Anda di halaman 1dari 11

perpustakaan.uns.ac.

id

digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Judul
Planetarium di Yogyakarta Langgam Cubisme Sebagai Titik Tolak Dalam
Perancangan.
B. Pengertian Judul
1.

Planetarium

a.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), Planetarium adalah


bangunan

berkubah

setengah

lingkaran

yang

digunakan

untuk

memperlihatkan benda-benda langit.


b.

Planetarium is specially designed. domed-shaped building, equipment with


an optical-mechanical device to simulate a display of heavens for educational
purpose (The New Oxford Iiustrated Dictionary, 1976). Artinya Planetarium
merupakan tempat yang dirancang khusus, bangunan berkubah, dilengkapi
dengan perlengkapan optik mekanis untuk memperagakan suatu pertunjukan
tentang ruang angkasa sebagai sarana pendidikan.

c.

Di dalam Oxford American Dictionary (1986), Planetarium adalah suatu


ruang

bangunan

berkubah,

tempat

cahaya

diproyeksikan

untuk

memperagakan kemunculan bintang-bintang dan planet-planet dilangit pada


tempat dan waktu tertentu.
Dalam hal ini Planetarium memiliki arti yaitu tempat untuk menggambarkan
peredaran dan letak planetplanet dalam tata surya, termasuk letak matahari yang
menjadi pusat peredaran dengan bantuan proyektor (biasanya berbentuk bangunan
berkubah setengah lingkaran), sekaligus sebagai wadah bagi masyarakat
khususnya Yogyakarta maupun di luar Yogyakarta pada umumnya yang ingin
menggali informasi dan pengetahuan mengenai astronomi. Sehingga dengan
adanya Planetarium ini masyarakat dapat mengetahui dan mempelajari ilmu
astronomi yang diwadahi dengan kegiatan edukatif sekaligus rekreasi.
2.

Yogyakarta

a.

Peranan kota Yogyakarta sebagai pusat pendidikan merupakan potensi untuk


transfer yaitu transfer knowledge.
Hal ini merupakan kondisi yang
commit to user
1

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

potensial untuk mensosialisasikan astronomi secara mudah, menarik dan


menyenangkan sebagai upaya pembudayaan informasi kepada masyarakat
pada umumnya dan pelajar pada khususnya.
b.

Yogyakarta salah satu kota tujuan wisata, maka Yogyakarta berpotensi dalam
pengembangan wisata yaitu wisata yang bersifat pendidikan sekaligus
rekreasi melalui Planetarium.

c.

Yogyakarta juga terdapat perkumpulan astronomi dinamakan Jogja Astro


Club (JAC) yang dapat menghimpun masyarakat peminat astronomi baik dari
kalangan akademis, pelajar, masyarakat umum maupun masyarakat peminat
astronomi untuk belajar bersama, menyalurkan hobi

bersama dan

mengadakan kegiatan bersama.


Dalam hal ini Yogyakarta selain sebagai kota pendidikan juga merupakan
daerah tujuan wisata yang biasanya didatangi oleh wisatawan dari kota kota
besar dan merupakan kota yang memiliki banyak potensi wisata, jika potensi ini
dikembangkan hasilnya dapat mempengaruhi peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD), sehingga secara langsung dapat menunjukkan kemampuan sebagai
daerah otonom. Oleh karena itu dengan adanya Planetarium di Yogyakarta
diharapkan dapat memberi alternatif baru dalam pilihan berekreasi, menambah
wawasan mengenai perkembangan ilmu astronomi serta dapat menarik wisatawan
agar datang berkunjung.
3.

Big Bang Dalam Cubisme

3.1. Big Bang


Big Bang

adalah salah satu teori penciptaan alam semesta. Teori yang

menyatakan bahwa alam semesta tercipta dari sebuah ledakan ini dicetuskan pada
tahun 1930 oleh Georges Lemaitre seorang padri dan astronom belgia. Teori Big
Bang termasuk dalam teori astronomi yaitu disiplin ilmu yang mempelajari
mengenai alam semesta secara keseluruhan. Jadi sebelum mempelajari mengenai
alam semesta perlu kita ketahui terlebih dahulu asal usul terbentuknya alam
semesta ini. Dalam peristiwa Big Bang, alam semesta dahulunya digambarkan
sebagai sebuah titik dengan berat tak terhingga dan memiliki volume nol.
Kemudian titik tersebut meledak dan partikelnya saling menjauh satu sama lain
dan kemudian mengembang. Partikel-partikel
commit to user yang meledak dalam peristiwa
2

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

tersebut pada akhirnya menghasilkan pusaran energi dan membentuk sebuah


keteraturan (Elizabeth A. Martin, Kamus Sains, BP Balai Pustaka, Jakarta, 1989).
Berdasarkan peristiwa Big Bang diatas terdapat 3 aspek utama yang
mempengaruhi fase Big Bang yaitu ruang, waktu dan materi. Dalam teori
Big Bang yang dimaksud dengan ruang yaitu tempat terjadinya Big Bang dan
materi itu berada. Sedangkan waktu yaitu lamanya proses ledakan. Yang
dimaksud materi dalam peristiwa Big Bang adalah partikel-partikel yang
berasal dari sebuah titik dengan berat tak terhingga dan memiliki volume nol
kemudian partikelpartikel saling bergerak yang menghasilkan sebuah pusaran
energi dan menjauh satu sama lain. Teori ini nantinya akan diterapkan dalam
arsitektur yakni pada penataan ruang sebagai penggambaran peristiwa Big Bang
yang semula sebagai sebuah titik dan memiliki volume nol kemudian meledak dan
membentuk sebuah keteraturan. Pengaplikasian teori ini kedalam arsitektur,
digambarkan dengan cara memberikan fungsi kegiatan zona yang berbeda-beda.
Kemudian waktu adalah sebuah pergerakan atau sirkulasi dalam ruang sehingga
manusia dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang ada didalamnya. Sedangkan
materi adalah pembentukan massa yang tersusun dari himpunan ruang yang
terdiri dari kolom-kolom, bahan bangunan dan bukaan pada dinding. Sehingga
teori Big Bang yang diaplikasikan dalam arsitektur adalah berupa massa dan
penataan ruang.
3.2. Langgam Cubisme
Arsitektur cubisme memberikan gambaran mengenai alam dan seni. Cubisme
dalam seni lukis, tidak hanya membuat bentuk dan warna dalam dimensi ruang
tetapi juga dimensi waktu. Cubisme menyajikan lukisan tidak hanya dari satu
sudut pandang, melainkan dari berbagai sisi, termasuk sisi yang seharusnya tidak
terlihat dalam lukisan. Tokoh yang terkenal dalam seni lukis yaitu Georges
Braque, dan juga pelukis dari Perancis Pablo Picasso. Cubisme pada akhirnya
juga berkembang menjadi seni patung. Cubisme dalam seni lukis tidak
sepenuhnya abstrak, karena memberikan gambaran bentuk-bentuk geometris.
Cubisme dalam arsitektur memiliki 3 aspek antara lain ruang, waktu,
material & bahan. Dalam langgam cubisme, ruang yang dimaksud adalah
ruang-ruang yang menyatu melalui
kolom-kolom
yang menghubungkan antara
commit
to user
3

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ruang atas, bawah dan ruang bersebelahan dengan menggunakan bukaan yang
berfungsi untuk memasukkan cahaya melalui bukaan dinding, lantai maupun atap
yang dapat dicapai dengan void. Sedangkan waktu terkait dengan pergerakan atau
sirkulasi dalam ruang dan faktor pencahayaan dalam ruang dimana keduanya
mengaplikasikan gambaran 3D. Dalam cubisme material dan bahan merupakan
aspek yang memberikan kekuatan dalam konstruksi misalnya berupa kolomkolom (Yulianto Sumalyo, Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX,
Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1988).
3.3. Big Bang Langgam Cubisme
Langgam cubisme dan teori Big Bang menekankan pembahasan yang sama
yakni ruang, waktu dan materi. Langgam cubisme diwujudkan oleh adanya
gubahan massa, yang berimplikasi pada penataan ruang & sirkulasi. Gubahan
massa tersebut digambarkan dalam Big Bang berupa peristiwa ledakan yang
menghasilkan partikel-partikel yang saling bergerak membentuk sebuah pusaran
energi dan menjauh satu sama lain. Terwujudnya langgam cubisme ini dapat
terlihat pada elemen-elemen penyusun ruang berupa kolom-kolom masif yang
menghubungkan antara ruang dalam - ruang luar, ruang atas - ruang bawah, serta
ruang-ruang yang bersebelahan. Selain itu juga terlihat dengan pengaturan
pencahayaan sedemikian rupa yaitu melalui bukaan dari lantai maupun dinding
sehingga antara ruang yang satu dengan yang lain masih saling berhubungan hal
ini dapat dicapai dengan penggunaan void pada bangunan.
Dari berbagai pengertian maka dapat disimpulkan bahwa Planetarium di
Yogyakarta Langgam Cubisme Sebagai Titik Tolak Dalam Perancangan
adalah sebuah wadah yang berfungsi mewadahi seluruh kegiatan yang
berhubungan dengan penyampaian informasi dan pengetahuan mengenai ilmu
astronomi di Yogyakarta termasuk potensi potensi yang ada ada di dalamnya
secara utuh berupa Planetarium dengan menerapkan elemen elemen penyusun
ruang berupa kolom kolom masif yang menghubungkan ruang dalam dan ruang
luar dengan memasukkan cahaya sebagai penjawantahan dari langgam cubisme.
Langgam Cubisme pada Planetarium yang direncanakan yaitu mengenai
menerapkan bentuk massa (bentuk, pola tata massa(sistem tata massa &
sirkulasi)), penampilan bangunan
eksterior
commit
to user dan interior (penataan ruang,
4

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

persyaratan ruang (pencahayaan, penghawaan, material bangunan, sistem


pengaturan suara) dan sirkulasi ruang), struktur & utilitas.
C. Latar Belakang
1.

Yogyakarta Sebagai Kota Pendidikan, Budaya dan Tujuan Wisata


Pertumbuhan dan perkembangan kota-kota di Indonesia begitu pesat menuju

kota yang maju dan kompetitif. Seiring dengan pertumbuhan fisik kota yang
kurang terkontrol, banyak menimbulkan masalah yang dapat menggangu
psikologis manusia, dimana mereka mudah stress dan tertekan. Begitu juga
dengan pertumbuhan dan perkembangan Kota Yogyakarta yang meliputi
perkembangan jumlah penduduk, laju industrialisasi, serta pertumbuhan
pemukiman, menciptakan kebutuhan baru akan adanya fasilitas rekreasi yang
bukan hanya sebagai fasilitas untuk hiburan saja melainkan juga dapat menambah
pengetahuan misalnya dengan wisata ilmiah.
Ketersediaan sarana rekreasi (wisata ilmiah) di Yogyakarta masih minim
(www.anneahira.com diakses 25 november 2012 pukul 22.00). Dengan
penambahan tempat rekreasi diharapkan bagi warga kota dapat terpenuhi tanpa
harus jauh meninggalkan tempat tinggal mereka. Oleh karena itu, tersedianya
fasilitas rekreasi yang terletak tidak jauh dari pusat kota sangat dibutuhkan
masyarakat. Keberadaan fasilitas rekreasi baik dalam bentuk ruang tertutup
maupun terbuka yang berfungsi sebagai pusat kegiatan masyarakat. Kemudahan
fasilitas rekreasi yang dekat dengan pusat kota harus mendapat perhatian lebih
serius, maka direncanakan sebuah fasilitas rekreasi wisata ilmiah di Yogyakarta.
Wisata ilmiah merupakan salah satu jenis rekreasi yang diharapkan dapat menarik
pengunjung dan menambah pengetahuan.
Yogyakarta mempunyai peranan sebagai kota pendidikan, kota budaya, &
kota tujuan wisata. Selain itu di Yogyakarta juga terdapat suatu perkumpulan
astronomi yang dinamakan dengan Jogja Astro Club (JAC) yaitu masyarakat
Yogyakarta baik dari kalangan akademisi, masyarakat awam, pelajar serta dari
berbagai kalangan masyarakat peminat astronomi untuk belajar bersama,
menyalurkan hobi bersama dan mengadakan kegiatan bersama. Ilmu astronomi
mengalami perkembangan yang sangat pesat selain itu banyak penelitian telah
dilakukan untuk mengungkap misteri
misteri yang ada di alam semesta.
commitdemi
to user
5

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Tetapi meskipun demikian masih banyak misteri alam semesta yang belum
terungkap. Dalam sejarah peradaban manusia, ilmu tentang angkasa luar/ ilmu
tentang bintang (astronomi) memiliki peranan penting tetapi . pada masa sekarang
manusia kurang memahami tentang peranan astronomi dalam kehidupan. Salah
satu faktor utamanya adalah tidak adanya wadah yang menampung informasi
tentang astronomi.
2.

Planetarium di Yogyakarta
Planetarium yang diwujudkan di Yogyakarta bertujuan untuk memberikan

sebuah wadah bagi masyarakat khususnya masyarakat Yogyakarta dan


masyarakat di luar Yogyakarta pada umumnya yang ingin menggali informasi dan
pengetahuan mengenai astronomi. Sehingga dengan adanya Planetarium

ini

masyarakat dapat mengetahui dan mempelajari ilmu astronomi yang diwadahi


dengan kegiatan edukatif sekaligus rekreasi.
Planetarium merupakan salah satu wisata ilmiah yaitu dengan penyampaian
komunikatif dan aktraktif dalam berekreasi yang merupakan salah satu alternatif
dalam

proses

pendidikan

yang

berlokasi

di

Yogyakarta.

Komunikatif

mencerminkan secara fisik kepada masyarakat umum baik itu secara visual
(tampilan eksteriornya) maupun suasana ruang. Secara visual dapat diterapkan
pada bentuk gubahan massa maupun tampilan bangunan pada bangunan
Planetarium. Selain mempunyai unsur komunikatif juga harus mempunyai unsur
aktratif baik eksterior maupun interiornya. Unsur aktraktif ini juga

berguna

sebagai magnet untuk dapat menarik perhatian masyarakat mengunjungi


Planetarium tersebut, sehingga memberikan keuntungan tersendiri bagi pengelola
bangunan tersebut. Unsur aktraktif dapat diaplikasikan pada permainan warna
dinding, pencahayaan pada ruang-ruang tertentu dan lain-lain.
Maka dalam berekreasi disini bersifat menyenangkan, jadi elemen rekreatif
ini diaplikasikan pada bagian-bagian ruang yang membutuhkan suasana yang
menyenangkan, apalagi jika ruang tersebut berhubungan langsung dengan
konsumen seperti ruang tunggu, ruang pameran, ruang pertunjukan, ruang
informasi, jadi sebisa mungkin kegiatan yang berlangsung di dalam Planetarium
ini bisa menjadi kegiatan yang bersifat menyenangkan dengan adanya elemen
rekreatif di setiap sisi desainnya. commit to user
6

perpustakaan.uns.ac.id

3.

digilib.uns.ac.id

Planetarium di Yogyakarta dengan Langgam Cubisme


Planetarium di Yogyakarta dengan langgam cubisme dan teori Big Bang

menekankan pada dua hal yang sama yaitu ruang, waktu dan materi. Pada
Planetarium, langgam cubisme diwujudkan oleh adanya gubahan massa, yang
merupakan perwujudan dari himpunan penataan ruang. Gubahan massa tersebut
digambarkan dalam Big Bang berupa peristiwa ledakan yang menghasilkan
partikel-partikel. Dimana partikel-partikel tersebut membentuk sebuah pusaran
energi. Terwujudnya langgam cubisme ini dapat terlihat pada elemen-elemen
penyusun ruang berupa kolom-kolom masif yang menghubungkan antara ruang
dalam dengan ruang luar, ruang atas dan ruang bawah, serta ruang-ruang yang
bersebelahan. Selain itu juga terlihat dengan pengaturan pencahayaan sedemikian
rupa yaitu melalui bukaan dari lantai maupun dinding sehingga antara ruang yang
satu dengan yang lain masih saling berhubungan hal ini dapat dicapai dengan
penggunaan void pada bangunan Planetarium di Yogyakarta. Dengan adanya
penyediaan Planetarium di Yogyakarta diharapkan dapat memberi alternatif baru
dalam pilihan berekreasi dan menambah wawasan mengenai perkembangan ilmu
astronomi serta dapat menambahkan jumlah Planetarium di Indonesia.
D. Permasalahan dan Persoalan
1.

Permasalahan
Merancang sebuah Planetarium di Yogyakarta yang dapat memberikan

informasi mengenai ilmu pengetahuan & perkembangan astronomi. Perancangan


arsitektur, Planetarium diwujudkan dengan bentuk dan ruang dalam langgam
cubisme. Oleh karena itu bagaimana menerapkan elemen-elemen penyusun ruang,
pengaturan pencahayaan dan dapat dicapai penggunaan void sesuai dengan
aktivitas dan fungsi kegiatan, sehingga bisa menarik masyarakat untuk datang
berkunjung.
2.

Persoalan

a.

Bagaimana penerapan arsitektur yang tepat, mengenai bentuk (meliputi


waktu, sirkulasi, bahan) dan penampilan pada Planetarium sehingga ruangruang tersebut dapat

menyatu antara ruang dalam dan luar dengan

memasukkan cahaya sebagai pengejawantahan dari langgam cubisme.


commit to user
7

perpustakaan.uns.ac.id

b.

digilib.uns.ac.id

Bagaimana penerapan pada ruang (meliputi penataan ruang, persyaratan


ruang (pencahayaan, penghawaan, material bangunan, sistem pengaturan
suara) dan sirkulasi ruang)) sehingga pengunjung maupun pengelola dapat
nyaman, aman dan lancar terkait dengan pergerakan manusia dalam ruang
dengan mengaplikasikan dalam gambaran 3D.

c.

Bagaimana sistem dan penampilan pada Planetarium yang dapat memberikan


kekuatan dalam kontruksi serta menggunakan material yang transparan yaitu
menyatukan antara ruang dalam dan ruang luar.

E. Tujuan dan Sasaran


1.

Tujuan

a.

Memperkenalkan ilmu astronomi yang lebih rekreatif kepada masyarakat


Yogyakarta maupun para wisatawan sehingga ilmu astronomi semakin
berkembang.

b.

Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai ilmu astronomi di


Yogyakarta sehingga dapat meningkatkan minat masyarakat di bidang ilmu
astronomi.

2.

Sasaran
Dengan adanya Planetarium di Yogyakarta yang diwadahi dengan kegiatan

edukatif sekaligus rekreasi berupa penyampaian yang komunikatif dan aktratif


dalam berekreasi merupakan salah satu dalam proses pendidikan. Sehingga
masyarakat dapat mengetahui dan mempelajari tentang ilmu astronomi pada
Planetarium.
F. Batasan dan Lingkup Pembahasan
1.

Batasan
Pembahasan

mengenai fungsi bangunan sebagai Planetarium yang

direncanakan sebagai wadah kegiatan edukatif sekaligus rekreasi. Perencanaan


dan perancangan bangunan dengan menggunakan langgam cubisme yang dapat
telihat pada penyusunan ruang antara ruang dalam dan luar dengan memasukkan
cahaya. Dengan melalui pola sirkulasi, sistem konstruksi, bahan & material,
bukaan pada dinding sehingga antara ruang yang satu dengan yang lain saling
berhubungan.
commit to user
8

perpustakaan.uns.ac.id

2.

digilib.uns.ac.id

Lingkup Pembahasan
Lingkup pembahasan perencanaan dan perancangan Planetarium dicakupkan

pada displin ilmu arsitektur diutamakan pada langgam cubisme dan teori Big
Bang menekankan pembahasan yang sama yakni ruang, waktu dan materi.
Langgam cubisme diwujudkan oleh adanya gubahan massa dan penataan ruang.
G. Metode Pembahasan
Metode pembahasan yang digunakan adalah metode analisa diskriptif dengan
mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul pada Planetarium yang dikaitkan
dengan fungsi, peranan dan persyaratan bangunan kemudian diharapkan akan
memberi spesifikasi ungkapan fisik bangunan. Pembahasan dilakukan dengan
proses sebagai berikut.
1.

Pengumpulan data, berupa data primer dan data sekunder

1.1. Data primer


Data primer adalah data hasil pengamatan langsung di lapangan terhadap
segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah yang diajukan.
Survey lapangan salah satunya preseden Planetarium Jakarta letaknya di
Taman Ismail Marzuki, Jakarta antara lain.
Sejarah singkat berdirinya Planetarium Jakarta
Status kepemilikan
Susunan organisasi Planetarium Jakarta
Fasilitas fasilitas Planetarium Jakarta
1.2. Data sekunder
Data sekunder adalah segala bentuk data yang telah tercatat, diperoleh dari
studi literatur terhadap instansi yang bersangkutan maupun terkait. Dengan
pengambilan informasi berupa sumber sumber data tertulis dari beberapa
buku referensi dan sumber lain seperti situs situs internet yang terkait
dengan judul. Data data yang didapat dari study literature tersebut berupa
data standar dan sistem operasi Planetarium.
2.

Analisa Data
a. Analisa Kuantitatif yaitu analisa yang menyangkut perhitungan pasti,
misal kebutuhan ruang, besaran ruang, hubungan ruang dan organisasi
ruang.

commit to user
9

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

b. Analisa Kualitatif yaitu analisa yang tidak menyangkut besaran pasti


seperti kenyamananb(sirkulasi), suasana, fasilitas yang dibutuhkan.
3.

Konsep perencanaan dan perancangan

3.1. Merencanakan konsep perancangan Planetarium langgam cubisme


Yaitu sebagai titik tolak dalam perancangan kedalam bangunan dengan
memperhatikan kebutuhan user untuk prospek 25 tahun yang akan datang.
3.2. Planetarium sebagai sarana edukatif sekaligus rekreasi
a. Sarana penunjang pendidikan membantu sekolah dan pendidikan tinggi,
sebagai sarana pendidikan non formal dalam menumbuhkan motivasi
belajar serta alat penyampaian perkembangan astronomi untuk menambah
pengetahuan.
b. Sarana rekreasi ilmiah dalam arti Planetarium berfungsi sebagai media
informasi dan pendidikan, juga harus bisa memberi kesenangan bagi
masyarakat sebagai pengunjung sehingga pengunjung semakin tertarik
pada astronomi.
3.3. Desain bangunan Planetarium langgam cubisme
Merupakan titik tolak dalam perancangan yaitu Planetarium di Yogyakarta
yang dapat memberikan informasi mengenai

ilmu pengetahuan &

perkembangan astronomi di Yogyakarta dengan langgam cubisme.


H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan menyajikan konsep perencanaan dan perancangan
Planetarium ini ialah sebagai berikut:
BAB I

Pendahuluan
Memberikan gambaran tentang keseluruhan isi penulisan dan
pembahasan pada konsep perencanaan dan perancangan yaitu
mengungkapkan latar belakang masalah, persoalan dan permasalahan,
tujuan dan sasaran, lingkup dan batasan pembahasan, metode
pembahasan serta sistematika pembahasan.

BAB II

Tinjauan Pustaka
Berisi tinjauan pustaka yang mengungkapkan tentang segala yang
terkait dengan astronomi, Planetarium, studi banding, tinjauan big bang
commit to user
10

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

dan memberikan tinjauan secara umum mengenai langgam cubisme


dalam arsitektur.
BAB III Tinjauan Kota Yogyakarta
Memaparkan mengenai tinjauan kota Yogyakarta sebagai lokasi yang
akan dipilih sebagai acuan strategi desain untuk bangunan Planetarium
tentang potensi serta kendala yang ada maupun yang muncul dengan
menggunakan langgam cubisme.
BAB IV Analisis Konsep Perancangan Teori Big Bang Dalam Langgam
Cubisme
Mengungkapkan analisis perancangan Planetarium di Yogyakarta
sebagai usaha dari pemecahan permasalahan arsitektur dan persoalan
desain, dengan meninjau pada tujuan dan sasaran yang ingin dicapai
berdasarkan perancangan/ analisis programing ke dalam langgam
cubisme meliputi pelaku, pola kegiatan, kebutuhan ruang, besaran
ruang, pola hubungan ruang, pemilihan site, orientasi bangunan, bentuk
dan penampilan bangunan (Bentuk & gubahan masssa serta pola tata
massa), penampilan bangunan eksterior dan interior (penataan ruang,
persyaratan ruang (pencahayaan, penghawaan, material bangunan,
sistem pengaturan suara) dan sirkulasi ruang), struktur & utilitas.
BAB V

Konsep

Perencanaan

dan

Perancangan

Planetarium

di

Yogyakarta.

commit to user
11

Anda mungkin juga menyukai