Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Penelitian


Menghadapi persaingan di era globalisasi

yang semakin cepat,

mengharuskan setiap perusahaan untuk lebih adaptif dan responsif dalam


menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Suatu perusahaan harus mampu
terus bertahan dan bersaing, sehingga dominasi teknologi saja tidak cukup jika
tidak ditunjang oleh sumber daya manusia (SDM) yang handal dan memiliki
motivasi kerja yang tinggi.
Perusahaan sebagai organisasi mempunyai peranan yang besar dalam
mengelola faktor-faktor produksi sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan
yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan. Hal yang perlu diperhatikan oleh
setiap perusahaan dalam menjalankan proses produksinya salah satunya adalah
faktor sumber daya manusia, karena setiap kegiatan perusahaan tidak terlepas dari
faktor manusia, yang bersatu untuk mencapai keuntungan bagi semua pihak.
Sehingga berkembang atau tidaknya suatu perusahaan tergantung pada kualitas
dan perilaku sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan tersebut.
Sumber daya manusia di dalam suatu perusahaan memiliki peranan yang
sangat penting sebagai salah satu penentu bagi berkembang atau tidaknya
perusahaan tersebut. Jeffrey Pleffer (Soetrisno, 2010:19) mengemukakan bahwa
Sumber daya manusia merupakan sumber keunggulan daya saing yang mampu
menghadapi

berbagai

tantangan

Selain

itu,

menurut

Masaaki

(Soetrisno, 2010:11) Istilah kualitas sumber daya manusia adalah tingkat


kemampuan dan kemauan yang dapat ditunjukkan oleh sumber daya manusia .
Tercapai tidaknya suatu tujuan dalam perusahaan tidak semata-mata
dipengaruhi oleh kemampuan pegawai yang baik dan tinggi, tetapi dipengaruhi
oleh pemenuhan kebutuhan dan adanya dorongan yang diberikan oleh perusahaan
kepada para pegawainya. Dorongan tersebut disebut juga sebagai motivasi kerja
yang akan mengarahkan individu untuk bekerja secara optimal.
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Motivasi kerja akan
berpengaruh terhadap hasil kerja pegawai sesuai dengan besarnya dorongan yang
muncul. Hasil kerja dari pegawai merupakan wujud kinerja dalam suatu
organisasi.
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan
terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar,
bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Motivasi merupakan istilah yang lazim
digunakan untuk mengetahui maksud seseorang atas suatu hal untuk mencapai
tujuan tertentu, misalnya uang, keselamatan, prestise, dan sebagainya. Dengan
demikian, kekayaan, rasa aman (keselamatan), status, dan segala macam tujuan
lain yang dipandang sebagai kausalitas perilaku hanya merupakan hiasan sematamata hanya untuk mencapai tujuan akhir setiap orang, yakni menjadi dirinya
sendiri (Siswanto, 2003:266). Secara singkat, motivasi dapat diartikan sebagai

bagian integral dan hubungan perburuhan dalam rangka proses pembinaan,


pengembangan, dan pengarahan sumber daya manusia dalam suatu perusahaan.
Melihat kondisi ketenagakerjaan di Indonesia pada saat ini sangatlah
kompleks. Selain sistem ekonomi nasional yang dikuasai oleh keluarga atau yang
dekat dengan sumbu kekuasaan, juga disebabkan oleh rapuhnya fundamental
ekonomi yang dibangun, sehingga berpengaruh pada kacaunya sistem manajemen
tenaga kerja. Dari sisi motivasi kerja pun masih tergolong rendah, hal ini
dikarenakan kurangnya dorongan yang diberikan perusahaan kepada para
pegawainya.
Masalah motivasi kerja pegawai yang rendah salah satunya terjadi pada
Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung. Perusahaan ini merupakan satusatunya perusahaan di Kota Bandung yang mengelola sampah kota ini yang
semakin menumpuk. Berkaitan dengan jenis pekerjaan tersebut maka dibutuhkan
motivasi kerja yang tinggi. Namun pada kenyataannya, motivasi kerja pegawai
pada Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung masih tergolong rendah. Hal
ini dapat dilihat dari data absensi Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung
pada grafik 1.1 berikut :

Grafik 1.1
Perkembangan Absensi Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung
Periode Des09 Jan11

Sumber: Bagian Sumber Daya Manusia Perusahaan Daerah Kebersihan


Kota Bandung Tahun 2011 (diolah)

Dari grafik 1.1 dapat dilihat bahwa tingkat absensi pegawai Perusahaan
Daerah Kebersihan Kota Bandung masih sangat tinggi. Tingkat absensi tersebut
terus berfluktuatif dan cenderung meningkat dari periode Desember 2009 hingga
Januari 2011. Dalam jangka waktu satu tahun jumlah pegawai yang absen dalam
bekerja tanpa berita sebanyak 1.018 orang. Hal ini menunjukkan kinerja dan
motivasi kerja pegawai yang masih tergolong rendah yang akan berdampak pada
rendahnya pencapaian target kerja yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya.
Dapat dilihat pada periode 16 November 2010 15 Desember 2010 jumlah
pegawai yang absen dalam bekerja tanpa berita sebanyak 94 orang pegawai.

Angka ini semakin meningkat pada periode 16 Desember 2010 15 Januari 2011
yaitu sebanyak 113 orang pegawai.
Berdasarkan informasi dari Kepala Manajemen Sumber Daya Manusia
pada Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung yaitu Ibu Erli, selama tahun
2010 ini telah terdapat 10 orang pegawai yang mengundurkan diri, 10 orang
pegawai yang diberhentikan secara tidak hormat karena tindakan indisipliner, dan
satu orang pegawai yang diberhentikan dengan hormat dari Perusahaan Daerah
Kebersihan Kota Bandung.
Banyaknya pegawai yang sering tidak masuk hingga mendapatkan sanksi
tindakan indisipliner yaitu tidak masuk kerja selama 3 bulan hingga akhirnya
diberhentikan secara tidak hormat tersebut menunjukkan bahwa motivasi kerja
pegawai Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung masih tergolong rendah.
Hal ini menyebabkan Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung tidak dapat
mencapai target kerja yang telah ditetapkan sebelumnya.
Salah satu cara agar motivasi kerja pegawai dapat dipertahankan dan
ditingkatkan adalah dengan memperhatikan kesejahteraan pegawai yang meliputi
kesehatan fisik dan mental, keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja.
Sehubungan dengan itu, perusahaan perlu memiliki Manajemen Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja yang memberikan rasa aman dan kenyamanan kepada para
pegawainya.
Hal yang bisa mendorong karyawan untuk lebih termotivasi dalam
menjalankan pekerjaannya adalah terpenuhinya kebutuhan akan rasa aman dalam
bekerja. Pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja dalam meningkatkan

motivasi kerja karyawan dinyatakan oleh Panji Anorogo (1992:16) sebagai


berikut:
... disamping pemberian insentif sesuai dengan kebutuhan masingmasing tentunya juga tidak dilupakan adanya kondisi kerja yang lebih
manusiawi seperti fasilitas kesehatan, fasilitas rekreasi, kesempatan mengambil
cuti, dan lain sebagainya. Hal-hal ini sangat mendukung terciptanya
kegembiraan kerja pada karyawan, sehingga kehendak untuk meningkatkan
motivasi dan akhirnya produktivitas kerja pun akan lebih mudah tercapai .

Hal tersebut di atas di dukung oleh Dr. Faustino Cardoso Gomes, M.Si
(2002:180) yang mengungkapkan faktor-faktor pendorong motivasi sebagai
berikut :
Motivasi seorang pekerja untuk bekerja biasanya merupakan hal yang
rumit, karena motivasi itu melibatkan faktor-faktor individual dan faktor-faktor
organisasional. Yang tergolong pada faktor-faktor yang sifatnya individual
adalah kebutuhan-kebutuhan (needs), tujuan-tujuan (goals), sikap-sikap
(attitudes), dan kemampuan-kemampuan (abilities). Sedangkan yang tergolong
pada faktor-faktor yang berasal dari organisasi meliputi pembayaran/gaji (pay),
keamanan pekerjaan (job security), sesama pekerja (co-workers), pengawasan
(supervision), pujian (praise), dan pekerjaan itu sendiri (job it self).

Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja maupun orang lain yang
berada di tempat kerja, serta sumber produksi, proses produksi, dan lingkungan
kerja dalam keadaan aman, maka perlu penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Sistem Manajemen K3). Berdasarkan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER.05/MEN/1996, yang dimaksud
dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya
yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan

pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka


pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien, dan produktif.
Adanya pengaruh pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja terhadap motivasi kerja pegawai juga diungkapkan oleh Johan
(2003:55) sebagai berikut :
Bahwa Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja akan
meningkatkan pengaruh yang signifikan terhadap motivasi. Semakin Sistem
Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja berhasil dilakukan di dalam
suatu perusahaan, maka akan menimbulkan pengaruh positif terhadap motivasi
kerja karyawan.

Hal ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Mahruzar (2003) yang menemukan adanya hubungan yang positif dan signifikan
antara pemberian jaminan keselamatan kerja terhadap motivasi kerja. Mahruzar
(2003) mengungkapkan bahwa :
Semakin tinggi tingkat jaminan keselamatan kerja maka motivasi kerja
karyawan juga semakin tinggi dan sebaliknya semakin rendah tingkat jaminan
keselamatan kerja maka motivasi kerja juga akan semakin rendah dengan
sumbangan efektif jaminan keselamatan kerja terhadap motivasi kerja sebesar
94,7 %.

Melihat hal di atas, maka Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung


harus melakukan evaluasi terhadap sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja dalam pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja agar dapat
memperkecil terjadinya kecelakaan kerja dan meningkatkan kesehatan pegawai,
sehingga pegawai merasa aman dan nyaman dalam bekerja. Dengan demikian,

secara tidak langsung perusahaan mendorong pegawai agar merasa termotivasi


untuk bekerja dengan baik.
Menurut data statistik, jumlah kasus kecelakaan kerja di Indonesia pada
tahun 2010 masih sangat tinggi. Salah satunya dapat dilihat pada Perusahaan
Daerah Kebersihan Kota Bandung dimana ruang lingkup pekerjaannya memiliki
resiko yang besar terhadap polusi udara, polusi bahan kimia, dan kecelakaan kerja
lainnya seperti terkena pecahan kaca maupun paku berkarat yang berasal dari
sampah yang sebenarnya merupakan sumber penyakit. Selama tahun 2010 telah
terjadi peningkatan kecelakaan kerja pada Perusahaan Daerah Kebersihan Kota
Bandung yaitu banyak terjadinya kecelakaan pada saat pengangkutan sampah
maupun kecelakaan saat bekerja pada bagian operasional seperti penyapu jalan
dan petugas sampah. Hal ini dapat dilihat pada grafik 1.2 berikut :

Grafik 1.2
Perkembangan Kecelakaan Kerja
Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung
Periode Des09 Juli10
J umlah Kecelakaan Kerja

7
6
5
4
3
2
1
0
Des '09

J an'10

F eb'10

J umlah K ec elak aan K erja

Mar'10

A pr'10

Mei'10

J un'10

J ul'10

P e riode

Sumber: Perlengkapan dan Tata Usaha Perusahaan Daerah Kebersihan Kota


Bandung Tahun 2010 (diolah)

Dari grafik 1.2 dapat dilihat terjadinya kenaikan angka kecelakaan kerja
dari periode Desember 2009 Juli 2010 yaitu sebanyak 16 kasus. Hal ini terlihat
dari meningkatnya jumlah kecelakaan kerja pada bulan Desember 2009 sebanyak
dua kasus hingga mencapai enam kasus pada bulan Juli 2010. Hal ini
menunjukkan adanya masalah dalam penerapan program keselamatan dan
kesehatan kerja pada Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung.
Adapun jumlah pegawai yang sakit dapat dilihat pada grafik 1.3 berikut :

Grafik 1.3
Perkembangan Jumlah Pegawai yang Sakit
Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung
Periode Des09 Jan11

Sumber: Bagian Sumber Daya Manusia Perusahaan Daerah Kebersihan Kota


Bandung Tahun 2011 (diolah)

Dari grafik 1.3 dapat dilihat bahwa jumlah pegawai yang sakit pada
Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung masih sangat tinggi. Dalam jangka

10

waktu satu tahun jumlah pegawai yang sakit sudah mencapai 1.339 orang. Hal ini
menjadi beban biaya tersendiri bagi Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung
yang pada akhirnya menyebabkan ketidakefisienan. Dapat dilihat pada periode
16 November 2010 15 Desember 2010 jumlah pegawai yang sakit sebanyak 151
orang pegawai. Angka ini semakin meningkat pada periode 16 Desember 2010
15 Januari 2011 yaitu sebanyak 160 orang pegawai yang sakit. Diantara jumlah
pegawai yang sakit tersebut, sebanyak 23 orang pegawai menderita penyakit TBC
akibat polusi udara dari sampah.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan program keselamatan dan
kesehatan kerja pada Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung belum
maksimal karena masih banyaknya jumlah pegawai yang sakit dan terus
berfluktuatif dan cenderung meningkat dari periode Desember 2009 hingga
Januari 2011.
Karena masih tingginya tingkat kecelakaan kerja dan jumlah pegawai yang
sakit tentu saja menjadi beban biaya tersendiri bagi Perusahaan Daerah
Kebersihan Kota Bandung. Adapun kerugian yang harus ditanggung oleh
Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut:

11

Tabel 1.1
Laporan Biaya Kecelakaan Tahun 2010
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Tanggal Kecelakaan
16 Desember 2009
29 Desember 2009
12 Januari 2010
17 Januari 2010
13 Februari 2010
19 Februari 2010
17 Maret 2010
7 April 2010
20 Mei 2010
20 Mei 2010
12 Juli 2010
12 Juli 2010
14 Juli 2010
13 Juli 2010
21 Juli 2010
28 Juli 2010
Jumlah Sementara tahun 2010

Biaya (Rp)
1.504.068
15.000.000
1.500.000
2.925.000
25.000.000
600.000
2.365.000
2.500.000
250.000
750.000
400.000
1.250.000
1.250.000
3.000.000
1.750.000
2.000.000
58.059.068

Sumber: Perlengkapan dan Tata Usaha Perusahaan Daerah Kebersihan Kota


Bandung Tahun 2010 (diolah)

Berdasarkan tabel 1.1 diketahui bahwa biaya yang harus ditanggung


Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung cukup tinggi. Terlihat pada bulan
Februari yang mencapai jumlah Rp 25.000.000,- dan total keseluruhan sementara
adalah Rp 58.059.068,-. Tentu saja ini merupakan masalah bagi perusahaan
karena dapat menyebabkan ketidakefisienan bagi Perusahaan Daerah Kebersihan
Kota Bandung yang harus menanggung biaya kecelakaan cukup tinggi sehingga
dapat mengurangi pendapatan yang seharusnya diperoleh perusahaan.
Keadaan yang telah dijelaskan di atas mengenai motivasi kerja pegawai
yang masih tergolong rendah ini diprediksikan karena program keselamatan dan
kesehatan kerja yang belum berjalan secara optimal pada Perusahaan Daerah

12

Kebersihan Kota Bandung khususnya pada bagian operasional Perusahaan Daerah


Kebersihan Wilayah Bandung Utara. Belum adanya SOP (Standar Operasional
Prosedur) yang baik membuat sistem pelaksanaan program keselamatan dan
kesehatan kerja ini semakin melemah. Hal ini dapat dilihat dari minimnya
pemberian teguran dan tidak adanya sanksi yang tegas yang diberikan oleh pihak
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja terhadap pegawai yang melakukan
kesalahan dalam bekerja. Selain itu belum terdapatnya poster-poster yang
menggambarkan tentang tata cara bekerja yang baik dan aman pada Perusahaan
Daerah Kebersihan Kota Bandung membuat kesadaran akan pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja para pegawai masih tergolong rendah. Hal
tersebut di atas berdampak pada sikap para pegawai khususnya bagian operasional
seperti penyapu jalan dan pengangkut sampah yang mengabaikan penggunaan alat
pelindung diri seperti masker, helm, sarung tangan, dan sepatu boat sehingga
berdampak buruk bagi keselamatan dan kesehatan pegawai itu sendiri. Bahkan,
seminar mengenai pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja pada
perusahaan BUMD seperti Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung ini baru
dilaksanakan satu kali pada Bulan Oktober 2010 oleh pihak Departemen
Ketenagakerjaan.
Mengingat tenaga kerja merupakan salah satu unsur terpenting dan sangat
menentukan dalam pencapaian tujuan perusahaan dan pentingnya peranan
pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja terhadap motivasi kerja
pegawai, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Motivasi

13

Kerja Pegawai Pada Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung


(Studi Persepsional Pada Pegawai Bagian Operasional Perusahaan Daerah
Kebersihan Wilayah Bandung Utara ) .

1.2

Identifikasi Masalah
Suatu perusahaan dituntut untuk dapat mengelola faktor sumber daya

manusia didalamnya agar memiliki motivasi kerja yang tinggi sehingga dapat
bekerja secara efektif dan efisien. Motivasi kerja yang tinggi salah satunya
tercipta dari jaminan yang diberikan perusahaan seperti jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja.
Motivasi merupakan bagian penting dalam menciptakan kinerja pegawai
yang efektif dan efisien. Apabila motivasi kerja rendah tentu saja akan
menyebabkan rendahnya kinerja para pegawai yang akan berdampak pada
semakin lemahnya kinerja perusahaan dalam mencapai target yang telah
ditentukan sebelumnya.
Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman
merupakan hal yang diinginkan oleh semua pegawai. Lingkungan fisik tempat
kerja dan lingkungan organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam
mempengaruhi sosial, mental dan fisik dalam kehidupan pegawai. Kesehatan
suatu lingkungan tempat kerja dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap
kesehatan pekerja, seperti peningkatan moral pekerja, penurunan absensi dan
peningkatan motivasi kerja. Sebaliknya tempat kerja yang kurang sehat atau tidak
sehat (sering terpapar zat berbahaya yang mempengaruhi kesehatan) dapat

14

meningkatkan jumlah pegawai yang sakit dan mengalami kecelakaan pada saat
bekerja, rendahnya kualitas kesehatan pekerja, meningkatnya biaya kesehatan dan
banyak lagi dampak negatif lainnya.
Dalam hal ini faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi kerja pegawai
adalah belum maksimalnya sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
dalam pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja pada Perusahaan
Daerah Kebersihan Kota Bandung yang menyebabkan masih rendahnya jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja yang diberikan oleh perusahaan kepada para
pegawainya. Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung adalah perusahaan
yang khusus menangani masalah sampah yang terdapat di Kota Bandung. Adanya
ancaman polusi udara, polusi sampah dan bahan kimia lainnya membuat
Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung perlu memperhatikan mengenai
masalah keselamatan dan kesehatan kerja para pegawainya yang tentu saja akan
berpengaruh pada peningkatan motivasi kerja pegawai.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Maslow (Hasibuan, 2007:154) yaitu:
Salah satu kebutuhan karyawan yang perlu dipenuhi oleh perusahaan
adalah kebutuhan akan keamanan dan keselamatan, yaitu kebutuhan akan
keamanan dan keselamatan jiwa dan harta di tempat kerja pada saat
mengerjakan pekerjaan di waktu jam-jam kerja.

Selain itu Teori Motivasi Dua Faktor atau Teori Motivasi Kesehatan atau
Faktor Higienis menurut Herzbergs menyatakan bahwa motivasi yang ideal yang
dapat merangsang usaha adalah peluang untuk melaksanakan tugas yang lebih
membutuhkan keahlian dan peluang untuk mengembangkan kemampuan.
Herzbergs juga menambahkan bahwa orang mempunyai dua macam kebutuhan.

15

Kebutuhan yang pertama adalah kebutuhan akan kesehatan atau kebutuhan akan
pemeliharaan. Ini adalah kebutuhan yang berhubungan dengan hakikat atau sifat
manusia yang ingin menghindari sakit. Sedangkan kebutuhan yang kedua adalah
kebutuhan akan motivasi yang terdiri dari motivasi berprestasi, penghargaan dan
pertumbuhan serta pengembangan dari pada kemampuan-kemampuan apa saja
yang ia miliki.

1.3

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penulis

merumuskan rumusan masalah sebagai berikut :


1.

Bagaimana program keselamatan kerja pada pegawai bagian operasional


Perusahaan Daerah Kebersihan Wilayah Bandung Utara ?

2.

Bagaimana program kesehatan kerja pada pegawai bagian operasional


Perusahaan Daerah Kebersihan Wilayah Bandung Utara ?

3.

Bagaimana gambaran motivasi kerja pada pegawai bagian operasional


Perusahaan Daerah Kebersihan Wilayah Bandung Utara ?

4.

Seberapa besar pengaruh program keselamatan dan kesehatan kerja


terhadap motivasi kerja pegawai bagian operasional Perusahaan Daerah
Kebersihan Wilayah Bandung Utara ?

16

1.4

Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini dimaksudkan untuk :

1.

Mengetahui program keselamatan kerja pada pegawai bagian operasional


Perusahaan Daerah Kebersihan Wilayah Bandung Utara.

2.

Mengetahui program kesehatan kerja pada pegawai bagian operasional


Perusahaan Daerah Kebersihan Wilayah Bandung Utara.

3.

Mengetahui gambaran motivasi kerja pegawai bagian operasional


Perusahaan Daerah Kebersihan Wilayah Bandung Utara.

4.

Mengetahui pengaruh program keselamatan dan kesehatan kerja terhadap


motivasi kerja pegawai bagian operasional Perusahaan Daerah Kebersihan
Wilayah Bandung Utara.

17

1.5

Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Kegunaan Praktis
Secara praktis, kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan

informasi dan gambaran tentang pengaruh program keselamatan dan kesehatan


kerja terhadap motivasi kerja pegawai pada Perusahaan Daerah Kebersihan Kota
Bandung, khusunya pada bagian operasional Perusahaan Daerah Kebersihan
Wilayah Bandung Utara sehingga pelaksanaan program keselamatan dan
kesehatan kerja serta motivasi kerja pegawai Perusahaan Daerah Kebersihan Kota
Bandung akan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.

2. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis, kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan ilmu pengetahuan kita semua mengenai pentingnya pelaksanaan
program keselamatan dan kesehatan kerja pada setiap perusahaan.
Kemudian, bagi para perumus kebijakan dan pengambil keputusan
perusahaan, penelitian ini mungkin dapat dijadikan sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam upaya meningkatkan atau mempertahankan motivasi kerja
pegawai. Sehingga perusahaan dapat terus meningkatkan motivasi kerja pegawai
dan mengurangi tingkat kecelakaan kerja serta jumlah pegawai yang sakit agar
perusahaan dapat semakin efisien dalam mengelola keuangannya.

Anda mungkin juga menyukai