Anda di halaman 1dari 10

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)


http://jurnal.pasca.uns.ac.id

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN


PROSES DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI
DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN ANALISIS
Hadma Yuliani 1, Widha Sunarno 2, Suparmi 3
1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
hadmayuliani@yahoo.co.id
2

Dosen Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
widhasunarno@gmail.com

Dosen Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
suparmiuns@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses
menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi, sikap ilmiah, kemampuan analisis, dan interaksinya terhadap
prestasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Populasinya terdiri dari siswa kelas
XI SMAN 1 Jakenan tahun pelajaran 2011/2012. Sampel yang diambil 2 kelas yaitu kelas XI IPA 5 dan XI IPA
6 dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data kemampuan analisis dan
prestasi kognitif menggunakan metode tes. Untuk data sikap ilmiah dan prestasi afektif menggunakan metode
angket. Teknik analisis data menggunakan multivariate analysis of variance (manova). Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan: 1) tidak terdapat pengaruh pembelajaran dengan metode terhadap prestasi kognitif.
Namun, terdapat pengaruh pembelajaran dengan metode terhadap prestasi afektif; 2) terdapat pengaruh sikap
ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif dan afektif; 3) terdapat pengaruh kemampuan analisis tinggi
dan rendah terhadap prestasi kognitif. Namun tidak terdapat pengaruh kemampuan analisis tinggi dan rendah
terhadap prestasi afektif; 4) tidak terdapat interaksi antara metode dengan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif
dan afektif; 5) tidak terdapat interaksi antara metode dengan kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif,
namun terdapat interaksi antara metode dengan kemampuan analisis terhadap prestasi afektif; 6) tidak terdapat
interaksi sikap ilmiah dengan kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif dan afektif; 7) tidak terdapat
interaksi pembelajaran antara metode, sikap ilmiah, dan kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif dan
afektif.
Kata kunci :

pendekatan keterampilan proses, sikap ilmiah, kemampuan analisis, prestasi belajar,


fluida statis.

Untuk mendukung tercapainya fungsi


tersebut
perlu
adanya
pengembangan
kemampuan siswa maka perlu adanya
keterlibatan dari orang tua, guru, dan pemerintah.
Pengembangan kemampuan siswa perlu adanya
dukungan dari orang tua. Selain itu, perubahan di
bidang pendidikan terus diupayakan baik
perubahan kurikulum pendidikan maupun
peranan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan
nasional sebagaimana tercantum dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yaitu: Pendidikan nasional
harus mampu menjamin pemerataan kesempatan

Pendahuluan
Pendidikan nasional yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi:
Mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
207

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta
diperlukan kontak langsung dengan hal yang
efisiensi manajemen pendidikan. Peningkatan
ingin diketahui. Inilah sebabnya dalam fisika
mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan
terdapat metode eksperimen dan inkuiri, dimana
kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui
siswa
dapat
mengamati,
mengukur,
olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga agar
mengumpulkan data, menganalisa data, dan
saing dalam menghadapi
memiliki daya
menyimpulkan sangat cocok dalam mendalami
tantangan global. Tetapi pada kenyataannya,
fisika. Metode ilmiah yang sangat jelas
mutu pendidikan di Indonesia lebih rendah
menunjukkan proses abstraksi terhadap kejadian
dibandingkan dengan mutu pendidikan negarakonkrit, tepat untuk digunakan dalam
negara lain di tingkat regional dan internasional.
mempelajari fisika (Suparno, 2007: 12). Selain
Indonesia dengan telah tiga kali berpartisipasi
itu fisika juga merupakan ilmu pengetahuan yang
dalam TIMSS, yaitu tahun 1999, 2003, dan 2007
berusaha menguraikan dan menjelaskan hukumdengan mengikutkan siswa kelas VIII SMP/MTs.
hukum dan kejadian-kejadian dalam alam
Capaian siswa kelas VIII di Indonesia dalam
menurut pemikiran manusia.
matematika dan sains yang berada di papan
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan
bawah dibandingkan capaian siswa di beberapa
bahwa fisika adalah pengetahuan yang
negara di Asia (Hongkong, Japan, Korea,
mempelajari kejadian-kejadian yang bersifat fisis
Taiwan, Malaysia, Thailand). Siswa Indonesia
yang mencakup proses, produk dan sikap ilmiah
menempati peringkat 32 dari 38 negara (tahun
bersifat siklik, saling berhubungan, dan
1999), peringkat 37 dari 46 negara (tahun 2003),
menerangkan bagaimana gejala-gejala alam
dan peringkat 35 dari 49 negara (tahun 2007).
tersebut terukur melalui pengamatan dan
Dengan capaian tersebut, rata-rata siswa
penelitian. Produk merupakan kumpulan
Indonesia hanya mampu mengenali sejumlah
pengetahuan yang dapat berupa fakta, konsep,
fakta
dasar
tetapi
belum
mampu
prinsip, hukum, dan teori. Proses merupakan
mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai
langkah-langkah yang harus ditempuh untuk
topik sains, apalagi menerapkan konsep-konsep
memperoleh pengetahuan misalnya mengamati,
yang kompleks dan abstrak (data dari TIMSS
menafsirkan
pengamatan,
mengklarifikasi,
diambil dari Prosiding Seminar Nasional Fisika
meramalkan, menerapkan konsep, merencanakan
2010 pada tanggal 28 April 2010)
percobaan, berkomunikasi dan menyimpulkan.
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia
Sikap ilmiah terbentuk saat melakukan proses,
berdasarkan TIMSS, khususnya pembelajaran
misalnya objektif dan jujur pada saat
sains karena pembelajaran sains tidak diajarkan
mengumpulkan dan menganalisa data.
sesuai dengan karakteristik sains itu sendiri.
Pembelajaran sains khususnya fisika harus
Pembelajaran sains adalah pembelajaran untuk
sesuai karakteristik fisika melalui pengukuran
mendapatkan
pengetahuan
yang
dengan
langsung, penggunaan metode eksperimen dan
menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk
demonstrasi dan penjabaran rumus. Mata
menggambarkan dan menjelaskan fenomena
pelajaran fisika di SMA dikembangkan untuk
fenomena yang terjadi di alam.
mendidik siswa agar mampu mengembangkan
Fisika oleh Piaget dikelompokkan sebagai
observasi dan eksperimentasi serta berfikir taat
pengetahuan fisis. Pengetahuan fisis terjadi
asas. Berfikir taat asas dikembangkan dari
karena abstraksi terhadap alam. Pengetahuan
kemampuan matematis yang dimiliki lewat
fisis adalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari
pelajaran matematika. Kemampuan observasi
suatu objek atau kejadian dalam bentuk, besar
dan eksperimentasi ditekankan pada melatih
kekasaran, berat serta bagaimanan objek-objek
kemampuan berpikir eksperimental. Kemampuan
itu berinteraksi satu dengan yang lainnya (Piaget,
berpikir eksperimental mencakup tata laksana
1970, 1971: Wadsworth, 1989) yang dikutip oleh
percobaan dan mengenal peralatan laboratorium.
Suparno (2007: 12). Siswa memperoleh
Standar kompetensi mata pelajaran fisika untuk
pengetahuan fisis tentang suatu objek dengan
SMA kelas XI telah dirumuskan oleh
mengerjakan atau bertindak terhadap objek itu
Departemen Pendidikan Nasional antara lain:
melalui inderanya. Pengetahuan fisis ini didapat
menganalisis gejala alam dan keteraturannya
dari abstraksi langsung akan suatu objek. Oleh
dalam cakupan mekanika benda titik,
karena itu fisika adalah pengetahuan fisis, maka
menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik
sangat jelas bahwa untuk mempelajari fisika dan
sistem kontinyu dalam menyelesaikan masalah,
membentuk
pengetahuan
tentang
fisika,
208

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
menerapkan konsep termodinamika dalam mesin
Ada faktor-faktor yang mempengaruhi
kalor.
prestasi belajar siswa antara lain adalah kondisi
Materi dalam pembelajaran fisika untuk
internal dan kondisi eksternal dari siswa. Kondisi
SMA kelas XI salah satunya fluida statis yang
internal adalah faktor-faktor yang berasal dari
terdapat dalam standar kompetensi menerapkan
dalam diri siswa meliputi kemampuan awal,
konsep dan prinsip mekanika klasik sistem
pengetahuan prasyarat yang telah dimiliki siswa,
kontinyu dalam menyelesaikan masalah.
aktivitas, kreativitas, sikap ilmiah, intelegensi,
Karakteristik materi fluida statis merupakan
gaya belajar, interaksi sosial, bakat, dan
materi pembelajaran yang bisa diamati oleh
kemampuan analisis. Sikap ilmiah dan
siswa secara langsung. Pada materi fluida statis
kemampuan analisis berpengaruh terhadap
banyak berkaitan dalam kehidupan sehari-hari
pembelajaran fisika. Baharuddin (1982:34)
maka materi fluida statis penting untuk dipahami
mengemukakan bahwa sikap ilmiah pada
siswa. Dalam pembelajaran fluida statis kurang
dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh
berhasil bila tidak ditunjang dengan kegiatan
para ilmuwan saat ilmuwan melakukan kegiatan
praktikum/laboratorium. Metode eksperimen dan
eksperimen.
Dengan
perkataan
lain
demonstrasi yang digunakan untuk proses
kecenderungan siswa untuk bertindak atau
pembelajaran
dalam
kegiatan
berperilaku dalam memecahkan suatu masalah
praktikum/laboratorium dengan menggunakan
secara sistematis melalui langkah-langkah
pendekatan keterampilan proses.
ilmiah. Aspek sikap ilmiah terdiri dari sikap
Pembelajaran keterampilan proses dengan
ingin tahu, sikap kritis, sikap obyektif, sikap
metode eksperimen dan demonstrasi di SMA
menghargai karya orang lain, sikap tekun, dan
Negeri 1 Jakenan sudah dilaksanakan dalam
sikap terbuka.
pembelajaran fisika tetapi kurang maksimal.
Faktor lain yang harus diperhatikan adalah
Maka sebaiknya, siswa diberikan pembelajaran
kemampuan analisis. Kemampuan analisis adalah
fisika dengan pembelajaran proses dimana
kemampuan menjabarkan atau menguraikan
melibatkan
siswa
secara
aktif
dalam
konsep menjadi bagian-bagian yang lebih rinci
pembelajaran dengan melakukan pengamatan
dan menjelaskan keterkaitan atau hubungan antar
dalam
memperoleh
pengetahuan/konsep
bagian-bagian tersebut. Komponen kemampuan
pembelajaran sehingga pembelajaran bermakna.
analisis yang dimaksud adalah mengintepretasi
Pembelajaran bermakna diharapkan mampu
data, menentukan hubungan antar hal, memerinci
bertahan lama diingatan/memori siswa karena
informasi,
menginterprestasi
data
untuk
siswa menemukan pengetahuannya melalui
memecahkan masalah dan membuat hipotesis.
metode ilmiah.
Kondisi pembelajaran harus diperbaiki
Pendidikan sains di Indonesia khususnya
yaitu dengan berbagai pendekatan, model dan
fisika masih monoton dan membosankan. Proses
metode pembelajaran antara lain pendekatan
belajar mengajar yang dilakukan guru pada
keterampilan proses, pendekatan kontekstual,
umumnya adalah guru sebagai pusat pengetahuan
model kooperatif, model PBI, metode inkuiri,
di depan kelas, siswa belum terlibat aktif dari
metode eksperimen, dan metode demonstrasi.
pembelajaran, pembelajaran belum melibatkan
Keterampilan proses atau metode ilmiah
keterampilan proses dan kontekstual, dan soal
merupakan bagian dari sains (Subiyanto, 1988:
yang diberikan belum kontekstual sehingga hasil
114). Dengan menggunakan keterampilanbelajar yang diperoleh siswa rendah karena guru
keterampilan memproses perolehan pengetahuan,
siswa akan mampu untuk menemukan konsep
fisika SMA lebih menekankan pada pencapaian
atau prinsip tau teori, untuk mengembangkan
target kurikulum dan kurang menekankan pada
konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun
pemahaman konsep. Selain itu, pelajaran fisika
untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu
merupakan salah satu pelajaran yang dianggap
penemuan (falsfilasi) (Indrawati, 1999: 3). Proses
sulit dan tidak disukai oleh siswa, karena fisika
belajar
mengajar
dengan
pendekatan
biasanya melalui pendekatan secara matematis.
keterampilan prose akan menciptakan kondisi
Pembelajaran fisika bukan hanya sekedar
belajar yang melibatkan siswa serta aktif.
mengerti matematika, tetapi lebih jauh siswa
Ada beberapa alasan yang melandasi perlu
diharapkan mampu memahami konsep yang
diterapkannya pendekatan keterampilan proses
terdapat dalam pembelajaran fisika, menuliskan
dalam kegiatan belajar mengajar. Alasan
simbol-simbol fisis, memahami permasalahan
pertama, perkembangan ilmu pengetahuan
serta menyelesaikan secara matematis.
209

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
berlangsung semakin cepat sehingga tak
interaksi antara pendekatan keterampilan proses
mungkin lagi para guru mengajar semua fakta
dengan metode eksperimen dan demonstrasi
dan konsep kepada siswa. Kedua, para ahli
dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar
psikologi pada umumnya sependapat bahwa
siswa, (5) interaksi antara pendekatan
anak-anak mudah memahami konsep-konsep
keterampilan proses dengan metode eksperimen
yang rumit dan abstrak jika disertai dengan
dan demonstrasi dengan kemampuan analisis
contoh-contoh konkret. Ketiga, penemuan ilmu
terhadap prestasi belajar siswa, (6) interaksi
pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus
antara sikap ilmiah dengan kemampuan analisis
persen, penemuannya bersifat relatif. Alasan
terhadap prestasi belajar siswa, (7) interaksi
keempat, dalam proses belajar mengajarnya
antara pendekatan keterampilan proses dengan
seyogyanya pengembangan konsep tidak lepas
metode eksperimen dan demonstrasi dengan
dari perkembangan sikap dan nilai dalam anak
sikap ilmiah dan kemampuan analisis terhadap
didik. Karena itu, pengembangan keterampilan
prestasi belajar siswa.
dalam memperoleh data dan pengetahuan akan
Metode Penelitian
berperan sebagai wahana penyatu antara
pengembangan konsep dan pengembangan sikap
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri
dan nilai (Conny, 1988: 14-16)
1 Jakenan Tahun Pelajaran 2011/2012 yang
Selain pendekatan pembelajaran, guru
beralamat di Kecamatan Jakenan, Kabupaten
didukung metode pembelajaran. Seorang guru
Pati, Provinsi Jawa Tengah. Adapun waktu
diharapkan
dapat
menggunakan
metode
pelaksanaan penelitian ini mulai dari penyusunan
pembelajaran yang tepat, sehingga materi akan
proposal hingga pembuatan laporan penelitian
lebih mudah diterima siswa. Metode eksperimen
dimulai bulan September tahun 2011 sampai
dan demonstrasi merupakan salah satu alternatif
dengan tahun Juli 2012. Penelitian ini adalah
metode pembelajaran yang digunakan guru pada
penelitian
kuasi
eksperimen.
Kelompok
proses pembelajaran berlangsung. Metode
eksperimen I
diajar dengan pendekatan
eksperimen mempunyai tujuan agar siswa
keterampilan proses menggunakan metode
mampu mencari dan menemukan sendiri
eksperimen dan kelompok eksperimen II dengan
berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang
menggunakan pendekatan keterampilan proses
dihadapinya dengan mengadakan percobaan
menggunakan metode demonstrasi.
sendiri. Metode eksperimen merupakan suatu
Rancangan penelitian dalam penelitian ini
cara mengajar agar siswa dapat terlatih dalam
disusun sesuai dengan variabel-variabel yang
cara berpikir yang ilmiah (scientific thinking).
terlibat.
Variabel-variabel
terlibat
dalam
Dengan eksperimen siswa menemukan bukti
penelitian ini merupakan cerminan dari data-data
kebenaran dari sesuatu yang telah dipelajarinya.
yang akan diperoleh setelah perlakuan terhadap
Sedangkan, metode demonstrasi merupakan
sampel penelitian yang dilakukan. Data yang
suatu cara mengajar yang hampir sejenis dengan
diperoleh kemudian dianalisis menggunakan uji
eksperimen tetapi siswa tidak melakukan
manova.
Teknik
pengambilan
sampel
percobaan. Siswa hanya melihat yang dikerjakan
menggunakan teknik cluster random sampling.
oleh guru atau perwakilan dari siswa. Metode
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi
demonstrasi adalah cara mengajar agar seseorang
yang diteliti (Suharsimi: 2006). Sampel yang
siswa menunjukkan dan memperlihatkan sesuatu
digunakan dalam penelitian ini ada 2 kelas, yaitu
proses/kegiatan percobaan (Roestiyah, 2008: 80kelas XI IPA 5 sebagai kelas eksperimen pertama
82). Berdasarkan uraian diatas maka akan
dengan
pendekatan
keterampilan
proses
dilakukan penelitian menerapkan pembelajaran
menggunakan metode eksperimen dan kelas XI
fisika dengan pendekatan keterampilan proses
IPA 6 sebagai kelas eksperimen kedua dengan
dengan metode eksperimen dan demonstrasi
pendekatan keterampilan proses menggunakan
ditinjau dari sikap ilmiah dan kemampuan
metode demonstrasi.
analisis. Adapun tujuan dalam penelitian ini
Teknik
pengumpulan
data
dalam
adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh
penelitian ini menggunakan: (1) metode tes
pendekatan keterampilan proses dengan metode
untuk mengetahui prestasi belajar siswa dalam
eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi
ranah kognitif dan juga untuk mengetahui
belajar siswa, (2) pengaruh sikap ilmiah terhadap
kemampuan analisis siswa, (2) metode angket
prestasi belajar siswa, (3) pengaruh kemampuan
digunakan untuk mengetahui sikap ilmiah dan
analisis terhadap prestasi belajar siswa, (4)
210

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
prestasi afektif siswa, (3) metode observasi
dilakukan untuk mendapatkan kumpulan data
dari aktivitas belajar siswa pada saat melakukan
kegiatan praktikum dan untuk pengamatan
perilaku penilaian prestasi belajar ranah afektif.
Instrumen pelaksanaan penelitian dalam
penelitian ini berupa silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar
Kerja Siswa (LKS). Instrumen pengambilan data
digunakan tes, angket dan observasi. Tes
digunakan untuk mengukur prestasi belajar
kognitif siswa dan mengukur
kemampuan
analisis siswa. Angket digunakan untuk
mengukur sikap ilmiah dan prestasi belajar ranah
afektif. Observasi untuk mengukur penilaian
prestasi belajar ranah afektif.
Uji normalitas data menggunakan uji
Shapiro-Wilk yang terdapat pada software SPSS
17. Dan uji homogenitas digunakan adalah test
of homogeneity variances. Kemudian
Pengujian hipotesis pada penelitian ini
menggunakan uji manova dengan bantuan
software SPSS 17 (Budiyono: 2009).

Tabel 2. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif


Ditinjau Dari Sikap Ilmiah
Kelompok
Sikap Ilmiah
Tinggi
Sikap Ilmiah
Rendah

Tabel 1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif


Ditinjau Dari Metode Belajar
Kelompok
Metode Eksperimen
Metode Demonstrasi

Jumlah
Maks.Min.
Data
36
87
60
36
87
47

RataSD
rata
75.47 6.609
68.94 9.295

Pada Tabel 1 diperlihatkan nilai rata-rata


prestasi belajar kognitif kelas dengan metode
eksperimen lebih tinggi dan memiliki standar
deviasi yang lebih kecil dibandingkan metode
demonstrasi. Dengan standar deviasi yang kecil
pada metode eksperimen menunjukkan bahwa
data mengumpul. Data mengumpul menunjukkan
data nilai siswa yang baik untuk prestasi belajar
kognitif. Sedangkan standar deviasi yang besar
pada metode demonstrasi menunjukkan data
menyebar.
Dengan
metode
eksperimen
menunjukkan nilai siswa lebih baik daripada
metode demonstrasi terhadap prestasi belajar
kognitif.

Ratarata

Standar
Deviasi

37

87

63

76.95

6.191

35

83

47

67.20

8.102

Jumlah
Data

Maks.

Min.

Ratarata

Standar
Deviasi

48

84

63

75.20

5.143

28

82

62

70.93

5.422

Pada Tabel 3 diperlihatkan nilai rata-rata


prestasi belajar
kognitif
kelas
dengan
kemampuan analisis tinggi lebih tinggi dan
memiliki standar deviasi yang lebih kecil
dibandingkan kemampuan analisis rendah.
Dengan standar deviasi yang kecil pada
kemampuan analisis tinggi menunjukkan bahwa
data mengumpul. Data mengumpul menunjukkan
data nilai siswa yang baik untuk prestasi belajar
kognitif dengan kemampuan analisis tinggi.
Sedangkan standar deviasi yang besar pada
kemampuan analisis rendah menunjukkan data
menyebar.
Jadi,
siswa
yang memiliki
kemampuan analisis tinggi menunjukkan nilai
siswa lebih baik daripada kemampuan analisis
rendah.
Tabel 4. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau
Dari Metode Belajar
Kelompok
Metode
eksperimen
Metode
Demonstrasi

211

Min.

Tabel 3. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif


Ditinjau Dari Kemampuan Analisis
Kemp.
Analisis
Tinggi
Kemp.
Analisis
Rendah

Deskripsi data untuk kedua kelas eksperimen


tersebut dapat dilihat pada Tabel 1

Maks.

Pada Tabel 2 diperlihatkan nilai rata-rata


prestasi belajar kognitif kelas dengan sikap
ilmiah tinggi lebih tinggi dan memiliki standar
deviasi yang lebih kecil dibandingkan sikap
ilmiah rendah. Dengan standar deviasi yang kecil
pada sikap ilmiah tinggi menunjukkan bahwa
data mengumpul. Data mengumpul menunjukkan
data nilai siswa yang baik untuk prestasi belajar
kognitif dengan sikap ilmiah tinggi. Sedangkan
standar deviasi yang besar pada sikap ilmiah
rendah menunjukkan data menyebar. Jadi, siswa
yang memiliki sikap ilmiah tinggi menunjukkan
nilai siswa lebih baik daripada sikap ilmiah.

Kelompok

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Jumlah
Data

Jumlah
Data

Maks.

Min.

Ratarata

SD

36

84

67

75.58

4.735

36

84

62

71.50

5.755

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Pada Tabel 4 diperlihatkan nilai rata-rata
prestasi belajar afektif kelas dengan metode
eksperimen lebih tinggi dan memiliki standar
deviasi yang lebih kecil dibandingkan metode
demonstrasi. Dengan standar deviasi yang kecil
pada metode eksperimen menunjukkan bahwa
data mengumpul. Data mengumpul menunjukkan
data nilai siswa yang baik untuk prestasi belajar
afektif. Sedangkan standar deviasi yang besar
pada metode demonstrasi menunjukkan data
menyebar. Dengan demikian metode eksperimen
menunjukkan nilai siswa lebih baik daripada
metode demonstrasi terhadap prestasi belajar
afektif.
Tabel 5. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau
Dari Sikap Ilmiah
Kelompok
Sikap Ilmiah
Tinggi
Sikap Ilmiah
Rendah

Jumlah
Data

Maks.

Min.

Ratarata

SD

37

84

65

76.11

4.932

35

82

62

70.83

5.050

Pada Tabel 5 diperlihatkan nilai rata-rata


prestasi belajar afektif kelas dengan sikap ilmiah
tinggi lebih tinggi dan memiliki standar deviasi
yang lebih kecil dibandingkan sikap ilmiah
rendah. Dengan standar deviasi yang kecil pada
sikap ilmiah tinggi menunjukkan bahwa data
mengumpul. Data mengumpul menunjukkan data
nilai siswa yang baik untuk prestasi belajar
afektif dengan sikap ilmiah tinggi. Sedangkan
standar deviasi yang besar pada sikap ilmiah
rendah menunjukkan data menyebar. Jadi, siswa
yang memiliki sikap ilmiah tinggi menunjukkan
nilai siswa lebih baik daripada sikap ilmiah
terhadap prestasi afektif.
Tabel 6. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau
Dari Kemampuan Analisis
Kelompok
Kemp. Analisis
Tinggi
Kemp. Analisis
Rendah

Jumlah
Data

Maks.

Min.

Ratarata

SD

48

84

63

75.20

5.143

28

82

62

70.93

5.422

Pada Tabel 6 diperlihatkan nilai rata-rata


prestasi belajar afektif kelas dengan kemampuan
analisis tinggi lebih tinggi dan memiliki standar
deviasi yang lebih kecil dibandingkan
kemampuan analisis rendah. Dengan standar
deviasi yang kecil pada kemampuan analisis
tinggi menunjukkan bahwa data mengumpul.
Data mengumpul menunjukkan data nilai siswa
yang baik untuk prestasi belajar afektif dengan
212

kemampuan analisis tinggi. Sedangkan standar


deviasi yang besar pada kemampuan analisis
rendah menunjukkan data menyebar. Jadi, siswa
yang memiliki kemampuan analisis tinggi
menunjukkan nilai siswa lebih baik daripada
kemampuan analisis rendah terhadap prestasi
belajar afektif.
Setelah
dilakukan
uji
hipotesis
menggunakan manova, dapat dirangkum uji
hipotesis penelitian, terlihat pada Tabel 7 :
Tabel 7. Rangkuman Uji Hipotesis Penelitian

Hipotesis
dengan
MANOVA

Signifika
nsi
Terhadap
Prestasi
Belajar
Kognitif

Metode

0,059 >
0,05

Sikap Ilmiah

0,000 <
0,05

Kemampuan
Analisis

0,003 <
0,05

Metode * Sikap
Ilmiah

0,409 >
0,05

Metode *
Kemampuan
Analisis
Sikap Ilmiah *
Kemampuan
Analisis
Metode * Sikap
Ilmiah *
Kemampuan
Analisis

0,133>
0,05
0,860>
0,05
0,920 >
0,05

Signifi
kansi
Terhad
Keputus
ap
Keput
an
prestas
usan
i
Belajar
Afektif
Ho
0,009 <
Ho
diterim
0,05
ditolak
a
Ho
ditolak
Ho
ditolak
Ho
diterim
a
Ho
diterim
a
Ho
diterim
a
Ho
diterim
a

0,000
<0,05
0,088>
0,05
0,982 >
0,05
0,024
<0,05
0,373 >
0,05
0,134 >
0,05

Ho
ditolak
Ho
diterim
a
Ho
diterima
Ho
ditolak
Ho
diterim
a
Ho
diterim
a

Berdasarkan Tabel 7 dan kriteria pengujian


hipotesis pada uraian diatas, maka kesimpulan
dari pengujian hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis pertama
Hipotesis pertama mengenai pengaruh
metode pembelajaran terhadap prestasi kognitif
dan afektif. Hasil hipotesis pengaruh metode
pembelajaran pada prestasi belajar kognitif
menunjukkan P-value bernilai 0,059 dan prestasi
belajar afektif menunjukkan P-value bernilai
0,009. Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho
diterima untuk prestasi kognitif dan HO ditolak
pada prestasi afektif. Hal ini berarti dapat
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh
pembelajaran
fisika
dengan
pendekatan
keterampilan proses dengan menggunakan
metode eksperimen dan demonstrasi terhadap

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
prestasi belajar kognitif. Sedangkan, untuk
dilakukan oleh guru atau temannya saja.
prestasi belajar afektif terdapat pengaruh
Sehingga siswa yang kurang memperhatikan
pembelajaran
fisika
dengan
pendekatan
peragaan dari awal sampai akhir percobaan yang
keterampilan proses dengan menggunakan
dilakukan guru atau temannya akan mendapatkan
metode eksperimen dan demonstrasi terhadap
prestasi belajar kognitif yang rendah. Hal ini
prestasi kognitif. Sehingga hal ini tidak sesuai
sesuai dengan salah satu kelemahan dari metode
dengan hipotesis awal untuk prestasi kognitif.
demonstrasi
dalam
pembelajaran
yang
Namun, sesuai dengan hipotesis awal untuk
dikemukan Roestiyah (2008).
prestasi afektif yang menyatakan bahwa terdapat
b. Hipotesis Kedua
pengaruh pembelajaran fisika dengan pendekatan
Pada hipotesis kedua mengenai pengaruh
keterampilan proses dengan menggunakan
sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif dan
metode eksperimen dan demonstrasi terhadap
afektif. Hasil hipotesis pengaruh sikap ilmiah
prestasi belajar afektif.
pada prestasi belajar kognitif menunjukkan PPada
pelaksanaan
kedua
metode
value bernilai 0,000 dan prestasi belajar afektif
pembelajaran eksperimen dan demonstrasi tidak
menunjukkan
P-value
bernilai
0,000.
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho ditolak
prestasi kognitif siswa. Pembelajaran fisika
pada prestasi kognitif maupun afektif. Hal ini
dengan menggunakan metode demonstrasi dapat
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
memberikan prestasi kognitif yang baik. Hal ini
sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif
dikarenakan, siswa masih dapat belajar dirumah
dan afektif. Sehingga hal ini sesuai dengan
tentang materi yang diajarkan. Selain itu, siswa
hipotesis awal yang menyatakan bahwa terdapat
dapat bertanya kepada teman sekelasnya apabila
pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar
kurang mengerti dengan materi pembelajaran
kognitif dan afektif
yang disampaikan oleh guru.
Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap
Pada hasil penelitian di Tabel 7 dapat
yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat siswa
disimpulkan bahwa metode ekseperimen
melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
seperti kegiatan percobaan. Dengan perkataan
prestasi belajar afektif daripada metode
lain kecenderungan siswa untuk bertindak atau
demonstrasi. Hal ini dikarenakan melalui metode
berprilaku dalam memecahkan suatu masalah
eksperimen dapat melibatkan siswa secara aktif,
secara sistematis melalui langkah-langkah
antara lain dalam melaksanakan eksperimen,
ilmiah. Pada hasil penelitian ini berdasarkan
menemukan fakta, mengumpulkan data, menarik
Tabel 7 disimpulkan bahwa sikap ilmiah tinggi
kesimpulan, merumuskan konsep. Sehingga,
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
siswa dapat melakukan pengujian kesimpulan
prestasi belajar kognitif dan afektif daripada
atau pembuktian/penelitian kembali terhadap
sikap ilmiah rendah. Hal ini dikarenakan, siswa
konsep atau prinsip yang telah ditemukan
memecahkan masalah secara matematis melalui
melalui eksperimen. Berdasarkan analisis di atas
langkah-langkah ilmiah dan siswa memiliki sikap
pada dasarnya dengan menggunakan metode
ilmiah yang sangat baik berupa rasa ingin tahu,
eksperimen akan dapat memberikan pengaruh
jujur, obyektif, tekun, teliti, terbuka kritis,
yang positif terhadap siswa. Hal ini dikarenakan
menghargai penemuan orang lain, menghargai
dengan metode eksperimen siswa akan banyak
pendapat orang lain, dan mampu menerima
berinteraksi dengan teman sehingga akan
gagasan baru dapat meningkatkan prestasi belajar
baik kognitif maupun afektif. Hal ini sesuai
menumbuhkan sikap, nilai, kepedulian antara
dengan hipotesis penelitian dan kerangka
teman sekelompoknya (Sagala: 2009). Pada
aspek afektif yang dinilai adalah pada sikap dan
berpikir dalam penelitian ini.
tingkah laku siswa sehingga jelas bahwa metode
c. Hipotesis Ketiga
eksperimen akan dapat memberikan pengaruh
Pada hipotesis ketiga mengenai pengaruh
yang lebih baik pada prestasi afektif.
kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif
Metode demonstrasi kurang dapat
dan afektif.
Hasil hipotesis pengaruh
meningkatkan prestasi belajar afektif seperti
kemampuan analisis pada prestasi belajar
metode eksperimen. Hal ini dikarenakan,
kognitif menunjukkan P-value bernilai 0,003 dan
pembelajaran dengan metode demonstrasi kurang
prestasi belajar afektif menunjukkan P-value
melibatkan seluruh siswa dalam pembelajaran
bernilai 0,088. Berdasarkan hasil keputusan uji
karena siswa hanya melihat peragaan yang
213

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
maka Ho ditolak pada prestasi kognitif dan Ho
diterima afektif. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh kemampuan analisis
siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan tidak
terdapat pengaruh kemampuan analisis siswa
terhadap prestasi belajar afektif. Sehingga hal ini
tidak sesuai dengan hipotesis awal yang
menyatakan
bahwa
terdapat
pengaruh
kemampuan analisis siswa terhadap prestasi
belajar kognitif dan afektif.
Kemampuan analisis dapat diartikan
sebagai kemampuan individu untuk menentukan
bagian-bagian dari suatu masalah dan
menunjukkan hubungan antar bagian-bagian
tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu
peristiwa atau memberi argumen-argumen yang
menyokong suatu pernyataan. Selain itu,
kemampuan analisis dapat diartikan sebagai
kemampuan menjabarkan atau menguraikan
konsep menjadi bagian-bagian yang lebih rinci
dan menjelaskan keterkaitan atau hubungan antar
bagian-bagian tersebut. Selain itu, apabila
mengacu pada indikator kemampuan analisis
siswa yang diukur adalah mengintepretasi data,
menentukan hubungan antar hal, memerinci
informasi,
menginterprestasi
data
untuk
memecahkan masalah dan membuat hipotesis.
Indikator pada kemampuan analisis ini
mempengaruhi siswa dalam prestasi kognitif
siswa.
Pada hasil hipotesis prestasi belajar afektif
bahwa tidak terdapat pengaruh kemampuan
analisis siswa terhadap prestasi belajar afektif.
Hal ini dikarenakan beberapa hal yang terjadi,
seperti pada siswa baik yang memiliki
kemampuan analisis tinggi dan rendah dapat
mengikuti pembelajaran dengan baik. Selain itu
sistem penilaian prestasi belajar afektif hanya
menggunakan angket sehingga terdapat beberapa
siswa yang asal-asalan menjawab pertanyaan
pada angket.
Pada penilaian kemampuan analisis siswa
hanya menggunakan beberapa perwakilan soal
materi pembelajaran fisika saja
dan tidak
mencakup semua soal materi fisika. Sehingga
siswa yang mengerti di soal perwakilan yang
mengukur kemampuan analisis siswa akan
mendapat nilai kemampuan analisis yang tinggi
dibandikan temannya yang lain. Walaupun
sebenarnya, siswa tersebut tidak mengusai semua
soal kemampuan analisis yang ada pada
keseluruhan materi pembelajaran fisika.
d. Hipotesis Keempat
214

Pada hipotesis keempat mengenai interaksi


pembelajaran keterampilan proses menggunakan
metode eksperimen dan demonstrasi dengan
sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif dan
afektif. Hasil hipotesis interaksi pembelajaran
keterampilan proses menggunakan metode
eksperimen dan demonstrasi dengan sikap ilmiah
terhadap prestasi belajar kognitif menunjukkan
P-value bernilai 0,409 dan prestasi belajar afektif
menunjukkan
P-value
bernilai
0,982.
Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho
diterima pada prestasi kognitif dan afektif. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
interaksi pembelajaran fisika pendekatan
keterampilan proses menggunakan metode
eksperimen dan demonstrasi dengan sikap ilmiah
terhadap prestasi kognitif dan afektif. Sehingga
hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang
menyatakan
bahwa
terdapat
interaksi
pembelajaran fisika pendekatan menggunakan
metode eksperimen dan demonstrasi dengan
sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif dan
afektif.
Metode pembelajaran yang diberikan
pada siswa dan sikap ilmiah yang dimiliki siswa
adalah merupakan dua hal yang berdiri sendiri.
Sehingga jika keduanya dipadukan maka tidak
terdapat interaksi. Siswa yang memiliki sikap
ilmiah tinggi jika diberikan perlakuan
menggunakan metode apapun akan memiliki
nilai yang baik dan sebaliknya. Jadi tidak
terdapat interaksi antara metode pembelajaran
dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar
kognitif dan afektif.
e. Hipotesis Kelima
Pada hipotesis kelima mengenai interaksi
pembelajaran pendekatan keterampilan proses
menggunakan
metode
eksperimen
dan
demonstrasi dengan kemampuan analisis
terhadap prestasi kognitif dan afektif. Hasil
hipotesis interaksi
pendekatan keterampilan
proses menggunakan metode eksperimen dan
demonstrasi dengan kemampuan analisis siswa
terhadap prestasi belajar kognitif menunjukkan
P-value bernilai 0,133 dan prestasi belajar afektif
menunjukkan
P-value
bernilai
0,024.
Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho
diterima pada prestasi kognitif dan Ho ditolak
pada prestasi afektif. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat interaksi pembelajaran
fisika dengan pendekatan keterampilan proses
menggunakan
metode
eksperimen
dan
demonstrasi dengan kemampuan analisis
terhadap prestasi kognitif dan terdapat interaksi

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
pembelajaran
fisika
dengan
pendekatan
keterampilan proses menggunakan metode
eksperimen dan demonstrasi dengan kemampuan
analisis terhadap prestasi afektif.
Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya
interaksi antara metode pembelajaran dengan
kemampuan analisis siswa yang memberikan
pengaruh terhadap prestasi belajar kognitif.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa kedua hal antara metode dan
kemampuan analisis merupakan hal yang berdiri
sendiri, sehingga tidak berhubungan. Sedangkan,
terdapat interaksi antara metode pembelajaran
dengan kemampuan analisis siswa terhadap
prestasi belajar afektif. Maka dapat disimpulkan
bahwa kedua hal antara metode dan kemampuan
analisis merupakan hal yang berkaitan.

menunjukkan
P-value
bernilai
0,134.
Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho
diterima pada prestasi kognitif dan afektif. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
interaksi pendekatan keterampilan proses
menggunakan metode eksperimen, demonstrasi,
sikap ilmiah dan kemampuan analisis terhadap
prestasi kognitif dan afektif.
Tidak terdapat interaksi pendekatan
keterampilan proses menggunakan metode
eksperimen, demonstrasi, sikap ilmiah dan
kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif
dan afektif. Hal disebabkan karena beberapa
faktor baik internal maupun eksternal dari dalam
diri siswa yang dapat mempengaruhi siswa untuk
mendapatkan prestasi belajar yang baik. Faktorfaktor
tersebut
meliputi
pendekatan
pembelajaran, metode pembelajaran, sikap
ilmiah dan kemampuan analisis siswa yang
digunakan dalam penelitian ini, serta masih
banyak keterbatasan dalam penelitian sehingga
peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor di
luar kegiatan pembelajaran.

f. Hipotesis Keenam
Pada hipotesis keenam mengenai interaksi
sikap ilmiah dengan kemampuan analisis siswa
terhadap prestasi kognitif dan afektif. Hasil
hipotesis sikap ilmiah dengan kemampuan
analisis terhadap prestasi belajar kognitif
menunjukkan P-value bernilai 0,860 dan prestasi
Kesimpulan dan Rekomendasi
belajar afektif menunjukkan P-value bernilai
0,373. Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
diterima pada prestasi kognitif dan afektif. Hal
sebagai berikut: 1) tidak terdapat pengaruh
ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
pembelajaran dengan pendekatan keterampilan
interaksi sikap ilmiah dengan kemampuan
proses menggunakan metode eksperimen dan
analisis terhadap prestasi kognitif dan afektif.
demonstrasi terhadap prestasi kognitif, namun
Sehingga hal ini tidak sesuai dengan hipotesis
terdapat pengaruh metode eksperimen dan
awal yang menyatakan bahwa terdapat interaksi
demonstrasi terhadap prestasi afektif; 2) terdapat
sikap ilmiah dengan kemampuan analisis
pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap
terhadap prestasi kognitif dan afektif.
prestasi kognitif dan afektif; 3) terdapat pengaruh
Siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi
kemampuan analisis tinggi dan rendah terhadap
dan rendah ketika berinteraksi dengan
prestasi kognitif. Namun tidak terdapat pengaruh
kemampuan analisis tidak memberikan pengaruh
kemampuan analisis tinggi dan rendah terhadap
yang berarti terhadap prestasi kognitif dan
prestasi afektif; 4) tidak terdapat interaksi
afektif. Sehingga keduanya antara sikap ilmiah
pembelajaran dengan pendekatan keterampilan
rendah dengan kemampuan analisis siswa
proses menggunakan metode eksperimen dan
merupakan dua hal yang berbeda dan tidak saling
demonstrasi dengan sikap ilmiah terhadap prestasi
berhubungan.
kognitif dan afektif; 5) tidak terdapat interaksi
g. Hipotesis Ketujuh
pembelajaran dengan pendekatan keterampilan
Pada hipotesis ketujuh mengenai interaksi
proses menggunakan metode eksperimen dan
pendekatan keterampilan proses menggunakan
demonstrasi dengan kemampuan analisis terhadap
metode eksperimen, demonstrasi, sikap ilmiah
prestasi kognitif. Namun terdapat interaksi
dan kemampuan analisis terhadap prestasi
pembelajaran dengan pendekatan keterampilan
kognitif dan afektif. Hasil hipotesis interaksi
proses menggunakan metode eksperimen dan
pendekatan keterampilan proses menggunakan
demonstrasi dengan kemampuan analisis terhadap
metode eksperimen, demonstrasi, sikap ilmiah
prestasi afektif; 6) tidak terdapat interaksi sikap
dan kemampuan analisis terhadap prestasi
ilmiah dengan kemampuan analisis terhadap
prestasi belajar kognitif menunjukkan P-value
prestasi kognitif dan afektif; 7) tidak terdapat
bernilai 0,920 dan prestasi belajar afektif
215

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
interaksi pembelajaran dengan pendekatan
keterampilan proses menggunakan metode
eksperimen dan demonstrasi kemampuan berpikir
abstrak, aktivitas siswa terhadap prestasi kognitif
dan afektif.
Hasil penelitian ini memberikan gambaran
yang jelas tentang penerapan pembelajaran fisika
dengan pendekatan keterampilan proses dengan
metode eksperimen dan demonstrasi ditinjau dari
sikap ilmiah dan kemampuan analisis pada
materi pembelajaran fluida statis
Implikasi praktis yang dapat dikemukakan
berdasarkan kesimpulan penelitian ini antara
lain: 1) sebaiknya guru menggunakan metode
eksperimen untuk meningkatkan prestasi belajar
afektif; 2) hendaknya guru memperhatikan sikap
ilmiah siswa agar guru lebih mengetahui sikap
yang seharusnya dimiliki dalam pembelajaran
fisika salah satunya materi fluida statis; 3)
hendaknya memperhatikan seberapa besar
kemampuan analisis siswa dalam pembelajaran
untuk membantu dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa.

Daftar Pustaka
Budiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian.
Surakarta. Sebelas Maret University Press.
Baharuddin. (1982). Peranan Kemampuan Dasar
Intelektual, Sikap, dan Pemahaman dalam
Fisika Terhadap Kemampuan Siswa SMA di
Sulawesi Selatan Membangun Model Analog
dan Model Mental. Bandung: Disertasi Pada
PPs IKIP Bandung.
Conny Semiawan, Tangyong, Belen, Yulaelawati
Matahelemual & Wahyudi Suseloardjo.
(1988). Pendekatan Keterampilan Proses.
Jakarta: Gramedia.
Indrawati. (1999). Keterampilan Proses Sains:
Tinjauan Kritis dan Teori ke Praktis.
Bandung: Pusat Pengembangan Penataran
Guru Ilmu Pengetahuan Alam..
Roestiyah N.K. (2008). Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Saiful Sagala. (2009). Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Subiyanto. (1988). Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam. Jakarta:
Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik.
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Rineka
Cipta:Jakarta.
Paul Suparno. (2007). Metodologi Pembelajaran
Fisika Konstruktivis dan Menyenangkan.
Yogyakarta: UniversitasSanata Dharma

216

TIMSS. (2007). International Press Release . dalam


timss.bc.edu/timss2007/release.html diakses 26
April 2011.

Anda mungkin juga menyukai