PEMILIHAN UMUM
ARI DWIPAYANA
Universitas Gadjah Mada
Biodata Ringkas
Pengantar
Setelah pengambilan keputusan di sidang
paripurna tanggal 12 April 2012, Undangundang tentang Pemilu telah disepakati
bersama antara DPR dan Pemerintah. Saat ini
menunggu proses pengesahan dari Presiden
dan selanjutnya diundangkan dalam lembaran
negara. Menurut info terbaru:
dinomorkan menjadi UU no. 8 Tahun 2012
UU Pemilu tahun 2012 ini menggantikan UU
Pemilu yang berlaku sebelumnya (UndangUndang Nomor 10 Tahun 2008 ).
Bimbingan Teknis DPRD
Perdebatan
UU Pemilu 2012 terdiri dari XXV Bab dan 328 pasal.
Ada 4 (empat) point krusial yang sempat menjadi
perdebatan sengit di DPR, yaitu :
1) Sistem pemilu terbuka atau tertutup,
2) Persyaratan ambang batas parlemen (parliamentary
threshold),
3) Alokasi kursi pada setiap daerah pemilihan (rentang 3-6, 3-8
dan 3-10), serta
4) cara penghitungan suara.
Electoral Laws
Electoral laws menyangkut pilihan sistem pemilihan yang
digunakan atau seperangkat metode yang mengatur warga
negara memilih para wakilnya.
Sistem-sistem pemilihan memiliki konsekuensi terhadap
derajat keterwakilan atas hasil-hasil pemilu,sistem
kepartaian (khususnya jumlah partai dalam sistem
kepartaian), jenis kabinet yang terbentuk (satu partai atau
kabinet koalisi),akuntabilitas pemerintahan, dan kohesi partai
politik.
Sistem-sistem pemilihan lebih mudah untuk dimanipulasi
dibanding elemen lain sistem demokrasi; jika seseorang
bermaksud merubah tampilan atau wajah demokrasi di suatu
negara dengan mudah hal itu dilakukan dengan merubah
sistem pemilihannya (Lijphart, 1995:412-413).
Seminar BEM Fakultas Ushuluddin
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Electoral Process
Faktor kedua yakni electoral process. Hal ini menyangkut
bagaimana electoral law yang telah dirumuskan bisa dijalankan,
sejauhmana praktek penyelenggaraan pemilu bisa diajalnkan
sesuai dengan prinsip-prinsip kompetisi yang free dan fair.
Dengan demikian, Electoral process menyangkut kinerja
penyelenggara pemilihan umum, mulai dari pendaftaran dan
verifikasi partai politik peserta pemilu, pendaftaran pemilih,
penetapan calon anggota legislatif, kampanye pemilu, dan
pencarian dana kampanye, pemungutan dan perhitungan suara,
pengiriman dan verifikasi hasil perhitungan suara, penetapan calon
terpilih, netralitas birokrasi terhadap partai dalam pemilu,
pemantau pemilu, dan penegakan peraturan pemilu. (Surbakti,
2000:55) Sehingga, dengan melihat dimensi electoral process maka
kita akan bisa melihat secara lebih tajam perilaku politik (political
behaviour) dari para kotestan, pemilih maupun para penyelenggara
pemilu.
Seminar BEM Fakultas Ushuluddin
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Electoral Management
Faktor ketiga yang sangat menentukkan proses pemilihan yang
demokratis adalah lembaga penyelenggara pemilu yang profesional,
kompeten, kredibel dan tidak berpihak.
KPU sesunggunya sedang mengalami proses kemerosotan kepercayaan,
tidak hanya dari kotestan pemilu, melainkan juga dari publik secara luas.
Oleh karena itu, agenda pertama dan terutama dari reformasi lembaga
penyelenggara pemilu adalah memulihkan kepercayaaan publik dengan:
(1). Membangun kewibawaan personal dengan menghidari kesan
keberpihakan pada salah satu kotestan. (2). Kredibilitas tata kelola.
Membuka diri pada input (masukan) dan kritik berbagai pihak dan tidak
terlalu reaktif dan over percaya diri. Dengan membuka diri, KPU
sesungguhnya bisa membagi beban atas berbagai persoalan yang
dihadapinya. (3). Kredibilitas putusan. Hal ini menyangkut upaya
meningkatkan akurasi dan kredibilitas keputusan yang dihasilkannya.
Hidari pengambilan keputusan yang dibuat secara tertutup, dan berubahubah.
10
11
Sistem Pemilu:
Antara Idealita dan Realita
Idealita. keputusan memilih sistem pemilu
merujuk pada norma-norma dasar dan kebutuhan
menata sistem demokrasi ke depan (Lihat Bagian
menimbang UU dan Penjelasan umum).
Realita: keputusan memilih sistem pemilu
bergantung pada realitas sejarah, kebutuhan serta
kesepakatan para pembentuk UU. Lebih tajam lagi:
sistem pemilu tergantung hasil negoisasi
kepentingan antar kekuatan politik pembentuk UU.
Seminar BEM Fakultas Ushuluddin
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
13
14
Tahapan
Penyelenggaraan Pemilu
Tahapan penyelenggaraan Pemilu meliputi:
1. perencanaan program dan anggaran, serta penyusunan peraturan
pelaksanaan penyelenggaraan Pemilu;
2. pemutakhiran data Pemilih dan penyusunan daftar Pemilih;
3. pendaftaran dan verifikasi Peserta Pemilu;
4. penetapan Peserta Pemilu;
5. penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan;
6. pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota;
7. masa Kampanye Pemilu;
8. Masa Tenang;
9. pemungutan dan penghitungan suara;
10.penetapan hasil Pemilu; dan
11.pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD
kabupaten/kota.
15
16
Persyaratan bagi partai politik baru atau yang tidak memenuhi ambang
batas:
1.
berstatus badan hukum sesuai dengan Undang-Undang tentang
Partai Politik;
2.
memiliki kepengurusan di seluruh provinsi;
3.
memiliki kepengurusan di 75% (tujuh puluh lima persen) jumlah
kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan;
4.
memiliki kepengurusan di 50% (lima puluh persen) jumlah
kecamatan di kabupaten/kota yang bersangkutan;
5.
menyertakan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen)
keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat
pusat;
6.
memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) orang atau
1/1.000 (satu perseribu) dari jumlah Penduduk pada kepengurusan
partai politik sebagaimana dimaksud pada huruf c yang dibuktikan
dengan kepemilikan kartu tanda anggota;
7.
mempunyai kantor tetap untuk kepengurusan pada tingkatan pusat,
provinsi, dan kabupaten/kota sampai tahapan terakhir Pemilu;
8.
mengajukan nama, lambang,
dan tanda
Bimbingan Teknis
DPRD gambar partai politik kepada
17
KPU; dan
Pemilih
Warga Negara Indonesia yang pada hari
pemungutan suara telah genap berumur 17
(tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah
kawin mempunyai hak memilih.
Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) didaftar 1 (satu) kali oleh
penyelenggara Pemilu dalam daftar pemilih.
Untuk dapat menggunakan hak memilih, Warga
Negara Indonesia harus terdaftar sebagai
Pemilih kecuali yang ditentukan lain dalam
undang-undang ini.
Bimbingan Teknis DPRD
18
Data kependudukan
Pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan data kependudukan dalam bentuk:
a. data agregat kependudukan per kecamatan sebagai bahan bagi KPU dalam
menyusun daerah pemilihan DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota; Data
kependudukan harus sudah tersedia dan diserahkan paling lambat 16 (enam belas)
bulan sebelum hari pemungutan suara
b.Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu sebagai bahan bagi KPU dalam menyusun
daftar pemilih sementara; Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu harus diserahkan
dalam waktu yang bersamaan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah paling
lambat 14 (empat belas) bulan sebelum hari pemungutan suara dan
c. data Warga Negara Indonesia yang bertempat tinggal di luar negeri sebagai
bahan bagi KPU dalam penyusunan daerah pemilihan dan daftar pemilih sementara.
KPU Kabupaten/Kota menggunakan Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu sebagai
bahan penyusunan daftar pemilih. Daftar Pemilih paling sedikit memuat nomor induk
kependudukan, nama, tanggal lahir, jenis kelamin, dan alamat Warga Negara
Indonesia yang mempunyai hak memilih.
19
20
21
22
23
24
Persyaratan Calon
Pengecualian larangan syarat calon tidak pernah dijatuhi pidana penjara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara 5 (lima) tahun atau lebih. Persyaratan ini tidak berlaku bagi
seseorang yang telah selesai menjalankan pidananya, terhitung 5
(lima) tahun sebelum yang bersangkutan ditetapkan sebagai bakal
calon dalam pemilihan jabatan publik yang dipilih (elected official)
dan yang bersangkutan mengemukakan secara jujur dan terbuka
kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta
bukan sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang. Akibat putusan MK
Nomor 4/PUU-VII/2009 18 Maret Tahun 2009
26
Kampanye
Kampanye Pemilu dapat dilakukan melalui:
a. pertemuan terbatas;
b. pertemuan tatap muka;
c. penyebaran bahan Kampanye Pemilu kepada
umum;
d. pemasangan alat peraga di tempat umum;
e. iklan media massa cetak dan media massa
elektronik;
f. rapat umum; dan
g. kegiatan lain yang tidak melanggar larangan
Kampanye Pemilu dan ketentuan peraturan
perundang-undangan
Bimbingan Teknis DPRD
27
Kampanye-2
Kampanye Pemilu (pertemuan terbatas,
pertemuan tatap muka, penyebaran bahan
kampanye, dan alat peraga) dilaksanakan sejak 3
(tiga) hari setelah calon Peserta Pemilu ditetapkan
sebagai Peserta Pemilu sampai dengan dimulainya
Masa Tenang.
Kampanye Pemilu; iklan dan rapat umum
dilaksanakan selama 21 (dua puluh satu) hari dan
berakhir sampai dengan dimulainya Masa Tenang.
Masa Tenang berlangsung selama 3 (tiga) hari
sebelum hari pemungutan suara
Bimbingan Teknis DPRD
28
Kampanye di Media
Media massa cetak dan lembaga penyiaran dilarang menjual
blocking segment dan/atau blocking time untuk Kampanye Pemilu.
Media massa cetak dan lembaga penyiaran dilarang menerima
program sponsor dalam format atau segmen apa pun yang dapat
dikategorikan sebagai iklan Kampanye Pemilu.
Batas maksimum pemasangan iklan Kampanye Pemilu di televisi
untuk setiap Peserta Pemilu secara kumulatif sebanyak 10
(sepuluh) spot berdurasi paling lama 30 (tiga puluh) detik untuk
setiap stasiun televisi setiap hari selama masa Kampanye Pemilu.
Batas maksimum pemasangan iklan Kampanye Pemilu berlaku
untuk semua jenis iklan.
Media massa cetak dan lembaga penyiaran wajib menyiarkan iklan
Kampanye Pemilu layanan untuk masyarakat nonpartisan paling
sedikit satu kali dalam sehari dengan durasi 60 (enam puluh) detik.
29
Dana Kampanye
31
32
33
34
35
36
Jumlah Partai di
DPRD tanpa PT
Jumlah Partai
Kehilangan Kursi
DPRD Sumut
16
12
DPRD Sulsesl
16
DPRD Kalbar
12
DPRD Papua
18
12
DPRD Kota
Surabaya
10
DPRD Pontianak
15
DPRD Makasar
14
DPRD Jayapura
17
37
38
39
Undecided Voters
40
41
Pelanggaran Pemilu
Pelanggaran administrasi Pemilu adalah pelanggaran yang meliputi tata
cara, prosedur, dan mekanisme yang berkaitan dengan administrasi
pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu di luar
tindak pidana Pemilu dan pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu.
Tindak pidana Pemilu adalah tindak pidana pelanggaran dan/atau
kejahatan terhadap ketentuan tindak pidana Pemilu sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini. Pengadilan negeri dalam memeriksa, mengadili,
dan memutus perkara tindak pidana Pemilu menggunakan Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang
ini. Sidang pemeriksaan perkara tindak pidana Pemilu dilakukan oleh majelis
khusus. Majelis khusus terdiri atas hakim khusus yang merupakan hakim
karier pada pengadilan negeri dan pengadilan tinggi yang ditetapkan secara
khusus untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tindak pidana
pemilu.
Sengketa Pemilu adalah sengketa yang terjadi antarpeserta Pemilu dan
sengketa Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu sebagai akibat
dikeluarkannya keputusan KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota.
Bimbingan Teknis DPRD
42
43