Bab I PDF
Bab I PDF
id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul
Planetarium di Yogyakarta Langgam Cubisme Sebagai Titik Tolak Dalam
Perancangan.
B. Pengertian Judul
1.
Planetarium
a.
berkubah
setengah
lingkaran
yang
digunakan
untuk
c.
bangunan
berkubah,
tempat
cahaya
diproyeksikan
untuk
Yogyakarta
a.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Yogyakarta salah satu kota tujuan wisata, maka Yogyakarta berpotensi dalam
pengembangan wisata yaitu wisata yang bersifat pendidikan sekaligus
rekreasi melalui Planetarium.
c.
bersama dan
menyatakan bahwa alam semesta tercipta dari sebuah ledakan ini dicetuskan pada
tahun 1930 oleh Georges Lemaitre seorang padri dan astronom belgia. Teori Big
Bang termasuk dalam teori astronomi yaitu disiplin ilmu yang mempelajari
mengenai alam semesta secara keseluruhan. Jadi sebelum mempelajari mengenai
alam semesta perlu kita ketahui terlebih dahulu asal usul terbentuknya alam
semesta ini. Dalam peristiwa Big Bang, alam semesta dahulunya digambarkan
sebagai sebuah titik dengan berat tak terhingga dan memiliki volume nol.
Kemudian titik tersebut meledak dan partikelnya saling menjauh satu sama lain
dan kemudian mengembang. Partikel-partikel
commit to user yang meledak dalam peristiwa
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ruang atas, bawah dan ruang bersebelahan dengan menggunakan bukaan yang
berfungsi untuk memasukkan cahaya melalui bukaan dinding, lantai maupun atap
yang dapat dicapai dengan void. Sedangkan waktu terkait dengan pergerakan atau
sirkulasi dalam ruang dan faktor pencahayaan dalam ruang dimana keduanya
mengaplikasikan gambaran 3D. Dalam cubisme material dan bahan merupakan
aspek yang memberikan kekuatan dalam konstruksi misalnya berupa kolomkolom (Yulianto Sumalyo, Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX,
Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1988).
3.3. Big Bang Langgam Cubisme
Langgam cubisme dan teori Big Bang menekankan pembahasan yang sama
yakni ruang, waktu dan materi. Langgam cubisme diwujudkan oleh adanya
gubahan massa, yang berimplikasi pada penataan ruang & sirkulasi. Gubahan
massa tersebut digambarkan dalam Big Bang berupa peristiwa ledakan yang
menghasilkan partikel-partikel yang saling bergerak membentuk sebuah pusaran
energi dan menjauh satu sama lain. Terwujudnya langgam cubisme ini dapat
terlihat pada elemen-elemen penyusun ruang berupa kolom-kolom masif yang
menghubungkan antara ruang dalam - ruang luar, ruang atas - ruang bawah, serta
ruang-ruang yang bersebelahan. Selain itu juga terlihat dengan pengaturan
pencahayaan sedemikian rupa yaitu melalui bukaan dari lantai maupun dinding
sehingga antara ruang yang satu dengan yang lain masih saling berhubungan hal
ini dapat dicapai dengan penggunaan void pada bangunan.
Dari berbagai pengertian maka dapat disimpulkan bahwa Planetarium di
Yogyakarta Langgam Cubisme Sebagai Titik Tolak Dalam Perancangan
adalah sebuah wadah yang berfungsi mewadahi seluruh kegiatan yang
berhubungan dengan penyampaian informasi dan pengetahuan mengenai ilmu
astronomi di Yogyakarta termasuk potensi potensi yang ada ada di dalamnya
secara utuh berupa Planetarium dengan menerapkan elemen elemen penyusun
ruang berupa kolom kolom masif yang menghubungkan ruang dalam dan ruang
luar dengan memasukkan cahaya sebagai penjawantahan dari langgam cubisme.
Langgam Cubisme pada Planetarium yang direncanakan yaitu mengenai
menerapkan bentuk massa (bentuk, pola tata massa(sistem tata massa &
sirkulasi)), penampilan bangunan
eksterior
commit
to user dan interior (penataan ruang,
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kota yang maju dan kompetitif. Seiring dengan pertumbuhan fisik kota yang
kurang terkontrol, banyak menimbulkan masalah yang dapat menggangu
psikologis manusia, dimana mereka mudah stress dan tertekan. Begitu juga
dengan pertumbuhan dan perkembangan Kota Yogyakarta yang meliputi
perkembangan jumlah penduduk, laju industrialisasi, serta pertumbuhan
pemukiman, menciptakan kebutuhan baru akan adanya fasilitas rekreasi yang
bukan hanya sebagai fasilitas untuk hiburan saja melainkan juga dapat menambah
pengetahuan misalnya dengan wisata ilmiah.
Ketersediaan sarana rekreasi (wisata ilmiah) di Yogyakarta masih minim
(www.anneahira.com diakses 25 november 2012 pukul 22.00). Dengan
penambahan tempat rekreasi diharapkan bagi warga kota dapat terpenuhi tanpa
harus jauh meninggalkan tempat tinggal mereka. Oleh karena itu, tersedianya
fasilitas rekreasi yang terletak tidak jauh dari pusat kota sangat dibutuhkan
masyarakat. Keberadaan fasilitas rekreasi baik dalam bentuk ruang tertutup
maupun terbuka yang berfungsi sebagai pusat kegiatan masyarakat. Kemudahan
fasilitas rekreasi yang dekat dengan pusat kota harus mendapat perhatian lebih
serius, maka direncanakan sebuah fasilitas rekreasi wisata ilmiah di Yogyakarta.
Wisata ilmiah merupakan salah satu jenis rekreasi yang diharapkan dapat menarik
pengunjung dan menambah pengetahuan.
Yogyakarta mempunyai peranan sebagai kota pendidikan, kota budaya, &
kota tujuan wisata. Selain itu di Yogyakarta juga terdapat suatu perkumpulan
astronomi yang dinamakan dengan Jogja Astro Club (JAC) yaitu masyarakat
Yogyakarta baik dari kalangan akademisi, masyarakat awam, pelajar serta dari
berbagai kalangan masyarakat peminat astronomi untuk belajar bersama,
menyalurkan hobi bersama dan mengadakan kegiatan bersama. Ilmu astronomi
mengalami perkembangan yang sangat pesat selain itu banyak penelitian telah
dilakukan untuk mengungkap misteri
misteri yang ada di alam semesta.
commitdemi
to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tetapi meskipun demikian masih banyak misteri alam semesta yang belum
terungkap. Dalam sejarah peradaban manusia, ilmu tentang angkasa luar/ ilmu
tentang bintang (astronomi) memiliki peranan penting tetapi . pada masa sekarang
manusia kurang memahami tentang peranan astronomi dalam kehidupan. Salah
satu faktor utamanya adalah tidak adanya wadah yang menampung informasi
tentang astronomi.
2.
Planetarium di Yogyakarta
Planetarium yang diwujudkan di Yogyakarta bertujuan untuk memberikan
ini
proses
pendidikan
yang
berlokasi
di
Yogyakarta.
Komunikatif
mencerminkan secara fisik kepada masyarakat umum baik itu secara visual
(tampilan eksteriornya) maupun suasana ruang. Secara visual dapat diterapkan
pada bentuk gubahan massa maupun tampilan bangunan pada bangunan
Planetarium. Selain mempunyai unsur komunikatif juga harus mempunyai unsur
aktratif baik eksterior maupun interiornya. Unsur aktraktif ini juga
berguna
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id
menekankan pada dua hal yang sama yaitu ruang, waktu dan materi. Pada
Planetarium, langgam cubisme diwujudkan oleh adanya gubahan massa, yang
merupakan perwujudan dari himpunan penataan ruang. Gubahan massa tersebut
digambarkan dalam Big Bang berupa peristiwa ledakan yang menghasilkan
partikel-partikel. Dimana partikel-partikel tersebut membentuk sebuah pusaran
energi. Terwujudnya langgam cubisme ini dapat terlihat pada elemen-elemen
penyusun ruang berupa kolom-kolom masif yang menghubungkan antara ruang
dalam dengan ruang luar, ruang atas dan ruang bawah, serta ruang-ruang yang
bersebelahan. Selain itu juga terlihat dengan pengaturan pencahayaan sedemikian
rupa yaitu melalui bukaan dari lantai maupun dinding sehingga antara ruang yang
satu dengan yang lain masih saling berhubungan hal ini dapat dicapai dengan
penggunaan void pada bangunan Planetarium di Yogyakarta. Dengan adanya
penyediaan Planetarium di Yogyakarta diharapkan dapat memberi alternatif baru
dalam pilihan berekreasi dan menambah wawasan mengenai perkembangan ilmu
astronomi serta dapat menambahkan jumlah Planetarium di Indonesia.
D. Permasalahan dan Persoalan
1.
Permasalahan
Merancang sebuah Planetarium di Yogyakarta yang dapat memberikan
Persoalan
a.
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
c.
Tujuan
a.
b.
2.
Sasaran
Dengan adanya Planetarium di Yogyakarta yang diwadahi dengan kegiatan
Batasan
Pembahasan
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Lingkup Pembahasan
Lingkup pembahasan perencanaan dan perancangan Planetarium dicakupkan
pada displin ilmu arsitektur diutamakan pada langgam cubisme dan teori Big
Bang menekankan pembahasan yang sama yakni ruang, waktu dan materi.
Langgam cubisme diwujudkan oleh adanya gubahan massa dan penataan ruang.
G. Metode Pembahasan
Metode pembahasan yang digunakan adalah metode analisa diskriptif dengan
mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul pada Planetarium yang dikaitkan
dengan fungsi, peranan dan persyaratan bangunan kemudian diharapkan akan
memberi spesifikasi ungkapan fisik bangunan. Pembahasan dilakukan dengan
proses sebagai berikut.
1.
Analisa Data
a. Analisa Kuantitatif yaitu analisa yang menyangkut perhitungan pasti,
misal kebutuhan ruang, besaran ruang, hubungan ruang dan organisasi
ruang.
commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pendahuluan
Memberikan gambaran tentang keseluruhan isi penulisan dan
pembahasan pada konsep perencanaan dan perancangan yaitu
mengungkapkan latar belakang masalah, persoalan dan permasalahan,
tujuan dan sasaran, lingkup dan batasan pembahasan, metode
pembahasan serta sistematika pembahasan.
BAB II
Tinjauan Pustaka
Berisi tinjauan pustaka yang mengungkapkan tentang segala yang
terkait dengan astronomi, Planetarium, studi banding, tinjauan big bang
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Konsep
Perencanaan
dan
Perancangan
Planetarium
di
Yogyakarta.
commit to user
11