Anda di halaman 1dari 146

WORKSHOP DAN TECHNICAL ASSISTANCE

PENGUATAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH DALAM


IMPLEMENTASI
SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PEMERINTAH
DI KABUPATEN TRENGGALEK
TAHUN PELAKSANAAN 2014
Konsultan:

Lutfi Harris
Adi Darmawan Ervanto
Trenggalek 19-20 Mei 2014

Tahapan Implementasi
SPIP

Gambaran Umum SPIP


SPIP sesuai dengan PP Nomor. 60 Tahun 2008
adalah proses yang integral pada kegiatan dan
tindakan yang dilakukan secara terus-menerus
oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas:
tercapainya tujuan organisasi,
melalui kegiatan yang efektif dan efisien,
keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara,
serta ketaatan terhadap peraturan perundangundangan.

LATAR BELAKANG
PP No 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

Prinsip umum penyelenggaraan


SPIP
Sistem pengendalian intern sebagai proses
yang integral dan menyatu dengan instansi
atau kegiatan secara terus menerus;
Sistem pengendalian intern dipengaruhi oleh
manusia;
Sistem pengendalian intern memberikan
keyakinan yang memadai, bukan keyakinan
yang mutlak;
Sistem pengendalian intern diterapkan sesuai
dengan kebutuhan, ukuran, kompleksitas, sifat,
tugas, dan fungsi instansi pemerintah.
5

Tahapan Penyelenggaraan
SPIP
1. Tahap Persiapan
a. Pembentukan Satuan Tugas
Penyelenggaraan SPIP
b. Pemahaman/Knowing.
c. Pemetaan.
d. Penyusunan rencana kerja
penyelenggaraan/pengembangan SPIP

Tahapan Penyelenggaraan
SPIP
2. Pelaksanaan
a. Pembangunan Infrastruktur (norming)
b. Internalisasi (forming)
c. Pengembangan Berkelanjutan
(Performing)

Tahapan Penyelenggaraan
SPIP
3. Tahap Pelaporan
a. Pelaksanaan kegiatan, menjelaskan persiapan dan
pelaksanaan kegiatan, serta tujuan pelaksanaan
kegiatan pada setiap tahapan penyelenggaraan;
b. Hambatan kegiatan, menguraikan hambatan
pelaksanaan kegiatan yang berakibat pada tidak
tercapainya target kegiatan tersebut;
c. Saran perbaikan, berisi saran untuk mengatasi
hambatan agar permasalahan tersebut tidak
terulang dan saran dalam upaya peningkatan
pencapaian tujuan.
d. Tindak lanjut atas saran periode sebelumnya.
8

GAMBARAN PENYELENGGARAAN SPIP

Pembangunan SPIP

10

Tahap Pembangunan SPIP


1.
2.
3.
4.

Pemahaman
Pemetaan
Pembangunan Insfrastruktur
Penerapan

11

A. PEMAHAMAN
Kegiatan pemahaman adalah kegiatan
dimana setiap perangkat daerah sampai
dengan unit kerja terkecil dan/atau
setiap Pimpinan dan seluruh pegawai
perangkat daerah memahami mengenai :
1. Unsur-unsur SPIP,
2. bagaimana membangun SPIP, dan
3. penerapan SPIP sebagai proses yang
terintegrasi dengan kegiatan sehari-hari.
12

A. PEMAHAMAN
Langkah-langkah untuk kegiatan
pemahaman paling tidak meliputi :
1. Melakukan sosialisasi secara
berkesinambungan dan menggunakan
berbagai instrumen sosialisasi yang
efektif.
2. Melakukan pendidikan dan latihan.
3. Membentuk satuan tugas penerapan
SPIP
13

B. PEMETAAN
Kegiatan pemetaan adalah kegiatan
dimana setiap perangkat daerah
sampai ke unit kerja terkecil
melakukan pemetaan guna
mengidentifikasikan berbagai unsur
SPIP yang nantinya perlu dibangun dan
diintegrasikan dalam kegiatan seharihari
14

B. PEMETAAN
Langkah yang perlu dilaksanakan:
Mempersiapkan instrumen yang diperlukan untuk melakukan
pemetaan terhadap unsur-unsur SPIP, misalnya dengan daftar uji.
Melakukan pemetaan dengan instrumen pemetaan, untuk
mendapatkan informasi mengenai hal-hal berikut :
a. Unsur-unsur SPIP yang telah ada dan tidak perlu dibangun kembali,
b. Unsur-unsur SPIP yang telah ada tetapi memerlukan penyempur naan,
c. Unsur-unsur SPIP yang belum ada dan perlu dibangun.

Membuat daftar unsur-unsur SPIP yang perlu dibangun


infrastrukturnya.
Menyebarkan daftar unsur-unsur SPIP yang perlu dibangun
infrastrukturnya kepada masing-masing satuan kerja dilingkungan
Pemerintah Kabupaten Situbondo untuk mendapatkan
persetujuan atau konfirmasi dari Kepala Satuan Kerja

15

INTEGRASI UNSUR SPIP DENGAN PROSES


MANAJEMEN
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

Tingkatan pembuatan keputusan


dalam proses pengendalian internal
dimaksud adalah meliputi (dari tingkat
yang paling tinggi):
1. Level Pemerintah Kabupaten,
2. Level SKPD, dan
3. Level Kegiatan.

16

Proses Manajemen Pemerintahan


Tingkat Kabupaten Kota
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tahap
Tahap
Tahap
Tahap
Tahap
Tahap

Perencanaan,
Penganggaran,
Pelaksanaan Anggaran,
Penatausahaan,
Pelaporan,
Monitoring dan Evaluasi.

17

Penerapan
Manajemen Berbasis
Kinerja

18

Manajemen Berbasis Kinerja


Bertujuan untuk menerapkan salah satu
subunsur Kepemimpinan yang Kondusif, yaitu
penerapan manajemen berbasis kinerja
Sekurang-kurangnya dilakukan dengan :
Menyusun target sasaran kinerja berdasarkan
target tahunan yang tercantum dalam Renstra
Pemkab;
Penetapan Tapkin sebagai kontrak kinerja Kepala
SKPD;
Komunikasi target kinerja kepada seluruh pegawai;
Monitoring pencapaian target kinerja; dan
Pelaporan capaian kinerja pada akhir tahun.
19

IMPLEMENTASI

Infrastruktur
Internalisasi
Pusdiklatwas BPKP

20

Kebijakan
Penerapan
Manajemen
Risiko
Kebijakan
terhadap
Fungsi-fungsi
Penting Instansi

Kebijakan
Penerapan
Manajemen
Berbasis Kinerja
Infrastruk
tur

Kebijakan untuk
Merespon Pelaporan
mengenai
Keuangan,
Penganggaran,
Program, dan
Kegiatan

Kebijakan
Perlindungan Aset dan
Informasi

Kebijakan Komunikasi
yang Efektif

Pusdiklatwas BPKP

21

Internalisasi
Kesadara
n risiko
1

Risk
owner

Pelatihan mjm risiko


Simulasi mjm risiko
Dorongan pimpinan kepedulian risk dlm
pengambilan keputusan
Pihak kompeten ikut dalam pengambilan keputusan
teknis

Risiko berdasarkan tingkatan manajemen


Tanggung jawab risiko masing-masing pegawai

Pertemu
an
periodik

Pembahasan tentang risiko organisasi & manfaat


manajemen risiko

Pusdiklatwas BPKP

22

Internalisasi (lanjutan)
Dokumentasi proses pengambilan keputusan
Pelaporan hasil pengambilan keputusan
2

Penyadaran penerapan mjm berbasis kinerja


Keterkaitan program dg visi dan misi
Pentingnya penyusunan anggaran berbasis kinerja
Pentingnya membagi tugas berdasarkan rencana tujuan
kinerja organisasi
Pentingnya pemberian penghargaan berdasarkan hasil-hasil
yang dicapai baik secara individu, tim, dan organisasi
secara keseluruhan
Pentingnya melakukan evaluasi kinerja
Pentingnya membuat laporan akuntabilitas kinerja
Pusdiklatwas BPKP

23

Internalisasi (lanjutan)
Penyadaran untuk mendukung fungsi
tertentu
3
Pendanaan kegiatan dikaitkan dg target kinerja
Penyusunan anggaran berdasarkan sumber data yang
kompeten
Proses pengambilan keputusan anggaran melibatkan
setiap level mjm organisasi

Melindungi
aset & informasi dari penggunaan
4
yang tidak sah
Penerapan SABMN/D
Pengamanan fisik, administrasi dan hukum
Sistem internal check
Pusdiklatwas BPKP

24

Internalisasi (lanjutan)
5

Interaksi intensif dg pejabat pada


tingkat yang lebih rendah
Pertemuan periodik mjm puncak dg mjm
dibawahnya
Masukan dari level bawah ke atas

Merespon positif thd pelaporan

Pusdiklatwas BPKP

25

26

Penilaian Risiko

27

Tujuan Pemelajaran Umum


(TPU)
Peserta :
Mampu menjelaskan konsep-konsep
penilaian risiko
memahami bagaimana
mengimplementasikan penilaian
risiko, sesuai PP No. 60 Tahun 2008.

Tujuan Pemelajaran Khusus


(TPK)
Menjelaskan konsep-konsep:

definisi, unsur, kategorisasi, risk appetite,


risk tolerance, kriteria, dan sumber,
penyebab, faktor risiko, risiko inheren, dan
risiko residual.

Menjelaskan penilaian risiko


dan tahapan:

penetapan tujuan, identifikasi, dan analisis


risiko.

Menjelaskan metodologi
penilaian risiko:

metode dan teknik penilaian risiko.

Definisi Risiko
Effect of uncertainty upon objectives (AS/NZS ISO
31000: Risk Management Principles and Guidelines on
Implementation)
The chance of something happening that will have an
impact on objectives. A risk is often specified in terms of
an event or circumstance and the consequences that
may flow from it. Risk is measured in terms of a
combination of the consequences of an event and their
likelihood. (AS/NZS 4360: 2004)
Events that may have a negative impact (COSO II ERM)

Kemungkinan kejadian yang mengancam


pencapaian tujuan dan sasaran instansi
pemerintah (PP 60/2008)

UNSUR RISIKO
KEJADIAN

RISIK
O
DAMP
AK

PROB
ABILIT
AS

UNSUR-UNSUR RISIKO
Kejadian atau peristiwa yang dapat terjadi.
Dampak atau konsekuensi (jika terjadi, risiko
akan membawa akibat atau konsekuensi).
Kemungkinan kejadian (risiko masih berupa
kemungkinan atau diukur dalam bentuk
probabilitas).
Selain dari unsur-unsur risiko di atas, ada satu
hal lagi yang juga mutlak ada dalam penilaian
risiko, yaitu adanya tujuan, baik tujuan tingkat
instansi maupun tujuan di tingkat kegiatan.

BEBERAPA HAL YANG TERCAKUP


DALAM DEFINISI RISIKO
Risiko mengacu pada ketidakpastian
(uncertainty).
Ketidakpastian diartikan sebagai kurangnya
pengetahuan dalam menjelaskan sesuatu atau
hasilnya di masa depan, dengan banyak
kemungkinan hasil.
Risiko adalah ketidakpastian yang kemungkinan
hasilnya akan berakibat tidak diinginkan atau
mendatangkan kerugian yang signifikan.
Risiko seringkali diungkapkan atau diukur dalam
bentuk suatu kejadian atau peristiwa dan
dampak atau konsekuensi yang mengikutinya.

ILUSTRASI RISIKO
TUJUAN: menempuh perjalanan dengan pesawat dari A ke B untuk
menghadiri rapat pada pukul 9.00 a.m.
Gagal berangkat dari A ke B

Terlambat dan melewatkan


rapat

Tidak ada makanan dalam


pesawat sehingga jadi
kelaparan

Ketinggalan pesawat sehingga


menjadi terlambat hadir
mengikuti rapat

Cuaca buruk membuat


pesawat tidak berangkat
mengangkut peserta rapat

Ini hanya kebalikan dari tujuan

Ini adalah pernyataan dampak dari


risiko, bukan risiko itu sendiri
Ini bukan risiko terhadap pencapaian
tujuan / tujuannya berbeda
Ini adalah risiko, yang dapat
dikendalikan dengan memastikan masih
banyak waktu untuk mencapai bandara
Ini adalah risiko, yang tidak dapat
dikendalikan, namun kita dapat membuat
rencana kontinjensinya.

PASAL-PASAL PENILAIAN RISIKO


Ps. 13
penilaian
risiko, tujuan
IP

Ps. 14
arahan,
komunikasi,
strategi

Ps. 15
tujuan
tingkat
kegiatan

Pimpinan IP wajib melakukan PENILAIAN


RISIKO
Pimpinan IP menetapkan TUJUAN IP dan TUJUAN pd
tingkat KEGIATAN.

Tujuan IP memuat: ARAHAN yg spesifik, terukur, dapat


dicapai, realistis, dan terikat waktu
Tujuan IP wajib DIKOMUNIKASIKAN kpd seluruh pegawai
Untuk mencapai tujuan IP, pimpinan IP menetapkan
STRATEGI OPERASIONAL dan STRATEGI MANAJEMEN
TERINTEGRASI dan RENCANA PENILAIAN RISIKO.
Berdasarkan tujuan dan renstra IP
Tujuan saling melengkapi, menunjang, tdk bertentangan
satu sama lain, dan relevan dgn seluruh kegiatan utama IP
Tujuan mengandung unsur kriteria pengukuran
Didukung sumber daya yang cukup
Melibatkan seluruh tingkat pejabat dlm proses
35
penetapannya

PASAL-PASAL PENILAIAN RISIKO

Ps. 16

Identifik
asi risiko

Ps. 17

Analisis
risiko

Sekurang-kurangnya dilaksanakan dg
METODOLOGI yg sesuai tujuan IP & tujuan
pd tingkat kegiatan secara komprehensif.
Menggunakan MEKANISME yg memadai
untuk MENGENALI RISIKO dari faktor
EKSTERNAL dan INTERNAL.
Menilai FAKTOR LAIN yg dapat
meningkatkan risiko.
Analisis dilaksanakan untuk menentukan
DAMPAK dari risiko yg telah diidentifikasi
terhadap PENCAPAIAN TUJUAN IP
Pimpinan IP menerapkan prinsip KEHATIHATIAN dalam menentukan tingkat RISIKO
YANG DAPAT DITERIMA (batas toleransi
risiko dengan mempertimbangkan aspek
biaya dan manfaat).
36

Tahapan Penilaian Risiko


(PP 60/2008)
IDENTIFIKASI
RISIKO
Penetapan
tujuan (IP &
kegiatan)
Sumber risiko
internal &
eksternal

ANALISIS RISIKO
Pengaruh/
dampak risiko
thd
pencapaian
tujuan

PENILAIAN
PENILAIAN RISIKO
RISIKO

UNSUR SPIP (Ps. 3 ayat 1)


Pengendalian intern
harus memberikan
penilaian atas risiko
yang dihadapi unit
organisasi baik dari
luar maupun dari
dalam (Penjelasan
Umum PP 60/ 2008)

1. LINGKUNGAN PENGENDALIAN;
2. PENILAIAN RISIKO;
3. KEGIATAN PENGENDALIAN;
4. INFORMASI DAN KOMUNIKASI; DAN
5. PEMANTAUAN PENGENDALIAN
INTERN.

PENILAIAN RISIKO adalah:


kegiatan penilaian atas
kemungkinan kejadian yang
mengancam pencapaian tujuan
dan sasaran Instansi Pemerintah.
(Penjelasan Ps. 3 ayat 1.b)
38

KATEGORISASI RISIKO
PENYEBAB
AKIBAT
AKTIVITAS

KATEGORI

KEJADIAN
JENIS
SUMBER
PENERIMA
LEVEL

KATEGORISASI RISIKO
Dari segi
Penyebabn
ya
Dari segi
akibatnya
Dari
jenisnya

Risiko
Risiko
Risiko
Risiko

keuangan
operasional
strategis
eksternalitas

Risiko murni
Risiko spekulatif

R.
R.
R.
R.
R.

teknologi
Keuangan/ekonomi
SDM, R. Kesehatan
Politik
Hukum, Risiko Keamanan

KATEGORISASI RISIKO
Dari
Sumberny
a
Dari segi
Penerima
risiko
Dari segi
levelnya

Risiko intern
Risiko ekstern

Risiko
Risiko
Risiko
Risiko
Risiko
Risiko

orang
reputasi
hasil program
bangunan/aset
lingkungan
pelayanan

R. Rendah
R. Sedang/moderat
R. Tinggi

KATEGORISASI RISIKO
Dari
kemampu
an kendali

Dari segi
hierarki
risiko

Risiko sangat terkendali


Risiko kurang terkendali
Risiko tidak dpt/sulit
dikendalikan

Risiko
Risiko
Risiko
Risiko

strategik
program
proyek
operasional

Risk Appetite dan Risk Tolerance


RISK TAKER

RISK
APPETITE

SIKAP
THD
RISIKO

RISK AVOIDANCE

DITOLAK

RISK
TOLERANCE

DITERIMA

RISK APPETITE & RISK


TOLERANCE
Selera risiko (risk appetite) adalah jumlah risiko secara
umum yang diharapkan oleh instansi dapat diambil
dalam rangka pencapaian tujuan. Hal itu mencerminkan
sikap instansi terhadap risiko dan selanjutnya
memengaruhi budaya dan gaya pengoperasian instansi.
Toleransi risiko adalah batas pengambilan risiko yang
dapat diterima dari variasi relatif pada pencapaian tujuan
dalam tingkat toleransi yang diperkenankan dalam
konteks instansi secara keseluruhan. Tingkat toleransi
risiko akan membantu dalam penetapan tipe dan luas
tindakan yang diperlukan untuk mengendalikan risiko,
serta tingkatan manajemen yang harus mengelola dan
memantau risiko tersebut.

Contoh: risiko kebakaran pada


gedung kantor
Risk taker
Mempersiapkan pengendalian atas
dampak jika risiko terjadi
Risk avoidance
Mempersiapkan pengengendalian
atas pencegahan terjadinya risiko

MANFAAT PENETAPAN TOLERANSI


RISIKO (ACCEPTABLE RISK)
TIDAK SELALU EFISIEN UNTUK MEMBUAT
RESIDUAL RISK MJD SANGAT RENDAH
(KENDALA WAKTU, BIAYA, USAHA)
PRAKTEK MGT YG LEMAH JIKA
MENERIMA BEGITU SAJA RISIKO YG
BERDAMPAK BURUK THD INSTANSI.
(PENTING: MEMBUAT KETENTUAN YG
INFORMATIF TTG BATASAN RISIKO YG
DPT DITERIMA)

VARIABEL DLM PENETAPAN


ACCEPTABLE RISK
KEMAMPUAN DAN KEMAUAN PEGAWAI
UTK MENGAMBIL DAN MENGELOLA RISIKO
UKURAN, TIPE INSTANSI YBS
MATURITAS DAN KOMPLEKSITAS PROSES
PENGENDALIAN RISIKO DAN LINGKUNGAN
PENGENDALIANNYA
KEKUATAN KEUANGAN INSTANSI DAN
KEMAMPUAN BERTAHAN THD PERISTIWA
TAK TERDUGA

CATATAN:
TIDAK ADA PENDEKATAN YANG SESUAI
UNTUK SEMUA KEADAAN DLM
MENENTUKAN TOLERANSI RISIKO
HAL INI DIPENGARUHI
1. KEMATANGAN PRAKTEK PENGENDALIAN
RISIKO
2. KETERSEDIAAN DATA
3. KEAHLIAN MANAJEMEN
4. DINAMIKA LINGKUNGAN INSTANSI, DLL

PRINSIP-PRINSIP DLM
MENENTUKAN TINGKAT TOLERANSI
RISIKO INSTANSI
ANALISIS KEMAMPUAN INSTANSI UNTUK
BERPULIH (RECOVERY)
RECOVERY PLAN (FINANSIAL, FISIK, SDM,
PENGENDALIAN)
TETAPKAN TOLERANSI RISIKO
KOMUNIKASIKAN KEPADA SELURUH
PEGAWAI DAN PEJABAT YG BERWENANG
SKALA PERINGKAT RISIKO (UPPER,
MIDDLE, LOWER BAND)

KRITERIA RISIKO
Dampak atau konsekuensi yang akan
dipertimbangkan;
Bagaimana kemungkinan (likelihood)
didefinisikan;
Bagaimana menentukan bahwa
tingkat risiko sedemikian rupa
sehingga diperlukan kegiatan
penanganan/pengendalian

Kriteria Risiko
Konsekuensi

5
4
3
2
1

Katastrop
ik
Major
Moderat
Minor
Tdk
signifikan

Kemungkinan (Likelihood)
1
2
3
4
5
Sangat
Modera
Hampir
Jarang
Sering
jarang
t
pasti
5

10

15

20

25

4
3
2

8
6
4

12
9
6

16
12
8

20
15
10

SUMBER RISIKO
AS/NZS
4360:
2004
PP 60/
2008

perilaku personel,
aktivitas manajemen dan pengendalian,
kondisi ekonomi,
kejadian yang biasa/tidak biasa,
kondisi politik,
isu-isu teknologi/teknis,
hubungan hukum dan komersial,
tanggung jawab terhadap produk/publik, dan
aktivitas itu sendiri.

Internal (Dana, SDM,


peralatan, kebijakan,
suasana kerja)
Eksternal (bencana,
teknologi, peraturan,
keamanan)

Sumber Risiko, Penyebab, dan


Faktor Risiko
SUMBER
INTERN
EKSTERN
PENYEBAB
Dapat dikendalikan
Tidak dapat dikendalikan
FAKTOR
Hal yang memungkinkan terjadinya risiko

PENYEBAB & FAKTOR RISIKO


Suatu risiko ada penyebabnya, karena penyebab
adalah (1) a factor or event that produces a second
event atau (2) something that brings about a
particular condition, result or effect. Sedangkan
definisi risiko adalah a chance of something
happening that will have an impact upon
objectives. Jika risiko adalah kemungkinan kejadian,
maka penyebab adalah sesuatu yang menghasilkan
kejadian itu.
Faktor risiko merupakan pemicu yang
mempercepat, mendorong, atau mempermudah
timbulnya kejadian risiko, misalnya suasana, letak
bangunan, wilayah rawan, atau waktu tertentu.

Diagram ishikawa (fishbone)

8 M causes
The 8 Ms (used in manufacturing)
Man : apakah sudah kompeten, terlatih
dan cermat
Machine : apakah alat, sarana, dan
teknologi handal
Measurement : apakah alat ukur akurat
Material : apakah bahan sudah baik,
informasi tepat
Method : metode kerja tepat, efisien
Mother Nature (Environment) : lingkungan
mendukung

Risiko Inheren dan Risiko Residual


RISIKO INHEREN
risiko yang murni ada tanpa memperhitungkan
pengendalian yang sudah ada (eksis), atau
risiko yang diukur sebelum memperhitungkan
kondisi pengendaliannya.
RISIKO RESIDU
risiko terkait dengan kegiatan (inheren)
dikurangi jumlah kesalahan yang terdeteksi
oleh pengendalian, yaitu jumlah kesalahan
yang masih tetap belum terdeteksi (residual).

RISIKO INHEREN &


RESIDUAL

Risiko inheren adalah risiko yang murni


ada tanpa memperhitungkan pengendalian
yang sudah ada (eksis), atau risiko yang
diukur sebelum memperhitungkan kondisi
pengendaliannya.
Risiko residual dikenal sebagai net risk,
risiko netto. Ini merupakan tingkatan risiko
yang tersisa setelah kontrol-kontrol yang
relevan diaplikasikan oleh manajemen atau
setelah manajemen melakukan upaya
mitigasi terhadap risiko inheren.

Pengertian Penilaian Risiko


IDENTIFIK
ASI RISIKO

ANALISIS
RISIKO

EVALUASI

TAHAPAN PENILAIANRISIKO

PENETAPA
N TUJUAN

IDENTIFIK
ASI RISIKO

ANALISIS
RISIKO

TUJUAN PENILAIAN RISIKO


1. Mengidentifikasi dan menguraikan semua
risiko-risiko potensial yang berasal baik dari
faktor internal maupun faktor eksternal;
2. Memeringkat risiko-risiko yang memerlukan
perhatian manajemen instansi dan yang
memerlukan penanganan segera atau tidak
memerlukan tindakan lebih lanjut; dan
3. Memberikan suatu masukan atau rekomendasi
untuk meyakinkan bahwa terdapat risiko-risiko
yang menjadi prioritas paling tinggi untuk
dikelola dengan efektif.

MANFAAT PENILAIAN
RISIKO
Membantu
pencapaian
tujuan IP
Kesinambungan
pelayanan kpd
stakeholders

Manfaat

Efisiensi dan
efektivitas
pelayanan
Pertimbangan
dalam
perencanaan
strategis
Membantu
menghindari
pemborosan

TUJUAN INSTANSI
Mempertimbangka
n:

RENCANA
PENILAIAN
RISIKO

STRATEGI
MGT
TERINTEGR
ASI

(pasal 14 PP 60/2008)

VISI, MISI,
SASARAN,
PROGRAM
(RENSTRA,
KINERJA)

TUJUA
N
INSTAN
SI
STRATEGI
OPERASIO
NAL

SMART

DIKOMUNI
KASIKAN

TUJUAN KEGIATAN
Mempertimbangka
n:

BERDSRKAN
TUJUAN
INSTANSI

(pasal 15 PP 60/2008)

KETERLIBAT
AN
SELURUH
JAJARAN
PIMPINAN

SALING
MELENGKAP
I,
MENUNJANG
, TDK
BERTENTAN
GAN

DUKUNGAN
SUMBER
DAYA CUKUP

RELEVAN DG
SELURUH
KEG. UTAMA
IP

TUJUAN
KEGIATAN
ADA
KRITERIA
PENGUKURA
N

AKIBAT GANGGUAN RISIKO


TERHADAP TUJUAN
Tujuan menjadi lebih lama
Tujuan tercapai sebagian
(<100%)
Tujuan tidak tercapai
Tujuan tercapai namun lebih
mahal
Tujuan melenceng

NO

RISIKO AKAN
BERAKIBAT

ILUSTRASI

Tujuan lebih lama


tercapai

Tujuan tercapai
sebagian saja
(<100%)

Tujuan tidak tercapai


sama sekali

Tujuan tercapai namun


lebih mahal biayanya

Tujuan melenceng

Waktu lebih lama

Biaya lebih mahal

A
Keterangan:
= RISIKO

B
C

ANCAMAN TERHADAP TUJUAN SPIP


Apa yang akan/berpotensi mengganggu
efisiensi dan efektivitas operasi di instansi
pemerintah?
Apa yang berpotensi mengancam pelaporan
keuangan yang andal?
Apa yang berpotensi menghambat dalam hal
pengamanan aset di instansi pemerintah?
Apa yang berpotensi menjadi tantangan atau
gangguan dalam hal ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan di instansi
pemerintah?

IDENTIFIKASI RISIKO
Identifikasi risiko adalah proses menetapkan
apa, dimana, kapan, mengapa, dan
bagaimana sesuatu dapat terjadi, sehingga
dapat berdampak negatif terhadap pencapaian
tujuan. Tujuannya adalah untuk menghasilkan
suatu daftar sumber-sumber risiko dan
kejadian-kejadian yang berpotensi membawa
dampak terhadap pencapaian tiap tujuan yang
telah diidentifikasi dalam penetapan tujuan.
Setelah mengidentifikasi apa yang dapat
terjadi, maka perlu dipertimbangkan penyebab
dan skenario-skenario yang dapat terjadi.

ANALISIS RISIKO
Analisis risiko adalah proses penilaian
terhadap risiko yang telah teridentifikasi,
dalam rangka mengestimasi kemungkinan
munculnya dan besaran dampaknya,
untuk menetapkan level atau status
risikonya.
Status risiko diperoleh dari hubungan
antara kemungkinan (frekuensi atau
probabilitas kemunculan) dan dampak
(besaran efek) jika risiko terjadi.
Level Risiko = Kemungkinan x
Dampak

TINGKAT TOLERANSI RISIKO

TINGKAT TOLERANSI RISIKO

KONSEP ALARP (AS LOW AS REASONABLY


PRACTICABLE)

Konsep praktis dari ALARP adalah: aplikasi


(apakah ada yang dapat dilakukan?) dan
biaya-manfaatnya (apakah perlu
melakukannya dalam kondisi tsb?). Kedua
aspek ini perlu diseimbangkan dengan
hati-hati.

ALARP
Pendekatan yang umum dilakukan adalah membagi
risiko ke dalam tiga bagian:
Bagian atas : dimana risiko tidak dapat ditoleransi
walaupun hal itu bermanfaat, serta pengurangan
risiko harus dilakukan berapapun biayanya.
Bagian tengah (area abu-abu): dimana baik biaya
maupun manfaat diperhitungkan, dan peluang
dicermati walau ada konsekuensi sebaliknya.
Bagian bawah: dimana baik risiko positif maupun
negatif tidak terlalu diperhatikan, atau sedemikian
kecilnya risiko tersebut sehingga tidak memerlukan
penanganan serius.

LANGKAH PRAKTIS
1. Penetapan unit risiko, yaitu penetapan organisasi atau
unit mana yang akan diidentifikasi risikonya dan
tingkatan risikonya (risiko strategik atau risiko kegiatan).
2. Pemahaman terhadap tupoksi organisasi/unit yang
bersangkutan
3. Pemahaman terhadap aktivitas utama dari organisasi
4. Reviu atas kriteria risiko yang ada, mencakup tingkat
toleransi risiko, kriteria dampak, kriteria kemungkinan,
dan kriteria tingkat efektivitas pengendalian yang sudah
ada.
5. Pembuatan daftar risiko (risk register), yang memuat
pernyataan risiko, dampak, penyebab, kemungkinan
kejadian, pengendalian yang sudah ada, level risiko,
respon yang diperlukan, dan pemilik risiko, serta waktu
pelaksanaan rencana tindak.
6. Pembuatan peta atau profil risiko.

Hal-hal Terkait Penilaian


Risiko
Risiko Retrospektif dan Prospektif
Lingkup Penilaian:
Stratejik
Unit/Program
Kegiatan/Proyek
Individu

SUMBER INFORMASI RETROSPEKTIF


DAFTAR/REGISTER INSIDEN/BAHAYA
LHA, HASIL EVALUASI DAN LAINNYA
KELUHAN
PELANGGAN/STAKEHOLDERS
DOKUMEN DAN LAPORAN
STAF LAMA ATAU SURVAI PELANGGAN
MEDIA (SURAT KABAR, WEBSITE DLL)

METODE IDENTIFIKASI
RISIKO PROSPEKTIF

BRAINSTORMING
RISET
WAWANCARA
SURVEI
BAGAN ARUS SUATU PROSES
ANALISIS SWOT
REVIU DESAIN SISTEM (TEKNIK
ANALISIS SISTEM)

CONTOH TABEL KRITERIA


RISK ACCEPTANCE
Level Risiko

Kriteria untuk Pengelolaan Risiko

Yang Bertanggung Jawab

13

Dapat diterima

Dengan pengendalian yang


cukup

Pimpinan Menengah/
Operasional

46

Dipantau

Dengan pengendalian yang


cukup

Pimpinan Menengah/
Operasional

69

Diperlukan Pengendalian
Manajemen

Dengan pengendalian yang


cukup

Pimpinan Menengah/
Operasional

10 14

Harus menjadi perhatian


manajemen (urgen)

Dapat diterima hanya dengan


pengendalian yang sangat baik
(excellent)

Pimpinan Puncak

15 25

Tak dapat diterima


(unacceptable)

Dapat diterima hanya dengan


pengendalian yang sangat baik
(excellent)

Pimpinan Puncak

TEMPLATE MATRIKS / PETA RISIKO


MATRIKS ANALISIS RISIKO 5X5
Deskripsi

Dampak

Probabilitas

Likelihood

Hampir pasti

90%

Kemungkinan besar

70%

Mungkin

50%

Kemungkinan kecil

30%

Sangat jarang

10%

Tidak
signifikan

Kecil

Medium

Besar

Katastropik

RATING/STATUS:
Deskripsi

Level

Level dimulai dari status

Ekstrim

15

Tinggi

10

Moderat

Rendah

Sangat Rendah

PERHATIAN
UTAMA UTK
RESPON RISIKO

RESPON TERHADAP
RISIKO
Reduce

Kurang
i
kemun
gkinan
Berbag
i

Hindari

RESPO
N
RISIKO

Kurang
i
dampa
k

Terima

PENDEKATAN UMUM TERHADAP RESPON

Probabilitas vs. Dampak


Tinggi

Risiko Medium

PROBABILITAS

Risiko yang muncul relatif sering


namun kurang signifikan

Risiko Tinggi
Risiko yang mengancam tujuan

Mitigasi dan Kendalikan

Kendalikan

Risiko Rendah

Risiko Medium
Risiko signifikan yang jarang muncul

Terima

Rendah

Berbagi

DAMPAK

Tinggi

LANGKAH PENILAIAN RISIKO


Penetapan unit risiko
Pemahaman tupoksi
Pemahaman Aktivitas utama
organisasi
Reviu atas kriteria risiko yang ada
Pembuatan daftar risiko
Pembuatan profil risiko

METODE PENILAIAN RISIKO


(ANALISIS RISIKO)
ANALISIS KUALITATIF
ANALISIS SEMI KUANTITATIF
ANALISIS KUANTITATIF
(NOTE: KEDALAMAN ANALISIS
TERGANTUNG PADA INFORMASI
RISIKO, DATA, DAN BIAYA YG
TERSEDIA)

ANALISIS KUALITATIF
Keuntungan
Cepat dan relatif mudah digunakan.
Pemakai metode ini dapat memperoleh pemahaman
mengenai perbandingan antara beberapa risiko.
Kekurangan

Kurang akurat.
Sulit untuk membandingkan risiko.
Perbandingan bisa tidak konsisten.
Jarang ada justifikasi jelas untuk menimbang risiko.
Pembedaan antar risiko sangat kurang.
Menggunakan ukuran deskriptif emosional.
Memberikan definisi yang sangat disederhanakan.
Aplikasi analisis keuangan penanganan risiko sangat
terbatas.

ANALISIS SEMI KUALITATIF


Keuntungan
Penerapannya cepat.
Pemahaman yang masuk akal mengenai perbandingan
risiko.
Pembedaan yang masuk akal antar kejadian risiko.
Penggunaan ukuran deskriptif emosional yang lebih
sedikit.
Kekurangan
Kurang akurat.
Sulit untuk membandingkan risiko pada basis yang
sama.
Nilai risiko yang sama belum tentu merupakan risiko
yang serupa.
Metode ini memberikan definisi yang sangat
disederhanakan mengenai kejadian risiko melalui
kombinasi beberapa dampak yang mungkin timbul dari
satu kejadian.

ANALISIS KUANTITATIF
Keuntungan
dapat dilaksanakan dengan cepat
Pemahaman yang jelas utk perbandingan risiko.
Proses scr langsung menghitung beragam dampak dan
rasional.
Memberi pembedaan yg baik antar kejadian.
Mendefinisikan kejadian risiko dengan teliti.
Mudah membandingkan risiko pada basis yang sama.
Dapat mencakup kejadian yang kompleks.
Aplikasi yang ekstensif untuk penanganan risiko.
Dpt mencakup kejadian yg tidak dapat dikuantifikasi dgn
pendekatan sistematis.
Kekurangan
Kurang mengelaborasi persepsi.
Sulit diterapkan dalam kondisi keterbatasan data
kuantitatif.

Teknik Identifikasi Risiko


Metode 1: Analisis Data Historis
Metode 2: Pengamatan dan
Survai
Metode 3: Pengacuan
(Benchmarking)
Metode 4: Pendapat Ahli

METODE ANALISIS
Metode kualitatif antara lain:
curah pendapat (brainstorming),
evaluasi menggunakan kelompok multidisiplin/Focus
Group Discussion (FGD),
pertimbangan ahli dan spesialis (misalnya teknik
Delphi), dan
wawancara terstruktur
kuesioner.
Metode kuantitatif antara lain:
analisis dampak; analisis biaya siklus hidup; analisis
jaringan (network);
analisis probabilitas; simulasi/model komputer
(misalnya simulasi Monte Carlo); analisis
statistik/numerik, dan
survei kepuasan masyarakat dan riset pasar.

ALAT BANTU KOMPUTER


SOFTWARE SCIENCE/STATISTIK:
SPSS
MINITAB
MATHCAD
SOFTWARE SPREADSHEET:
EXCEL
OPEN CALC
LOTUS

HAL-HAL YG PERLU DIBANGUN DLM


IMPLEMENTASI PENILAIAN RISIKO

KEBIJAKAN RISIKO
PERENCANAAN DAN SDM
PROGRAM IMPLEMENTASI
PERAN KEPEMIMPINAN DAN
PERUBAHAN KULTUR

Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP)
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
Tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah

Pokok Bahasan

Pengertian Pengendalian
Unsur Sistem Pengendalian Intern
Pengawasan Intern
Daftar uji Penerapan SPIP

Pokok Bahasan
Pengertian Pengendalian
Unsur Sistem Pengendalian
Intern
Pengawasan Intern
Daftar uji Penerapan SPIP

SISTEM PENGENDALIAN
INTERN
adalah proses
yang integral
pada tindakan dan
kegiatan yang
dilakukan
secara terus
menerus oleh
pimpinan dan
seluruh pegawai
untuk
memberikan
keyakinan
memadai atas
tercapainya
tujuan organisasi
melalui : ==

>>>

kegiatan yang efektif


dan efisien,
keandalan pelaporan
keuangan,
pengamanan aset
negara, dan
ketaatan terhadap
peraturan perundangundangan.

Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah (SPIP)

adalah Sistem
Pengendalian Intern yang
diselenggarakan secara
menyeluruh di lingkungan
pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.

PENERAPAN SPIP
dilaksanakan
menyatu dan
menjadi
bagian
integral dari
kegiatan
Instansi
Pemerintah

PENGAWASAN INTERN
adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan
lain
terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi
organisasi
dalam rangka memberikan keyakinan yang
memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan
sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien
untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan
tata kepemerintahan yang baik.

UNSUR SISTEM PENGENDALIAN


INTERN
1. lingkungan
pengendalian
2. penilaian risiko
3. kegiatan
pengendalian
4. Informasi dan
komunikasi;
5. pemantauan
pengendalian intern

Lingkungan
pengendalian

Penilaian risiko

Pimpinan Instansi Pemerintah dan seluruh pegawai harus


menciptakan dan memelihara lingkungan dalam
keseluruhan organisasi yang menimbulkan perilaku positif
dan mendukung terhadap pengendalian intern dan
manajemen yang sehat.
Pengendalian intern harus memberikan penilaian atas risiko
yang dihadapi unit organisasi baik dari luar maupun dari
dalam.

Kegiatan
pengendalian

Kegiatan pengendalian membantu memastikan bahwa


arahan pimpinan Instansi Pemerintah dilaksanakan.
Kegiatan pengendalian harus efisien dan efektif dalam
pencapaian tujuan organisasi.

Informasi dan
komunikasi

Informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada pimpinan


Instansi Pemerintah dan pihak lain yang ditentukan.
Informasi disajikan dalam suatu bentuk dan sarana
tertentu serta tepat waktu sehingga memungkinkan
pimpinan Instansi Pemerintah melaksanakan
pengendalian dan tanggung jawabnya.

Pemantauan

Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu


ke waktu dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit
dan reviu lainnya dapat segera ditindaklanjuti.

Lingkungan Pengendalian

2
3
4
5

Lingkungan Pengendalian yang


Baik

penegakan integritas dan nilai etika;


komitmen terhadap kompetensi;
kepemimpinan yang kondusif;
pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan
kebutuhan;
pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;
penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang
pembinaan sumber daya manusia;
perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah
yang efektif; dan
hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah
terkait.

Penegakan integritas dan nilai


etika
sekurang-kurangnya dilakukan dengan:
menyusun dan menerapkan aturan perilaku;
memberikan keteladanan pelaksanaan aturan
perilaku pada setiap tingkat pimpinan Instansi
Pemerintah;
menegakkan tindakan disiplin yang tepat atas
penyimpangan terhadap kebijakan dan prosedur, atau
pelanggaran terhadap aturan perilaku;
menjelaskan dan mempertanggungjawabkan adanya
intervensi atau pengabaian pengendalian intern; dan
menghapus kebijakan atau penugasan yang dapat
mendorong perilaku tidak etis.

Komitmen terhadap
kompetensi
sekurang-kurangnya dilakukan dengan:
mengidentifikasi dan menetapkan kegiatan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas dan fungsi pada
masing-masing posisi dalam Instansi Pemerintah;
menyusun standar kompetensi untuk setiap tugas dan
fungsi pada masing-masing posisi dalam Instansi
Pemerintah;
menyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk
membantu pegawai mempertahankan dan
meningkatkan kompetensi pekerjaannya; dan
memilih pimpinan Instansi Pemerintah yang memiliki
kemampuan manajerial dan pengalaman teknis yang
luas dalam pengelolaan Instansi Pemerintah.

Kepemimpinan yang
kondusif
sekurang-kurangnya ditunjukkan dengan:
mempertimbangkan risiko dalam pengambilan
keputusan;
menerapkan manaj emen berbasis kinerja;
mendukung fungsi tertentu dalam penerapan SPIP;
melindungi atas aset dan informasi dari akses dan
penggunaan yang tidak sah;
melakukan interaksi secara intensif dengan pejabat
pada tingkatan yang lebih rendah; dan
merespon secara positif terhadap pelaporan yang
berkaitan dengan keuangan, penganggaran,
program, dan kegiatan.

Pembentukan struktur organisasi


yang sesuai dengan kebutuhan
menyesuaikan dengan ukuran dan sifat kegiatan Instansi
Pemerintah;
memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab dalam
Instansi Pemerintah;
memberikan kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan
intern dalam Instansi Pemerintah;
melaksanakan evaluasi dan penyesuaian periodik terhadap
struktur organisasi sehubungan dengan perubahan
lingkungan strategis; dan
menetapkan jumlah pegawai yang sesuai, terutama untuk
posisi pimpinan.
Penyusunan struktur organisasi berpedoman pada
peraturan perundang-undangan.

Pendelegasian wewenang dan


tanggung jawab yang tepat
wewenang diberikan kepada pegawai yang
tepat sesuai dengan tingkat tanggung
jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan
Instansi Pemerintah;
pegawai yang diberi wewenang memahami
bahwa wewenang dan tanggung jawab yang
diberikan terkait dengan pihak lain dalam
Instansi Pemerintah yang bersangkutan; dan
pegawai yang diberi wewenang memahami
bahwa pelaksanaan wewenang dan tanggung
jawab terkait dengan penerapan SPIP.

kebijakan yang sehat tentang


pembinaan SDM
dilaksanakan dengan memperhatikan
sekurang-kurangnya hal-hal sebagai berikut:
penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen
sampai dengan pemberhentian pegawai;
penelusuran latar belakang calon pegawai dalam
proses rekrutmen; dan
supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai.

Penyusunan dan penerapan kebijakan


pembinaan sumber daya manusia berpedoman
pada peraturan perundangundangan.

Kebijakan dan prosedur


pembinaan SDM
meliputi a.l.:
penetapan formasi,
rekrutmen,
pelatihan prajabatan,
pelatihan dalam jabatan,
pengangkatan dalam pangkat dan jabatan,
penilaian prestasi pegawai,
disiplin,
penggajian, dan
pemberhentian.

Perwujudan peran aparat pengawasan


intern pemerintah yang efektif
memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan,
kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan
penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah;
memberikan peringatan dini dan meningkatkan
efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan
tugas dan fungsi Instansi Pemerintah; dan
memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola
penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah
terkait diwujudkan dengan adanya mekanisme saling
uji antar Instansi Pemerintah terkait.

Hubungan kerja yang baik dengan


Instansi Pemerintah terkait

diwujudkan dengan adanya mekanisme


saling uji antar Instansi Pemerintah
terkait.
mekanisme saling uji adalah
mencocokkan data yang saling terkait
dari 2 (dua) atau lebih Instansi
Pemerintah yang berbeda.

Penilaian Risiko

3
4
5

Penilaian Risiko
Penilaian risiko terdiri atas:
a. identifikasi risiko; dan
b. analisis risiko.

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib


melakukan penilaian risiko

Identifikasi risiko
dilaksanakan dengan:
menggunakan metodologi yang sesuai
untuk tujuan Instansi Pemerintah dan
tujuan pada tingkatan kegiatan secara
komprehensif;
menggunakan mekanisme yang
memadai untuk mengenali risiko dari
faktor eksternal dan faktor internal; dan
menilai faktor lain yang dapat
meningkatkan risiko.

Analisis risiko
dilaksanakan untuk menentukan
dampak dari risiko yang telah
diidentifikasi terhadap pencapaian
tujuan Instansi Pemerintah.
Pimpinan Instansi Pemerintah
menerapkan prinsip kehati-hatian
dalam menentukan tingkat risiko
yang dapat diterima.

Kegiatan Pengendalian

1
2

4
5

Kegiatan Pengendalian
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib
menyelenggarakan kegiatan
pengendalian sesuai dengan ukuran,
kompleksitas, dan sifat dari tugas
dan fungsi Instansinya.

Karakteristik Kegiatan
Pengendalian
kegiatan pengendalian
diutamakan pada kegiatan pokok Instansi
Pemerintah;
harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko;
disesuaikan dengan sifat khusus Instansi Pemerintah;
dievaluasi secara teratur
kebijakan dan prosedur
harus ditetapkan secara tertulis;
harus dilaksanakan sesuai yang ditetapkan secara
tertulis; dan

Kegiatan Pengendalian
terdiri atas:
1. reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan;
2. pembinaan sumber daya manusia;
3. pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;
4. pengendalian fisik atas aset;
5. penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerj a;
6. pemisahan fungsi;
7. otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;
8. pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan
kejadian;
9. pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;
10.akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan
11.dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta
transaksi dan kejadian penting.

Informasi dan Komunikasi

1
2
3

Informasi dan Komunikasi


Pimpinan Instansi Pemerintah wajib mengidentifikasi,
mencatat, dan mengkomunikasikan informasi dalam
bentuk dan waktu yang tepat.
Komunikasi atas informasi wajib diselenggarakan
secara efektif.
Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif,
pimpinan Instansi Pemerintah harus sekurangkurangnya:
menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan
sarana komunikasi; dan
mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem
informasi secara terus menerus

Pemantauan

1
2
3
4

Pemantauan
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan
pemantauan Sistem Pengendalian Intern.
Pemantauan Sistem Pengendalian Intern
dilaksanakan melalui:
pemantauan berkelanjutan,
evaluasi terpisah, dan
tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya.

Pemantauan berkelanjutan diselenggarakan


melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi,
pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain
yang terkait dalam pelaksanaan tugas.

Pemantauan
Evaluasi terpisah diselenggarakan melalui
penilaian sendiri,
reviu, dan
pengujian efektivitas Sistem Pengendalian Intern.

Evaluasi terpisah dapat dilakukan oleh aparat pengawasan


intern pemerintah atau pihak eksternal pemerintah.
Evaluasi terpisah dapat dilakukan dengan menggunakan
daftar uji pengendalian intern
Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya harus
segera diselesaikan dan dilaksanakan sesuai dengan
mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit dan reviu
lainnya yang ditetapkan.

Pemantauan berkelanjutan
diselenggarakan melalui
kegiatan pengelolaan rutin,
supervisi,
pembandingan,
rekonsiliasi, dan
tindakan lain yang terkait dalam
pelaksanaan tugas.

Evaluasi terpisah
diselenggarakan melalui
penilaian sendiri, r
eviu, dan
pengujian efektivitas Sistem Pengendalian Intern.

Evaluasi terpisah dapat dilakukan oleh aparat


pengawasan intern pemerintah atau pihak
eksternal pemerintah.
Evaluasi terpisah dapat dilakukan dengan
menggunakan daftar uji pengendalian intern

Tindak lanjut rekomendasi hasil


audit dan reviu lainnya
Tindak lanjut harus segera
diselesaikan dan dilaksanakan sesuai
dengan mekanisme penyelesaian
rekomendasi hasil audit dan reviu
lainnya yang ditetapkan.

Penguatan

Efektivitas
Penyelenggaraan SPIP

Penguatan Efektivitas
Penyelenggaraan SPIP
Menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan
bupati/walikota bertanggung jawab atas
efektivitas penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern di lingkungan masingmasing.
Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas
Sistem Pengendalian Intern dilakukan:
pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas
dan fungsi Instansi Pemerintah termasuk
akuntabilitas keuangan negara; dan
pembinaan penyelenggaraan SPIP

Aparat Pengawasan Intern


Pemerintah
melakukan pengawasan intern melalui:
audit;
reviu;
evaluasi;
pemantauan; dan
kegiatan pengawasan lainnya.

Aparat pengawasan intern


pemerintah

Badan Pengawasan Keuangan dan


Pembangunan;
Inspektorat Jenderal atau nama lain
yang secara fungsional
melaksanakan pengawasan intern;
Inspektorat Provinsi; dan
Inspektorat Kabupaten/Kota.

BPKP
melakukan pengawasan intern terhadap
akuntabilitas keuangan negara atas
kegiatan tertentu yang meliputi:
kegiatan yang bersifat lintas sektoral;
kegiatan kebendaharaan umum negara
berdasarkan penetapan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara;
dan
kegiatan lain berdasarkan penugasan dari
Presiden.

Lingkup Tugas Pengawas


Internal
Inspektorat
Jenderal

melakukan pengawasan terhadap seluruh


kegiatan dalam rangka penyelenggaraan
tugas dan fungsi kementerian
negara/lembaga yang didanai dengan APBN

Inspektorat
Provinsi

melakukan pengawasan terhadap seluruh


kegiatan satuan kerja perangkat daerah
provinsi yang didanai dengan APBD provinsi.

Inspektorat
Kabupaten/Ko
ta

melakukan pengawasan terhadap seluruh


kegiatan satuan kerja perangkat daerah
kabupaten/kota yang didanai dengan APBD
kabupaten/ kota

Bentuk Pengawasan
Aparat pengawasan intern
pemerintah melakukan
pengawasan intern melalui:
audit;
reviu;
evaluasi;
pemantauan; dan
kegiatan pengawasan lainnya.

audit

"reviu"

"evaluasi"

"pemantauan"
Kegiatan
pengawasan
lainnya

adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang


dilakukan secara independen, obyektif dan profesional berdasarkan
standar audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas,
efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas
dan fungsi Instansi Pemerintah.

adalah penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk


memastikan bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan, standar, rencana, atau norma yang telah
ditetapkan.

adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil atau prestasi suatu


kegiatan dengan standar, rencana, atau norma yang telah
ditetapkan, dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan.

adalah proses penilaian kemajuan suatu program atau kegiatan


dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

antara lain berupa sosialisasi mengenai pengawasan, pendidikan


dan pelatihan pengawasan, pembimbingan dan konsultansi,
pengelolaan hasil pengawasan, dan pemaparan hasil pengawasan.

Jenis Audit
merupakan audit atas pengelolaan
Audi
t
kine
rja;
Audi
t
den
gan
Tuju
an
Tert
entu
.

keuangan negara dan pelaksanaan


tugas dan fungsi Instansi Pemerintah
yang terdiri atas aspek kehematan,
efisiensi, dan efektivitas.

mencakup audit yang tidak termasuk


dalam audit kinerja

audit

"reviu"

adalah proses
identifikasi masalah,
analisis, dan
evaluasi bukti yang
dilakukan secara
independen,
obyektif dan
profesional
berdasarkan standar
audit, untuk menilai
kebenaran,
kecermatan,
kredibilitas,
efektivitas, efisiensi,
dan keandalan
informasi

adalah penelaahan
ulang bukti-bukti
suatu kegiatan
untuk memastikan
bahwa kegiatan
tersebut telah
dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan,
standar, rencana,
atau norma yang
telah ditetapkan.

"evaluasi"

"pemantauan"

adalah
rangkaian
kegiatan
membandingka
n hasil atau
prestasi suatu
kegiatan
dengan
standar,
rencana, atau
norma yang
telah
ditetapkan,
dan
menentukan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi

adalah proses
penilaian
kemajuan
suatu program
atau kegiatan
dalam
mencapai
tujuan yang
telah
ditetapkan.

Kegiatan
pengawasan
lainnya
antara lain
berupa
sosialisasi
mengenai
pengawasan,
pendidikan dan
pelatihan
pengawasan,
pembimbingan
dan
konsultansi,
pengelolaan
hasil
pengawasan,
dan
pemaparan
hasil
pengawasan.

Pelaksana Reviu
atas Laporan Keuangan
Inspektorat
Jenderal
melakukan
reviu atas
laporan
keuangan
kementerian
negara/
lembaga
sebelum
disampaikan
menteri/pimpi
nan lembaga
kepada
Menteri
Keuangan.

Inspektorat
Provinsi
melakukan
reviu atas
laporan
keuangan
pemerintah
daerah
provinsi
sebelum
disampaikan
gubernur
kepada Badan
Pemeriksa
Keuangan.

Inspektorat
Kabupaten/Kota
melakukan
reviu atas
laporan
keuangan
pemerintah
daerah
kabupaten/kot
a sebelum
disampaikan
bupati/walikot
a kepada
Badan
Pemeriksa
Keuangan.

BPKP
melakukan
reviu atas
Laporan
Keuangan
Pemerintah
Pusat sebelum
disampaikan
Menteri
Keuangan
kepada
Presiden.

Standar Reviu
Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum
Negara menetapkan
standar reviu atas lap
oran keuangan untuk
digunakan sebagai
pedoman dalam
pelaksanaan reviu atas
laporan keuangan oleh
aparat pengawasan
intern pemerintah

Daftar Uji Pengendalian Intern


Pemerintah
untuk membantu pimpinan Instansi
Pemerintah dan evaluator dalam
menentukan sampai seberapa jauh
pengendalian intern suatu Instansi
Pemerintah dirancang dan berfungsi
serta, jika perlu,
untuk membantu menentukan apa,
bagian mana, dan bagaimana
penyempurnaan dilakukan.

Daftar Uji Pengendalian Intern


Pemerintah
Terdiri dari lima bagian sesuai dengan unsur Sistem
Pengendalian Intern:
Lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan
pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan.

Masing-masing bagian berisi faktor utama yang harus


dipertimbangkan saat mengevaluasi Sistem
Pengendalian Intern
Faktor-faktor ini menggambarkan isu atau hal penting dari
setiap unsur Sistem Pengendalian Intern.
Termasuk dalam masing-masing faktor tersebut adalah butir-butir yang
harus dipertimbangkan oleh pengguna pada saat melakukan evaluasi.
Butir-butir tersebut dimaksudkan untuk membantu pengguna
mempertimbangkan hal-hal spesifik yang menunjukkan seberapa jauh
Sistem Pengendalian Intern berfungsi.

Anda mungkin juga menyukai