Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bab ini kita akan membahas topik social cognition (kognisi sosial), studi
tentang bagaimana orang menarik kesimpulan atau inferensi dari informasi sosial yang ada
di lingkungan. Riset tentang kognisi sosial membahas bagaimana membuat orang
membuat penilaian sosial tentang individu atau kelompok sosial lain, tentng peran sosial,
dan tentang pengalaman mereka sendiridalam setting sosial. Membuat penilaian sosial
adalah lebih sulit ketimbang yang kita bayangkan. Sering kali informasi-informasi yang
tersedia tidaklah lengkap, bersifat ambigu, atau bertentangan satu sama lain. Bagaiman
kita menggunakan semua informasi ini untuk melakukan penilaian yang koheren? Inilah
persoalan utama dalam riset kognisi sosial.
Anda barangkali berasumsi bahwa kognisi sosial adalah memandang dunia secara
akurat dan membentuk penilaian atas kehidupan sosial secara nonbias dan jernih. Tetapi
dalam kenyataannya dalam satu temuan awal psikologi sosial menunjukkan bahwa kognisi
sosial sering memuat kekeliruan dan bias. Jelas ada cara yang logis dan tepat untuk
menyatukan informasi guna mengambil keputusan yang bijak, namun inferrernsi sosial
seseorang sering tidak logis dan tidak akurat. Tetapi, seperti apa yang kita lihat nanti,
kesalahan dan bias ini menunjukkan informasi tentang bagaimana kita menarik inferensi
atau kesimpulan tentang lingkunagan sosial kita. Pertama, mari kita lihat situasi sosial
untuk melihat bagaimana inferensi sosial sering tidak logis dan kurang akurat, dan
kemudian kita akan membahas bagaiman inferensi sosial membentuk panadangan kita
tentang cara kita membentuk penilaian sosial kita.
Bayangkan anda sudah lulus kuliah dan sedang menghadapi wawancara kerja pertama
anda. Anda bertemu dengan direktur personalia dan beberapa calon karyawan lainnya.
Anda juga telah melihat-lihat calon kantor anda, dan banyak mengetahui tentang
perusahaan yang anda ingin masuki dan memahami akan seperti apa tanggung jawab anda
nanti dikantor, jika anad diterima. Bagaiman anda memutuskan apakah ini adalah jenis
perusahaan yang memang anda inginkan dan apakah anda menyukai pekerjaan dan orangorang yang bekerja disana?
Kognisi Sosial
Kognisi Sosial
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kognisi Sosial
Menurut Baron & Byrne (2000) kognisi sosial merupakan cara individu untuk
menganalisa, mengingat dan menggunakan informasi mengenai kejadian atau peristiwaperistiwa sosial. Dalam menganalisa suatu peristiwa, terdapat 3 proses, yaitu:
a. attention : proses pertama kali terjadi dimana individu memperhatikan gejala-gejala
sosial yang ada disekelilingnya;
b. encoding : memasukkan apa yang diperhatikan ke dalam memorinya dan
menyimpannya;
c. retrieval : apabila kita menemukan gejala yang mirip kita akan mengeluarkan
ingatan kita dan membandingkan apabila ternyata sama maka kita bisa mengatakan
sesuatu mengenai gejala tersebut atau bisa juga individu mengeluarkan ingatannya
ketika akan menceritakan peristiwa yang dialami.
Dalam kognisi sosial dikenal istilah skema yang merupakan semacam kerangka atau
gambaran yang membantu individu dalam mengorganisasikan informasi-informasi suatu
fenomena yang diperhatikan individu. Terdapat 3 macam jenis skema, yaitu:
a. person : gambaran mengenai atribut-atribut atau ciri-ciri dari individu lain atau diri
individu itu sendiri;
b. roles : gambaran mengenai tugas dan peranan individu-individu di sekeliling kita;
c. events : gambaran mengenai peristiwa-peristiwa sosial yang dialami atau dilihat
individu sehari-hari.
2.2
dari Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) yang dikembangkan oleh Albert
Bandura. Penamaan baru dengan nama Teori Kognitif Sosial ini dilakukan pada
tahun 1970-an dan 1980-an. Ide pokok dari pemikiran Bandura (Bandura, 1962) juga
merupakan pengembangan dari ide Miller dan Dollard tentang belajar meniru (imitative
learning).
Kognisi Sosial
ibu
mengajarkan
anaknya
bagaimana
cara
mengikat
sepatu
dengan
memeragakannya berulang kali sehingga si anak bisa mengikat tali sepatunya, maka proses
ini disebut proses modeling.
Dengan begitu kognisi sosial adalah tata cara di mana kita menginterpretasi,
menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia social. Kognisi social
dapat terjadi secara otomatis. Contonya, saat kita melihat seseorang dari suatu ras tertentu
(Cina, misalnya), kita seringkali secara otomatis langsung berasumsi bahwa orang tersebut
memiliki crri/sifat tertentu. Kapasitas kognitif kita juga terbatas. Selain itu, terdapat suatu
hubungan antara kognisi dan afeksi (bagaimana kita berpikir dan bagaimana kita merasa).
2.3
Skema sosial
Komponen dasar kognisi social adalah skema (schema). Skema adalah sruktur
mental
yang membantu
kita mengorganisasi
informasi
social,
dan
menuntun
pemrosesannya. Skema berkisar pada suatu subyek atau tema tertentu.. dalam otak kita,
skema itu seperti skenario, yang memiliki alur. Skema di otak kita terbenuk berdasarkan
pengalaman yang pernah kita alami sendiri atau diceritakan oleh orang lain. Skema berisi
pengetahuan tentang konsep atau stimulus, relasi antar berbagai pemahaman tentang
konsep itu, dan contoh-contoh spesifiknya (Fiske & Taylor, 1991).
Kognisi Sosial
Skema dapat berupa skema tentang orang tertentu, peran sosial, atau diri sendiri; sikap
terhadap objek tertentu; stereotif tentang kelompok tertentu; atau persepsi tentang kejadian
umum.
Skema tentang kejadian yang sangat umum dinamakan script (Abelson, 1976).
Script adalah urutan standar dari suatu perilaku selama satu periode waktu tertentu.
Contohnya adalah urutan pesan makanan di restoran Cina. Semua orang duduk, dan
pelayan membawakan menu. Beberapa orang berbicara bersamaan, mengemukakan
makanan kesukaannya, sedangkan yang lainnya bingung memilih dan karenanya ikut
pilihan yang lainnya. Kemudian orang-orang itu menelusuri daftar menu, memilih sup apa
yang akan dipesan, berdiskusi daging apa yang akan di pesan (yang disukai semua orang)
dan makanan lainnya (seridaknya disukai oleh semua orang), dan akhirnya menunjukan
perwakilan
untuk
menyampaikan
semua
pesanan
kepada
pelayan.
Kita bisa membuat script yang sama untuk sederetan peristiwa, seperti
memandikan bayi, mengikuti ujian akhir, atau bermain basket. Esensi dari script adalah
konteks waktunya, aliran kausalnya (satu kejadian menimbulkan kejadian lain) dan
kesederhanaankoherensinya.Skema
dan
script
adalah
penting
karena
orang
yang dimasukkan ke dalam ingatan informasi yang menjadi focus atensi lebih mungkin
untuk disimoan dalam ingatan jangka panjang. Mengingat kembali informasi (retrieval)
informasi apa yang paling siap untuuk diingat secara umum, orang melaporkan informasi
yang konsisten dengan skema mereka, namun kenyataannya, informasi yang tidak
konsisten dengan skema juga dapat secara kuat muncul dalam ingatan.
A. Keuntungan Skema
1. Skema dan Pemrosesan Informasi.
Skema adalah penting karena membantu kita memproses banyak sekali informasi
secara cepat dan efisien. Skema mengefisienkan pemrosesan melalui beberapa cara. Skema
membantu kita mengingat menginterprestasikan informasi baru, menarik inferensi dari
info baru itu, dan mengevaluasi apakah kita menyepakati info itu atau tidak. Dan skema
membantu kita mempersiapkan diri dengan menata ekspetasi kita terhadapa apa yang
mungkin akan terjadi. Keuntungan pemrosesan skematis ini telah dibuktikan melalui
berbagai studi.
2. Skema membantu mengingat.
Memori sering bekerja baik ketika punya representasi skematis dari kajadian di
masa lalu atau orang, karena skema memberi kita banyak detail tentang itu semua (Hirt,
1990). Terkadang informasi yang bertentangan dengan skema diingat dengan lebih baik
ketimbang informasi yang konsisten dengan skema, khusunya ketika seseorang tidak
punya skema yang bagus. Orang yang tidak akrab dengan suatu skema dan berusaha untuk
mempelajarinya tampaknya bisa mengingat informasi yang tidak konsisten dengan skema
secara lebih baik (Ruble & Stangor, 1986).
3. Skema mempercepat pemroresan.
Ketika seseorang memiliki sebuah skema untuk orang atau situasi tertentu, akan
lebih mudah bagi mereka untuk memproses informasi yang relevan dengan skema
tersebut. Tetapi, skema tidak selalu mempercepat pemrosesan. Dalam beberapa kasus,
memilki skema yang baik justru memperlambat pemrosesan karena skema ini
menghasilkan lebih banyak informasi yang kompleks yang mesti diproses (Fiske & Taylor,
1991).
Kognisi Sosial
B. Kelemahan Skema
Skema juga memiliki kelemahan (segi negatif). Skema mempengaruhi apa yang kita
perhatikan, apa yang masuk dalam ingatan kita, dan apa yang kita ingat, sehingga terjadi
distorsi pada pemahaman kita terhadap dunia social.
Kognisi Sosial
2.4
Heuristic
Kejenuhan informasi (information overloaded) adalah suatu keadaan di mana
pengolahan informasi kita telah berada di luar kapasitas kemampuan yang sesungguhnya
sehingga menuntut system kognitif yang lebih besar daripada yang bisa diolah. Berbagai
strategi untuk melebarkan kapasitas kognitif harus memenuhi 2 persyaratan, yaitu: harus
menyediakan cara yang cepat dan sederhana untuk dapat mengolah informasi social dalam
jumlah yang banyak, dan harus dapat digunakanharus berhasil. Namun, yang paling
berguna adalah Heuristic, yaitu aturan sederhana untuk membuat keputusan kompleks
atau untuk menarik kesimpulan secara cepat dan seakan tanpa usaha yang berarti.
Heuristic ada 2 macam:
a. Heuristic keterwakilan (heuristic representativeness)
Heuristic keterwakilan yaitu sebuah strategi untuk membuat penilaian
berdasarkan pada sejauh mana stimuli atau peristiwa tersebut mempunyai kemiripan
dengan stimuli atau kategori yang lain.
Kognisi Sosial
tersebut.
Keterwakilan
heuristic,
karenanya,
membantu
seseorang
menentukan apakah orang atau kejadian tertentu adalah contoh dari skema tertentu.
Akan tetapi, metode identifikasi yang cepat ini kadang-kadang salah kerena seseorang
tidak mempertimbangkan informasi penting lainnya. Karenanya, dalam penggunaan
metode ini kemungkinan akan menghasilkan inferensi yang salah. Heuristic
representasi kadang juga menyebabkan kita mengkombinasikan informasi yang tidak
sama, karena informasi itu seolah-olah terlihat sama. Kekeliruan ini dinamakan
conjunction error (kesalahan konjungsi). itu merupakan kekeliruan karena orang
percaya bahwa kombinasi dua kejadian adalah lebih mungkin ketimbang masingmasing dari dua kejadian itu. Ini adalah kesalahan penalaran. (Gasvanski & RoskoEwoldsen,1991; Bar-Hillel & Neter, 1993).
b. Heuristic ketersediaan (availabilityheuristic)
Heuristic ketersediaan yaitu sebuah strategi untuk membuat keputusan
berdasarkan seberapa mudah suatu informasi yang spesifik dapat dimunculkan dalam
benak kita. Heuristic ini dapat mengarahkan kita untuk melebih-lebihkan kemungkinan
munculnya peristiwa dramatis, namun jarang, karena peristiwa itu mudah masuk ke
pikiran kita. Contoh: banyak orang merasa lebih takut tewas dalam kecelakaan pesawat
daripada kecelakaan di darat. Hal ini karena fakta bahwa kecelakaan pesawat jauh
lebih dramatis dan menyedot lebih banyak perhatian media.
Akibatnya, kecelakaan pesawat lebih mudah terpikir sehingga berpengaruh
lebih kuat dalam penilaian individu. Heuristic ini berhubungan dengan proses
pemaparan awal (priming) yaitu meningkatnya ketersediaan informasi sebagai hasil
dari sering hadirnya rangsangan atau peristiwa-peristiwa khusus. Pemaparan awal bisa
muncul bahkan ketika individu tidak sadar akan adanya rangsangan yang telah
dipaparkan sebelumnya disebut juga pemaparan awal otomatis.
Kognisi Sosial
2.5
10
2.6
aspek kognisi, dan kognisi juga berperan kuat pada perasaan dan suasana hati kita. Suasana
hati saat ini dapat secara kuat mempengaruhi reaksi kita terhadap rangsang yang baru
pertama kali kita temui. Contoh: ketika kita sedang bergembira dan berkenalan dengan
orang baru, penilaian kita terhadap orang tersebut pastinya lebih baik dibanding saat kita
berkenalan dengannya ketika kita bersedih.
Perasaan hati (moods) kita dapat mempengaruhi apa yang kita ingat melalui dua
mekanisme:
a. Pengaruh pada ingatan, ingatan yang bergantung pada suasana hati (mooddependent memory) yaitu apa yang kita ingat saat berada dalam suasana hati
tertentu, sebagian besar ditentukan oleh apa yang kita pelajari sebelumnya ketika
kita berada dalam suasana hati tersebut.
b. Efek kesesuaian suasana hati (mood-congruence effects) yaitu kecenderungan
untuk menyimpan atau mengingat informasi positif ketika berada dalam suasana
hati positif dan informasi negattif ketika berada dalam suasana hati yang negatif.
Perasaan hati kita juga berpengaruh pada aspek penting kognisi yang lain yaitu
kreativitas. Hasil dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa berada dalam mood
yang baik (happy mood) dapat meningkatkan kreativitas.
Kognisi Sosial
11
Mungkin karena dengan berada dalam mood yang baik dapat mengaktifkan
jangkauan ide dan asosiasi menjadi lebih luas daripada ketika berada dalam mood
yang negatif, dan kreativitas merupakan bagian dari penyatuan beberapa asosiasi ke
dalam bentuk atau pola yang baru (Estrada, Isen, & Young,1995). Afeksi juga
dapat mempengaruhi kognisi lewat pengaruhnya pada rencana-rencana dan tujuan
kita dalam situasi sosial yang lebih luas. Temuan terbaru oleh Forgas (1998)
menyebutkan bahwa negosiator yang berada dalam mood baik memiliki strategistrategi kooperatif yang lebih banyak dan memperoleh hasil yang lebih baik
daripada negosiator yang berada dalam mood buruk.
Penemuan terbaru mengindikasikan bahwa informasi yang membangkitkan
reaksi afeksi mungkin diproses secara berbeda daripada jenis informasi yang lain,
sebagai akibatnya, informasi ini hampir tidak mungkin untuk diabaikan atau
dikesampingkan (Edwards, Heindel, &Louis-Dreufus, 1996; Wegner & Gold,
1995).
Peneliti-peneliti
tersebut
beralasan
bahwa
emosi-informasi
yang
12
4. Aktivasi skema
5. Teknik kognisi mengontrol afek
6. Melakukan pemikiran konterfaktual peristiwa negatif yang tak dapat dihindari
7. Melakukan tindakan yang membuat kita merasa lebih baik sementara, walau
berakibat tidak baik di kemudian hari.
Kognisi Sosial
13
teraktivasi dengan kuat dapat sangat berpengaruh pada perasaan atau suasana hati
kita saat ini.
Selain itu, pikiran bisa mempengaruhi afeksi melibatkan usaha kita dalam
mengatur emosi kita. Contohnya, kemarahan yang kita rasakan bisa berkurang
ketika kita menerima permintaan maaf atau penjelasan mengapa orang lain berbuat
sesuatu yang memicu kemarahan kita itu (Ohbuci,Kameda, & Agari, 1989). Lebih
jauh lagi, kemarahan seringkali bisa dikurangi, atau bahkan dicegah dengan cara
lebih memikirkan hal lain daripada memikirkan sesuatu yang membuat kita
menjadi marah (Zillmann, 1993).
2.7
rangkaian hari, minggu, atau bulan. sebagian besar orang menghadapi situasi yang
menyebabkan mereka memiliki pengalaman emosi seperti gembira, marah, takut, sedih,
dan merasa bersalah. Namun pertanyaannya adalah : apakah faktor budaya berpengaruh
terhadap reaksi-reaksi emosi tersebut? Jawaban untuk pertanyaan tsb telah dinyatakan
oleh Scherer dan Walbot (1994) melalui sebuah penelitian skala besar.
Dalam penelitian ini hampir tiga ribu orang yang tinggal dalam tiga puluh tujuh
negara yang berbeda diminta untuk mengingat situasi yang menyebabkan mereka mengala
mi tujuh macam emosi : gembira, marah, takut, sedih, jijik, malu, dan merasa
bersalah. Kemudian penliti menanyakan beberapa pertanyaan tentang bagaimana mereka
menghadapi situasi-situasi tersebut. Dari penelitian mereka disimpulkan bahwa Kehidupan
di seluruh dunia dan dalam banyak budaya yang berbeda menyumbangkan berbagai
pengalaman dasar kehidupan sosial, tetapi reaksi dan interpretasi mereka terhadap banyak
peristiwa begitu beragam dan dipengaruhi oleh budaya khusus dalam kehidupan mereka.
Perbedaan budaya memberikan pengaruh pada penilaian seseorang terhadap pengalaman
emosional. Faktor yang memainkan peran dalam perbedaan ini yaitu urbanisasi dan faktor
kepercayaan/agama.
Kognisi Sosial
14
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Teori Kognitif Sosial memberikan sebuah penjelasan tentang bagaimana perilaku
bisa dibentuk melalui pengamatan pada model-model yang ditampilkan oleh media massa.
Efek dari pemodelan ini meningkat melalui pengamatan tentang imbalan dan hukuman
yang dijatuhkan pada model, melalui identifikasi dari khalayak pada model tersebut, dan
melalui sejauh mana khalayak memiliki efikasi diri tentang perilaku yang dicontohkan di
media. Meski berdasarkan bidang studi psikologi sosial, teori ini memeiliki efek yang kuat
untuk pemahaman tentang efek kekerasan melalui media baik untuk anak-anak maupun
orang dewasa dan juga pada perencanaan kampanye yang ditujukan untuk mengubah
perilaku masyarakat melalui media.
Selain itu, terdapat sumber-sumber yang berpotensi menimbulkan kesalahan dalam
kognisi sosial. Diantaranya : bias negativitas, yaitu kecenderungan memberikan perhatian
lebih pada informasi yang negative. Bias optimistic, yaitu suatu predisposisi untuk
mengharapkan agar segala sesuatu dapat berakhir baik, lalu kerugian yang mungkin terjadi
akibat terlalu banyak berpikir, pemikiran konterfaktual, pemikiran magis, dan menekan
pikiran.
Kognisi Sosial
15
DAFTAR PUSTAKA
Taylor,Anne&sears D. Psikologi Sosial (edisi kedua belas). 2009. Jakarta : Prenada Group.
Bandura, A. Psychological Review. 1977. Efficacy: Toward a unifying theory of behavior
change.
Bandura, A. Social Learning Theory. 1977. New Jersey: Prentise Hall
Baran,S.J & D.K. Davis. Mass Communication Theory: Foundations, Ferment, and
Future. 2nd edition.2000. Belmon, CA: Wadsworth
http://arihdyacaesar.wordpress.com/2010/01/13/resume-konsep-dasar-perilaku-sosialpersepsi-dan-kognisi-sosial/
Kognisi Sosial
16