Anda di halaman 1dari 23

4.

ANALISA DATA CUBICLE DOUBLE INCOMING

4.1 Analisa Penggunaan Cubicle Single Incoming dan Double Incoming


2000 A

GI RUNGKUT

150/20 kV

2000 A
BUS 20 kV

630 A

Penyulang

Pelanggan
TM

Pelanggan
TR

> 200 kVA

200 kVA

CUBICLE SINGLE
INCOMING

CUBICLE DOUBLE
INCOMING

1MVA

> 1 MVA

Gambar 4.1 Pemakaian cubicle ditinjau dari daya kontrak pelanggan

49

Untuk pelanggan yang mempunyai daya kontrak 1MVA memakai cubicle


single incoming dan untuk daya kontrak > 1MVA memakai cubicle double incoming.
Untuk daya > 1MVA memerlukan keandalan yang tinggi sehingga perlu dipakai
cubicle double incoming.

Pemakaian cubicle digunakan pada daya > 200 kVA

merupakan pelanggan TM. Sedangkan untuk daya 200kVA tidak perlu memakai
cubicle, tetapi cukup dengan diambilkan dari GTT (Gardu Trafo Tiang) merupakan
pelanggan TR.
Catu daya listrik untuk pelanggan TM berasal dari penyulang yang terhubung
dengan bus 20 kV , kemudian dihubungkan oleh outgoing trafo sisi 20 kV dan baru
masuk ke trafo 150/20 kV ke sisi tegangan tinggi.
Sesuai Tarif Dasar Listrik (TDL) 2003, pemakaian daya > 200 kVA
(pelanggan TM 20 kV) dibagi dalam beberapa tarif, yaitu :

Tarif S3
Golongan tarif dengan sambungan tegangan menengah yang diperuntukkan
badan sosial seperti Masjid, Gereja, Sekolah, Asrama Pelajar, Rumah Sakit,
dan sebagainya dengan daya yang disediakan serendah-rendahnya 201 kVA.

Tarif B3
Golongan tarif dengan sambungan tegangan menengah yang diperuntukkan
keperluan bisnis besar dengan daya yang disediakan serendah-rendahnya 201
kVA.

Tarif I3
Golongan tarif dengan sambungan tegangan menengah yang diperuntukkan
keperluan industri menengah dengan daya yang disediakan serendahrendahnya 201 kVA.

Tarif P2
Golongan tarif dengan sambungan tegangan menengah yang diperuntukkan
keperluan gedung pemerintah, perjan, perum, gedung kantor perwakilan
negara asing dengan daya yang disediakan serendah-rendahnya 201 kVA.

50

4.1.1 Analisa Penggunaan Cubicle Single Incoming


Penggunaan cubicle single incoming lebih baik daripada tanpa memakai
cubicle atau konvensional. Dengan memakai cubicle dapat mengisolasi tegangan
tembus yang dapat membahayakan manusia.
Ditinjau dari sumber catu dayanya, cubicle single incoming dicatu dari satu
penyulang. Jadi apabila terjadi gangguan pada penyulang maka cubicle akan trip dan
listrik di pelanggan akan padam selama penyulang masih ada gangguan. Hal itulah
yang akhirnya memunculkan ide dengan menciptakan cubicle double incoming.
4.1.2 Analisa Penggunaan Cubicle Double Incoming
Cubicle double incoming dicatu oleh dua penyulang, dimana tiap-tiap
penyulang mencatu ke tiap-tiap incoming. Apabila penyulang satu ada gangguan
maka penyulang yang satunya akan beroperasi. Sehingga listrik di pelanggan tidak
padam.
4.2 Catu Daya Penyulang dengan Tegangan 20 kV

Gambar 4.2 Kabel N2XSY

51

Kabel N2XSY dapat digunakan untuk mencatu daya 20 kV dari penyulang


untuk sampai ke cubicle incoming dengan pemasangan indoor pada tegangan
menengah. Kabel jenis N2XSY mempunyai penghantar yang terbuat dari tembaga
dan isolasi yang terbuat dari bahan XLPE.
4.3 Perbandingan antara Cubicle Single Incoming dengan Double Incoming
4.3.1 Operasional Cubicle Single Incoming tanpa ATS
2000 A
Trafo 150/20 kV
BUS 20 kV
630 A
Penyulang
Siwalankerto
CUBICLE SINGLE INCOMING
Battery Charger

LBS
630 A

Hz

SEPAM

LBS
630 A

CB

CT

FUSE

HEATER
HEATER

INCOMING

METERING

HEATER
50 W
220 VAC

OUTGOING

Gambar 4.3 Cubicle Single Incoming tanpa ATS

52

Rangkaian cubicle single incoming terbagi atas tiga cubicle yaitu incoming,
metering, dan outgoing yang catu dayanya berasal dari satu sumber. Sumber yang
dimaksud adalah penyulang. Jadi jika pada penyulang terjadi gangguan maka cubicle
akan trip.

Battery Charger

Busbar

LBS
630 A
M

HEATER

Penyulang 1

Gambar 4.4 Incoming


Catu daya dari penyulang masuk melalui cubicle incoming dengan LBS pada
posisi close yang kemudian akan masuk ke busbar.
Heater berfungsi untuk menjaga kelembaban pada incoming.

53

Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada wiring diagram di bawah ini.

20 kV, In 630 A
L1
L2
L3

LBS
630 A

Gambar 4.5 Wiring diagram untuk incoming tipe IM

54

Hz

Busbar 3 phasa, 20 kV, 100 A

LBS
100 A

Fuse
PT

HEATER
Fuse

Gambar 4.6 Metering tipe CM


Fungsi dari metering adalah untuk pengukuran. Maka pada metering terdapat
PT. Pengukuran dapat dilihat pada voltmeter dan frekuensimeter. Fuse pada metering
berfungsi untuk melindungi PT. Dapat dilihat lebih jelas pada wiring diagram di
bawah ini.

Q2

BUS 20 KV, In = 100 A

T5-7

20 kV / V3
100 V / V3
50 VA , CL 0,5
4

8
2

FU 4-6

CN1

CN4

CN3

R S T

V1 V2

Hz

CN2

S6

P3

P2

10 A

Gambar 4.7 Wiring diagram untuk metering tipe CM

FU I-3
6,3 A

Q1

L3

L2

L1

For
Metering
Facilities

55

56

Antara metering dan incoming tipe NSM terhubung dengan busbar 3 phasa. Daya
masuk ke metering melewati fuse menuju ke trafo tegangan (PT) 20 kV 3 /100 3
kemudian melalui fuse menuju ke Voltmeter dan Frekuensimeter. Jadi fungsi dari
metering adalah untuk pengukuran.

Bus 20 KV, In = 630 A

L1
L2
L3

Q1

100-200A / 5-5A
15VA, 10P10

2S2

XA1
2

T1
2S1

02
3

2S2
T2

03

2S1 2S2

4
T3

2S1

1 04
01

R
S

To SEPAM

T
N

Gambar 4.8 Wiring diagram untuk outgoing tipe DM1-W


Outgoing dan metering terhubung dengan busbar tiga phasa. Pada outgoing
terdapat CT, dimana sisi sekunder dari CT terhubung dengan sepam.
Pada outgoing juga terdapat CB dengan media pemutus gas SF6 yang
interlock dengan earthing switch. CB dapat dioperasikan secara manual (dengan
menarik keluar dari panel outgoing) dan secara otomatis ( dengan dikoordinasikan
dengan sepam) jika arus yang mengalir diluar dari setting.

MVASC =

I kV
=
1000

14500 20
= 502,3MVA
1000

57

Jika daya yang melewati CB lebih besar dari 13,85 MVA maka CB akan
rusak.
Jadi pada outgoing berfungsi untuk proteksi terhadap arus menggunakan CB
dengan media pemutus gas SF6 dan menyalurkan daya untuk dipakai oleh pelanggan.
4.3.2 Cubicle Double Incoming Dengan ATS Pada Pelanggan UKP
2000 A
TRAFO
150 / 20 KV

630 A

630 A

Penyulang
Jemursari

Penyulang
Siwalankerto

Battery Charger

Hz

RCV 420

LBS
630 A

LBS
630 A

ATS

SEPAM

LBS
100 A
FUSE

CB
HEATER

CT

PT

HEATER
HEATER
HEATER

Incoming 1

Incoming 2

Metering

Outgoing

Gambar 4.9 Cubicle Double Incoming dengan ATS


Rangkaian cubicle double incoming terdiri dari tiga cubicle, yaitu satu buah
incoming tipe NSM untuk dua incoming yang masing-masing incoming dicatu oleh
satu penyulang, metering dan outgoing.

58

Dapat kita ambil contohnya pada pelanggan TM UKP. Incoming 1 dicatu dari
penyulang Siwalankerto sebagai penyulang utama sedangkan incoming 2 dicatu dari
penyulang Jemursari sebagai penyulang standby, dimana penyulang standby akan
bekerja jika terjadi gangguan pada penyulang Siwalankerto.

Batteray
Charger

RCV 420

Busbar

LBS
630 A

Neon Voltage
Devider

Heater
50 W
220 VAC

LBS
630A

Y2

Y2

Y1

Y1

Neon Voltage
Devider

Heater
50 W
220 VAC

Penyulang Siwalankerto
Penyulang Jemursari

Gambar 4.10 Double incoming tipe NSM yang menggunakan ATS


Tipe NSM ini dapat disetting dengan setting normal dan standby untuk tiap
incoming. Misalkan incoming 1 disetting normal dan dicatu oleh Penyulang
Siwalankerto sedangkan incoming 2 disetting standby dan dicatu oleh Penyulang
Jemursari, maka incoming 1 akan beroperasi selama Penyulang Siwalankerto tidak
ada gangguan. Jika Penyulang Siwalankerto mengalami gangguan, maka incoming 1
akan trip dan dengan sistem ATS incoming 2 akan beroperasi/ bekerja. Jika
Penyulang Siwalankerto sudah tidak mengalami gangguan maka dengan sistem ATS
incoming 2 akan trip dan incoming 1 beroperasi dengan dicatu dayanya dari
penyulang Siwalankerto.
Untuk metering menggunakan tipe CM dan outgoing menggunakan tipe
DM1-W, sama seperti metering dan outgoing pada cubicle single incoming.

59

4.4 Setting pembatas daya pelanggan berdasarkan TDL 2003 di sisi Cubicle
Outgoing

Untuk setting pembatas daya pelanggan meliputi :

1,05 x In, tidak trip > 60 menit

1,20 x In, trip < 20 menit

1,50 x In, trip < 10 menit

4 x In, dikoordinasikan dengan OCR

Misalkan, pelanggan UKP dengan daya kontrak 2180 kVA, maka In dapat dihitung
dengan rumus :
kVA = 1,73 Vline Iline maka In =

KVA
2180 KVA
=
= 62,9311 A 63A
1,73 Vline
3 20 KV

Setting relay :

1,05 x 63 tidak trip > 60 menit ( setting 62 menit )


Pelanggan dapat memakai arus sebesar 66,15 A tidak selama 62 menit

1,20 x 63 trip < 20 menit ( setting 15 menit )


Pelanggan dapat memakai arus sebesar 75,6 A tidak lebih dari 15 menit

1,50 x 63 trip < 10 menit ( setting 2 menit )


Pelanggan dapat memakai arus sebesar 94,5 A tidak lebih dari 2 menit
4 x 63 dikoordinasikan dengan OCR
Pelanggan dapat memakai arus 252 A untuk Istart

Tripping time
(detik)

Arus lebih
(Ampere)

1,05 In 1,2 In 1,5 In

4 In

Gambar 4.11 Grafik arus lebih terhadap waktu pemutusan sesuai TDL 2003

60

Dari grafik dapat kita ketahui bahwa semakin besar arus yang dipakai, maka
semakin cepat waktu pemutusan. Hal itu dimaksudkan untuk membatasi arus yang
dapat dipakai oleh pelanggan. Jadi yang menyebabkan trip adalah arus lebih.
4.5 Proteksi Cubicle Outgoing Double Incoming
Sepam A

Busbar
Shunt trip
release

CB

CT

Earthing
Switch

Gambar 4.12 Single Line dari Outgoing


Proteksi pada outgoing dikontrol melalui Sepam. Proteksi pokok yang ada
pada Sepam adalah proteksi terhadap arus lebih dan terhadap earth fault.

61

Gambar 4.13 Wiring diagram dari Sepam 1005


Proteksi yang ada pada sepam meliputi :

Phase over current (50/51)


Jika satu atau dua atau tiga dari arus setiap phasanya melebihi batas dari
setting maka CB akan trip dalam waktu tertentu. ( setting : standart inverse
time, very inverse time, extremely inverse time).

Earth fault (50N/51N)


Jika arus gangguan diluar batas dari setting maka CB akan trip dalam waktu
tertentu. ( setting : standart inverse time, very inverse time, extremely inverse
time ).

62

Thermal overload (49)


Jika suhu dalam cubicle melebihi dari batas setting maka CB akan trip (
setting : 50% - 200% dari suhu normal ).

Negative sequence unbalance (46)


Jika perbedaan arus pada salah satu phasanya terhadap arus setting maka CB
akan trip dalam waktu tertentu. (setting : 10% Ib Ii 500% Ib).

Locked rotor (51LR)


Rotor pada motor akan terkunci apabila satu atau lebih dari arus tiga phasanya
melebihi setting. ( setting : 50% In < I < 500% In )

Start (66)
Jika Istart motor melebihi batas setting maka CB akan trip ( setting : 1 In < Is <
60 In )

Phase under current (37)


Apabila arus pada salah satu phasanya dibawah dari batas setting maka CB
akan trip ( setting : 5% In > Is > 100% In )

Keterangan :
Ib = Besarnya arus pada saat keadaan seimbang (balance)
In = Arus nominal
Is = Arus setting
Ib = Arus balance

Tabel 4.1 Harga k untuk unbalance (Ii / Ib)

63

Ii / Ib (%)

Ii / Ib (%)

Ii / Ib (%)

10

99,95

110

4,24

310

1,577

15

54,50

120

3,90

320

1,53

20

35,44

130

3,61

330

1,485

25

25,38

140

3,37

340

1,444

30

19,32

150

3,15

350

1,404

33,33

16,51

160

2,96

360

1,367

35

15,34

170

2,80

370

1,332

40

12,56

180

2,65

380

1,298

45

10,53

190

2,52

390

1,267

50

9,00

200

2,40

400

1,236

55

8,21

210

2,29

410

1,18

57,7

7,84

220

2,14

420

1,167

60

7,55

230

2,10

430

1,154

65

7,00

240

2,01

440

1,13

70

6,52

250

1,94

450

1,105

75

6,11

260

1,86

460

1,082

80

5,74

270

1,80

470

1,06

85

5,42

280

1,74

480

1,04

90

5,13

290

1,68

490

1,02

95

4,87

300

1,627

500

100

4,64

Dapat kita lihat dengan contoh setting sepam sebagai pembatas dan proteksi
berikut ini :
Pada pelanggan UKP mempunyai daya kontrak 2180 kVA, maka arus nominal dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :

kVA = 1,73 Vline Iline maka In =

2180 kVA
kVA
=
= 62,9311 A 63A
1,73 Vline
3 20 kV

Untuk proteksi terhadap arus lebih dapat disetting sebagai berikut:

64

Standart inverse time

Arus lebih (I) yang mengalir sebesar 1,2 In = 75,6 A dan time delay(T) = 1 detik.
Menurut TDL 2003 arus lebih (I) sebesar 1,2 In harus trip sebelum 20 menit.
Setting agar arus yang mengalir sebesar 1,2 In akan trip setelah 19 menit (t) dapat
disetting dengan menentukan arus setting (Is) dengan rumus dibawah ini.

t=

0,14
T

, maka Is = 75,4438 A
o ,o 2
1 2,97
( I / Is)

I

Is

0 , 02

0,14T
= 1+
2,97t

I 0,14T

= 1 +

Is
2,97t

50

75,6
0,14 1

= 1 +

Is
2,97 1140

50

Is = 75,6 / 1,002069546 = 75,4438 A


Jadi untuk memenuhi syarat dari TDL 2003 maka Is untuk standart inverse time
disetting 75,4 A.

Very inverse time


Arus lebih (I) yang mengalir sebesar 1,2 In = 75,6 A dan time delay(T) = 1 detik.
Menurut TDL 2003 arus lebih (I) sebesar 1,2 In harus trip sebelum 20 menit.
Setting agar arus yang mengalir sebesar 1,2 In akan trip setelah 19 menit (t) dapat
disetting dengan menentukan arus setting (Is) dengan rumus dibawah ini.

t=

13,5
T

, maka Is = 75,007 A
( I / Is) 1 1,5

I
13,5T
= 1+
Is
1,5t

I
9T
75,6
9 1
= 1+

= 1+
Is
t
1140
Is

Is = 75,6 / 1,0072069546 = 75,0079 A

65

Jadi untuk memenuhi syarat dari TDL 2003 maka Is untuk very inverse time
disetting 75 A.

Extremely inverse time


Arus lebih (I) yang mengalir sebesar 1,2 In = 75,6 A dan time delay(T) = 1 detik.
Menurut TDL 2003 arus lebih (I) sebesar 1,2 In harus trip sebelum 20 menit.
Setting agar arus yang mengalir sebesar 1,2 In akan trip setelah 19 menit (t)
dapat disetting dengan menentukan arus setting (Is) dengan rumus pada halaman
berikut.
t=

T
80
, maka Is = 72,5165 A

2
( I / Is) 1 0,808
2

80T
I
80T
75,6
80 1
I
= 1+
= 1+

= 1+
0,808t
Is
0,808t
Is
0,808 1140
Is
Is = 75,6 / 1,042521362 = 72,5165 A
Jadi untuk memenuhi syarat dari TDL 2003 maka Is untuk extremely inverse time
disetting 72,5 A.
Untuk proteksi terhadap arus gangguan yang menyebabkan terjadi unbalance
dapat disetting sebagai berikut:
Setting Is = 50 % ( 10% Ib Is 500% Ib )
Lihat harga k pada tabel 2.3 untuk Ii / Ib = 50 maka didapat harga k = 9
t = k T = 9 1 detik = 9 detik
Jika terjadi unbalance 50 %, maka dalam waktu t = 9 detik CB akan trip.

66

4.6 Perhitungan CT pada outgoing sebagai pembatas daya kontrak pelanggan

CT di outgoing dipasang menurut besarnya daya kontrak yang diperlukan oleh


pelanggan. Pemilihan CT dapat kita lihat pada contoh berikut ini :
UKP dengan
Daya Kontrak = 2180 kVA
Tegangan nominal = 20 kV
kVA = 1,73 Vline Iline maka In =

kVA
2180 kVA
=
= 62,9311 A 63A
1,73 Vline
3 20 kV

Arus yang diambil dari hasil perhitungan adalah 63 A, jadi CT yang dipakai oleh
UKP adalah 75 A
Faktor kali = ratio CT ratio PT
= 75 20000
5
100
= 3000 kali
Kegunaan faktor kali yaitu jika pada kWHmeter menunjukkan 10 kWH berarti
penunjukkan kWHmeter sebenarnya adalah 10 kWH x 3000 = 30000 kWH.
Tabel 4.2 Perhitungan CT dan faktor kali
No.

Besar Daya
Kontrak (kVA)

210

240

275

300

Potential
Perhitungan CT yang
Faktor
dipakai Transformer
CT
Kali
(Volt)
(Ampere)
(Ampere)
20000
3
10
400
6,062
5
100
3
20000
3
10
400
6,928
5
100
3
20000
3
10
400
7,938
5
100
3
20000
3
10
400
8,660
5
100
3

67

Tabel 4.2 Perhitungan CT dan faktor kali (sambungan)


No.

Besar Daya
Kontrak (kVA)

345

555

690

865

1040

10

1110

11

1385

12

1730

13

1865

14

2180

Potential
Perhitungan CT yang
Faktor
dipakai Transformer
CT
Kali
(Volt)
(Ampere)
(Ampere)
20000
3
10
400
9,959
5
100
3
20000
3
20
800
16,021
5
100
3
20000
3
20
800
19,918
5
100
3
20000
3
25
1000
24,97
5
100
3
20000
3
40
1600
30,022
5
100
3
20000
3
40
1600
32,042
5
100
3
20000
3
40
1600
39,981
5
100
3
20000
3
50
2000
49,94
5
100
3
20000
3
60
2400
53,838
5
100
3
20000
3
75
3000
62,931
5
100
3

68

Tabel 4.2 Perhitungan CT dan faktor kali (sambungan)


No.

Besar Daya
Kontrak (kVA)

15

2500

16

2770

Potential
Perhitungan CT yang
Faktor
dipakai Transformer
CT
Kali
(Volt)
(Ampere)
(Ampere)
20000
3
75
3000
72,169
5
100
3
20000
3
100
4000
79,963
5
100
3

20000
3465

17

100,02

150

100

3
3

20000
3880

18

112,005

150

100

4330

124,99

150

100

5540

159,926

200

100

6230

179,844

200

100

8000

20000
21

6000

20000
20

6000

20000
19

6000

8000

Tabel 4.3 Contoh pelanggan TM dengan daya kontraknya


No

Nama Pelanggan
TM

Alamat

Daya kontrak
(kVA)

Tarif

Faktor
kali

MGI

Rungkut Industri 3

210

I3

400

PT. MHE

Rungkut Industri 1

240

I3

400

PT. NS

Rungkut Industri 1

275

I3

400

69

Tabel 4.3 Contoh pelanggan TM dengan daya kontraknya (sambungan)


No

Nama Pelanggan
TM

Alamat

Daya kontrak
(kVA)

Tarif

Faktor
kali

PT. SIER

Rungkut Industri 3

300

I3

400

PPS

Rungkut Industri 1

345

I3

600

PT. C

Rungkut Industri 3

555

I3

600

PT. MP

Rungkut Industri 4

690

I3

800

GW PT. SIER

Rungkut Industri Raya

690

B3

1200

PT. WK

Rungkut Industri 1

865

I3

1200

10

CV. SA

Rungkut Industri 1

1040

I3

2000

11

RSI

Kali Rungkut Raya

1110

I3

1600

12

UKP

Siwalankerto

1110

S3K

2000

13

SJI

Rungkut Industri 4

1385

I3

2000

14

PT. FMI

Waru

1730

I3

2000

15

US

Trenggilis Mejoyo

1865

S3K

3000

16

UKP

Siwalankerto

2180

S3K

4000

17

PT. MI

Rungkut Industri Raya

2180

I3

4000

18

PT. R

Berbek Industri 5

2500

I3

4000

19

PT. MM

Margorejo

2770

B3

4000

20

PT. U

Rungkut Industri 4

3465

I3

4000

21

PT. MS

Waru

3880

I3

6000

22

PT. PB

Berbek Industri 1

4330

I3

8000

23

PT. LI

Gedung Baruk Raya

6230

I3

8000

Dilihat dari tabel diatas, maka pemasangan CT pada pelanggan TM sudah


memenuhi syarat, dilihat dari kapasitas CT yang dipasang disesuaikan dengan daya
kontraknya.

70

4.7 Interlock

Suatu sistem dikatakan interlock jika kedua-duanya tidak dapat dioperasikan


secara bersamaan. Interlock untuk cubicle double incoming terdapat pada :

LBS di incoming 1 dengan LBS di incoming 2

CB dengan earthing switch yang terletak di outgoing

LBS
630 A

LBS
630 A

Incoming 1

Incoming 2

Gambar 4.14 Interlock untuk LBS pada incoming 1 dengan LBS pada incoming 2
Jadi incoming 1 dan incoming 2 tidak dapat dioperasikan secara bersamaan.

LBS
630 A

LBS
630 A

LBS
630 A

CB
CT

PT

Incoming 1

Incoming 2

Metering

Outgoing

Gambar 4.15 Interlock untuk CB dengan earthing switch pada outgoing


Karena disconnector and earthing switch merupakan sistem yang interlock maka
LBS dan earthing switch tidak dioperasikan secara bersamaan, begitu juga pada CB
dan earthing switch pada outgoing.

Anda mungkin juga menyukai