Anda di halaman 1dari 39

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

BAB V
PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA
5.1. DASAR-DASAR PEMERIKSAAN KEUANGAN

5.1.1. Pengertian, Tujuan dan Dasar Hukum Pemeriksaan Keuangan


Berdasarkan pasal 1 Undang-undang nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pemeriksaan (keuangan
negara) didefinisikan sebagai proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi
yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar
pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan
informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut
ayat 1 pasal 4 Undang-Undang tersebut, jenis-jenis pemeriksaan adalah
Pemeriksaan Keuangan, Pemeriksaan Kinerja, dan Pemeriksaan Dengan Tujuan
Tertentu.
Ayat 2 pasal 4 UU yang sama menyatakan bahwa pemeriksaan keuangan adalah
pemeriksaan atas laporan keuangan. Selanjutnya Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara (SPKN) menyatakan bahwa pemeriksaan keuangan bertujuan untuk
memberikan opini tentang kewajaran laporan keuangan. Pemeriksaan tersebut
bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable) apakah
laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Selain
untuk

memberikan

opini,

pemeriksaan

keuangan

juga

ditujukan

untuk

mengidentifikasi kemungkinan adanya kelemahan dalam pengendalian intern serta


mengidentifikasi kemungkinan adanya penyimpangan dari ketentuan peraturan
perundangan, kecurangan (fraud) , serta ketidakpatutan (abuse).
Dasar hukum yang dijadikan dasar melakukan pemeriksaan keuangan meliputi
undang-undang berikut ini:
1. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
2. Undang Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
3. Undang Undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

4. Undang Undang nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan


5. Tanggung Jawab Keuangan Negara
6. Undang Undang nomor 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

5.1.2. Perbedaan Reviu dan Pemeriksaan Laporan Keuangan


Dalam praktiknya, pelaksanaan kegiatan reviu seringkali dianggap memiliki
persamaan dengan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan. Untuk menghindari hal
tersebut, maka perlu diberikan batasan-batasan yang membedakan antara kegiatan
reviu dengan kegiatan pemeriksaan.
Perbedaan yang paling utama adalah tujuannya. Tujuan pemeriksaan (laporan)
keuangan yaitu untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable) apakah
laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis
akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Sedangkan tujuan reviu laporan keuangan adalah untuk memberikan keyakinan
terbatas bahwa laporan keuangan telah disusun berdasarkan sistem pengendalian
intern yang memadai dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.
Oleh karena itu, reviu tidak mencakup suatu pengujian atas kebenaran substansi
dokumen sumber seperti perjanjian kontrak pengadaan barang/jasa, bukti
pembayaran/kuitansi, serta berita acara fisik atas pengadaan barang/jasa, dan
prosedur lainnya yang biasanya dilaksanakan dalam sebuah pemeriksaan.
Berbeda dengan pemeriksaan, reviu tidak mencakup pengujian terhadap sistem
pengendalian intern (SPI), catatan akuntansi, dan pengujian atas respon terhadap
permintaan keterangan melalui

perolehan bahan bukti, serta prosedur lainnya

seperti yang dilaksanakan dalam suatu pemeriksaan. Sebagai contoh, dalam hal
pengadaan barang modal yang nilainya material, proses reviu hanya meyakinkan
bahwa pengadaan barang telah dicatat dalam aktiva tetap, sedang dalam
pemeriksaan, harus dilakukan pengujian bahwa prosedur pengadaan barang
tersebut telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Hal lain yang membedakan reviu dengan pemeriksaan adalah pelaksananya. Reviu
dilakukan secara internal, dalam hal ini oleh auditor pada Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP), sedangkan pemeriksaan dilakukan oleh pemeriksa pada Badan

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI). Berdasarkan ayat 1 pasal 49


Peraturan Pemerintah (PP) nomor 60 tahun 2008, APIP terdiri dari BPKP;
Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan
pengawasan intern; Inspektorat Provinsi; dan Inspektorat Kabupaten/Kota. Oleh
karena itu, yang melaksanakan reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah
adalah Inspektorat Provinsi untuk Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi dan
Inspektorat Kabupaten/Kota untuk Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota.
5.1.3. Ruang Lingkup Pemeriksaan Keuangan
Ruang lingkup pemeriksaan meliputi hal-hal berikut ini:
Anggaran dan realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan
Posisi aset, kewajiban dan ekuitas dana
Arus kas dan saldo kas akhir sesuai dengan sisa lebih pembiayaan anggaran
(SILPA) dalam laporan realisasi anggaran dan ekuitas dana dalam neraca; dan
Pengungkapan informasi yang diharuskan seperti disebutkan dalam SAP.
Selain itu, pemeriksaan juga menguji efektivitas pengendalian intern dan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
pelaporan keuangan dalam Laporan Keuangan.
5.1.4. Standar Pemeriksaan Keuangan
Setiap pemeriksaan dimulai dengan penentuan jenis pemeriksaan yang akan
dilaksanakan, penetapan tujuan serta standar yang harus diikuti oleh pemeriksa.
Berdasarkan ayat 1 pasal 5 UU nomor 15 tahun 2004, pemeriksaan pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh BPK dilaksanakan
berdasarkan standar pemeriksaan yang disusun oleh BPK, setelah berkonsultasi
dengan Pemerintah.
BPK telah menyusun standar dimaksud yaitu Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara (SPKN) yang diundangkan melalui Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia nomor 01 tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara. SPKN memuat persyaratan profesional pemeriksa, mutu pelaksanaan
pemeriksaan, dan persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional. Pelaksanaan
pemeriksaan yang didasarkan pada Standar Pemeriksaan akan meningkatkan
kredibilitas informasi yang dilaporkan atau diperoleh dari entitas yang diperiksa

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

melalui pengumpulan dan pengujian bukti secara obyektif. Apabila pemeriksa


melaksanakan pemeriksaan dengan cara ini dan melaporkan hasilnya sesuai
dengan Standar Pemeriksaan maka hasil pemeriksaan tersebut akan dapat
mendukung peningkatan mutu pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
serta pengambilan keputusan Penyelenggara Negara. Pemeriksaan pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara juga merupakan salah satu unsur penting
dalam rangka terciptanya akuntabilitas publik. Tujuan Standar Pemeriksaan ini
adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa dan organisasi pemeriksa
dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
SPKN ini berlaku bagi:
a.

Badan Pemeriksa Keuangan.

b.

Akuntan Publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas


pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara, untuk dan atas nama
Badan Pemeriksa Keuangan.

c.

Aparat Pengawas Internal Pemerintah, satuan pengawasan intern maupun


pihak lainnya dapat menggunakan SPKN sebagai acuan dalam menyusun
standar pengawasan sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsinya.

SPKN terdiri atas Pendahuluan Standar Pemeriksaan dan 7 (tujuh) Pernyataan


Standar Pemeriksaan (PSP) berikut ini:
a.

PSP Nomor 01 tentang Standar Umum

b.

PSP Nomor 02 tentang Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan

c.

PSP Nomor 03 tentang Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan

d.

PSP Nomor 04 tentang Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja

e.

PSP Nomor 05 tentang Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja

f.

PSP Nomor 06 tentang Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan


Tertentu

g.

PSP Nomor 07 tentang Standar Pelaporan Pemeriksaan Dengan Tujuan


Tertentu
Dengan demikian, pernyataan standar yang digunakan untuk pemeriksaan

keuangan meliputi PSP 01, PSP 02, dan PSP 03.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

5.1.5. Metodologi dan Tahapan Pemeriksaan Keuangan


Metodologi pemeriksaan keuangan terdiri dari tiga tahap pemeriksaan, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan. Ukuran kinerja yang
digunakan untuk menilai keberhasilan pemeriksaan keuangan adalah SPKN,
Pedoman Mutu Pemeriksaan (PMP), dan Harapan Penugasan. Selain itu, kegiatan
supervisi dan pengendalian mutu dilakukan terhadap seluruh tahapan pemeriksaan
keuangan.
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan pemeriksaan meliputi 10 langkah kegiatan, yaitu: (1)
Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan, (2) Pemenuhan
Kebutuhan Pemeriksa, (3) Pemahaman atas Entitas, (4) Pemantauan Tindak
Lanjut

Hasil

Pemeriksaan

Sebelumnya,

(5)

Pemahaman

atas

Sistem

Pengendalian Intern, (6) Pemahaman dan Penilaian Risiko, (7) Penetapan


Materialitas Awal dan Kesalahan Tertoleransi, (8) Penentuan Metode Uji Petik,
(9) Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal, dan (10) Penyusunan Program
Pemeriksaan dan Program Kegiatan Perseorangan.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pemeriksaan meliputi tujuh langkah kegiatan, yaitu: (1)
Pelaksanaan Pengujian Analitis Terinci, (2) Pengujian Sistem Pengendalian
Intern, (3) Pengujian Substantif Atas Transaksi dan

Saldo Akun, (4)

Penyelesaian Penugasan, (5) Penyusunan Konsep Temuan Pemeriksaan (TP),


(6) Perolehan Tanggapan Resmi dan Tertulis, dan (7) Penyampaian TP.
3. Tahap Pelaporan
Langkah pelaporan pemeriksaan meliputi lima langkah kegiatan, yaitu: (1)
Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan, (2) Penyampaian Konsep
Laporan Hasil Pemeriksaan kepada Pejabat Entitas Yang Berwenang, (3)
Pembahasan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan dengan Pejabat Entitas Yang
Berwenang, (4) Perolehan Surat Representasi, dan (5) Penyusunan Konsep
Akhir dan Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan.

Metodologi pemeriksaan tersebut digambarkan oleh BPK-RI dalam gambar seperti

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

di bawah ini:

5.1.6. Asersi Manajemen


Kewajaran

laporan

keuangan

sangat

ditentukan

kualitas

berbagai

asersi

manajemen yang terkandung dalam laporan keuangan. Dalam melaksanakan audit,


tim pemeriksa BPK akan menguji asersi manajemen (Kepala Daerah dan para
Kepala SKPD/SKPKD/PPKD) atas laporan keuangan masing-masing.
Asersi (assertion) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam
komponen laporan keuangan.

Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau

eksplisit. Berdasarkan Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia


Nomor 04/K/1-III.2/5/2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, asersi yang diuji mencakup 5
aspek, yaitu: (1) keberadaan dan keterjadian, (2) kelengkapan, (3) hak dan
kewajiban, (4) penilaian dan pengalokasian, dan (5) penyajian dan pengungkapan.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

Sebagai contoh, di dalam Neraca Kabupaten AAA tanggal 31 Desember 2011


dicantumkan rekening kas sebesar Rp. 99.800.765.000. Dalam melaporkan
rekening kas tersebut, pada hakekatnya manajemen membuat dua asersi eksplisit
(berupa keberadaan dan penilaian), sebagai berikut:

BAHWA KAS TERSEBUT BENAR-BENAR ADA PADA TANGGAL 31 DES


2012;

BAHWA

JUMLAH

KAS

TERSEBUT

YANG

BENAR

ADALAH

RP

99.800.765.000.
SELAIN DUA ASERSI EKSPLISIT TERSEBUT, MANAJEMEN JUGA MEMBUAT
ASERSI

IMPLISIT

SEBANYAK

TIGA

BUAH

(YAITU

KELENGKAPAN,

KEPEMILIKAN/HAK DAN KEWAJIBAN, SERTA PENYAJIAN/PENGUNGKAPAN)


SEBAGAI BERIKUT:

BAHWA SEMUA KAS YANG SEHARUS DILAPORKAN MEMANG TELAH


DIMASUKKAN DALAM JUMLAH TERSEBUT SECARA LENGKAP

BAHWA SEMUA

KAS

YANG

DILAPORKAN

PADA

TANGGAL

31

DESEMBER 2012 TERSEBUT ADALAH MILIK KABUPATEN AAA

BAHWA TIDAK ADA BATASAN APAPUN TERHADAP PENGGUNAAN KAS


YANG DILAPORKAN TERSEBUT

ASERSI KEBERADAAN DAN KETERJADIAN (EXISTENCE OR OCCURRENCE)


BERHUBUNGAN DENGAN ASPEK SEBAGAI BERIKUT:

apakah aktiva, kewajiban dan ekuitas dana

yang tercantum dalam neraca dan

Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK) memang benar-benar ada (exist) per
tanggal neraca

apakah pendapatan serta belanja yang dilaporkan dalam Laporan Realisasi


Anggaran (LRA) dan CaLK memang benar-benar telah terjadi (occurred) selama
periode pelaporan.

apakah transaksi operasional, investasi, pembiayaan dan transaksi non anggaran


yang mempengaruhi kas yang dilaporkan dalam Laporan Arus Kas (LAK) dan
CaLK memang benar-benar telah terjadi (occurred) selama periode pelaporan.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

ASERSI

KELENGKAPAN

(COMPLETENESS)

BERHUBUNGAN

DENGAN

JAMINAN BAHWA SEMUA TRANSAKSI DAN REKENING YANG SEHARUSNYA


TELAH

DISAJIKAN

DALAM

LAPORAN

KEUANGAN

MEMANG

TELAH

TERCERMIN DALAM LAPORAN KEUANGAN DAN TIDAK ADA HAL-HAL YANG


MATERIAL (SIGNIFIKAN) YANG TERTINGGAL DAN TIDAK DIUNGKAPKAN.
ASERSI HAK DAN KEWAJIBAN (RIGHTS AND OBLIGATION) BERHUBUNGAN
DENGAN KEYAKINAN BAHWA AKTIVA YANG DISAJIKAN DALAM LAPORAN
KEUANGAN MEMANG BENAR-BENAR HAK ENTITAS DAN BAHWAA HUTAN
YANG DISAJIKAN DALAM LAPORAN KEUANGAN MEMANG BENAR-BENAR
KEWAJIBAN ENTITAS PER TANGGAL LAPORAN KEUANGAN.
ASERSI PENILAIAN (VALUATION) BERHUBUNGAN DENGAN KEYAKINAN
BAHWA POS-POS YANG DISAJIKAN DALAM LAPORAN KEUANGAN TELAH
MENCERMINKAN NILAI YANG SEMESTINYA.
ASERSI

PENYAJIAN

DAN

PENGUNGKAPAN

(PRESENTATION

AND

DISCLOSURE) BERHUBUNGAN DENGAN JAMINAN BAHWA POS-POS YANG


DISAJIKAN

DALAM

LAPORAN

KEUANGAN

TELAH

DIKLASIFIKASIKAN,

DIJELASKAN, DAN DIUNGKAPKAN SECARA SEMESTINYA.

5.2. TEKNIK PEMERIKSAAN DAN PENGENDALIAN INTERN

Dalam UU nomor 15 tahun 2006

disebutkan BPK bertugas memeriksa

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh


Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia,
Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah,
dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan Negara Badan Pemeriksa
Keuangan merupakan satu-satunya pemeriksa yang diberikan kewenangan untuk
memeriksa laporan keuangan Pemerintah Daerah. Dalam

melaksanakan

pemeriksaan terhadap pemerintahan daerah, dengan keterbatasan jumlah


pemeriksa yang dimiliki, BPK dapat meminta pihak lain, yaitu Akuntan Publik untuk
membantu untuk dan atas nama BPK memeriksa pemerintah daerah.
Pemeriksaan pada dasarnya dapat diartikan sebagai proses sistematis yang
dikerjakan oeh orang yang independen dan kompeten, untuk mengumpulkan dan

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

mengevaluasi bukti, mencocokkan informasi yang terkandung dalam bukti dengan


kriteria yang telah ditetapkan dan melaporkan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Dengan demikian, dalam pemeriksaan diperlukan pengetahuan
atas bukti pemeriksaan, teknik/prosedur untuk mendapatkan bukti, serta jenis-jenis
laporan yang akan dihasilkan.

5.2.1. Bukti dan Prosedur Pemeriksaan


Bukti pemeriksaan adalah semua informasi yang digunakan pemeriksa untuk
menentukan apakah informasi yang sedang diperiksa telah dinyatakan sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan. Standar pemeriksaan keuangan menyatakan
bahwa bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diperiksa. Dengan demikian terdapat 2 (dua)
sayarat bukti pemeriksaan yaitu kecukupan dan kompetensi bukti.
Kompetensi bukti adalah tingkat keyakinan bahwa bukti tersebut dapat dipercaya
atau dapat diandalkan. Kompetensi suatu bukti tergantung dari relevansi,
pengetahuan langsung pemeriksa, keaslian bukti, independensi yang menyajikan,
kualifikasi individu, objektifitas, keefektivan

pengendalian intern, dan ketepatan

waktu.
Jenis-jenis bukti pemeriksaan yang dapat dikumpulkan dan kemudian dievaluasi
oleh pemeriksa meliputi:

Bukti Analitis (Analytical Evidence)

Bukti Dokumentasi (Documentary Evidence)

Konfirmasi (Confirmation)

Pernyataan Tertulis (Written Representation)

Bukti Matematis (Mathematical Evidence)

Bukti Lisan (Oral Evidence)

Bukti Fisik (Physical Evidence)

Bukti Elektronik (Electronic Evidence)

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

Untuk mendapatkan bukti-bukti pemeriksaan tersebut diperlukan prosedur dan


teknik-teknik pemeriksaan. Prosedur pemeriksaan adalah langkah dan teknik yang
diambil pemeriksa selama pelaksanaan pemeriksaa. Prosedur dan teknik dalam
pemeriksaan keuangan meliputi:

analitical procedures,

tracing,

inspecting,

vouching,

confirming,

observing,

inquiring,

counting,

reperforming, dan

computer-assisted audit techniques.

5.2.2. Pengendalian Intern Dalam Pemeriksaan Keuangan


Pengendalian merupakan proses yang dilakukan oleh manajemen pemerintahan
yang memberikan jaminan memadai bahwa tujuan pemerintahan dapat tercapai.
Pengendalian

intern

dalam

kenyataannya

terdiri

dari

prosedur

standar,

kebijaksanaan, struktur organisasi, sistem informasi dan monitoring yang menjamin


secara memadai bahwa tujuan pemerintahan dapat berjalan secara efektif, efisien
dan ekonomis, peraturan perundangan dipatuhi dan pelaporan disajikan secara
handal.
Pemeriksa bukanlah orang yang ahli secara keseluruhan operasional pemerintah
daerah. Kebanyakan pemeriksa hanya berspesialisasi disiplin ilmu tertentu seperti
akuntansi saja atau hukum saja. Tetapi bukan berarti pemeriksa tidak dapat
memeriksa pemerintah daerah yang memiliki operasi yang beragam dari bidang
pendidikan,

kesehatan,

sampai

pembangunan

jalan

dan

konstruksi

serta

kependudukan. Pemeriksa melakukan pemeriksaan dengan menitik-beratkan pada

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

unsur-unsur pengendalian intern pemerintah daerah.


Dalam pemeriksaan keuangan, agar suatu pemeriksaan dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien, maka langkah pertama yang harus dilakukan pemeriksa dalam
pekerjaan pemeriksaannya adalah memahami dan menguji berjalannya sistem
pengendalian intern pada entitas organisasi yang diperiksa. Jika pengendalian
intern dianggap efektif oleh pemeriksa, maka pemeriksa dapat mengurangi aktivitas
pelaksanaan pengujian yang ekstensif. Sebaliknya jika pengendalian intern
dianggap lemah, maka pemeriksa harus melakukan pengujian substantif dengan
ekstensif. Dalam kondisi pengendalian intern yang sangat lemah pemeriksa dapat
memberikan opini tidak memberikan pendapat (disclaimer). Pemerintah (auditan)
harus menjamin sistem pengendalian intern yang dibuat sudah efektif agar opini
yang diberikan baik. Pada konteks inilah terdapat hubungan antara pengendalian
intern dengan pemeriksaan.
Dalam pemeriksaan kinerja (operasional) yang menjadi target utama perbaikan
adalah sistem pengendalian intern pemerintah daerah. Sistem pengendalian yang
diperiksa bukan hanya prosedur pengendalian, sistem informasi, monitoring,
manajemen risiko tetapi juga lingkungan pengendalian. Tugas pemeriksa adalah
meyakinkan bahwa sistem pengendalian intern yang dirancang sudah baik dan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sistem pengendalian intern
yang kuat menjamin secara memadai bahwa tujuan organisasi pemerintahan
daerah dapat dicapai secara efisien dan efektif.
Dengan demikian dalam berbagai jenis pemeriksaan, pemahaman akan sistem
pengendalian intern harus dilakukan oleh pemeriksa. Sehingga, semua standar
pemeriksaan mengharuskan pemeriksa untuk mengevaluasi sistem pengendalian
intern. Standar pemeriksaan keuangan negara, standar profesional akuntan publik
maupun standar audit internal mewajibkan pemeriksa/auditor untuk memahami dan
mengevaluasi sistem pengendalian intern. Kelemahan yang parah pada sistem
pengendalian intern dapat menyebabkan opini yang kurang diinginkan dalam
laporan hasil pemeriksaan. Karena itu dalam bab selanjutnya akan dibahas secara
mendalam tentang sistem pengendalian intern
Unsur-unsur sistem pengendalian intern pemerintah dijelaskan dalam pasal 3 PP 60
tahun 2008:

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

SPIP terdiri atas unsur:


a. lingkungan pengendalian;
b. penilaian risiko;
c. kegiatan pengendalian;
d. informasi dan komunikasi; dan
e. pemantauan pengendalian intern.

Lingkungan pengendalian dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:


Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan
pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan
Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya, melalui:
a.

penegakan integritas dan nilai etika;

b.

komitmen terhadap kompetensi;

c.

kepemimpinan yang kondusif;

d.

pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;

e.

pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;

f.

penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan


sumber daya manusia;

g.

perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif; dan

h.

hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.

Walaupun dalam mengevaluasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, auditor


harusnya mengevaluasi keseluruhan unsur tersebut, namun dalam pelaksanaan
pemeriksaannya,

pemeriksa

lebih

banyak

mengevaluasi

unsur

kegiatan

pengendalian, informasi dan komunikasi, dan penilaian risiko.


5.3. TEMUAN DAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
Pada akhir tahap pelaksanaan pemeriksaan keuangan, pemeriksa menyusun
konsep temuan pemeriksaan yang kemudian akan disampaikan kepada pejabat
yang bertanggungjawab untuk mendapatkan tanggapan. Temuan pemeriksaan ini
kemudian akan dimasukkan dalam laporan hasil pemeriksaan.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

5.3.1. Temuan Pemeriksaan


1. Pengertian Temuan dan Jenis-jenis Temuan
Temuan Pemeriksaan (TP) atas laporan keuangan yang diperiksa merupakan
permasalahan yang ditemukan oleh pemeriksa yang perlu dikomunikasikan
kepada pihak yang terperiksa. Permasalahan tersebut meliputi:
a. Ikhtisar koreksi,
b. Temuan kelemahan sistem pengendalian intern, dan
c. Temuan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan.

a. Ikhtisar Koreksi
Ikhtisar

Koreksi

merupakan

rekapitulasi

koreksi

atau

penyesuaian

(adjustments) yang diusulkan tim pemeriksa kepada pemerintah daerah.


Koreksi pemeriksaan yang dimasukkan tersebut merupakan koreksi terhadap
LKPD yang di atas nilai TE dan secara keseluruhan di atas nilai materialitas.
Koreksi pemeriksaan tersebut menggambarkan penyajian LKPD yang tidak
sesuai

dengan

Standar

Akuntansi

Pemerintahan

dan

kecukupan

pengungkapan. Jurnal koreksi hanya pada akun utama pada LKPD.


Penyesuaian pada buku dan sistem akuntansi dilakukan kemudian. Selain itu,
koreksi terhadap kecukupan pengungkapan merupakan koreksi pada catatan
atas laporan keuangan LKPD.

b. Kelemahan Sistem Pengendalian Intern


Kelompok temuan kelemahan sistem pengendalian intern dibagi dalam
subkelompok temuan berikut ini:
1. Temuan kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan yang
mengungkap

kelemahan

sistem

pengendalian

terkait

kegiatan

pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan yang dapat


2. mempengaruhi keandalan pelaporan keuangan dan pengamanan atas
aset.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

3. Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan


dan belanja mengungkap kelemahan pengendalian terkait dengan
pemungutan

dan

penyetoran

penerimaan

negara/daerah

serta

pelaksanaan program/kegiatan pada entitas yang diperiksa dan dapat


mempengaruhi efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan serta
membuka peluang terjadinya ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan
4. Kelemahan struktur pengendalian intern mengungkap kelemahan yang
terkait dengan ada/tidak adanya struktur pengendalian intern atau
efektivitas struktur pengendalian intern yang ada dalam entitas yang
diperiksa dan berpengaruh terhadap efektivitas sistem pengendalian
intern secara keseluruhan.
Rincian lebih lanjut atas jenis-jenis temuan ini dapat dilihat di lampiran.

c. Ketidakpatuhan

Terhadap

Ketentuan

Peraturan

Perundangan-

undangan
Kelompok temuan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundangundangan dibagi dalam subkelompok berikut ini:
1. Temuan kerugian negara/daerah atau kerugian negara/daerah yang
terjadi pada perusahaan milik negara/daerah yaitu mengungkap
permasalahan berkurangnya kekayaan negara/daerah atau perusahaan
milik negara/daerah berupa uang, surat berharga, dan barang, yang
nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum
baik sengaja maupun lalai
2. Temuan potensi kerugian negara/daerah atau kerugian negara/daerah
yang terjadi pada perusahaan milik negara/daerah yaitu mengungkap
adanya suatu perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai
yang dapat mengakibatkan risiko terjadinya kerugian di masa yang akan
datang berupa berkurangnya uang, surat berharga, dan barang yang
nyata dan pasti jumlahnya
3. Temuan kekurangan penerimaan negara/daerah atau perusahaan milik
negara/daerah yang mengungkap adanya penerimaan yang sudah

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

menjadi hak negara/daerah atau perusahaan milik negara/daerah tetapi


tidak atau belum masuk ke kas negara/daerah atau perusahaan milik
negara/daerah karena adanya unsur ketidakpatuhan terhadap ketentuan
perundang-undangan
4. Temuan administrasi

yang mengungkap adanya penyimpangan

terhadap ketentuan yang berlaku baik dalam pelaksanaan anggaran


atau

pengelolaan

aset

maupun

operasional

perusahaan,

tetapi

penyimpangan tersebut tidak mengakibatkan kerugian atau potensi


kerugian negara/daerah atau perusahaan milik negara/daerah, tidak
mengurangi hak negara/daerah, (kekurangan penerimaan), tidak
menghambat program entitas, dan tidak mengandung unsur indikasi
tindak pidana.
5. Temuan Indikasi Tindak Pidana mengungkap adanya perbuatan yang
diduga memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan dan diancam dengan sanksi pidana
dalam peraturan perundang-undangan.
Rincian lebih lanjut atas jenis-jenis temuan ini dapat dilihat di lampiran.

2. Ciri-Ciri Temuan
Untuk

dapat

mengembangkan

temuan

mengetahui ciri-ciri suatu temuan.

dengan

baik

pemeriksa

perlu

Ciri-ciri temuan pada dasarnya terbagi

dalam 2 (dua) golongan sebagai berikut:


a. Sifat-sifat yang harus ada dalam temuan itu sendiri
Sifat-sifat yang harus ada dalam suatu temuan diantaranya adalah:
a. Cukup berarti/berguna untuk disampaikan kepada pihak lain
b. Didasarkan pada fakta-fakta dan bukti-bukti yang tepat
c. Dikembangkan secara objektif
d. Didasarkan pada hasil pemeriksaan yang cukup untuk mendukung
setiap kesimpulan yang diambil
e. Meyakinkan.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

b. Tanda/atribut yang harus ada sehubungan dengan cara pengungkapan


temuan tersebut.
Tanda-tanda/atribut yang harus ada agar temuan itu dapat diungkapkan
dengan efektif adalah:
Kondisi
Menggambarkan kondisi haruslah didasarkan pada informasi yang
diperoleh secara cermat, mempunyai bukti pendukung yang kuat, dan
dirumuskan dengan tepat dan jelas.
Kriteria
Dalam menggunakan kriteria untuk menilai atau mempertimbangkan
kondisi diperlukan pengetahuan, pengalaman dan kebijakan. Apabila
pemeriksa menafsirkan atau menggunakan kriteria secara salah, pekerjaanpekerjaan selanjutnya dalam proses pengembangan temuan akan menjadi
sia-sia.
Akibat
Suatu

temuan

akan

lebih

berarti

apabila

pemeriksa

dapat

mengidentifikasikan akibat-akibatnya secara jelas. Kehematan, efisiensi dan


efektivitas adalah faktor-faktor yang berguna untuk mengukur akibat-akibat
tersebut. Lebih-lebih bila faktor-faktor itu dapat dinyatakan secara kuantitatif.
Sebab-sebab
Keberhasilan perumusan saran-saran konstruktif tergantung pada
pengenalan sebab-sebab. Apabila pemeriksa mengetahui apa sebab-sebab
sesuatu terjadi maka akan lebih mudah mempertimbangkan bagaimana
tindakan pencegahan atau koreksi yang perlu dilakukan. Bila ia tidak
mengetahui sebab-sebabnya maka akan terdapat risiko yang besar bahwa
saran-saran yang diajukan tidak tepat.
Dalam mengembangkan temuan-temuan, pemeriksa harus senantiasa
memperhatikan faktor-faktor berikut:
a)

Pertimbangan harus ditekankan pada situasi dan kondisi pada saat


terjadinya peristiwa dan bukan pada saat pemeriksa dilakukan

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

b)

Sifat, kerumitan dan besarnya jumlah nilai uang dari kegiatankegiatan

atau

bagian

yang

sedang

diperiksa

haruslah

diperbandingkan
c)

Temuan-temuan harus dianalisa secara jujur dan kritis untuk


menghindarkan pengungkapan yang tidak logis

d)

Kegiatan pengembangan temuan harus cukup teliti sehingga bisa


dijadikan dasar bagi kesimpulan dan saran yang jelas dan tepat

e)

Kewenangan organisatoris perlu dikemukakan dalam laporan,


misalnya bila terdapat penyimpangan terhadap ketentuan/peraturan

f)

Dalam pelaksanaan wewenangnya para pejabat objek yang diperiksa


mungkin mengambil keputusan yang tidak sesuai dengan pendapat
pemeriksa

g)

Kegiatan pengembangan temuan harus cukup luas sehingga para


pemeriksa dapat menyajikan dengan jelas dasar kesimpulan dan
rekomendasinya.

3. Tanggapan Manajemen atas Temuan


Setelah draft Temuan Pemeriksaan disusun oleh pemeriksa, maka langkahlangkah berikutnya atas Temuan Pemeriksaan meliputi:
a. Pembahasan Konsep Temuan Pemeriksa dengan Pejabat Entitas
yang Berwenang
Setelah Konsep Temuan Pemeriksaan disampaikan ketua tim pemeriksa
kepada pemerintah daerah, tim pemeriksa membahas temuan tersebut
dengan pejabat pemerintah daerah yang berwenang antara lain kepala
daerah/sekretaris daerah atau PPKD.

b. Perolehan Tanggapan Resmi dan Tertulis


Pemeriksa memperoleh tanggapan resmi dan tertulis atas Konsep Temuan
Pemeriksaan dari pejabat pemerintah daerah yang berwenang dalam hal ini
kepala daerah/sekretaris daerah atas nama kepala daerah. Tanggapan
tersebut akan diungkapkan dalam Temuan Pemeriksaan atas LKPD.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

c. Penyampaian Temuan Pemeriksaan atas LKPD


Pemeriksa dalam hal ini Ketua Tim menyampaikan Temuan Pemeriksaan
atas

LKPD

kepada

kepala

daerah

dan/atau

sekretaris

daerah.

Penyampaian Temuan Pemeriksaan atas LKPD tersebut merupakan akhir


dari pekerjaan lapangan pemeriksaan LKPD. Hal ini merupakan batas
tanggung jawab pemeriksa terhadap kondisi laporan keuangan yang
diperiksa.
Pemeriksa tidak dibebani tanggung jawab atas suatu kondisi yang terjadi
setelah tanggal pekerjaan lapangan tersebut. Oleh karena itu, tanggal
penyampaian temuan pemeriksaan tersebut merupakan tanggal laporan
hasil pemeriksaan atau tanggal surat representasi pemerintah daerah.

5.3.2. Laporan Hasil Pemeriksaan BPK


Hasil pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa dituangkan secara
tertulis ke dalam suatu bentuk laporan yang disebut dengan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP). LHP merupakan bukti penyelesaian penugasan bagi
pemeriksa yang dibuat dan disampaikan kepada Pemberi Tugas, yakni BPK-RI.
Laporan tertulis berfungsi untuk: (1) Mengkomunikasikan hasil pemeriksaan kepada
pejabat pemerintah, yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku; (2) Membuat hasil pemeriksaan terhindar kesalah pahaman; (3)
Membuat hasil pemeriksaan sebagai bahan untuk tindakan perbaikan oleh instansi
terkait dan (4) Memudahkan tindak lanjut untuk menentukan apakah tindakan
perbaikan yang semestinya telah dilakukan.

1. Jenis-jenis Laporan Hasil Pemeriksaan


Dalam pemeriksaan tahunan atas laporan keuangan pemerintah daerah, Badan
Pemeriksa Keuangan akan menerbitkan laporan hasil pemeriksaan, yang terdiri
dari:
a. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

b. Laporan Kepatuhan atas Pengendalian Intern


c. Laporan Kepatuhan atas Peraturan Perundangan, Kecurangan (fraud), dan
Ketidakpatutan (abuse)
Selain ketiga laporan tersebut di atas, BPK dapat menyampaikan laporan tambahan
sesuai dengan kebutuhan. Contoh: pemeriksa dapat menyampaikan hasil analisis
transparansi fiskal pada pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

a. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan


Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuangan merupakan laporan
utama. Laporan ini menyatakan opini BPK-RI yang mengungkapkan kewajaran atas
Laporan Keuangan.
Opini pemeriksaan BPK terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
menggunakan opini standar yang telah ditetapkan dalam Undang-undang Nomor
15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan
Negara, terdiri atas 4 alternatif sebagaimana juga pada audit sektor komersial,
yaitu:
1) Wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). Pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang diperiksa,
menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, realisasi
anggaran, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.
2) Wajar dengan pengecualian (qualified opinion). Pendapat wajar dengan
pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang diperiksa
menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, realisasi
anggaran, dan arus kas entitas tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia, kecuali dampak hal-hal yang berhubungan dengan
yang dikecualikan.
3) Pendapat tidak wajar (adverse opinion). Pendapat tidak wajar menyatakan
bahwa laporan keuangan entitas yang diperiksa tidak menyajikan secara wajar
posisi keuangan, realisasi anggaran, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.


4) Menolak memberikan pendapat (disclaimer opinion). Pernyataan tidak
memberikan pendapat menyatakan bahwa pemeriksa tidak memberikan pendapat
atas laporan keuangan, jika bukti pemeriksaan tidak cukup untuk membuat
kesimpulan.
Sesuai dengan hal di atas, maka selain kesesuaian dengan standar akuntansi
pemerintahan dan kecukupan pengungkapan, opini didasarkan pula kepada
kepatuhan perundang-undangan dan efektivitas sistem pengendalian intern yang
berpengaruh terhadap laporan keuangan. Laporan yang memuat kepatuhan dan
sistem pengendalian intern dapat dilaporkan terpisah.
b. Laporan Kepatuhan atas Pengendalian Intern
Badan Pemeriksa Keuangan wajib melaporkan tentang pengendalian intern objek
pemeriksaan. Pemeriksa harus melaporkan kelemahan pengendalian intern atas
pelaporan keuangan yang dianggap sebagai kondisi yang dapat dilaporkan.
Beberapa contoh kondisi yang dapat dilaporkan seperti yang dirumuskan dalam
SPAP adalah sebagai berikut:
a) Tidak ada pemisahan tugas yang memadai sesuai dengan tujuan
pengendalian yang layak.
b) Tidak ada reviu dan persetujuan yang memadai untuk transaksi, pencatatan
akuntansi atau output dari suatu sistem.
c) Tidak memadainya berbagai persyaratan untuk pengamanan aktiva.
d) Bukti kelalaian yang mengakibatkan kerugian, kerusakan atau penggelapan
aktiva.
e) Bukti bahwa suatu sistem gagal menghasilkan output yang lengkap dan
cermat sesuai dengan tujuan pengendalian yang ditentukan oleh entitas
yang diperiksa, karena kesalahan penerapan prosedur pengendalian.
f)

Bukti adanya kesengajaan mengabaikan pengendalian intern oleh orangorang yang mempunyai wewenang, sehingga menyebabkan kegagalan
tujuan menyeluruh sistem tersebut.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

g) Bukti kegagalan untuk menjalankan tugas yang menjadi bagian dari


pengendalian intern, seperti tidak dibuatnya rekonsiliasi atau pembuatan
rekonsiliasi tidak tepat waktu.
h) Kelemahan dalam lingkungan pengendalian, seperti tidak adanya tingkat
kesadaran yang memadai tentang pengendalian dalam organisasi tersebut.
i)

Kelemahan yang signifikan dalam desain atau pelaksanaan pengendalian


intern yang dapat mengakibatkan pelanggaran ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berdampak langsung dan material atas laporan
keuangan.

j)

Kegagalan untuk melakukan tindak lanjut dan membentuk sistem informasi


pemantauan tindak lanjut untuk secara sistematis dan tepat

waktu

memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pengendalian intern

yang

sebelumnya telah diketahui.


Dalam melaporkan kelemahan pengendalian intern atas pelaporan keuangan,
pemeriksa harus mengidentifikasi kondisi yang dapat dilaporkan yang secara
sendiri-sendiri atau secara kumulatif merupakan kelemahan yang material.
Pemeriksa harus menempatkan temuan tersebut dalam perspektif yang wajar.
Untuk

memberikan dasar bagi pengguna laporan hasil pemeriksaan dalam

mempertimbangkan kejadian dan konsekuensi kondisi tersebut, hal-hal yang


diidentifikasi harus dihubungkan dengan hasil pemeriksaan secara keseluruhan.
Sejauh

memungkinkan,

dalam

menyajikan

temuan

mengenai

kelemahan

pengendalian intern atas pelaporan keuangan, pemeriksa harus mengembangkan


unsur-unsur kondisi, kriteria, akibat, dan sebab untuk membantu manajemen entitas
yang diperiksa atau pihak berwenang dalam memahami perlunya mengambil
tindakan perbaikan. Apabila pemeriksa dapat mengembangkan secara memadai
temuan-temuan tersebut, pemeriksa harus membuat rekomendasi guna tindakan
perbaikan. Berikut ini adalah pedoman dalam melaporkan unsur-unsur temuan:
a. Kondisi; memberikan bukti mengenai hal-hal yang ditemukan pemeriksa di
lapangan. Pelaporan lingkup atau kedalaman dari kondisi dapat membantu
pengguna laporan dalam memperoleh perspektif yang wajar.
b. Kriteria; memberikan informasi yang dapat digunakan oleh pengguna
laporan hasil pemeriksaan untuk menentukan keadaan seperti apa yang

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

diharapkan. Kriteria akan mudah dipahami apabila dinyatakan secara wajar,


eksplisit, dan lengkap, dan sumber dari kriteria dinyatakan dalam laporan hasil
pemeriksaan. Pemeriksaan pada dasarnya menjelaskan pengaruh dari perbedaan
antara apa yang ditemukan pemeriksa (kondisi) dan apa yang seharusnya (kriteria).
c. Akibat; lebih mudah dipahami bila dinyatakan secara jelas, terinci, dan
apabila memungkinkan, dinyatakan dalam angka. Signifikansi dari akibat yang
dilaporkan ditunjukkan oleh bukti yang meyakinkan.
d. Sebab; memberikan bukti yang meyakinkan mengenai faktor yang menjadi
sumber perbedaan antara kondisi dan kriteria. Dalam melaporkan sebab, pemeriksa
harus mempertimbangkan apakah bukti yang ada dapat memberikan argumen yang
meyakinkan dan masuk akal bahwa sebab yang diungkapkan merupakan faktor
utama terjadinya perbedaan. Pemeriksa juga perlu mempertimbangkan apakah
sebab yang diungkapkan dapat menjadi dasar pemberian rekomendasi. Dalam
situasi temuan terkait dengan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundangundangan dimana tidak dapat ditetapkan dengan logis penyebab temuan tersebut,
pemeriksa tidak diharuskan untuk mengungkapkan unsur sebab ini. Apabila
pemeriksa mendeteksi adanya kelemahan dalam pengendalian intern atas
pelaporan keuangan yang merupakan kondisi yang dapat dilaporkan, pemeriksa
harus mengkomunikasikan secara tertulis kelemahan tersebut kepada entitas yang
diperiksa melalui laporan tentang pengendalian intern.
Dengan dikeluarkannya PP nomor 60 tahun 2008 maka kriteria pengendalian intern
pemerintah yang baik dapat menggunakan kriteria PP ini. Karena itu pemahaman
yang baik tentang PP 60 tahun 2008 membantu sekali bagi eksekutif agar laporan
yang dikeluarkan oleh BPK lebih positif dari tahun sebelumnya.

c. Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundangan, Kecurangan (fraud) dan


Ketidakpatutan (abuse)
Standar Pemeriksaan mengharuskan pemeriksa untuk mempertimbangkan dampak
kecurangan

dan/atau

penyimpangan

dari

ketentuan

peraturan

perundang-

undangan terhadap laporan hasil pemeriksaan serta meyakinkan bahwa hal


tersebut telah diinformasikan kepada lembaga/badan yang memiliki fungsi
pengawasan

terhadap

manajemen/pemerintah

seperti

DPR/DPRD.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Dalam

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

melaporkan kecurangan atau penyimpangan dari ketentuan peraturan perundangundangan atau ketidakpatutan, pemeriksa harus menempatkan temuan tersebut
secara lugas dan jelas dalam perspektif yang wajar. Untuk memberikan dasar bagi
pengguna laporan hasil pemeriksaan dalam mempertimbangkan kejadian dan
konsekuensi atas kondisi tersebut, hal-hal yang diidentifikasi harus dihubungkan
dengan hasil pemeriksaan secara keseluruhan, dan jika memungkinkan, perlu
dinyatakan dalam nilai satuan mata uang. Sejauh memungkinkan, dalam
menyajikan temuan mengenai kecurangan, penyimpangan terhadap ketentuan
peraturan

perundang

mengembangkan

undangan,

unsur-unsur

serta

kondisi,

ketidakpatutan,

kriteria,

akibat

pemeriksa

dan

sebab.

harus
Dalam

mengembangkan temuan tersebut, pemeriksa agar menggunakan patokan seperti


dalam mengembangkan temuan mengenai kelemahan pengendalian intern pada
bagian sebelumnya
Standar Pemeriksaan mengharuskan pemeriksa untuk melaporkan kecurangan dan
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan kepada pihak yang
berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di BPK. Dalam hal pemeriksa
menyimpulkan bahwa ketidakpatuhan atau penyimpangan dari ketentuan peraturan
perundang-undangan telah terjadi atau kemungkinan telah terjadi, maka BPK harus
menanyakan kepada pihak yang berwenang tersebut dan atau kepada penasihat
hukum apakah laporan mengenai adanya informasi tertentu tentang penyimpangan
dari ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut akan mengganggu suatu
proses penyidikan atau proses peradilan. Apabila laporan hasil pemeriksaan akan
mengganggu proses penyidikan atau peradilan tersebut, BPK harus membatasi
laporannya, misalnya pada hal-hal yang telah diketahui oleh umum (masyarakat).

2. Langkah-langkah Penyusunan dan Penyampaian Laporan Hasil


Pemeriksaan
Pelaporan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan meliputi lima langkah, yaitu:
a. Penyusunan konsep laporan hasil pemeriksaan. Konsep laporan hasil
pemeriksaan disusun oleh ketua tim pemeriksa dan disupervisi oleh pengendali
teknis.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

b. Penyampaian konsep laporan hasil pemeriksaan kepada Pejabat Entitas yang


Berwenang. Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang telah disetujui
penanggung jawab harus disampaikan kepada pimpinan entitas sebelum batas
akhir waktu penyampaian Laporan keuangan yang telah diperiksa sesuai
ketentuan yang berlaku bagi entitas. Penyampaian konsep LHP tersebut harus
mempertimbangkan waktu bagi entitas untuk melakukan pemahaman dan
pembahasan bersama dengan BPK dan proses penyelesaian LHP secara
keseluruhan sebelum batas akhir waktu penyampaian Laporan keuangan yang
telah diperiksa sesuai ketentuan yang berlaku bagi entitas. Konsep Laporan
Hasil Pemeriksaan yang disampaikan telah berisi opini hasil pemeriksaan dan
saran-saran untuk temuan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
dan efektivitas pengendalian intern.
c. Pembahasan konsep hasil pemeriksaan dengan Pejabat Entitas yang
Berwenang. Konsep LHP yang telah disetujui penanggung jawab dibahas
bersama dengan pimpinan entitas yang diperiksa. Pembahasan konsep LHP
dengan pejabat entitas yang diperiksa diselenggarakan oleh penanggung jawab
dan dilakukan untuk (a) membicarakan kesimpulan hasil pemeriksaan secara
keseluruhan, dan

(b) kemungkinan tindak lanjut yang akan dilakukan.

Pembahasan konsep LHP dilakukan di kantor Badan Pemeriksa Keuangan atau


di

kantor

pusat

entitas

yang

diperiksa.

Seluruh

hasil

pembahasan

didokumentasikan dalam Risalah Pembahasan yang disimpan di dalam KKP


d.

Perolehan surat representasi, dan

e. Penyusunan konsep akhir dan penyampaian laporan hasil pemeriksaan.


Langkah ini terdiri dari dua kegiatan, yaitu: (1) Penyusunan konsep akhir LHP,
dan (2) Penyampaian LHP kepada pihak-pihak yang diwajibkan sebagaimana
ditetapkan dalam peraturan perundangan.
5.3.3. Surat Representasi
Sesuai SPAP SA Seksi 333 [PSA No.17] Representasi Manajemen, pemeriksa
harus memperoleh surat representasi yang dilampiri dengan LKPD yang akan
disampaikan

Kepala

Daerah

kepada

DPRD.

Surat

representasi

tersebut

menggambarkan representasi resmi dan tertulis dari pemerintah daerah atas


berbagai keterangan, data, informasi, dan laporan keuangan yang disampaikan
selama proses pemeriksaan berlangsung. Surat tersebut merupakan bentuk

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

tanggung jawab pemerintah daerah. Jika terjadi perubahan substansi isi surat
representasi

yang

dilakukan

oleh

auditan,

maka

pemeriksa

harus

mempertimbangkan apakah perubahan tersebut akan berdampak material terhadap


pertanggungjawaban pembuatan laporan keuangan.
Hal tersebut akan mempengaruhi opini. Apabila surat representasi dan lampirannya
tidak diperoleh sampai dengan penerbitan laporan hasil pemeriksaan, ketua tim
pemeriksa dan atau pengendali teknis menyampaikan laporan hasil pemeriksaan
dengan opini tidak dapat menyatakan pendapat kepada penanggung jawab untuk
disetujui. Surat tersebut harus ditandatangani kepala daerah dan diberi tanggal
yang sama dengan tanggal pembahasan konsep LHP atau tanggal LHP.
Contoh

Surat

Representasi

dapat

dilihat

pada

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

halaman

berikut:

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

5.4. KOMUNIKASI DALAM PEMERIKSAAN

Definisi pemeriksaan (auditing) adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian


bukti dan seterusnya, berarti auditor harus mengumpulkan bukti-bukti yang
sebelumnya tidak dimiliki. Oleh karena itu auditor harus mendapatkannya dari
auditan (auditan) atau pihak lain yang dianggap relevan. Untuk mendapatkan buktibukti yang diperlukan, tidak mungkin auditor berdiam diri saja, tetapi harus
berhubungan dengan auditan atau pihak lainnya. Interaksi antara auditor dengan
auditan dan dengan pihak lain memerlukan komunikasi. Oleh karena itu,
komunikasi merupakan salah satu aspek penting dalam pemeriksaan.
Komunikasi dalam pemeriksaan dimulai dari saat pertama kami mendatangi auditan
untuk memperkenalkan diri hingga auditor menyerahkan laporan hasil pemeriksaan,
bahkan diteruskan hingga pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan. Dengan
demikian, sepanjang proses pemeriksaan yang dilakukannya, seorang pemeriksa
memerlukan keterampilan berkomunikasi untuk menghasilkan pemeriksaan yang
terbaik.

5.4.1. Pengertian dan Tujuan Komunikasi Dalam Pemeriksaan


Komunikasi adalah bagian integral dalam pemeriksaan. Mulai dari perencanaan
penugasan, pelaksanaan pengujian, hingga pemantauan tindak lanjut, semuanya
memerlukan keterampilan berkomunikasi untuk menghasilkan yang terbaik.
Komunikasi dapat didefinisikan sebagai transmisi informasi dan pemahaman
melalui penggunaan simbol-simbol biasa atau umum. Proses komunikasi
merupakan tahap-tahap antara komunikator dengan komunikan yang menghasilkan
pentransferan dan pemahaman makna. Proses komunikasi meliputi 5 (lima) bagian,
yakni: sumber komunikasi (komunikator); pesan; penerima (komunikan); media dan
efek.
Komunikator Orang yang menyampaikan pesan
Pesan
Dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, himbauan dan
anjuran dengan bantuan bahasa, gerak-gerik, ekspresi wajah,
Komunikan
Media

gambar, warna dan isyarat lainnya.


Orang yang menerima pesan
Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

tempatnya atau banyak jumlahnya.


Dampak sebagai pengaruh dari pesan.

Efek

Dengan menerapkan keterampilan berkomunikasi, pelaksanaan pemeriksaan


akan berjalan secara efektif dan efisien, (efektif dalam arti pemeriksaan dapat
mencapai hasil-hasil yang diinginkan; efisien karena proses pemeriksaan dapat
dilaksanakan dengan lancar sehingga sumber daya pemeriksaan benar-benar
digunakan

untuk

mencapai

tujuan

pemeriksaan

itu).

Komunikasi

selama

pelaksanaan pemeriksaan terjadi antara tiga pihak, yaitu: komunikasi pemeriksa


dengan rekan-rekan intern timnya; komunikasi pemeriksa dengan pihak auditan;
dan komunikasi pemeriksa dengan pihak-pihak luar.

5.4.2. Komunikasi Antara Pemeriksa dengan Auditan


Di dalam audit, interaksi terjadi antara manusia yang memiliki kepribadian yang
berbeda, antara pemeriksa dengan auditan. Interaksi tersebut adalah interaksi antar
manusia yang unik, maka penting untuk diketahui tentang mengapa terjadi interaksi
dan aspek psikis manusia.
Interaksi antara pemeriksa dengan auditan, pada umumnya terjadi dalam kegiatankegiatan tersebut:
1. Pada saat memperkenalkan diri dan menyerahkan surat tugas audit
2. Pada saat mengumpulkan informasi umum
3. Pada saat mengumpulkan bukti-bukti audit
4. Pada saat akan berhubungan dengan pihak ketiga
5. Pada saat membicarakan temuan hasil audit
6. Pada saat pemantauan tindak lanjut.
Pemeriksaan (auditing) adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian buktibukti terukur dari suatu entitas yang dilakukan oleh orang-orang yang kompeten
dan independen untuk melaporkan ada atau tidaknya kesesuaian antara kondisi
dengan kriterianya dan memberikan saran ketidaksesuaian antara kondisi dengan
kriterianya dan memberikan saran tindak yang konstruktif bagi kepentingan
pimpinan entitas yang diperksa agar tujuan entitas tersebut dapat tercapai.
Berdasarkan definisi tersebut, tujuan pemeriksaan adalah untuk mengupayakan

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

perbaikan pada entitas yang diperiksa. Agar saran tindak yang diajukan
berhasilguna, maka pemeriksa perlu mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti
sehingga dapat diketahui penyebab terjadi masalah tersebut. Selain itu yang paling
mengetahui penyebab terjadi masalah dalam suatu entitas adalah pimpinan entitas
yang bersangkutan.
Meskipun tujuan pemeriksaan adalah membantu pimpinan entitas yang diperisa,
tetapi sebelumnya pemeriksa menemukan lebih dulu masalah yang terjadi
berdasarkan bukti-bukti terukur yang dievaluasinya. Pada umumnya orang tak mau
disalahkan dan apabila dijumpai adanya kesalahan, maka mekanisme pertahanan
dirinya akan timbul dengan berbagai tingkah laku. Apabila demikian, maka
pemeriksa tidak dapat mengetahui permasalahan yang sesungguhnya, sehingga
saran tindak yang diajukan pemeriksa bukan lagi untuk mengatasi masalah, tetapi
sekedar memenuhi tuntutan organisatoris birokratis. Hal ini berakibat auditan
kurang percaya kepada pemerisa dan akhirnya tujuan pemeriksaa hanya sekedar
memenuhi kebutuhan formal organisasi.
Dengan diciptakannya hubungan insani oleh pemeriksa, diharapkan pemeriksa dan
auditan merasa puas dengan pemeriksaan yang dilakukan pemeriksa dan auditan
percaya

dengan

fungsi

pemeriksaan. Apabila

pemeriksa

telah

mendapat

kepercayaan dari auditan, maka diharapkan auditan mau membuka diri tentang
masalah yang dihadapinya dan mau membantu pemeriksa dalam menyelesaikan
tugasnya serta akhirnya timbul kerjasama yang positif antara pemeriksa dengan
auditan.

Lebih jauh lagi, pemeriksa dapat dianggap sebagai mitra kerja dari

auditan.
Dengan demikian, seorang pemeriksa dituntut untuk mengadakan hubungan insani
dengan auditan. Hubungan insani tersebut ditunjukkan dengan tidak adanya saling
menyakiti tetapi saling menghargai, tanpa saling merugikan tetapi berusaha untuk
sama-sama merasakan manfaat dari hasil kerjasamanya. Seorang pemeriksa harus
berkomunikasi secara etis, ramah, sopan, menghargai dan menghormati orang lain.
Auditan janganlah dipandang sebagai objek, melainkan sebagai subjek atau
individu yang memiliki kepribadian tersendiri.

Salah satu persyaratan untuk dapat mempraktikan hubungan insani, adalah

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

mengetahui tentang psikologi, khususnya mengenai tingkah laku seseorang di


dalam lingkungannya. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam
hubungan psikologis antara pemeriksa dengan auditan adalah:
a. Bahwa setiap manusia pada dasarnya selalu ingin diperlakukan secara
terhormat dan ingin selalu dihargai. Adanya perhatian atau penghargaan
terhadap pendapat yang dikemukakan dalam suatu pembicaraan, akan
menyebabkan si pembicara timbul semangat untuk bekerjasama dalam
mencapai tujuan dari pembicaraan yang dilakukan. Penghargaan yang
dimaksudkan di sini penghargaan yang mengandung kepercayaan, tetapi
tidak mengandung persetujuan atau penolakan.
b. Bahwa manusia itu satu sama lain berbeda. Hal ini disebut dengan individual
differences. Perbedaan individual ini perlu diketahui oleh seorang pemeriksa
yang sering berhubungan dengan orang lain secara individual, sehingga dari
sini diharapkan untuk tidak menyamaratakan seseorang untuk suatu
kebutuhan pemeriksaan
c. Bahwa setiap tingkah laku manusia mempunyai tujuan tertentu, misalnya
untuk dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhannya, walaupun kebutuhan itu
tidak selalu merupakan hal yang harus diperoleh, tetapi sesuatu yang mereka
inginkan. Dalam hal ini seorang pemeriksa yang baik akan selalu berusaha
untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan apa saja yang diingini auditan,
supaya dapat memberikan motivasi yang tepat untuk bisa bekerjasama
d. Bahwa setiap orang mempunyai keinginan untuk dapat memilih serta bekerja
sesuai dengan kehendaknya serta perasaannya. Namun sebaliknya, dalam
bekerja ini orang dituntut untuk dapat memberikan hasil yang sepadan dengan
apa yang telah diterimanya. Ia diberi kebebasan untuk memilih dan bekerja
sesuai dengan keinginannya, tetapi ia harus bisa mempertanggungjawabkan
pilihannya itu.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, pemeriksa menempatkan auditan
sebagai subjek dan bukan sebagai subjek, mereka adalah rekan kerja dan bukan
terdakwa, sehingga pemeriksa tidak dapat dan tidak boleh memperlakukan auditan
sesuai dengan kehendak hatinya saja, melainkan harus mampu menciptakan
suasana psikologis yang baik, sehingga jalannya pemeriksaan tidak diwarnai

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

dengan ketegangan-ketegangan yang mencekam apalagi menakutkan.


5.4.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi dalam Pemeriksaan
Sebelum pemeriksa melaksanakan tugas pemeriksaan akan timbul suatu
pertanyaan dalam pikirannya bagaimana dia bersikap agar mendapatkan respon
positif dari pihak yang diperiksa (auditan) sehingga kecukupan dan kebenaran
informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh? Dalam praktiknya banyak faktor yang
mempengaruhi hubungan (komunikasi) antara pemeriksa dan auditan daripada
sekedar bagaimana pemeriksa bersikap. Umumnya pemerisa sudah mengetahui
sebagian besar faktor-faktor tersebut, namun sering diabaikan sehingga menjadi
batu sandungan dalam melaksanakan tugas pemeriksaan.
Dalam pembahasan ini faktor-faktor yag mempengaruhi hubungan auditor dan
auditan dapat dikelompokkan dalam:
1. Peran. Sesuai dengan fungsinya, pemerisa mempunyai kewenangan untuk
melakukan verifikasi atas dokumen, wawancara, konfirmasi, inspeksi dan
lain-lain terhadap auditan. Oleh karena itu auditan mempunyai kewajiban
untuk memberikan informasi dan melayani pemeriksa sehingga situasi ini
memberikan keuntungan bagi auditor berupa conformity pressure kepada
auditan.
2. Image. Image yang positif adalah bahwa seorang pemerisa harus jujur,
tegas dan menjunjung tinggi kebenaran. Namun image ini akan buruk bila
pihak auditan selama ini selalu menjumpai pemeriksa yang tidak jujur serta
mentolerir penyimpangan-penyimpangan.
3. Atribut

Pribadi.

Pangkat/Jabatan,

pendidikan,

usia,

penampilan,

pengalaman dan prestasi merupakan atribut-atribut pribadi yang dapat


memberikan pengaruh positif ataupun negatif dalam hubungan antara
pemeriksa dan auditan.
4. Atribut

Organisasi.

Atribut

organisasi

yang

pertama

yang

dapat

memberikan pengaruh adalah kedudukan hirarkis organisasi. Semakin tinggi


kedudukan organisasi pemeriksaan (unit pemeriksa), makin tinggi pula nilai
yang diberikan oleh auditan. Organisasi pemeriksaan dari kantor pusat akan
lebih tinggi statusnya (dan lebih disegani) daripada organisasi pemeriksaan

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

tingkat perwakilan. Atribut organisasi kedua yang berpengaruh adalah


prestasi kerja organisasi yang terkait dengan prestasi pemeriksa (atribut
pribadi). Apabila organisasi pemeriksaan berprestasi tinggi maka akan
memberikan keuntungan positif. Yang terakhir adalah reputasi organisasi.
Sama halnya dengan prestasi organisasi, auditan akan lebih hormat pada
pemeriksa yang datang dari organisasi pemeriksaan yang reputasinya baik.
5. Perilaku. Dalam mendapatkan informasi dari auditan maka pemerisa harus
memperhatikan faktor perilaku. Perilaku sopan, halus dalam tutur kata dan
gerak-gerik, hormat pada orang lain, sikap rukun, tahu diri, simpatik dan
mudah menolong akan memberikan dampak positif bagi pemeriksa.
6. Jenis-jenis Pemeriksaan. General audit akan memberikan respon yang
sewajarnya dari auditan daripada pemeriksaan khusus yang diarahkan untuk
menemukan kecurangan.
7. Temuan

Pemeriksaan.

Apabila

selama

pemeriksaan

pemeriksa

menemukan sesuatu yang dapat mengancam kedudukan auditan maka


besar kemungkinan auditan akan bersikap bermusuhan.
8. Kebijaksanaan Pemerintah. Dalam hal ini kebijakan yang menekankan
pentingnya pengawasan melekat dan pengawasan fungsional berdampak
conformity pressure.
9. Suasana Setempat. Pemeriksa yang menghadapi auditan di daerah
(dimana kepatuhan terhadap birokrasi masih sangat tinggi) umumnya akan
diterima dan dilayani dengan baik.
Penting untuk dicatat bahwa semua faktor-faktor ini tidak terlepas dari
pengaruh budaya nasional, lokal dan budaya organisasi.

5.4.4. Kiat-kiat Menghadapi Pemeriksa


Mungkin bagi beberapa orang saat pertama kali menghadapi pemerisa merupakan
suatu beban tersendiri sehingga menyebabkan gugup, takut salah menjawab,
belum siap, kurang percaya diri dan sebagainya. Selama beban tersebut tidak
berlebihan maka sikap tersebut adalah wajar saja. Menghadapi pemeriksa
janganlah menjadi beban, sebab mereka pun juga manusia, seorang pekerja yang

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

sedang menjalankan tugasnya sebagai pemeriksa.


Berikut ini beberapa kiat menghadapi pemeriksa yang mungkin berguna bagi pihak
yang diperiksa:
1. Pemeriksa adalah tamu organisasi, jadi sambutlah dengan baik layaknya
seorang tamu.
Buatlah pemeriksa senyaman mungkin saat berkunjung. Image anda sebagai
tuan rumah yang baik akan membekas di benak pemeriksa, sehingga awal
kebaikan inilah yang akan membuka kebaikan-kebaikan lainnya.
2. Pemeriksa adalah manusia, jadi tidak perlu kita takut karenanya.
Saat berkenalan, saat jeda atau istirahat tanyakanlah hal-hal kecil mengenai
pemeriksa seperti tinggal dimana, keluarganya, dan sebagainya. Ini penting
untuk mencairkan suasana dan membuat proses pemeriksaan berjalan dengan
lebih santai.
3. Identifikasi kriteria yang akan dijadikan acuan pemeriksa sehingga wajib
diketahui oleh auditan.
Kriteria yang akan dijadikan acuan oleh pemeriksa dalam pemeriksaannya
tergantung dari tujuan pemeriksaan. Dalam pemeriksaan keuangan kriteria
tersebut meliputi:
a. Standar akuntansi pemerintahan (SAP)
b. Sistem pengendalian intern pemerintahan (SPIP)
c. Peraturan-peraturan perundangan yang menaungi dan wajib ditaati oleh
entitas yang sedang diperiksa
Pahamilah dengan baik dokumen-dokumen di atas dan pastikan anda
memahami betul standar, prosedur dan peraturan yang tertuang.
4. Identifikasi/Kuasai secara pasti apa dan bagaimana proses bisnis berjalan pada
entitas.
Pahami dengan baik keseluruhan proses bisnis yang ada di organisasi anda.
Bila perlu gunakan diagram alir (flow chart) untuk membantu anda dalam
memetakan input proses output organisasi anda. Biasanya pemeriksa akan
betul-betul menanyakan anda tentang ketiga tahapan ini. Karena dari situ

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

pemeriksa mengetahui apa yang sebetulnya menjadi tugas dan wewenang anda
serta dokumen atau prosedur serta rekaman apa yang harusnya anda miliki.
Ingat, pemeriksa adalah orang luar organisasi yang tidak memahami tugas dan
wewenang anda kecuali dari apa yang anda utarakan.
5. Setiap proses memiliki bukti berupa kuitansi, catatan, laporan, sertifikat dan
sebagainya. Persiapkan semua sesuai dengan prosesnya.
Pastikan anda memiliki bukti pelaksanaan untuk setiap proses yang dilakukan.
Penting juga untuk menyusun rekaman tersebut dan meletakkannya di tempat
yang rapi dan mudah anda cari, karena kemampuan telusur (traceability)
merupakan salah satu tolok ukur dalm pemeriksaan.
6. Jawab pertanyaan pemeriksa dengan memberikan fakta dan data, sehingga
bagi pemeriksa fakta dan data tersebut dapat dijadikan dasar untuk memberikan
saran perbaikan dan penyempurnaan.
Biasakan untuk menjawab pertanyaan pemeriksa dengan bukti, bukan sekedar
jawaban lisan, kecuali pada hal-hal yang hanya bisa dijawab dengan lisan.
Artinya, jika pemeriksa bertanya tentang tugas dan tanggung jawab anda,
sangat dianjurkan untuk menjelaskan hal tersebut sambil menunjukkan uraian
tugas (job description) anda. Bila pemeriksa meminta anda untuk menjelaskan
proses apa saja yang berlangsung di organisasi anda, sangat dianjurkan untuk
menjelaskan hal tersebut sambil menunjukkan prosedur atau rekaman-rekaman
(bukti pelaksanaan).
Hindari asumsi atau jawaban asal-asalan yang membuat pemeriksa berpikiran
Anda bukanlah orang yang jujur.
Itulah beberapa kiat dalam menghadapi pemeriksa. Ingat, rasanya tidak
mungkin jika sistem Anda diperiksa tanpa adanya temuan. Temuan yang perlu anda
hindari adalah temuan yang bersifat signifikan. Adapun temuan minor sebisa
mungkin Anda tekan dengan betul-betul memahami dan menerapkan persyaratan
yang diminta oleh SPIP. Anggaplah temuan minor dari pemeriksa sebagai bahan
perbaikan di masa mendatang.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

5.4.5. Pendekatan Dalam Menyelesaikan Temuan


Selain kita-kiat umum dalam menghadapi pemeriksa sebagaimana tersebut diatas,
berikut ini kiat-kiat untuk menyelesaikan temuan. Perlu diketahui bahwa walaupun
seharusnya pemeriksa memiliki karakteristik kualitas yang tinggi, dalam praktik
tidak selalu demikian adanya. Banyak pemeriksa yang memiliki integritas yang
tinggi, tetapi ada juga sebagian pemeriksa yang kurang memiliki integritas. Berikut
ini merupakan kondisi yang bisa saja terjadi:
a)

Pemeriksa juga manusia yang bisa saja salah.

b)

Menurut auditan umumnya pemeriksa dianggap lebih ahli daripada auditan


walaupun dalam kenyataannya tidak selalu demikian.

c)

Temuan kadang tidak didasarkan pada bukti yang kuat, lengkap dan
relevan serta argumentasi logis.

d)

Temuan terkadang tidak jelas kriteria yang digunakan.

e)

Temuan yang buktinya lemah bisa menjadi fitnah dan berpotensi menjadi
pembunuhan karakter pihak tertentu.

f)

Pemeriksa terkadang memiliki kepentingan finansial kepada auditan.


Misalnya pemeriksa ingin menjual jasa tertentu kepada auditan dengan
menggunakan perusahaan lain.

g)

Pemeriksa memiliki kewenangan yang kuat sehingga pemeriksa terkadang


arogan dan tidak mau menerima kebenaran

Dengan demikian penyelesaian temuan sebaiknya harus berhati-hati jangan sampai


justru menimbulkan permasalahan lain yang lebih serius. Kelemahan mendasar
dalam sistem pemeriksaan keuangan oleh BPK adalah tidak terdapatnya
mekanisme check and balance. BPK yang membuat standar pemeriksaan, yang
melaksanakan, dan mengawasi pelaksanaan standar tersebut. Sehingga jika terjadi
perbedaan pendapat antara pemeriksa dengan auditan maka kemungkinan besar
yang dianggap benar adalah pemeriksa. Auditan dapat mengajukan keberatan
kepada struktur internal BPK baik kepada pengendali teknis, kepada penanggung
jawab maupun Majelis Kehormatan Dewan Etik yang ada. Seharusnya terdapat
dewan kehormatan yang mengawasi pelaksanaan standar ini berada di luar
organisasi BPK yang merupakan organisasi independen untuk mengawasi
pelaksanaan standar dan menjadi organisasi yang dapat menyelesaikan perbedaan

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

antara pemeriksa dan auditan.


Dalam praktiknya pendekatan dan cara-cara penyelesaikan temuan adalah:
a. Penjelasan Sebagai Pembelaan
Dalam contoh berikut ini temuan material tetapi dapat diselesaikan tanpa
menjatuhkan sanksi kepada auditan. Misalnya pemeriksa mendapatkan temuan
sementara bahwa mobil dinas pada saat dicat ternyata terdapat pengeluaran
BBM untuk kendaraan dinas tersebut. Setelah dilakukan wawancara diperoleh
penjelasan bahwa selama mobil dinas tersebut dikerjakan proses pengecatannya
di bengkel, ternyata oleh pihak bengkel, auditan diberi pinjaman mobil untuk
kelancaran operasi auditan yang bersangkutan. Karena faktanya demikian maka
bukti pendukung berupa surat dan catatan dari bengkel kepada auditan atau
atasan langsungnya mengenai peminjaman kendaraan pengganti tersebut dapat
menjadi bukti tambahan bahwa pengeluaran BBM pada masa pengecatan
tidaklah mengada-ada. Dengan demikian temuan pemeriksa dengan sendirinya
menjadi gugur.
Contoh lain misalnya kasus temuan berupa pembangunan gedung kantor
ternyata menggunakan atap dari kayu yang masih muda. Sehingga gedung
tersebut baru setahun dipakai atapnya sudah hampir patah. Akibatnya biaya
pemeliharaan gedung pada tahun kedua meningkat. Pemeriksa melihat hal
tersebut sebagai kejanggalan sehingga meneliti secara detai dan diketahui
bahwa kayu untuk atap sebagian ternyata masih merupakan kayu yang masih
muda. Hal ini terjadi karena pengawas (supervisor) bangunan secara tidak
sengaja menerima kayu yang masih muda tersebut. Tanggung jawab ini tidak
hanya terkena pada supervisor yang bersangkutan saja tetapi secara tanggung
renteng juga mengenai atasannya kecuali jika atasan yang bersangkutan telah
melakukan pengendalian intern yang cukup. Jika atasan yang bersangkutan
misalnya menunjukkan bukti bahwa dia telah membuat kebijakan pencegahan
melalui organisasi, prosedur, pencatatan, otorisasi dan lain-lain bahwa kayu yang
masih muda tidak boleh diterima maka atasan yang bersangkutan dapat
terbebas dari tanggung renteng.

b. Janji Auditan Melakukan Perbaikan

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

Jika temuan yang diajukan oleh pemeriksa menyangkut perbaikan sistem


pengendalian intern maka jika auditan meyakini bahwa pemeriksa memang
benar dan beralasan kuat maka auditan dapat berjanji melakukan perbaikan.
Misalnya jika terdapat prosedur yang kurang baik dalam pembayaran gaji
anggota DPRD maka auditan dapat berjanji bahwa kejadian tersebut tidak akan
diulangi di masa yang akan datang. Di suatu kabupaten pada tahun 2005 pada
bulan Desember pemegang kas telah menerima SPM Gaji untuk bulan Januari
tahun 2006. SPM ini harusnya dicairkan pada tahun 2006. Akan tetapi pemegang
kas mencairkannya pada akhir Desember 2005 dengan alasan bahwa pada
tanggal 1 Januari merupakan tahun baru dan bank libur. Tidak ada kerugian
negara, tetapi gaji ini harus di bebankan pada laporan realisasi anggaran pada
tahun 2005 karena laporan ini menggunakan basis kas. Pemeriksa menemukan
kejadian ini dan membuat management letter bahwa hal tersebut diharapakan
tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.
Contoh lain misalnya ditemukan oleh pemeriksa bahwa pemerintah daerah tidak
memiliki kartu aktiva tetap. Semua aktiva tetap yang dimiliki tidak tercatat dengan
baik. Akibatnya aktiva tetap tersebut mudah sekali hilang atau digelapkan.
Temuan seperti ini dapat diselesaikan dengan janji melakukan perbaikan atas
sistem pengendalian intern.
c. Perbaikan Atas Temuan Administratif Pelaporan
Jika temuan pemeriksa merupakan temuan administratif misalnya terjadi
kesalahan pencatatan dan pelaporan yang tidak menimbulkan kerugian negara,
maka auditan dapat langsung menerima temuan tersebut jika memang demikian
adanya. Temuan seperti ini lazim sekali terjadi dalam pemeriksaan keuangan.
Misalnya laporan realisasi anggaran satker terjadi kesalahan pencatatan
rekening. Biaya foto copy dibebankan ke rekening biaya ATK. Koreksi semacam
ini lazim dan tidak perlu dipermasalahkan selama memang ini benar adanya.
d. Penyelesaian Di Tempat
Jika terdapat kerugian negara misalnya jika kesalahan ini bukan kesengajaan
maka auditan dapat melakukan pembayaran ke kas daerah atau pemerintah
pada saat proses pemeriksaan dilakukan. Dengan demikian pemeriksa dapat
mengeluarkan temuan tersebut dari laporan hasil pemeriksaan. Akan tetapi jika

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

kesalahan

ini

mengandung

unsur

kecurangan

maka

pemeriksa

dapat

memandang kasus tersebut sebagai kasus korupsi dan terdapat unsur tindak
pidana. Hanya saja, beda kesalahan dengan kecurangan adalah tipis.
Kecurangan adalah kesalahan yang disengaja dan ada unsur merugikan negara.
Sedangkan kesalahan adalah hal yang tidak disengaja mungkin karena auditan
tidak memahami peraturan perundangan yang berlaku.
5.4.6. Memenangkan Negosiasi Dengan Pemeriksa
Setelah segala jenis bahan pembelaan telah disiapkan dan argumentasi yang kuat
telah disusun maka selebihnya adalah bagaimana auditan mampu memenangkan
negosiasi dengan pemeriksa. Kiat-kiat memenangkan negosiasi dengan pemeriksa
antara lain:
1) Terlebih dahulu kenali:
siapa saja yang akan menjadi lawan bicara anda, sifat dan kepribadianya
bagaimana,

seberapa

besar

egonya,

bagaimana

tingkat

ketersinggungannya dan sebagainya.


posisi atau jabatan mereka dalam organisasi.
seberapa besar pengaruh masing-masing orang dalam masalah pokok yang
menjadi agenda pembahasan.
apakah mereka yang hadir merupakan pengambil keputusan atau bukan.
2) Kemampuan kita untuk memilih lingkungan yang tepat
Lokasi yang tepat
Suasana yang hangat
Posisi masing-masing pihak
3) Sebelum melakukan negosiasi biasanya dimulai dengan kalimat-kalimat
yang hangat dan bersahabat untuk mencairkan suasana.
4) Hindarkan negosiasi yang konfrontatif
Konfrontasi kadang-kadang bukan malah menyelesaikan masalah bahkan
lebih banyak menyebabkan lawan bicara kita sulit menerima kebenaran.
Pemeriksa kadang merasa terhina jika auditan terlalu lugas dalam
menyangkal temuan pemeriksa walaupun yang disampaikan oleh auditan

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB V : PEMERIKSANAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

benar adanya.
5) Berpura-pura bodoh itu kadang pintar
Dengan beberapa pengecualian, manusia cenderung membantu orang yang
mereka anggap kurang pintar daripada mengambil keuntungan dari mereka.
Kadang dengan berpura-pura bodoh kita diberikan waktu untuk memikirkan
kembali dan waktu itu kita gunakan untuk mengumpulkan informasi dan
meneliti lagi lebih mendalam.
6) Jangan biarkan pihak pemeriksa menjadi notulis
Pada waktu berdiskusi dan bernegosiasi tidak semua hal dibicarakan dalam
komunikasi verbal. Karena itu ada baiknya auditan yang menulis notulen.
Jika ada hal detail yang tidak dibicarakan dalam komunikasi verbal tapi
merupakan hal yang logis maka gunakan hal itu untuk mengisi dengan hal
yang menguntungkan auditan. Misalnya dalam negosiasi disepakati bahwa
auditan akan melunasi TGR dalam waktu 3 tahun. Maka auditan dapat
mengambil kesimpulan bahwa pelunasan yang menguntungkan dirinya
adalah pembayaran sekaligus di akhir tahun ke 3.
7) Pelajari dulu dengan seksama lingkup pekerjaan dan kontrak yang dibuat.
Pekerjaan yang tidak terdapat dalam kontrak tetapi dilaksanakan oleh pihak
ketiga dalam kenyataan, cenderung tidak dianggap sebagai penambah
komponen biaya oleh pemeriksa. Sebaliknya, pekerjaan yang ada dalam
kontrak tetapi tidak dilaksanakan oleh pihak ketiga akan menjadi kerugian
negara. Dengan kata lain, negara boleh untung tetapi tidak boleh rugi. Kalau
negara untung maka itu merupakan darma bakti pihak ketiga kepada
negara. Kalau negara rugi maka hal itu harus ditanggulangi oleh pemimpin
kegiatan. Karena itu setiap terjadi perubahan skope kegiatan di lapangan
sebaiknya dibuatkan kontrak addendum.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Anda mungkin juga menyukai