gigi mendapat rintangan dari gigi tetangga maka gigi mempunyai
daya untuk melawan rintangan tersebut. Misalnya gigi terpendam molar ketiga dapat
menekan molar kedua, kaninus dapat menekan insisivus dua dan premolar. Premolar dua
dapat menekan premolar satu. Disamping mengalami resorpsi, gigi tetangga tersebut dapat
berubah arah atau posisi.
3. Kista
Suatu gigi yang terpendam mempunyai daya untuk perangsang pembentukan kista
atau bentuk patologi terutama pada masa pembentukan gigi. Benih gigi tersebut mengalami
rintangan sehingga pembentukannya terganggu menjadi tidak sempurna dan dapat
menimbulkan primordial kista dan folikular kista.
4. Rasa sakit
Rasa sakit dapat timbul bila gigi terpendam menekan syaraf atau menekan gigi
tetangga dan tekanan tersebut dilanjutkan ke gigi tetangga lain di dalam deretan gigi, dan ini
dapat menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit dapat timbul karena :
a. Periodontitis pada gigi yang mengalami trauma kronis
b. Gigi terpendam langsung menekan nervus alveolaris inferior pada kanalis mandibularis.

20

Gigi molar ketiga rahang bawah impaksi dapat mengganggu fungsi pengunyah dan
sering menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapat berupa resorbsi
patologis gigi yang berdekatan, terbentuknya kista folikuler, rasa sakit neurologik,
perikoronitis, bahaya fraktur rahang akibat lemahnya rahang dan berdesakan gigi anterior
akibat tekanan gigi impaksi ke anterior. Dapat pula terjadi periostitis, neoplasma dan
komplikasi lainnya.

3.7 PERAWATAN GIGI IMPAKSI


Secara umum sebaiknya gigi impaksi dicabut baik itu untuk gigi molar
tiga,caninus,premolar,incisivus namun harus diingat sejauh tidak menyebabkan terjadinya
gangguan pada kesehatan mulut dan fungsi pengunyahan disekitar rahang pasien maka gigi
impaksi tidak perlu dicabut. Pencabutan pada gigi impaksi harus memperhatikan indikasi dan
kontraindikasi yang ada.Indikasi dan kontra indikasi pencabut,meliputi :
3.7.1.Indikasi
1. Pencabutan Preventif/Profilaktik
Pencabutan preventif ini sangatlah penting yaitu untuk mencegah terjadinya patologi
yang berasal dari folikel atau infeksi yang timbul akibat erupsi yang lambat dan sering tidak
sempurna,serta pada kondisi tertentu dapat mencegah terjadinya kesulitan pencabutan nanti
jika gigi itu dibiarkan lebih lama dalam lengkung rahang,misalnya karena celah ligamentum
mengecil atau tidak ada adalah indikasi pencabutan bagi gigi yang impaksi.
2. Pecabutan patologis dan mencegah perluasan kerusakan oleh gigi impaksi
Pencabutan karena pencegahan terjadinya patologi dan mencegah perluasan
kerusakan dalam lengkung rahang karena adanya gigi yang impaksi juga menjadi indikasi
pencabutan pada gigi yang impaksi.Adapun tindakan pencegahan itu meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pencegahan penyakit periodontal


Pencegahan caries dental
Pencegahan perikonitis
Pencegahan resorpsi akar
Pencegahan munculnya kista odontogenik dan tumor
Pencegahan terjadinya fraktur rahang karena gigi impaksi

21

Ada banyak referensi tentang indikasi pencabut gigi impaksi,namun secara umum
pencabutan selalu diindikasikan oleh dua hal diatas,adapun indikasi lain pencabutan adalah :
1. Usia muda
2. Adanya penyimpangan panjang lengkung rahang dan membantu mempertahankan
stabilisasi hasil perawatan ortodonsi
3. Kepentingan prostetik dan restorative
3.8 KONTRAINDIKASI
Pencabutan gigi impaksi juga tergantung pada kontraindikasi yang muncul,ada
pasien-pasien

tertentu

yang

tidak

dapat

dilakukan

pencabutan

dengan

berbagai

pertimbangan,adapun kontraindikasi pencabutan gigi impaksi adalah:


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pasien dengan usia sangat ekstrim,telalu muda atau lansia


Compromised medical status
Kerusakan yang luas dan berdekatan dengan struktur yang lain
Pasien tidak menghendaki giginya dicabut
Apabila tulang yang menutupi gigi yang impaksi sangat termineralisasi dan padat
Apabila kemampuan pasien untuk menghadapi tindakan pembedahan terganggu oleh
kondisi fisik atau mental tertentu.
BAB IV
ANALISIS KASUS

Ny. M, seorang perempuan, usia 24 tahun datang ke RSMH di bagian Poliklinik gigi
RSMH dengan keluhan nyeri pada gusi bawah kanan belakang, gusi tampak kemerahan dan
terasa membengkak. Dari anamanesis didapatkan, + sejak 2 hari yang lalu os mengeluh sakit
pada gusi sebelah kanan bawah, gusi tampak kemerahan dan terasa nyeri (+), gusi berdarah
(-), sakit gigi (-), demam (+), namun os tidak berobat.
+ Sejak 1 hari yang lalu os merasakan nyeri gusi yang semakin membuat os merasa
tidak nyaman, terasa nyeriterasa terus menerus, nyeri menyebar (-), tampak kemerahan dan
membengkak, pasien mengeluh sakit gigi (-), gusi berdarah (-), sakit kepala (-), demam (-).
Pasien lalu berobat ke RSMH di bagian poliklinik gigi RSMH.
Dari pemeriksaan fisik umum didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran kompos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 86x/ menit, frekuensi nafas
20x/ menit dan temperature 36.5 C.
22

Pemeriksaan khusus didapatkan pemeriksaan ekstraoral wajah simetris, bibir simetris,


KGB submandibula tidak ada kelainan dan TMJ dalam batas normal. Pemeriksaan intra oral
mukosa bukal, mukosa labial, palatum, lidah, dasar mulut tidak ada kelainan, ginggiva
tampak hiperemis, plak dan kalkulus didapatkan pada regio 1 dan 4 serta tidak ditemukan
missing teeth. Status lokalis gigi didapatkan :
Gigi

Les

Sondas

1.7

4.6

4.7

3.6
3.7
4.8

CE

Perkus

Palpasi

Diagnosis

Terapi

Kalkulus

Pro-Scalling

Kalkulus

Pro-Scalling

Kalkulus

Pro-Scalling

Pulpitis irreversible

Pro-Konservasi (Tumpatan)

Gangren pulpa

Pro-Exo

Impactid

Pro-Odontektomi

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat didiagnosa bahwa Ny. M
mengalami impaksi pada gigi 4.8 Untuk mengetahui impaksi pada kasus ini diperlukan
pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan radiologis Penatalaksanaan dari impaksi dapat
dilakukan odontektomi yaitu pencabutan gigi yang impaksi. Diberikan pula obat analgesik
untuk mengatasi nyeri. Parasetamol diberikan jika demam 38,5 C, antibiotic diberikan jika
diperlukan. Os direncanakan untuk scaling dengan tujuan membersihkan plak dan kalkulus.
Disarankan pula untuk melakukan rongten panoramic serta dirujuk spesialis bedah mulut
untuk tindakan odontektomi.

23

DAFTAR PUSTAKA
Pedersen,Gordon W.Buku Ajar Bedah Mulut Editor Drg.Lilian Yuwono.1996.Jakarta.Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Gans,Benjamin.J.Atlas Of Oral Surgery.1972.Cv.Mosby Company.
Itjingningsih W.H.Anatomi Gigi.1995.Jakarta.Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kamus Kedokteran Gigi alih bahasa drg.Narlan Sumawinata.1995.Jakarta.Penerbit Buku
kedokteran EGC.
Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25.1998.Jakarta.Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jurnal Dari Peterson,Larry J. Principles Of Management Of Impacted Teeth Dengan Alamat
Website Http//Www.Scrib.Co.id/Impacted Teeth-Principle Of Management Of Impacted
Teeth.

24

Jurnal Dari Website Http//Www.Scrib.Co.id Dengan Judul Impaction Teeth


Jurnal Dari Emilia Jeni Susanto.Abnormalitas Pada Gigi.Website Www.Scrib.Co.id
Jurnal Dari Zainal Effendi.Perbandingan Efektivitas Antara Pemakaian Fisioterapi Sinar
Infra Merah Dengan Micro Wave Diathermi Dalam Mengurangi Gejala Trismus Pada Pasca
Bedah

Gigi

Impaksi

Molar

Tiga

Rahang

BawahDengan

Alamat

Website

Http//Www.Scrib.Com/
Jurnal Dari Website Dengan Alamat Http//Www.Klikdoktermenujuindonesiasehat.Com
Dengan Judul Impaksi Molar Tiga

LAMPIRAN

25

Anda mungkin juga menyukai