I. PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan
metabolik ditandai oleh adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek
sekresi insulin, defek kerja insulin atau keduanya. Pada penderita DM
dapat terjadi komplikasi pada semua tingkat sel dan semua tingkatan
anatomik. Manifestasi komplikasi kronik dapat terjadi pada tingkat
pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) dan pembuluh darah besar
(makrovaskuler). Pada tingkat mikrovaskuler, manifestasi komplikasi kronik
DM dapat terjadi pada retina mata (retinopati diabetik), glomerulus ginjal
(nefropati diabetik) dan otot jantung (kardiomiopati). Sedangkan pembuluh
darah besar (makrovaskular) dapat ditemukan komplikasi pada otak
(stroke), jantung (Acute Coronary Syndrome) dan pembuluh darah perifer
(tungkai bawah). 1
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes
Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemik yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980 dikatakan
bahawa DM merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam suatu
jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan
sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan
akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolut atau
relatif dan gangguan insulin.2
Sejak ditemukannya insulin
EPIDEMIOLOGI
Di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, masalah kaki diabetes masih
merupakan besar. Sebagaian besar perawatan penyandang DM selalu
menyangkut kaki diabetes. Angka kematian dan angka amputasi masih
tinggi, masing-masing sebesar 16% dan 25% (data RSUPNCM tahun
2003). Nasib para penyandang DM pasca amputasi pun masih sangat
buruk. Sebanyak 14.3% akan meninggal dalam setahun pasca amputasi
dan sebanyak 37% akan meninggal 3 tahun pasca amputasi.1
Salah satu komplikasi menahun dari DM adalah kelainan pada kaki
yang disebut sebagai kaki diabetik. Di negara berkembang prevalensi kaki
diabetik didapat jauh lebih besar dibanding dengan negara maju yaitu kirakira 2-4%. Data dari beberapa negara tertentu menunjukkan bahwa 1020% penderita harus dirawat di rumah sakit akibat problem kaki diabetik. Di
Amerika Serikat, persoalan kaki diabetik merupakan sebab utama
perawatan bagi pasien DM. Pada penelitian selama 2 tahun 16%
perawatan akibat kaki diabetik. Diperkirakan sebanyak 15% pasien DM
akan
mengalami
persoalan
kaki
dalam
kehidupan
bersama
DM.
PATOFISIOLOGI
Terjadinya
masalah
kaki
diawali
adanya
hiperglikemia
pada
neuropati.
Selanjutnya
timbul
nyeri,
paresthesia,
atrofi.
Neuropati
dapat
menyerang
saraf-saraf
perifer
kaki.
Pada
keadaan
normal
sensasi
yang
diterima
2. Fokus Infeksi
Infeksi dimulai dari kulit kaki dan dengan cepat menyebar melalui
jalur muskulofasial. Selanjutnya infeksi menyerang kapsul/sarung
tendon dan otot, baik pada kaki maupun pada tungkai sehingga terjadi
sellulitis. Kaki diabetik klasik biasanya timbul di atas kapsul metatarsal
pada sisi plantar pedis.2
Infeksi sering berlangsung agresif dan cepat meluas serta mudah
terbentuk gangren yang selanjutnya merupakan ancaman hilangnya
kaki. Di samping itu, 50% dari kasus ulkus/gangrene diabetes akan
mengalami infeksi akibat munculnya lingkungan gula darah yang subur
untuk berkembangnya bakteri patogen. Jika kadar gula darah tidak
terkontrol maka infeksi akan jadi lebih serius. Hal ini disebabkan karena
pada infeksi akan disekresi hormon kontra insulin (seperti katekolamin,
kortisol, hormone pertumbuhan dan glucagon.) yang menyebabkan
meningkatnya kadar gula darah. Peningkatan kadar gula darah juga
menyebabkan
gagalnya
fungsi
neutrofil
dan
gangguan
sistem
PMN
membutuhkan
energi
dari
glukosa
eksogen
untuk
terjadinya vasokonstriksi.
Sel endotel sangat peka terhadap pengaruh stress oksidatif.
Keadaan hiperglikemia akan meningkatkan tendensi untuk terjadinya
stress oksidatif dan peningkatan oxidized lipoprotein, terutama small
dense LDL-cholestrol (oxidized LDL) yang lebih bersifat aterogenik.
Disamping itu peningkatan kadar asam lemak bebas dan keadaan
IV.
radikuler,
hilangnya
reflek
tendon,
hilangnya
sensibilitas,
V.
KLASIFIKASI
1. Klasifikasi Edmonds (Kings College Hospital, London 2004-2005)1
Stage 1: Normal Foot
Stage 2: High Risk Foot
Stage 3: Ulcerated Foot
Stage 4: Infected Foot
Stage 5: Necrotic Foot
Stage 6: Unsalvable Foot
2. Klasifikasi Wagner1
Wagner 0: kulit intak/utuh.
Wagner 1: tukak superficial
Wagner 2: Tukak dalam (sampai tendo, tulang)
Wagner 3: tukak dalam dengan infeksi
Wagner 4: tukak dalam dengan gangrene terlokalisasi
Wagner 5: tukak dengan gangrene luas seluruh kaki.
3. Klasifikasi Texas1
Stadium
Tingkat
0
Tanpa
tukak
atau
pasca
tukak,
kulit
intak/utuh.
B
C
D
1
2
3
Luka superficial Luka
sampai Luka
sampai
tidak
samka tendon
atau tulang/sendi.
sampai tendon kapsul sendi
atau
kapsul
sendi
Dengan infeksi
Dengan infeksi
Dengan infeksi
1
2
3
Size/Extent in mm2
Tissue
1
Loss/
2
Depth
None
PAD + but not critical
Critical limb ischemia
Superficial full thickness, not deeper than dermis
Deep ulcer, below dermis, involving subcutaneous structures,
fascia, muscle or tendon.
9
joint.
Infection
1
No symptoms or signs of infection
2
Infection of skin and subcutaneous tissue only
3
Erythema >2cm or infection involving subcutaneous structures.
No systemic signs of inflammatory response.
4
Infection with systemic manifestation:
Fever, leucocytosis, shift to the left
Metabolic instability
Hypotension, azotemia
Impaired
1
Absent
Sensation
2
Present
5. Klasifikasi Liverpool1
Klasifikasi primer:
Vaskular
Neuropati
Neuroiskemik
Klasifikasi sekunder
VI.
DIAGNOSIS
Melakukan diagnosis kaki diabetik merupakan hal yang sangat
penting karena berkaitan dengan keputusan dalam terapi. Penilaian kaki
diabetik
dimulai
pemeriksaan
dengan
anamnesis
penunjang. Anamnesis
dan
pemeriksaan
aktivitas
harian,
fisik
sepatu
dan
yang
penderita
kaki
diabetik,
sering
dikeluhkan
nyeri
saat
10
berikut
adalah
berguna
sebagai
garis
asas
dalam
PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi pencegahan terjadinya kaki diabetik dan
terjadinya ulkus, bertujuan untuk mencegah timbulnya perlukaan pada kulit.
Pencegahan primer ini juga merupakan suatu upaya edukasi kepada para
11
Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk dipasir dan air.
Periksa kaki setiap hari dan laporkan pada dokter apabila ada kulit
12
Berbagai
terapi
topikal
dapat
dimanfaatkan
untuk
13
untuk
menganjurkan
pemakaian
ubat
secara
rutin
guna
Dengan
berbagai
teknik
bedah
tersebut,
14
diperhatikan
dan
diperbaiki.
Nutrisi
yang
baik
akan
membantu
kesembuhan luka.berbagai hal lain juga harus diperhatikan dan diperbaik, seperti
kadar albumin serum, kadar Hb dan derajat oksigenisasi jaringan serta fungsi
ginjal.1,3
Educational Control
Edukasi sangat penting untuk semua tahap pengelolaan kaki diabetik.
Dengan penyuluhan yang baik, penyandang DM dan ulkus/gangren diabetik
maupun keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan mendukung
berbagai tindakan yang diperlukan untuk kesembuhan luka yang optimal.1
VIII.
PROGNOSIS
Ada tiga faktor yang berperan pada penyembuhan luka dan infeksi
pada kaki diabetik. Faktor pertama adalah angiopati arteriol yang
menyebabkan perfusi jaringan kaki kurang baik sehingga mekanisma
radang menjadi tidak efektif. Faktor kedua adalah lingkungan gula darah
yang subur untuk perkembangan bakteri pathogen dan faktor ketiga ialah
karena adanya pintas arteriovenosa di subkutis yang terbuka hingga aliran
nutrien tidak sampai ke tempat infeksi.2
Selain ketiga faktor diatas, masih ada banyak lagi faktor lain yang ikut
berpengaruh
dalam
terbentuknya
kaki
diabetik.
Pendidikan
dan
diabetes
mellitus
dan
pencegahan
komplikasinya
serta
15
sendiri)
7. Tes saring untuk nefropati diabetik (urinalisis-setiap tahun)
8. Pengukuran tekanan darah (setiap tiga bulan)
9. Pemeriksaan profil lipid dan kreatinin serum (setiap tahun)
10. Imunisasi influenza/pneumococcus
11. Pertimbangkan terapi antiplatelet.
16
KAKI DIABETIK
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. Hsn
Umur
: 09-02-1968 / 47 tahun
:Layang
Nomor RM
: 314135
SUBJEKTIF
Anamnesis
KU
AT
: Pasien mengalami luka lecet pada kakinya yang tidak sembuhsembuh sejak 2 minggu yang lalu. Demam (+) selama 2 minggu
terakhir, hilang timbul, tidak disertai menggigil. Riwayat demam (-),
Sakit kepala (-), Sesak napas (-), nyeri dada (-), batuk (-), riwayat
batuk (-), mual (+), muntah (-), dan nyeri ulu hati (-).
Nafsu makan cukup.
BAB: biasa, kuning.
BAK: lancar, kuning.
III.
OBJEKTIF
A. Keadaan Umum : sakit sedang/gizi cukup/Composmentis
B. Tanda Vital dan Antropometri
a. Tekanan darah
: 140/80 mmHg
b. Nadi
: 76 x/ menit
c. Pernapasan
: 20 x/menit, Tipe : Thorakoabdominal
d. Suhu
: 36,5 C
e. BB
: 66 kg
f. TB
: 162 cm
17
C. Pemeriksaan Fisis
Kepala
o Ekspresi
: normal
o Simetris muka : simetris kiri = kanan
o Deformitas
:o Rambut
: hitam, lurus, sukar dicabut
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Mata
Eksoftalmus/enoftalmus
: -/Gerakan
: ke segala arah
Tekanan bola mata
: tidak diperiksa
Kelopak mata
: edema palpebra (-)
Konjunctiva
: anemis -/Kornea
: jernih
Sklera
: ikterus -/Telinga
Pendengaran
: dalam batas normal
Tophi
: (-)
Nyeri tekan di proc. Mastoideus : (-)
Hidung
o Perdarahan
: (-)
o Sekret
: (-)
Mulut
o Bibir
: sianosis (-)
o Gigi
: normal, caries (-)
o Gusi
: normal, perdarahan (-)
o Lidah
: kotor (-)
o Tonsil
: T1-T1, hiperemis (-)
o Faring
: hiperemis (-)
o
o
o
o
o
o
Leher
Kelenjar getah bening: tidak ada pembesaran
Kelenjar gondok
: tidak ada pembesaran
DVS
: R-2 cmH2O
Pembuluh darah
: tidak ada kelainan
Kaku kuduk
: (-)
Tumor
: (-)
Dada
Inspeksi
:
Bentuk
: Normochest, pergerakan
napas
Pembuluh darah
Buah dada
Paru
18
o
o
o
o
o
o
o
Palpasi
Sela iga
Fremittus raba
: kiri=kanan
: vocal fremitus kiri
= kanan
Nyeri tekan
: (-)
Massa tumor
: (-)
Perkusi
Paru kiri
: sonor
Paru kanan
: sonor
Batas paru hepar
: ICS VI Anterior Dextra
Auskultasi
Bunyi pernapasan : vesikuler,
Bunyi tambahan : Rh- RhWh- WhRh - RhWh- WhRh- Rh Wh- WhJantung
Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: thrill (-)
Perkusi
: pekak, batas jantung kesan normal
Auskultasi
: BJ I/II murni reguler, bising (-)
Perut
Inspeksi
:datar, ikut gerak napas
Auskultasi
: peristaltik (+), kesan normal
Palpasi
: NT (-), MT (-)
Hepar
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
Ginjal
: ballottement (-)
o Perkusi
: timpani (+)
Punggung / paru belakang
Inspeksi
: Gerakan napas simetris kiri dan kanan.
Palpasi
: Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
Perkusi
:
Batas paru belakang kanan : setinggi vertebra Th.X
Batas paru belakang kiri : setinggi vertebra Th.XI
Nyeri ketok : (-)
Auskultasi : BP : vesikuler,
BT : Rh -/-, Wh -/Alat Kelamin
: tidak diperiksa
Anus dan rektum
: tidak diperiksa
Ekstremitas
: Tampak lesi pada telapak kaki sinistra
dengan ukuran 2 x 3 cm, hiperemis (+), pus
(+), jaringan nekrosis (+), edema (+), nyeri
tekan (+), bau (+). Pulsasi a.dorsalis pedis
(+).
19
IV.
ASSESSMENT
Kaki diabetik sinistra Wagner I
DM tipe 2
Hipertensi Grade 1 (JNC-7)
1.
Penatalaksanaan Awal
- Diet DM 1700 kkal/hari
- Captopril tab 12,5 mg 3x1
- Glibenklamid 1x1
2. Rencana Pemeriksaan
Peiksa gula darah sewaktu setiap kali control ke puskesmas
RESUME
Seorang perempuan, 47 tahun datang ke pusksmas dengan keluhan luka
lecet pada kaki kiri 2 minggu yang lalu. Pasien mengalami luka pada kaki kiri
sejak 2 minggu yang lalu yang tidak sembuh-sembuh. Demam (+) selama 2
minggu terakhir, hilang timbul, tidak disertai menggigil. Riwayat demam (-), Sakit
kepala (-), Sesak napas (-), nyeri dada (-), batuk (-), riwayat batuk (-), mual (+),
muntah (-), dan nyeri ulu hati (-).
BAK: lancar, kuning. Riwayat DM sejak 2 tahun yang lalu, tidak berobat teratur,
dan obat yang dikonsumsi adalah Glibenclamid. Riwayat HT sejak 5 tahun
terakhir, tidak berobat.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan pasien sakit sedang, gizi cukup serta
komposmentis.Tekanan darah 140/80 mmHg dan nadi 76x/menit, pernapasan
20x/menit dan suhu dalam batas normal.Pada ekstremitas tampak lesi pada
telapak kaki sinistra dengan ukuran 2 x 3 cm, hiperemis (+), pus (-), jaringan
nekrosis (+), edema (+), nyeri tekan (+), bau (-), pulsasi a.dorsalis pedis sinistra
(+).
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan gula darah puasa 278 mg/dl
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang
lainnya, maka pasien ini didiagnosis sebagai kaki diabetik sinistra Wagner I + DM
tipe 2 + Hipertensi Grade 1 +
20
DISKUSI
Pasien ini datang ke puskesmas dengan keluhan luka lecet pada kaki
kiri 2 minggu yang laluyang tidak sembuh-sembuh. Pemeriksaan status gizi,
Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien memiliki riwayat diabetes mellitus
tipe 2 dan hipertensi. Dari pernyataan tersebut alur pikir menjadi terarah pada
kaki diabetik. Hasil dari anamnesis mendalam lagi didapatkan bahwa pasien
telah mengidap DM sejak 12 tahun yang lalu. Kaki diabetik terutama terjadi pada
penderita Diabetes mellitus yang telah menderita 6 bulan atau lebih, apabila
kadar glukosa darah tidak terkendali, karena akan muncul komplikasi yang
berhubungan
dengan
vaskuler
sehingga
mengalami
makroangiopati-
Grade 1
Grade 2
Grade 3
Grade 4
: gangren terlokalisasi
21
insulin
sehingga pemakaiannya
dapat
disesuaikan dengan
kebutuhan tubuh .
Untuk memenuhi kebutuhan insulin basal dapat digunakan insulin kerja
menengah (intermediateacting insulin ) atau kerja panjang (long acting insulin);
sementara untuk memenuhi kebutuhan insulin prandial (setelah makan)
22
digunakan insulin kerja cepat (short-acting insulin) atau insulin kerja sangat cepat
(rapid- atau ultra-rapid acting insulin).
Adapun perhitungan dosis insulin untuk pasien tersebut :
Dosis insulin
: 56 kg x 0,5 = 28 UI/hari
Insulin praprandial
: 28 UI x 60 % = 18 UI/SC
(diberikan tiga kali sebelum makan 6-6-6)
Insulin basal
: 28 UI x 40% = 10UI/SC
(diberikan satu kali jam sepuluh malam. 0-0-10)
Selain
dari
pemberian
terapi
farmakologis
diatas,
pasien
juga
23