BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah
Limbah adalah sisa dari suatu usaha atau kegiatan. Limbah berbahaya dan
beracun adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
dan beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan, merusak lingkungan
hidup, atau membahayakan lingkungan hidup manusia serta makhluk hidup
(Suharto, 2010).
Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Air limbah
adalah air yang membawa sampah (limbah) dari rumah tinggal, bisnis, dan
industri yaitu campuran air dan padatan terlarut atau tersuspensi dapat juga
merupakan air buangan dari hasil proses yang dibuang ke dalam lingkungan.
Berdasarkan sifat fisiknya limbah dapat dikategorikan atas limbah padat, cair, dan
gas.
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara
kelestarian lingkungan. Berbagai teknik pengolahan air limbah untuk menyisihkan
bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik
pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum dapat
dibagi menjadi tiga metode pengolahan, yaitu pengolahan secara fisika,
pengolahan secara kimia, dan pengolahan secara biologi (Suharto, 2010).
Ekualisasi
Pengolahan
secara fisika
Sedimentasi
Filtrasi
Flotasi
Adsorpsi
10
ekualisasi
berfungsi
untuk
meminimumkan
dan
aliran
limbah
cair
agar
tidak
terjadi
aliran
bergelombang.
Menghomogenkan senyawa organik dalam limbah cair agar tidak
terjadi fluktuasi.
Menyeragamkan nilai pH sekitar 6,508,50.
Ketepatan memasok limbah cair secara kontinyu untuk proses
berikutnya.
Ketepatan mengalirkan olahan limbah cair secara kontinyu ke badan
air.
Mengendalikan beban toksisitas yang tinggi.
Menurunkan nilai Biochemical Oxygen Demand (BOD) limbah cair.
11
d. Sedimentasi
Proses sedimentasi limbah cair untuk memisahkan zat padat dan
cair digunakan prinsip pengendapan gravitasi untuk:
Memisahkan padatan terlarut dalam klarifikasi primer sehingga
mampu menurunkan nilai BOD dengan rentang antara 30% sampai
75%.
Menurunkan padatan terlarut sekitar 40% sampai 95%.
Mereduksi mikroba sampai sekitar 40% sampai 75%.
Memindahkan endapan biologi dalam klarifikasi akhir lumpur aktif.
Memindahkan humus dalam perlakuan tricklink filter.
Perolehan lumpur padat dikirim ke lokasi penguburan limbah padat
(landfill).
Pada sedimentasi dibedakan jenis klarifikasi, yaitu klarifikasi primer dan
klarifikasi sekunder.
Klarifikasi primer atau dekantasi primer adalah unit proses yang
dirancang untuk memindahkan zat padat tersuspensi dan padatan lain
yang ada di dasar bak atau tangki klarifikasi sebelum dilakukan
perlakuan biologi untuk senyawa organik terlarut.
Klarifikasi sekunder adalah unit proses yang dirancang untuk
memindahkan senyawa biomassa yang terbentuk selama proses biologi
dan zat padat lain yang terbawa oleh limbah cair masuk ke unit proses
biologi, dan juga untuk mengentalkan lumpur biologi. Pada proses
12
13
14
g. Adsorpsi
Adsorpsi digunakan untuk memindahkan senyawa kimia tertentu
larutan dengan menggunakan adsorben karbon aktif mampu mengadsorpsi
senyawa organik dan juga menghilangkan bau tak sedap, rasa, dan warna
serta senyawa organik toksik. Wujud karbon aktif yang digunakan ialah
karbon aktif bentuk granular. Adsorpsi dibedakan atas adsorpsi fisik dan
adsorpsi kimia.
Pengolahan
secara kimia
Dialisis
Penghilangan ammonia
15
16
pengaduk bentuk pedal, dan baffle atau sirip di dinding tangki flokulasi.
Limbah cair yang diberi koagulan dengan dosis tertentu diaduk dalam
tangki flokulasi kemudian pengaduk dimatikan dan didiamkan, maka akan
terbentuk endapan di bagian bawah.
Nilai pH untuk koagulasi harus diperhatikan, misal garam-garam
besi bekerja pada nilai pH antara 4,50 sampai 5,50. Sebaliknya, garam
alumunium bekerja pada nilai pH antara 5,50 sampai 6,30. Limbah cair
pada perlakuan primer terdiri atas senyawa organik dalam bentuk suspensi
dan senyawa organik terlarut kemudian mengalir masuk ke dalam tangki
sedimentasi dan didiamkan selama 2 sampai 3 jam sehingga terbentuk air
limbah relatif bersih dengan campuran padatan dan limbah cair atau
lumpur primer (primary sludge).
c. Adsorpsi
Proses adsorpsi dengan menggunakan adsorben digunakan untuk
memisahkan senyawa pencemar dalam limbah cair. Proses adsorpsi adalah
kumpulan senyawa kimia dipermukaan adsorben, padat sebaliknya
absorpsi adalah penetrasi kumpulan senyawa kimia ke dalam senyawa
padat. Jika kedua peristiwa terjadi simultan maka peristiwa ini disebut
sorpsi. Karbon aktif digunakan sebagai adsorben untuk menghilangkan
kontaminan. Karbon aktif terbuat dari kayu, batu bara, lignit, tempurung
kepala, dan tulang ternak serta limbah sayuran kemudian dipanaskan tanpa
adanya oksigen sehingga terbentuk arang utuh.
17
d. Dialisis
Proses membran adalah proses pemisahan senyawa dari larutan
yang berisi senyawa dengan menggunakan membran permiabel selektif.
Proses membran terdiri atas proses dialisis, elektrodialisis, dan reverse
osmosis. Dialisis adalah proses pemisahan solute dari berbagai ionik atau
ukuran molekul dalam larutan oleh membran permiabel selektif.
e. Perpindahan oksigen dan pencampuran
Pada perlakuan lumpur aktif, lagon teraerasi, dan proses digesi
diperlukan adanya oksigen dalam proses aerobik dan proses pencampuran
dengan hasil padatan tersuspensi. Perpindahan oksigen dan proses
pencampuran dilakukan dengan aerasi dari alat kompresor. Sistem aerobik
menggunakan bak terbuka yang berisi limbah cair kemudian dipasok
oksigen dalam udara untuk proses metabolisme sehingga mampu
mendegradasi senyawa organik dalam limbah cair dengan nilai BOD yang
tidak terlalu tinggi.
f. Ozonisasi
Pendekatan bioteknologi ramah lingkungan terhadap limbah
pestisida dan limbah senyawa organik lainnya merupakan pendekatan
yang sangat dianjurkan untuk diterapkan meskipun proses ozonisasi lebih
lama jika dibandingkan dengan proses kimia. Ozonisasi adalah salah satu
pendekatan proses kimia untuk mendegradasi limbah pestisida dalam
limbah cair dan limbah senyawa organik meskipun limbah pestisida
merupakan residu yang permanen. Residu pestisida organofosfor sangat
18
19
Trickling filter
Pengolahan
secara biologi
Proses aerobik
Proses anaerobik
campuran.
20
b. Trickling filter
Istilah trickling filter bukan filter dikenal, namun trickling filter
terbuat dari bak beton bentuk silinder berisi batu kecil atau kepingan
plastik. Trickling filter atau perlokasi berbentuk silinder atau empat
persegi panjang dengan dinding baja untuk menyimpan kerikil, batu,
kepingan plastik atau batu kapur. Diameter trickling filter sangat bervariasi
mulai dari 1 m sampai 50 m.
c. Proses aerobik
Perlakuan aerobik limbah cair bertujuan untuk melarutkan dan
menggumpalkan senyawa organik menjadi produk baru seperti CO2, NH3,
radikal anorganik seperti SO4, PO4-3, dan mikroba baru. Bakteri dalam
jumlah besar dalam bioreaktor digunakan untuk mengkonversi limbah cair
yang berisi senyawa organik dan anorganik beracun. Masing-masing
spesies mikroba tidak diketahui dan tiadanya pembibitan (seeding) yang
diperlukan.
d. Proses anaerobik
Limbah industri khususnya lumpur primer dinyatakan dalam wujud
limbah organik yang mudah busuk dan berpotensi menimbulkan mikroba
patogen. Pada pengolahan limbah lumpur berupa senyawa kimia organik
dengan proses anaerobik oleh berbagai macam mikroba yang dibantu oleh
nutrien menjadi produk gas bio. Keuntungan perlakuan anaerobik
diantaranya adalah reduksi limbah, stabilisasi, perbaikan drainase, dan
matinya mikroba patogen.
21
stabilisasi
22
pembersihan. Air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang
berwujud cair (Permenlh No. 11, 2009).
Limbah pemotongan hewan (RPH) yang berupa feses urin, isi rumen atau
isi lambung, darah, daging atau lemak, dan air cuciannya, dapat bertindak sebagai
media pertumbuhan dan perkembangan mikroba sehingga limbah tersebut mudah
mengalami
pembusukan.
Dalam
proses
pembusukannya
di
dalam
air,
menimbulkan bau yang tidak sedap serta dapat menyebabkan gangguan pada
saluran pernapasan yang disertai dengan reaksi fisiologik tubuh berupa rasa mual
dan kehilangan selera makan. Selain menimbulkan gas berbau busuk juga adanya
pemanfaatan oksigen terlarut yang berlebihan dapat mengakibatkan kekurangan
oksigen bagi biota air.
23
24
6. pH (Derajat Keasaman)
Pengukuran pH berkaitan dengan proses pengolahan biologis
karena pH yang kecil akan lebih menyulitkan, disamping akan
mengganggu kehidupan dalam air bila dibuang ke perairan terbuka.
7. Suhu
Suhu air limbah umumnya tidak banyak berbeda dengan suhu
udara, tapi lebih tinggi daripada suhu air minum. Suhu dapat
mempengaruhi kehidupan dalam air, kecepatan reaksi atau penguraian,
proses pengendapan zat padat serta kenyamanan dalam badan-badan air.
25
Tabel 2.1 Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Rumah Pemotongan Hewan.
Parameter
Satuan
Kadar Maksimum
BOD
mg/L
100
COD
mg/L
200
TSS
mg/L
100
mg/L
15
NH3-N
mg/L
25
pH
69
Volume air limbah maksimum untuk sapi, kerbau dan kuda : 1,5 m3/ekor/hari
Volume air limbah maksimum untuk kambing dan domba : 0,15 m3/ekor/hari
Volume air limbah maksimum untuk babi
: 0,65 m3/ekor/hari
Sumber: Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2006 Tentang Baku
Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Rumah Pemotongan Hewan.
26
27
5. NH3 (Ammonia)
28
6. pH (derajat keasaman)
Pengukuran pH yang berkaitan dengan proses pengolahan biologis
karena pH yang kecil akan lebih menyulitkan disamping akan
mengganggu kehidupan dalam air bila dibuang ke perairan terbuka. Kadar
pH maksimum yang diperbolehkan bagi kegiatan rumah potong hewan
adalah 6-9.
29
kadang dapat menimbulkan bau yang tidak enak serta pemandangan yang
tidak menyenangkan.
2. Akibat terhadap kesehatan masyarakat
Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air limbah dapat
menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air limbah dapat
menjadi media tempat berkembang biaknya mikroorganisme patogen,
larva nyamuk ataupun serangga lainnya yang dapat menjadi media
transmisi penyakit, terutama penyakit-penyakit yang penularannya melalui
air yang tercemar seperti kholera, typhus abdominalis, dysentri baciler,
dan sebagainya.
3. Akibat terhadap sosial-ekonomi
Lingkungan hidup manusia sangat mempengaruhi bukan hanya
kesehatan fisik saja, tetapi juga kesehatan mental dan sosial dan manusia
terhadap tersebut. Keadaan lingkungan yang buruk menyebabkan perasaan
yang tidak nyaman dan tidak menyenangkan.
Sebagai akibatnya, kesehatan manusia terganggu dan menjadi
kurang produktif. Sedangkan perkembangan masyarakat tergantung dari
tenaga kerja yang produktif. Kalau dalam masyarakat selalu terjadi
penyakit akibat pengaruh buruk lingkungan, maka hal ini akan
mempengaruhi kemampuan kerja dan juga mempengaruhi keadaan sosial
ekonominya.
30
pengendapan
zat-zat
padat
sehingga
mempercepat
31
32
Matahari
CO2
NH3
Zone Aerobic
CH4
PO4 SO4
NO3
CO3
H2S
Zone Fakultatif
Zone Anaerobic
Tanah
Empat unsur yang berperan dalam proses pembersihan alamiah ini adalah
sinar matahari, ganggang, bakteri dan oksigen.
33
34
7. Menyampaikan laporan tentang catatan debit air limbah harian, jumlah dan
jenis hewan yang dipotong per hari dan kadar parameter baku mutu air
limbah sebagaimana dimaksud dalam point 4, point 5, dan point 6
sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali kepada Gubernur dan
Bupati/Walikota dengan tembusan disampaikan kepada Menteri Negara
Lingkungan Hidup dan instansi yang membidangi kegiatan RPH serta
instansi lain yang dianggap perlu.
Setiap penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan RPH dilarang
melakukan pengenceran air limbah dari kegiatannya.
Standard,
diperbolehkan
untuk
merupakan
dibuang
kadar
ke
maksimum
lingkungan.
limbah
Menteri
yang
Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup dalam keputusannya No. KEP03/MENKLH/II/1991 telah menetapkan baku mutu air pada sumber air,
baku mutu limbah cair, baku mutu udara ambien, baku mutu udara emisi
dan baku mutu air laut.
Dalam keputusan tersebut, yang dimaksud dengan:
35
Baku mutu air pada sumber air adalah batas kadar yang
diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat dalam air, namun
tetap berfungsi sesuai dengan peruntukkannya.
Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi
zat atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemaran ke
dalam air pada sumber air, sehingga tidak menyebabkan dilampauinya
baku mutu air.
Baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi
zat atau bahan pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemaran
ke udara, sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu
udara ambient.
Baku mutu air laut adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat,
energi, atau komponen lain yang ada atau harus ada, dan zat atau
bahan pencemar yang ditenggang adanya dalam air laut.
36
Kelas satu, air yang peruntukkannya digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
mengairi
pertanian,
dan
atau
peruntukkan
lain
yang
2.10 Pengolahan Air Limbah Rumah Potong Hewan (RPH) dengan Cara
Elektrokoagulasi Aliran Kontinyu
Sekarang telah dikembangkan metode baru untuk pengolahan limbah cair
RPH, yaitu teknik elektrokoagulasi. Elektrokoagulasi merupakan proses
destabilisasi suspensi, emulsi dan larutan yang mengandung kontaminan dengan
cara mengalirkan arus listrik melalui air, menyebabkan terbentuknya gumpalan
yang mudah dipisahkan.
37
38
air, yaitu enceng gondok (Eichhornia crasspes (Mart) Solm) sebagai teknologi
sederhana, murah, ramah lingkungan, serta sangat mudah dalam penggunaannya,
sehingga biaya sabagai salah satu kendala utama dalam penanganan air limbah
RPH dapat diatasi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan (Suardana IW, 2009)
mengenai pemanfaatan enceng gondok (Eichhornia crasspes (Mart) Solm)
sebagai metode pengolahan limbah RPH secara biologis dengan menggunakan
parameter pH, BOD, dan COD. Sampel yang digunakan terdiri dari 4 bak, yaitu:
bak tanpa eceng gondok, bak dengan 30% eceng gondok, bak dengan 60% eceng
gondok, dan bak dengan 90% eceng gondok. Dimana masing-masing parameter
diobservasi pada hari ke-0, 7, 14, 21, dan 28 (Tabel 2.2). Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa eceng gondok (Eichhornia crasspes (Mart)
Solm) dapat berperan sebagai metode pemulihan lingkungan secara biologis,
sebagaimana hasil penelitian menunjukkan bahwa eceng gondok mampu
menurunkan kadar pH, BOD, dan COD dari air limbah RPH di lokasi penelitian
tersebut dilakukan.
Tabel 2.2 Persentase Penurunan Nilai pH, BOD dan COD Air Limbah RPH
Pesanggaran dengan Perlakuan Eceng Gondok
No
1.
Parameter Perlakuan
pH
14
21
28
Kontrol
0%
-4,11%
8,10%
11,03%
13,73%
30%
0%
17,96% 19,37%
23,24%
23,83%
60%
0%
17,49% 20,07%
24,30%
24,77%
90%
0%
19,01% 19,72%
23,83%
24,30%
39
2.
3.
BOD
COD
Kontrol
0%
8,22%
25,62%
37,90%
39,44%
30%
0%
12,33% 35,36%
47,74%
50,42%
60%
0%
17,70% 30,74%
47,69%
52,85%
90%
0%
19,17% 35,42%
49,84%
55,50%
Kontrol
0%
-3,67%
0,33%
10%
30%
0%
19,70% 21,03%
27,03%
36,97%
60%
0%
22,87% 22,87%
40,37%
44,13%
90%
0%
-7%
terjadinya
pencemaran
dapat
diupayakan
pencegahannya.
40
Tabel 2.3 Hasil Pemeriksaan Fisik Air Sumur Gali di Sekitar RPH Medan
N
O
Suhu Sampel
(oC)
Baku Mutu
Dibawah 3 oC
atau diatas
Warna
Max
50 TCU
Titik I: 10 Meter
26,4
11
26,2
34
Titik I: 20 Meter
26,2
15
26,2
251
Titik I: 50 Meter
26,0
26
26,2
10
26,2
26,0
41
Tabel 2.4 Hasil Pemeriksaan Kualitas Kimia Terbatas Air Sumur Gali di
Sekitar RPH Medan
Jarak Sumur Gali
pH
NH3
Fe
Mn
NO3-
Cl
6,5-9,0
1,5 mg/l
1 mg/l
0,5 mg/l
10 mg/l
600 mg/l
Titik I: 10 Meter
7,3
0,00146
0,011
0,042
0,9
12,42
6,6
0,00056
0,231
0,039
2,3
12,16
Titik I: 20 Meter
7,5
0,00204
0,525
0,457
0,9
11,18
7,0
0,0171
3,015
0,853
0,8
8,92
Titik I: 50 Meter
7,2
0,003015
0,129
0,057
3,2
8,42
7,2
0,000435
0,085
0,071
0,7
6,62
7,0
0,00076
0,054
0,037
0,6
10,42
7,1
0,0037
0,037
0,048
0,6
8,24
N
O
Total coli
Coli faecal
50/100 ml
50/100 ml
Titik I: 10 Meter
210
210
130
130
Titik I: 20 Meter
280
280
350
280
Titik I: 50 Meter
34
31
47
47
47
47
47
24
42
Perbandingan bentuk kedua aliran tersebut dapat dilihat pada gambar 2.6 di bawah
ini:
43
1 +
12
2
= 2 +
22
2
+ ......(2.1)
1 +
12
2
= 2 +
22
2
.(2.2)
di mana: h = ketinggian aliran (m), V = kecapatan aliran (m/s),
g = kecepatan gravitas (9,8 m/s2), dan = massa jenis air
44
45
Hydraulic jump
Hal ini timbul pada aliran air banjir dan gelombang atau gutter (parit
terbuka). Pada umumnya perhitungan saluran terbuka hanya digunakan pada
aliran tetap dengan debit dinyatakan sebagai:
Q = A x V.......(2.3)
di mana: A = Luas penampang melintang aliran (m), V = Kecepatan rata-rata
aliran (m/dtk)
Dan debit untuk sepanjang saluran dianggap seragam dengan kata lain aliran
bersifat kontinyu:
Q = A1 x V1 = A2 x V2...(2.4)
= C x Rx x Sy
46
Sejajar atau Sf = Sw = So
Gambar 2.7 Penurunan Rumus Chezy Untuk Aliran Seragam pada Saluran
Terbuka
2.13.4 Rumus Chezy
Bila air mengalir dalam suatu saluran terbuka, air tersebut akan mengalami
tahanan saat mengalir ke hilir. Tahanan mengadakan perlawanan terhadap
komponen gaya berat yang menyebabkan air tersebut mengalir. Aliran seragam
terjadi bila kedua komponen ini seimbang.
Untuk aliran mantap ( tidak ada percepatan) diperoleh persamaan:
g . A . L Sin = o
. P . L..(2.5)
g . A . L . S = o
. P . L.....(2.6)
47
A
.
. S =
P
. R . S
k
Dengan merubah:
g
= C
k
Maka diperoleh:
V = C
R . S........(2.8)
48
. R2/3 . S1/2....(2.9)
atau:
Q = A.V =
. R2/3 . S1/2.......(2.10)
R = ............(2.11)
= ..........(2.12)
= + 2.......(2.13)
di mana: V = kecepatan aliran (m/s), n = koefisien Manning, R = jari-jari
hidraulik (m), S = kemiringan dasar saluran, A = luas basah (m2), P =
keliling basah (m2), b = lebar saluran (m), dan y = tinggi aliran (m)
V = K . R2/3 . S1/2......(2.14)
49
V=
V=
Hf =
1
2
. R4/3 . hf / L
2 .2 .
=
4/3
.
2/3
.L
S = hf / L
n besar
50
Butir halus
n kecil
2. Jenis tumbuh-tumbuhan
Tumbuhan yang terdapat dalam saluran dapat menghambat lajunya aliran
serta memperkecil kapasitas pengaliran.
Belukar atau bakau
n besar
Rerumputan
n kecil
n kecil
Tidak teratur
n besar
4. Trace saluran
Lengkung saluran dengan garis tengah yang besar akan lebih baik dari
pada saluran dengan tikungan tajam.
Lurus
n kecil
Berbelok-belok
n besar
n kecil
Kerikil
n besar
51
6. Hambatan
Adanya pilar jembatan, balok sekat atau drempel dapat mempengaruhi
aliran terutama jika jumlahnya banyak.
Hambatan kecil
n besar
Hambatan besar
n kecil
n besar
Saluran besar
n kecil
n besar
Air dalam
n kecil
Debit kecil
n besar
Debit besar
n kecil