Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Sepeninggal Ali bin Abi Talib, khalifah terakhir Khulafaurrasyidin,


kepemimpinan Islam dipegang Muawiyah bin Abu Sufyan dari Bani Umayyah.
Mereka memindahkan pusat pemerintahan dari Madinah ke Damaskus, Suriah.
Mereka juga mengubah sistem pergantian kepemimpinan dari sistem musyawarah
menjadi sistem turun temurun. Semua khalifah Bani Umayyah adalah keturunan
atau keluarga dari Muawiyah bin Abu Sufyan.
Masa pemerintahan Bani Umayyah merupakan masa keemasan umat
Islam. Wilayah kekuasaannya terbentang dari India di timur, sampai di Spanyol di
barat, dan seluruh daratan Afrika Utara.
Ilmu pengetahuan juga berkembang pesat pada masa itu. Banyak
ilmuwan muslim yang muncul pada rentang waktu tersebut. Sejarah kebesaran
umat Islam itu harus bisa dijadikan pelajaran bagi umat Islam saat ini. Umat Islam
harus bisa menjada kebesaran agama Islam agar tetap ada di muka bumi.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Bani Umayyah
Nama Bani Umayyah dalam bahasa Arab berarti anak turun Umayyah,
yaitu Umayyah bin Abdul Syams, salah satu pemimpin dalam kabilah suku
Quraisy. Abdul Syams adalah saudara dari Hasyim, sama sama keturunan Abdul
Manaf, yang menurunkan Bani Hasyim. Dari Bani Hasyim inilah lahir Nabi
Muhammad saw.
Pada masa sebelum Islam, Bani Umayyah selalu bersaing dengan Bani
Hasyim. Pada waktu itu, Bani Umayyah lebih berperan dalam masyarakat Mekah.
Hal itu disebabkan mereka menguasai pemerintahan dan perdagangan yang
banyak bergantung kepada pengunjung Kabah. Di pihak lain, Bani Hasyim adalah
orang orang yang berekonomi sederhana.
Keadaan mulai berubah pada waktu Nabi Muhammad saw, salah seorang
dari Bani Hasyim, mendapatkan wahyu Allah swt untuk mengembangkan agama
Islam. Dengan berkembangnya agama Islam, Bani Umayyah merasa bahwa
kekuasaan dan perekonomiannya terancam. Oleh sebab itu, mereka menjadi
penentang utama dalam perjuangan Nabi Muhammad saw. Abu Sufyan bin Harb,
salah satu anggota Bani Umayyah, beberapa kali menjadi pemimpin suku Quraisy
Mekah dalam peperangan melawan pihak Nabi Muhammad saw.
Setelah Islam menjadi kuat dan mampu merebut Mekah, Abu Sufyan bin
Harb dan pihaknya menyerah. Peristiwa itu dinamakan Fathu Makkah dan terjadi
pada tahun 8 Hijriah. Akhirnya, Abu Sufyan bin Harb dan anaknya Muawiyah
bin Abu Sufyan, sebagaimana sisa sisa penduduk Mekah lainnya memeluk
Islam. Peristiwa ini menjadi awal berperannya Bani Umayyah dalam sejarah
Islam.

B. Bani Umayyah di Damaskus


1. Awal Berdirinya
Setelah wafatnya Nabi Muhammad saw, pemerintahan Islam dipegang
oleh Abu Bakar as-Shiddiq. Pada masa itu, Bani Umayyah merasa bahwa kelas
mereka di bawah kelas kaum Ansar dan Muhajirin. Hal itu disebabkan, mereka
masuk Islam pada gelombang yang akhir. Untuk dapat memiliki kelas yang
setingkat, mereka harus menunjukkan perjuangan mereka dalam perang membela
Islam. Ketika itu, Muawiyah bin Abu Sufyan berjasa karena keterlibatannya
dalam Perang Riddah, untuk menumpas kaum murtad.
2. Masa Pemerintahan
Muawiyah bin Abu Sufyan mengawali pemerintahan 90 tahun Bani
Umayyah di Damaskus. Dalam peristiwa amul jamaah yang menjadi titik awal
pemerintahan Bani Umayyahh, Muawiyah bin Abu Sufyan membuat kesepakatan
dengan Hasan bin Ali. Isi kesepakatan itu, antara lain mengenai pergantian
kekuasaan yang akan diserahkan kepada musyawarah umat Islam. Umat Islam
berhak menentukan siapa yang akan menjadi khalifah. Akan tetapi, Muawiyah
bin Abu Sufyan melanggar kesepakatan itu. Ia mewariskan kekhalifahan secara
turun temurun kepada anggota Bani Umayyah. Hal inilah yang menyebabkan
munculnya perlawanan dari masyarakat yang kecewa terhadapnya.
Adapun khalifah khalifah yang memerintah pada masa Bani Umayyah
adalah sebagai berikut :
No Khalifah
Tahun
1. Muawiyah bin Abu Sufyan 661-680 M
(Muawiyah I)
2. Yazid bin Muawiyah (Yazid680-683 M
I)
3. Muawiyah bin Yazid
683-684 M
(Muawiyah II)
4. Marwan bin Hakam
684-685 M
(Marwan I)
5. Abdul Malik bin Marwan 685-705 M
6. Al-Walid bin Abdul Malik 705-715 M
(al-Malid I)
7. Sulaiman bin Abdul Malik 715-717 M

No
8.

Khalifah
Umar bin Abdul Aziz
(Umar II)
Yazid bin Abdul Malik
(Yazid II)
Hisyam bin Abdul Malik

Tahun
717-720 M

743-744 M

12.
13.

Walid bin Yazid


(al Walid II)
Yazid bin Walid (Yazid III)
Ibrahim bin Walid

14.

Marwan bin Muhammad

744-750 M

9.
10.
11.

720-724 M
724-743 M

744 M
744 M

(Marwan II)

Dari Damaskus, Bani Umayyah menyempurnakan perluasan Islam


dengan menaklukkan seluruh Imperium Persia dan sebagian Imperium Bizantium.
Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan, umat Islam dengan panglimanya Uqbah
bin Nafi dan dibantu suku Barbar, Afrika Utara, mengalahkan tentara Bizantium
di Afrika Utara. Mereka juga mendirikan Qairawan, di negara Maroko sekarang,
sebagai pusat pemerintahan Islam di Afrika pada tahun 670 M. Ke arah timur,
umat Islam menguasai Khurasan dan Afganistan. Angkatan lautnya menyerang
Bizantium di Konstantinopel.
Pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, umat Islam
menyeberangi sungai Oxus, menguasai daerah Balkh, Bukhara, Khawarizm,
Fergana, dan Samarkand. Umat Islam juga memasuki India dan menguasai
Balukistan, Sind, Punjab, dan Multan.
Penyebaran Islam dilanjutkan pada masa al-Walid bin Abdul Malik. Pada
tahun 711 M, Tariq bin Ziyad menaklukkan Aljazair dan Maroko. Ia bahkan
menyeberang ke Spanyol dan menguasai Kordoba, Sevilla, Elvira, dan Toledo.
Sebuah gunung batu tempat di mana Tariq bin Ziyad mendarat diabadikan dengan
namanya, yaitu Jabal Tariq dan sekarang termasyur dengan nama Gibraltar. Selat
tempat ia menyeberang juga dinamakan Gibraltar. Sejak saat itulah Islam mulai
menyebar di Eropa serta mengembangkan berbagai macam ilmu pengetahuan dari
sana.
Pada masa Umar bin Abdul Azis, umat Islam menyerang Bordeaux,
Poitiers, dan Tours di Prancis selatan dengan dipimpin panglimanya Abdurahhman
al-Gafiqi. Pada masa itu, pulau pulau di Laut Tengah, seperti Kepulauan
Balearik, Korsika, Sardinia dan sebagian Sisilian jatuh ke tangan Islam. Dengan
demikian, daerah kekuasaan Islam membentang dari Spanyol, Afrika Utara,
Suriah, Palestina, Jazirah Arab, Irak, Asia Kecil, Persia, Afganistan, Pakistan,
sampai ke India.

Selain perluasan wilayah, Bani Umayyah juga mencatat kemajuan di


bidang sosial dan ekonomi. Kemajuan itu, antara lain pendirian dinas pos,
pencetakan mata uang, dan pemunculan profesi kadi yang dilembagakan secara
resmi pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan. Bahasa Arab dijadikan bahasa resmi
pada masa Abdul Malik bin Marwan. Pembangunan panti untuk orang cacat, jalan
raya, pabrik, masjid, dan gedung gedung pemerintah dilakukan pada masa alWalid bin Abdul Malik. Pada masa Umar bin Abdul Azis pajak diperingan,
kedudukan mawali, atau orang Islam yang bukan Arab, disamakan kedudukannya
dengan orang Arab. Umar bin Abdul Azis juga menjalin hubungan kembali
dengan golongan Syiah, serta memberi kebebasan kepada pemeluk agama lain
untuk menjalankan ibadahnya.
3. Masa Kemunduran
Bibit perpecahan umat Islam mulai muncul pada tahun 680 M. Pada
waktu itu, Husein bin Ali pindah dari Mekah ke Kufah atas permintaan kaum
Syiah yang ada di sana. Mereka mengangkat Husein bin Ali sebagai khalifah. Hal
itu memicu perselisihan dengan Khalifah Yazid bin Muawiyah. Pertempuran
akhirnya pecah di Karbala, sebuah daerah di dekat Kufah, di mana Husein bin Ali
terbunuh oleh pasukan Yazid bin Muawiyah. Terbunuhnya Husein bin Ali tidak
memadamkan semangat kaum Syiah. Mereka kembali mengobarkan perlawanan
di bawah pimpinan Mukhtar pada tahun 685 687 M di Kufah. Akan tetapi,
Mukhtar justru terbunuh oleh Abdullah bin Zubair, yang memimpin gerakan
perlawanan lainnya di Mekah dalam waktu yang sama.
Di Mekah, Abdullah bin Zubair memulai gerakan perlawanannya. Ia juga
tidak mengakui kepemimpinan Yazid bin Muawiyah. Setelah Husein bin Ali
terbunuh, ia menyatakan dirinya sebagai khalifah. Tentara Yazid bin Muawiyah
mengepung Mekah. Namun, sebelum perang ini usai, Yazid bin Muawiyah
meninggal dunia. Gerakan Abdullah bin Zubair baru dapat dipadamkan pada masa
Khalifah Abdul Malik. Tentara Bani Umayyah yang dipimpin oleh Panglima al-

Hajjaj menyerbu Mekah. Abdullah bin Zubair akhirnya terbunuh pada tahun 692
M.
Gerakan perlawanan akhirnya semakin meluas. Gerakan ini dipimpin
oleh kalangan Bani Hasyim dari keturunan al-Abbas (paman Nabi Muhammad
saw) yang didukung oleh kalangan Syiah dan golongan mawali. Pada masa
pemerintahan Yazid bin Abdul Malik (720 724 M) dan Hisyam bin Abdul Malik
(724 743 M) kedudukan kaum oposisi ini semakin menguat. Puncaknya terjadi
pada tahun 750 M ketika Abu Muslim al-Khurasani, pemimpin Bani Abbasiyah
berhasil menggulingkan Khalifah Marwan II. Kemenangan itu terjadi dalam
sebuah pertempuran di Zab Hulu, anak Sungai Tigris di Mosul. Semua anggota
keluarga Bani Umayyah terbunuh dalam peristiwa itu. Khalifah Marwan II yang
melarikan diri tertangkap di Mesir dan terbunuh di sana. Satu satunya keluarga
Bani Umayyah yang berhasil lolos adalah Abdurrahman yang melarikan diri ke
Spanyol. Ia meneruskan kekuasaan Bani Umayyah di sana dan terkenal dengan
julukan Abdurrahman ad-Dakhil.
C. Bani Umayyah di Spanyol
Seiring dengan tumbangnya Bani Umayyah pada tahun 750 M,
kekhalifahan pindah ke tangan Bani Abbasiyah. Pada tahun 755 M, Abdurrahman
ad-Dakhil yang lolos dari kejaran pasukan Bani Abbasiyah masuk ke Spanyol di
mana sebagian besar umat Islam di sana adalah dari Bani Umayyah. Ia kemudian
mendirikan pemerintahan sendiri di sana yang terpisah dari Bagdad dan
mengangkat dirinya sebagai amir.
1. Awal Berdirinya
Setelah berhasil meloloskan diri dari kejaran pasukan Bani Abbasiyah,
Abdurrahman akhirnya masuk ke Spanyol. Di Spanyol yang penduduknya
kebanyakan dari kalangan pendukung Bani Umayyah, ia merasa aman. Ia
kemudian mendirikan pemerintahannya di sana. Keberhasilannya memasuki
Spanyol itulah yang membuat dirinya mendapat julukan ad-Dakhil.

2. Masa Pemerintahan
Pada masa awal pemerintahan Bani Umayyah di Spanyol kondisi belum
stabil. Hal itu disebabkan adanya perselisihan di kalangan umat Islam sendiri.
Perselisihan itu terjadi antara suku Barbar dan suku Arab. Di dalam suku Arab
sendiri terjadi perselisihan klasik antara suku Qaisy (Arab Utara) dan suku
Yamani (Arab selatan). Perselisihan tersebut membuat kehidupan masyarakat dan
politik pada masa itu belum stabil. Para amir sesudah itu terus mencoba mengatasi
persoalan tersebut.
Adapun amir amir Bani Umayyah yang memerintah di Spanyol adalah
sebagai berikut :

No Amir
Abdurrahman ad-Dakhil
1. (Abdurrahman I)

Tahun
756-788 M

No Amir
Tahun
8. Abdurrahman an- 912-961 M
Nasir
(Abdurrahman III)
9. Hakam al-Muntasir 961-976 M
(al-Hakam II)

788-796 M

2.

Hisyam bin Abdurrahman


(Hisyam I)

796-822 M

3.

Al-Hakam bin Hisyam


(al-Hakam I)

10. Hisyam II
11. Muhammad II

976-1009 M
1009-1010 M

Abdurrahman al-Ausat
(Abdurrahman II)

822-852 M

4.

12. Sulaiman
13. Abdurrahman IV

1013-1016 M
1016-1018 M

14. Abdurrahman V
15. Muhammad III

1018-1023 M
1023-1025 M

16. Hisyam III

1027-1031 M

5.

Muhammad bin
852-886 M
Abdurrahman (Muhammad
I)
Munzir bin Muhammad
886-888 M

6.
Abdullah bin Muhammad

888-912 M

7.

Pada masa pemerintahan Abdurrahman ad-Dakhil, masjid dan sekolah


didirikan, baik di Kordoba maupun kota kota besar lainnya. Pemerintahan
Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam, sedangkan al-Hakam

terkenal dengan pembaruannya dalam bidang militer. Al-Hakam adalah yang


pertama

memprakarsai

dipergunakannya

tentara

bayaran

di

Spanyol.

Abdurrahaman al-Ausat termasyur sebagai penguasa yang cinta ilmu.


Pada pertengahan abad ke-9, stabilitas negara terganggu dengan
munculnya gerakan Kristen fanatik yang bernama martyrdom. Gangguan yang
lebih serius datang dari pemberontak yang mendirikan negara kota Toledo pada
tahun 852 M selama 80 tahun.
Masa pemerintahan Abdurrahman an-Nasir (Abdurrahman III) menjadi
puncak kejayaan Bani Umayyah di Spanyol. Bersamaan dengan itu Khalifah alMuktadir, penguasa Bani Abbasiyah di Bagdad meninggal dunia. Dengan alasan
itu, Abdurrahman an-Nasir menyatakan dirinya sebagai khalifah dengan gelar
Khalifah Kordoba dan Pemimpin Yang Setia. Ia berhasil membangun Kordoba
menjadi pusat budaya dan perdagangan Eropa yang besar. Kebesarannya bisa
dikatakan menyaingi Bagdad sebagai pusat kekuasaan Bani Abbasiyah.
Masa kejayaan itu juga ditandai dengan beberapa bangunan bersejarah
yang masih bisa disaksikan sampai sekarang. Bangunan bangunan itu, antara
lain Masjid Kordoba, Istana Jafariyah di Zaragoza, Tembok Toledo, Istana alMakmun, Masjid Sevilla, dan Istana al-Hambra di Granada. Setelah masa
kejayaan itu, umat Islam mengalami kemunduran.
3. Masa Kemunduran
Awal kemunduran Bani Umayyah dimulai ketika Hisyam II naik takhta
pada usia 11 tahun pada tahun 976 M. Oleh karena itu, kekuasaan yang
sesungguhnya ada di tangan para pejabat. Pada tahun 981 M, Khalifah menunjuk
Ibnu Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan mutlak. Ia meninggal pada tahun
1002 M dan digantikan oleh adiknya yang kurang cakap. Akibatnya, kondisi
negara menjadi kacau. Spanyol pun terpecah menjadi kerajaan kerajaan itu
dipimpin oleh raja raja yang terkenal dengan sebutan Mulukut Tawaif.

Munculnya kerajaan kerajaan itu membuat kekuasaan Bani Umayyah


hanya berada di sekitar ibukota Kordoba. Khalifah terakhir Bani Umayyah adalah
Hisyam III. Ia memerintah negara yang kecil dan kacau hingga tahun 1031 M.
Sesudah itu wilayah Spanyol dikuasai oleh kerajaan kerajaan kecil tersebut
hingga tahun 1086 M. Pada tahun itu Dinasti Murabitun datang datang Maroko
dan meneruskan kekuasaan Islam di sana. Dengan demikian berakhirlah
kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah pemerintahan Islam.
D. Kemajuan Ilmu dan Kebudayaan
Kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam pada masa Bani
Umayyah dimulai dengan adanya penerjemahan buku buku tentang astronomi,
kedokteran, dan kimia pada masa Khalifah Abdul Malik.
Di seberang lautan, kemajuan itu dimulai pada masa Abdurrahman adDakhil di Spanyol. Ia mulai membangun masjid masjid di Kordoba dan kota
kota lain. Kemajuan ini berlanjut pada masa pemerintahan Abdurrahman al-Ausat
yang merupakan pecinta ilmu dan filsafat. Usahanya mengembangkan ilmu
dilanjutkan oleh Abdurrahman an-Nasir. Ia mendirikan Universitas Kordoba yang
memiliki perpustakaan dengan koleksi ratusan ribu buku.

Anda mungkin juga menyukai