Bentuk Dan Hambatan Komunikasi (New)

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

Bentuk dan Hambatan Komunikasi

Ni Putu Cahya Devi Atmantika ,


1406599121
FG-2

Komunikasi

dapat

diartikan

sebagai

proses

penyampaian

pernyataan dari satu orang ke satu orang lain. Proses ini dilakukan
dengan cara memberikan dan menerima pikiran, informasi dan
perasaan seseorang hingga pihak pemberi dan penerima pesan
mencapai suatu pengertian yang sama. Manusia sebagai makhluk
sosial

pada

hakekatnya

sangat

memerlukan

komunikasi.

Selain

menjadi kebutuhan, komunikasi juga merupakan unsur pembentuk


masyarakat. Komunikasi ini dapat digunakan untuk menyebarluaskan
kabar pada publik, mempengaruhi masyarakat dan menyampaikan
suatu kebudayaan pada mereka. Sehingga komunikasi adalah suatu
proses yang penting dan diperlukan bagi setiap individu. Dalam
perkembangannya,

komunikasi

memiliki

faktor-faktor

yang

berpengaruh dan hambatan-hambatannya. Faktor dan hambatan


dalam komunikasi ini akan dijelaskan secara lebih terperinci.(1)
Persepsi secara umum adalah proses memilih, mengorganisasi
dan menginterpretasikan hal-hal yang di bayangkan oleh seseorang
tentang suatu hal kepada orang lain. Dengan persepsi, setiap individu
memandang dunia seperti apa yang dia butuhkan, sesuai dengan
budaya dan kepercayaannya. Oleh karena itu, persepsi sangat
dipengaruhi oleh latar belakang seseorang. Pengalaman masa lalu
dapat membekas dan membentuk seseorang sehingga menyebabkan
seorang individu memandang suatu hal dengan caranya yang berbeda.
Akibatnya tidak semua orang dapat memandang suatu kasus dengan
cara yang benar-benar sama.(2)

Persepsi seseorang akan berbeda sesuai dengan cara individu


memaknai sesuatu. Tentu saja persepsi ini sangat mempengaruhi
komunikasi.

Jika

seorang

pembicara

menyampaikan

persepsinya

mengenai suatu masalah dengan tujuan tertentu, maka pendengar


harus menerimanya sesuai dengan yang dia dengar. Di sinilah masalah
akan muncul. Apabila pendengar memiliki persepsi yang berbeda
dengan pembicara, maka akan terjadi hambatan komunikasi. Malah,
akan terjadi perselisihan jika kedua orang ini tidak bisa mengatur
emosi dengan baik. (2)
Persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor psikologis
Psikologis merupakan kemampuan sensoris seseorang. Terdiri dari
faktor visual dan audio, fisik serta umur. Ketiga hal ini berkaitan
dengan kemampuan seseorang untuk menerima, mendengar serta
mengkaji suatu persepsi.
b. Faktor kebudayaan
Kebudayaan terdiri dari kepercayaan, nilai-nilai, pemahaman, dan
asumsi taken-for-granted. Kebudayaan merupakan salah satu faktor
yang membentuk suatu individu untuk berfikir dengan tatanan dan
aturan tertentu.
c. Faktor standpoint theory
Terdiri dari komunitas sosial, ras, etnisitas, gender, kelas ekonomi,
agama, spiritualitas, umur dan orientasi seksual, serta posisi
kekuasaan dalam hierarki sosial.
d. Faktor peranan sosial
Peranan sosial adalah suatu pekerjaan atau role yang dijalani
individu dalam masyarakat. Peranan sosial terdiri dari peranan sosial
ketika berkomunikasi, harapan dalam pemenuhan peran, dan pilihan
karier.
e. Faktor lainnya terdiri dari kemampuan kognitif, kompleksitas kognitif
dan persepsi yang berpusat pada seseorang.(2)
Bagaimana persepsi dapat terjadi pada individu? Dari pengertian
persepsi, dapat disimpulkan bahwa persepsi ini merupakan proses
seseorang memandang suatu objek dan peristiwa yang ada di
sekelilingnya dan lebih sadar pada objek dan peristiwa tersebut. Ada 5

tahap utama yang menyebabkan terjadinya persepsi. Terdiri dari


stimulation, organization, interpretation-evaluation, memory dan recall.
1. Tahap pertama adalah stimulation
Stimulation terjadi ketika seseorang

menerima

rangsangan

(stimulasi) dari luar. Saat inilah indra atau sense organs menerima
dan menangkap maksud dari stimulus tersebut.
2. Tahap kedua adalah organization
Setelah stimulus diterima, individu mengorganisasi atau mengatur
stimultan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
schemata dan script. Scemata adalah membuat diagram mengenai
stimulus. Sedangkan script adalah refleks perilaku seseorang.
3. Tahap ketiga adalah interpretation-evaluation
Pada tahap ini, individu mengaitkan stimultan yang terlah
terorganisir

agar

sesuai

dengan

pengalaman

masa

lalu,

pengetahuan dan nilai lain yang dia anut. Setelah itu, individu
membuat refleksi atau evaluasi dari stimultant tersebut.
4. Tahap keempat adalah memory
Memory di sini berarti individu meresapi dan mengingat stimultan
yang telah dia terima dan olah.
5. Tahap terakhir adalah recall
Individu nantinya akan menyampaikan stimultan tersebut sesuai
dengan apa yang dia olah dan resapi kepada orang lain, inilah yang
disebut persepsi.(2)
Ada beberapa hal yang menghambat persepsi, yaitu :
a. Implicit theory
Hambatan dalam persepsi disebabkan oleh dua hal. Individu
cenderung mengembangkan pribadi yang berbeda dari orang lain.
Akibatnya individu ingin tampil berbeda atau unik dan menghasilkan
perbedaan persepsi. Jika dilakukan dengan salah, akan muncul
persepsi baru yang malah bertentangan dari nilai-nilai umum yang
ada dalam masyarakat. Misalnya saja persepsi bahwa perceraian
dan perselingkuhan adalah hal yang biasa. Hal lainnya adalah
individu yang menerima konfirmasi dengan tidak tepat. Dapat juga
terjadi

karena

individu

tersebut

berasumsi

namun

tidak

mengklarifikasinya lebih lanjut.


b. Self-fulfilling perception
Dalam hal ini individu tidak dapat meramalkan tanggapan orang lain
terhadap persepsinya. Ini disebabkan karena adanya faktor yang

tidak diduga sebelumnya oleh individu tersebut. Akibatnya dia


melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan kebiasaan. Tentunya
hal ini akan mempengaruhi komunikasi karena terjadinya distorsi
realitas atau keadaan.
c. Perceptual accentuation
Hambatan ini terjadi dalam beberapa situasi. Misalnya individu
berada dalam keadaan mencari sesuatu yang tidak ada atau
individu yang tidak melihat hal yang dia cari. Individu yang tidak
bisa menyaring berbagai informasi, terutama yang mirip. Seseorang
yang selalu menganggap orang lain dengan pandangan negatif juga
termasuk. Selain itu,
lemah

dalam

individu mengalami distorsi memori atau

ingatannya

sehingga

tidak

bisa

menyampaikan

persepsinya dengan baik.


d. Primacy-recency
Hambatan ini terjadi karena individu terlalu terpaku pada pandangan
pertamanya mengenai suatu hal. Pandangan pertamanya mengenai
objek tersebut menghalanginya untuk memberikan persepsi lebih
lanjut. Persepsi awalnya memang sulit untuk diubah atau di telusuri
lebih lanjut.
e. Consistency
Individu mengharapkan segala sesuatu agar konsisten dan tetap.
Namun pada kenyataannya, apa yang dia harapkan tidak sesuai
dengan

kenyataan

yang

ada.

Akibatnya,

individu

terpaksa

melakukan sesuatu yang tidak sesuai harapan. Misalnya individu


harus membelokkan persepsi serta perilakunya dan individu memilih
f.

meilihat hal-hal yang negatif saja atau yang positif saja.


Stereotyping
Stereotyping merupakan pandangan individu terhadap orang lain,
baik secara positif atau negatif. Misalnya saja orang yang dimaksud
ada di kelompok yang sama dengannya. Akibatnya individu ini
memiliki persepsi dengan kualitas tertentu, bisa positif maupun
negatif. Selain itu, individu tersebut malah mengabaikan keunikan
karakter dari orang yang dia beri stereotype. Hal ini malah membuat

persepsi berjalan dengan tidak sebagaimana mestinya.


g. Attribution
Dalam hal ini, individu gagal membangun atribusi terhadap objek
yang dia persepsikan. Terdiri dari consensus > compare to others,
yaitu

kegagalan

individu

dalam

membuat

kosensus

saat

membandingkan dirinya dengan orang lain. Ada juga consistency >


compare to similar actions. Merupakan kegagalan individu untuk
memepertahankan konsistensi nya saat dihadapkan pada tindakan
lain.(2)
Untuk

mengatasi

berbagai

hambatan

yang

terjadi

akibat

persepsi, ada berbagai tindakan yang dapat dilakukan, yaitu :


a. Pertama, individu harus makin menyadari persepsinya. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengakui peranan individu tersebut dalam
persepsi, menghindari penarikan kesimpulan terlalu dini, dan
mengindari untuk membuat satu kesimpulan saja. Selain itu,
individu harus lebih menyadari bias yang ada dalam diri nya sendiri
dan jangan selalu berfikir bahwa individu lebih bermoral daripada
orang lain.
b. Kedua, cek kembali persepsi yang ada. Hal ini dapat dilakukan
dengan bertanya agar mendapatkan informasi yang lebih baik dan
sadar bahwa persepsinya bersifat subjektif. Ketiga, kurangilah
ketidakpastian dalam persepsi. Bisa diatasi dengan cara mengamati
segala sesuatu saat bertindak dan mengamatinya dalam konteks
khusus. Intinya adalah meninimalisir kesalahan dalam persepsi.
c. Terakhir, lakukan perbaikan pada persepsi. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara meningkatkan konsentrasi dan hindari stereotip. Selain
itu, cek kembali persepsi yang ada, baik secara langsung dan tidak
langsung. Melakukan cek dapat dilakukan dengan cara mengajukan
beberapa

pertanyaan

pada

diri

kita

sendiri.

Misalnya

mempertanyakan saya merasa heran jika... dan apa yang


sebaiknya saya lakukan selanjutnya?. (2)
Ada sepuluh faktor yang mempengaruhi komunikasi, yaitu
perkembangan, persepsi, nilai, latar belakang sosial-budaya, emosi,
jenis kelamin, pengetahuan, peran dan hubungan, lingkungan dan
jarak.
a. Perkembangan
Perkembangan
berkomunikasi.
berfikirnya

seorang

manusia

mempengaruhi

cara

Mulai dari bahasa yang digunakan hingga cara

berbeda,

sesuai

dengan

usia

dan

perkembangan

psikisnya. Misalnya saja remaja sering menggunakan bahasa gaul,


sedangkan balita memerlukan nada bicara yang manja. Oleh karena
itu, cara komunikasi yang diperlukan tentu akan berbeda-beda.
b. Persepsi
Persepsi merupakan pandangan seseorang terhadap suatu hal. Jika
terjadi

perbedaan

persepsi

pada

orang

yang

sedang

berkomunikasi, maka hambatan akan terjadi.


c. Nilai
Nilai ini bisa berupa nilai kejujuran, nilai agama, atau nilai
keberanian. Perbedaan nilai yang dianut dapat mengakibatkan
perselisihan

antar

dua

orang

ini.

Oleh

karena

itu,

saat

berkomunikasi, nilai-nilai pada setiap individu harus disesuaikan dan


jangan sampai dipaksakan.
d. Latar belakang sosial-budaya
Perbedaan bahasa, budaya, cara komunikasi atau kebiasaan orang,
terutama

karena

berasal

dari

daerah

yang

berbeda

dapat

membatasi komunikasi.
e. Emosi
Emosi adalah perasaan subjektif seseorang seperti senang, marah,
sedih atau kesal. Emosi perlu untuk diperhatikan agar pembicara
bisa

mengkaji

komunikasi.

emosi

Selain

itu

nya

agar

pembicara

tidak
juga

mempengaruhi
dapat

memilih

proses
cara

komunikasi yang tepat apabila lawan bicaranya sedang mengalami


f.

emosi tertentu.
Jenis kelamin
Semenjak kecil, mereka bermain dengan teman sebayanya dengan
tujuan yang berbeda. Perempuan cenderung mencari kejelasan,
meminimalisir

perbedaan,

dan

membangun

serta

mendukung

keintiman. Oleh sebab itu mereka bermain masak-masakkan dan


rumah-rumahan

untuk

menjalin

keakraban

bermainnya. Sedangkan laki-laki cenderung

dengan

teman

mencari kemandirian.

Mereka hanya bermain untuk mencari teman. Dari tujuan inilah,


terbentuk cara komunikasi yang berbeda antara laki-laki dan
perempuan.
g. Pengetahuan
Orang dengan pengetahuan rendah cenderung sulit berkomunikasi
secara verbal dan membutuhkan bantuan lain seperti isyarat. Dalam
hal

ini,

orang

dengan

pengetahuan

lebih

tinggi

seharusnya

menyesuaikan dengan lawan bicaranya tersebut.

h. Peran dan hubungan


Peran dan hubungan dalam masyarakat juga mempengaruhi proses
komunikasi.

Contohnya

saja

seorang

dokter,

harus

bisa

membedakan cara berkomunikasi dengan pasien dan dengan rekan


i.

sejawatnya. Tentu bahasa dan cara penyampaiannya berbeda.


Lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap jalannya suatu proses
komunikasi. Lingkungan yang berisik, tegang, tidak nyaman dan
kurang privasinya akan menghambat proses komunikasi. Jadi, setiap
orang

j.

harus

memperhatikan

keadaan

lingkungan

saat

berkomunikasi, terutama jika ada dalam lingkungan seperti ini.


Jarak
Jarak berpengaruh dalam proses komunikasi. Contohnya saja,
seseorang akan takut jika didekati oleh orang asing. Jadi jarak
sangat penting untuk diperhatikan, jangan sampai jarak membatasi
komunikasi.(1)
Ada

beberapa

hambatan

atau

barier

yang

terjadi

saat

komunikasi. Hambatan-hambatan ini berupa fisik, teknik, psikologis,


sosiologis dan antropologis, bahasa, sosial budaya, prasangka dan
lingkungan. (3)
a. Hambatan fisik
Hambatan fisik dalam komunikasi adalah hambatan eksternal
berupa hal fisik yang menginterferensi transmisi pesan dan isyarat
yang terjadi saat komunikasi. Contoh dari hambatan fisik adalah
suara mobil yang lewat, dengungan komputer dan kacamata
sebagai alat bantu penglihatan.
b. Hambatan teknik
Hambatan teknik adalah gangguan yang terjadi pada alat-alat
teknis. Alat-alat teknis dapat berupa software dan hardware. Contoh
gangguan teknik adalah gangguan pada mikrofon dan kerusakan
CPU komputer. Selain itu, kerusakkan software pada komputer juga
dapat menjadi gangguan teknik. Untuk hambatan teknik yang terjadi
di telepon, sebaiknya diatasi dengan cara menyampaikan pesan
dengan singkat, padat dan jelas. Hal ini untuk meminimalisir
kesalahpahaman saat komunikasi berlangsung.
c. Hambatan psikologis

Hambatan psikologis adalah gangguan yang terjadi pada kognitif


atau mental seseorang. Contoh dari hambatan psikologis adalah
prasangka sosial dan stereotip yang salah terhadap suatu hal atau
orang lain. Konsep diri yang tidak jelas sehingga menyebabkan
kurangnya percaya diri juga menghambat komunikasi. Selain itu,
kebutuhan individu yang tidak terpenuhi dan menjadikan emosi
menjadi tidak terkendali juga mengakibatkan komunikasi terganggu.
d. Hambatan sosiologis-antropologis
Hambatan sosiologis-antropologis merupakan hambatan yang terjadi
berkaitan dengan nilai yang ada dalam masyarakat. Misalnya
adanya benturan antara nilai dan norma yang berlaku di masyarakat
dengan kepentingan individu itu sendiri. Ada juga hambatan
stratifikasi sosial dan struktur masyarakat. Sikap diskriminatif pada
satu individu juga membuat komunikasi terhambat.
e. Hambatan bahasa
Hambatan bahasa sangat sering menyebabkan komunikasi tidak
lancar. Perbedaan penerapan bahasa, fonem ataupun aksen adalah
contohnya. Selain itu adanya kesalahan dalam menafsirkan simbol
komunikasi non verbal juga berpengaruh. Sebenarnya bahasa dapat
dikategorikan dalam budaya. Sebab, dalam budaya ada bahasa
daerah. Terkadang bahasa daerah inilah yang menjadikan berbagai
kesalahan

dalam

komunikasi

terjadi.

Malah

terkadang

terjadi

perbedaan arti dalam 2 bahasa yang berbeda. Misalnya saja


jangan dalam bahasa Indonesia berarti melarang, namun dalam
f.

bahasa jawa jangan berarti sayuran.


Hambatan sosial budaya
Hambatan sosial budaya terjadi karena perbedaan ras, norma,
kebiasaan, gaya hidup, postur tubuh dan warna kulit yang berbeda.
Keragaman

inilah

yang

menjadikan

setiap

individu

harus

beradaptasi. Hal ini agar individu dapat menyelami, memahami dan


mengkondisikan diri dalam lingkungan budaya yang berbeda.
Beberapa hal yang perlu dipertanyakan dalam kondisi seperti ini
adalah siapa dia, bagaimana kebiasaannya, apa bahasa yang
digunakan dan bagaimana karakteristiknya.
g. Hambatan prasangka
Hambatan prasangka adalah dugaan yang

belum

terbukti

kebenarannya dan biasanya menjurus pada hal negatif. Padahal

seharusnya individu melihat segala sesuatu dari dua sisi, yaitu baik
dan buruknya. Prasangka yang buruk ini sangat mengganggu
kelancaran komunikasi.
h. Hambatan lingkungan
Hambatan lingkungan biasanya berhubungan dengan hambatan
fisik. Contohnya saja adalah lingkungan yang berisik, tidak kondusif,
dan tidak ada privasi. Biasanya hambatan lingkungan tidak bisa
diprediksi dan susah untuk diubah. Oleh karena itulah, perlu cara
lain untuk mengatasinya. Misalnya untuk lingkungan yang berisik,
diperlukan pengeras suara agar tetap terdengar jelas suaranya.(2)
(3)
Jadi,

dapat

disimpulkan

bahwa

banyak

hal

yang

dapat

mempengaruhi atau bahkan menghambat proses komunikasi. Salah


satu yang paling mencolok adalah persepsi. Oleh sebab itu, sebagai
individu pelaku komunikasi, sebaiknya kita menyadari masing-masing
dari faktor dan hambatan tersebut. Hal ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya hambatan-hambatan tersebut di kemudian hari. Selain itu,
hal ini juga untuk mendukung komunikasi agar berlangsung dengan
efektif.
Referensi :
1. Fanani A, Putri TH. Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Merkid Press;
2013.
2. Mubarak WI, Muhith A, Nasir A, Sajidin M. Komunikasi dalam
Keperawatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika; 2009.
3. Liliweri A. Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar; 2008.

Anda mungkin juga menyukai