Anda di halaman 1dari 14

Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman

menurut

keputusan

Menteri

Kesehatan

(Kepmenkes)

No.

829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai berikut:


1.

Lokasi

a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai,
aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa dan
sebagainya.
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA)
sampah atau bekas tambang
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran
seperti jalur pendaratan penerbangan.
2.

Kualitas Udara
Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas
beradun dan memenuhi syarat baik mutu lingkungan sebagai berikut:

a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi


b. Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3
c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm
d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari

3.

Kebisingan dan Getaran

a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A


b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik
4.

Kualitas Tanah di Daerah Perumahan dan Pemukiman

a. Kandungan timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg


b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
d. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1mg/kg
5.

Prasarana dan Sarana Lingkungan

a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan


konstruksi yang aman dari kecelakaan.
b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor
penyakit
c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak
mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan
kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman,
lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata.
d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas yang
memenuhi persyaratan kesehatan
e. Pengelolaan

pembuangan

tinja

dan

limbah

rumah

tangga

harus

memenuhi syarat kesehatan


f. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi,
tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian dan lain
sebagainya.
g. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya
h. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi
kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.

6.

Vektor Penyakit

a. Indeks lalat harus memenuhi syarat


b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%
7.

Penghijauan
Pepohonan

untuk

penghijauan

lingkungan

pemukiman

merupakan

pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian


alam.
Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut (PPM & PL, 2002) :
1.

Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan


dan

ruang

mengganggu.

gerak

yang

cukup,

terhindar

dari

kebisingan

yang

2.

Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup,


komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.

3.

Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni


rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah
tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak
berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan
yang cukup.

4.

Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang


timbul

karena

keadaan

luar

maupun

dalam

rumah,

antara

lain

persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh,


tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh
tergelincir.
Rumah yang sehat harus dapat mencegah dan mengurangi resiko
kecelakaan seperti terjatuh, keracunan dan kebakaran (APHA). Beberapa
aspek yang harus diperhatikan dalam kaitan dengan hal tersebut antara
lain :
1.

Membuat konstruksi rumah yang kokoh dan kuat

2.

Bahan rumah terbuat dari bahan tahan api

3.

Pertukaran udara dalam rumah baik sehingga terhindar dari bahaya


racun dan gas

4.

Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga bahaya jatuh dan
kecelakaan mekanis dapat terhindari.
2.2.1 Parameter Penilaian Rumah Sehat
Lingkup penilaian rumah sehat dilakukan terhadap kelompok komponen
rumah, sarana sanitasi dan perilaku penghuni, sebagai berikut :

1.

Kelompok komponen rumah, meliputi :

a.

Langit-langit

b.

Dinding

c.

Lantai

d.

Jendela kamar tidur

e.

Jendela ruang keluarga dan ruang tamu

f.

Ventilasi

g.

Sarana pembuangan asap dapur

h.

Pencahayaan

2.

Kelompok sarana sanitasi, meliputi :

a.

Sarana Air Bersih

b.

Sarana Pembuangan Kotoran

c.

Sarana Pembuangan Air Limbah

d.

Sarana Pembuangan Sampah

3.

Kelompok Perilaku Penghuni

a.

Membuka jendela kamar tidur

b.

Membuka jendela ruang keluarga

c.

Membersihkan rumah dan halaman

d.

Membuang tinja bayi dan balita ke jamban

e.

Membuang sampah pada tempat sampah


2.2.2 Cara Penilaian Rumah Sehat

1.

Penilaian rumah
Penilaian rumah perlu ditentukan nilai minimum yang memenuhi kriteria
sehat dan bobot pada kelompok komponen rumah, sarana sanitasi dan
perilaku penghuni.
Nilai minimum yang memenuhi kriteria sehat pada masing-masing
parameter adalah sebagai berikut :

a.

Nilai minimum dari kelompok komponen rumah adalah :

1)

Langit-langit

= 2

2)

Dinding

= 2

3)

Lantai

= 2

4)

Jendela kamar tidur

= 1

5)

Jendela ruang keluarga

= 1

6)

Ventilasi

7)

Sarana pembuangan asap dapur

= 2

8)

Pencahayaan

= 2

b.

Nilai minimum dari kelompok sarana sanitasi adalah :

= 1

1)

Sarana air bersih ( SGL/SPT/PP/KU/PAH)

2)

Jamban ( sarana pembuangan kotoran )

3)

Sarana pembuangan air limbah ( SPAL )

4)

Sarana pembuangan sampah

c.

Perilaku

= 3
= 2
= 2
= 2

Untuk perilaku tetap dikenakan nilai maksimum karena perilaku sangat


berperan untuk mencapai rumah sehat.
2.

Pemberian Nilai

a.

Komponen rumah

1)

Langit-langit
0

= Tidak ada

= Ada, kotor dan rawan kecelakaan

= Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan

2)

Dinding
1

= Bukan tembok ( terbuat dari anyaman bambu atau ilalang )

Semi permanen/setengah tembok/pasangan bata atau batu yang

tidak kedap air


3

= Permanen ( tembok, pasangan batu bata atau batu yang diplester),

papan kedap air.


3)

Lantai
0

= Tanah

Papan/anyaman bambu yang dekat dengan tanah/plesteran yang

retak/ berdebu
2
4)

= Diplester/ubin/keramik/papan/rumah panggung
Jendela kamar tidur

= Tidak ada

= Ada

5)

Jendela ruang keluarga


0

= Tidak ada

= Ada

6)

Ventilasi
0

= Tidak ada

= Ada, tetapi luasnya < 10% luas lantai

= Ada, luas ventilasi 10% luas lantai

7)

Sarana pembuangan asap dapur


0

= Tidak ada

= Ada, luas tabung ventilasi/asap dapur 10% dari luas lantai dapur

= Ada, dengan lubang ventilasi 10% luas lantai dapur ( asap keluar

dengan sempurna atau ada exhaust fan atau ada peralatan lain yang
sejenis )
8)

Pencahayaan
0

= Tidak terang, tidak bisa dipergunakan untuk membaca

= Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk membaca normal

Terang dan tidak silau sehingga dapa dipergunakan untuk

membaca dengan normal


b.

Sarana Sanitasi

1)

Sarana Air Bersih ( SGL/SPT/PP/KU )


0 = Tidak ada
1 = Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan
2 = Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan
3 = Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan
4 = Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan

2)

Jamban ( Sarana Pembuangan Kotoran )


0 = Tidak ada
1

Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke

sungai/kolam
2

Ada, bukan leher angsa ada tutup ( leher angsa ), disalurkan ke

sungai/kolam
3 = Ada, bukan leher angsa ada tutup, septic tank
4 = Ada, leher angsa, septic tank

3)

Sarana Pembuangan Air Limbah ( SPAL )


0 = Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah
1

Ada, diresapkan mencemati sumber air ( jarak dengan sumber air

< 10 m)
2 = Ada, dialirkan ke selokan terbuka
3

= Ada, diresapkan dan tidak mencemari sumber air ( jarak dengan

sumber air 10 m)
4

= Ada, dialirkan ke selokan tertutup ( saluran kota ) untuk diolah lebih

lanjut
4)

Sarana Pembuangan Sampah ( Tempat Sampah)


0 = Tidak ada
1 = Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup
2 = Ada, kedap air dan tidak tertutup
3 = Ada, kedap air dan bertutup

c.

Perilaku Penghuni

1)

Membuka jendela kamar tidur


0 = Tidak pernah dibuka
1 = Kadang-kadang
2 = Setiap hari dibuka

2)

Membuka jendela ruang keluarga


0 = Tidak pernah dibuka
1 = Kadang-kadang
2 = Setiap hari dibuka

3)

Membersihkan rumah dan halaman


0

= Tidak pernah

1 = Kadang-kadang
2
4)

= Setiap hari
Membuang tinja bayi dan balita ke jamban

0 = Dibuang ke sungai / kebun / kolam sembarangan


1 = Kadang-kadang dibuang ke jamban

2 = Setiap hari di buang ke jamban


5)

Membuang sampah pada tempat sampah


0 = Dibuang ke sungai / kebun / kolam sembarangan
1 = Kadang-kadang dibuang ke jamban
2 = Setiap hari di buang ke jamban
Untuk penjelasan selanjutnya dapat kami uraikan sebagai berikut:
Hasil Penilaian Rumah = Nilai x Bobot

Hasil penilaian rumah didapat :


1.

Rumah Sehat

= 1068 1200

2.

Rumah Tidak Sehat

= < 1068

3.

Pembobotan
Pembobotan terhadap kelompok rumah, kelompok sarana sanitasi dan
kelompok

perilaku

penghuni

berdasarkan

teori

Bloom,

dimana

diinterpretasikan terhadap :
a.

Lingkungan

= 45%

b.

Perilaku

= 35%

c.

Pelayanan Kesehatan

= 15%

d.

Keturunan

= 5%

Dalam hal rumah sehat prosentase Pelayanan Kesehatan dan Keturunan


diabaikan, sedangkan untuk penilaian Lingkungan dan Perilaku dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Pemberian bobot penilaian rumah diberikan pada masing-masing indikator
:
a.

Bobot komponen rumah

= 31 (25/80 x 100% = 31,25)

b.

Bobot Sarana Sanitasi

= 25 (20/80 x 100% = 25)

c.

Bobot Perilaku Penghuni

2.3

= 44 (35/80 x 100% = 43,75)

Komponen Rumah Sehat


Komponen rumah sehat meliputi:

1.

Langit-langit

Di bawah kerangka atap atau kuda-kuda biasanya dipasang penutup yang


disebut langit-langit yang tujuannya antara lain
a.

untuk menutup seluruh konstruksi atap dan kuda-kuda penyangga, agar


tidak terlihat dari bawah, sehingga ruangan terlihat rapi dan bersih

b.

untuk menahan debu yang jatuh dan kotoran yang lain juga menahan
tetesan air hujan yang menembus melalui celah-celah atap

c.

untuk membuat ruangan antara yang berguna sebagai penyekat


sehingga panas atas tidak mudah menjalar kedalam ruangan dibawahnya.
Adapun persyaratan untuk langit-langit yang baik adalah :

a.

langit-langit harus dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari
atap,

b.

langit-langit harus menutup rata kerangka atap kuda-kuda penyangga


dengan konstruksi bebas tikus

c.

tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,40 dari permukaan lantai


kecuali,

d.

dalam

hal

langit-langit/kasau-kasaunya

miring

sekurang-kurangnya

mempunyai tinggi rumah 2,40 m dan tinggi ruang selebihnya pada titik
terendah titik kurang dari 1,75 m, dan
e.

ruang cuci dan ruang kamar mandi diperbolehkan sekurang-kurangnya


sampai 2,40 m.

2.

Dinding
Adapun syarat-syarat untuk dinding antara lain :

a.

Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat sendiri, beban
tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul harus pula dapat memikul
beban diatasnya,

b.

Dinding harus terpisah dari pondasi oleh suatu lapisan air rapat air
sekurang-kurangnya 15 cm dibawah permukaan tanah sampai 20 cm di
atas lantai bangunan, agar air tanah tidak dapat meresap naik keatas,
sehingga dinding tembok terhindar dari basah dan lembab dan tampak
bersih tidak berlumut, dan

c.

Lubang jendela dan pintu pada dinding, bila lebarnya kurang dari 1 m
dapat diberi susunan batu tersusun tegak di atas batu, batu tersusun

tegak di atas lubang harus di pasang balok lantai dari beton bertulang
atau kayu awet.
Untuk

memperkuat

berdirinya

tembok

bata

digunakan

rangka

pengkaku yang terdiri dari plester-plester atau balok beton bertulang


setiap luas 12 meter.
3.

Lantai
Lantai harus cukup kuat untuk menahan beban diatasnya. Bahan untuk
lantai biasanya digunakan ubin, kayu plesteran, atau bambu dengan
syarat-syarat tidak licin, stabil tidak lentur waktu diinjak, tidak mudah aus,
permukaan lantai harus rata dan mudah dibersihkan. Macam-macam
lantai :

a.

Lantai tanah stabilitas.


Lantai tanah stabilitas terdiri dari tanah, pasir, semen, dan kapur. Contoh :
tanah tercampur kapur dan semen. Untuk mencegah masuknya air
kedalam rumah sebaiknya lantai dinaikkan 20 cm dari permukaan tanah

b.

Lantai papan
Pada umumnya lantai papan dipakai di daerah basah/rawa. Yang perlu
diperhatikan dalam pemasangan lantai adalah :

1)

Sekurang-kurangnya 60 cm di atas tanah dan ruang bawah tanah harus


ada aliran tanah yang baik.

2)

Lantai harus disusun dengan rapid an rapat satu sama lain, sehingga
tidak ada lubang-lubang ataupun lekukan dimana debu bisa bertepuk.
Lebih baik jika lantai seperti ini dilapisi dengan perlak atau kampal plastik
ini juga berfungsi sebagai penahan kelembaban yang naik dari di kolong
rumah.

3)

Untuk kayu-kayu yang tertanam dalam air harus yang tahan air dan
rayap serta untuk konstruksi di atasnya agar lantai kayu yang telah
dikeringkan dan diawetkan.

c.

Lantai ubin
Lantai ubin adalah lantai yang terbanyak digunakan pada bangunan
perumahan

karena

lantai

ubin

murah/tahan

dibersihkan dan tidak dapat mudah dirusak rayap.

lama,

dapat

mudah

4.

Jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu


Jendela dibuka pada siang hari agar cahaya matahari dapat masuk dan
udara dapat berputar sehingga akan memperkecil resiko penularan
penyakit infeksi. Untuk memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi
hari secara optimal sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ke timur.
Luas jendela yang baik paling sedikit mempunyai luas 10-20% dari luas
lantai. Apabila luas jendela melebihi 20% dapat menimbulkan kesilauan
dan panas, sedangkan sebaliknya kalau terlalu kecil dapat menimbulkan
suasana gelap dan pengap.
Dalam ruang kediaman, sekurang-kurangnya terdapat satu atau lebih
banyak jendela/lubang yang langsung berhubungan dengan udara dan
bebas dari rintangan-rintangan, jumlah luas bersih jendela/lubang itu
harus sekurang-kurangya sama 1/10 dari luas lantai ruangan, dan
setengah dari jumlah luas jendela/lubang itu harus dapat dibuka.
Jendela/lubang angin itu harus meluas kearah atas sampai setinggi
minimal 1,95 di atas permukaan lantai. Diberi lubang hawa atau saluran
angin pada ban atau dekat permukaan langit-langit ( ceiling ) yang luas
bersihnya sekurang-kurangnya 5% dari luas lantai yang bersangkutan.
Pemberian lubang hawa/saluran angin dekat dengan langit-langit beguna
sekali untuk mengeluarkan udara panas dibagian atas dalam ruangan.
Ketentuan luas jendela/lubang angin tersebut hanya sebagai pedoman
yang umum dan untuk daerah tertentu hanya sebagai pedoman yang
umum dan untuk daerah tertentu, harus disesuaikan dengan keadaan
iklim daerah tersebut. Untuk daerah pegunungan yang berhawa dingin
dan banyak angin, maka luas jendela/lubang angin dapat dikurangi
sampai dengan 1/20 dari luas ruangan. Sedangkan untuk daerah pantai
laut dan daerah rendah yang berhawa panas dan basah, maka jumlah luas
bersih jendela, lubang angin harus diperbesar dan dapat mencapai 1/5
dari luas lantai ruangan.

5.

Ventilasi

Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar kedalam suatu ruangan


dan pengeluaran udara kotoran suatu ruangan tertutup baik alamiah
maupun

secara

buatan.

Ventilasi

harus

lancar

diperlukan

untuk

menghindari pengaruh buruk yang dapat merugikan kesehatan manusia


pada suatu ruangan kediaman yang tertutup atau kurang ventilasi.
Pengaruh-pengaruh buruk itu adalah ( Sanropie, 1989 ) :
a.

Berkurangnya kadar oksigen diudara dalam ruangan kediaman,

b.

Bertambahnya kadar asam karbon ( CO2 ) dari pernafasan manusia,

c.

Bau pengap yang dikeluarkan oleh kulit, pakaian dan mulut manusia

d.

Suhu udara dalam ruang ketajaman naik karena panas yang dikeluarkan
oleh badan manusia dan

e.

Kelembaban

udara

dalam

ruang

kediaman

bertambah

karena

penguapan air dan kulit pernafasan manusia.


Dengan adanya ventilasi silang ( cross ventilation ) akan terjamin adanya
gerak udara yang lancar dalam ruang kediaman. Caranya ialah dengan
memasukkan kedalam ruangan udara yang bersih dan segar melalui
jendela atau lubang angin di dinding, sedangkan udara kotor dikeluarkan
melalui jendela/lubang angin di dinding yang berhadapan. Tetapi gerak
udara ini harus dijaga jangan sampai terlalu besar dan keras karena gerak
angina atau udara angin yang berlebihan meniup badan seseorang, akan
mengakibatkan

penurunan

suhu

badan

secara

mendadak

dan

menyebabkan jaringan selaput lendir kan berkurang sehingga mengurangi


daya tahan pada jaringan dan memberikan kesempatan kepada bakteribakteri

penyakit

berkembang

biak,

dan

selanjutnya

menyebabkan

gangguan kesehatan, yang antara lain : masuk angin, pilek atau kompilasi
radang saluran pernafasan. Gejala ini terutama terjadi pada orang yang
peka terhadap udara dingin. Untuk menghindari akibat buruk ini, maka
jendela atau lubang ventilasi jangan terlalu besar/banyak, tetapi jangan
pula terlalu sedikit.
Jika ventilasi alamiah untuk pertukaran udara dalam ruangan kurang
memenuhi syarat, sehingga udara dalam ruangankyrang memenuhi
syarat, sehingga udara dalam ruangan akan berbau pengap, maka
diperlukan suatu sistem pembaharuan mekanis. Untuk memperbaiki

keadaan ruang dalam ruangan, system mekanis ini harus bekerja terus
menerus selama ruangan yang dimaksud digunakan. Alat mekanis yang
biasa digunakan/dipakai untuk sistem pembaharuan udara mekanis
adalah kipas angin ( ventilating, fan atau exhauster ), atau air
conditioning.
6.

Sarana pembuangan asap dapur


Harus memiliki tempat pembuangan asap dapur seperti cerobong asap
atau terdapat ventilasi yang sesuai untuk penyaluran asap pada saat
memasak di dapur.

7.

Pencahayaan
Sanropie ( 1989 ) menyatakan bahwa cahaya yang cukup kuat untuk
penerangan di dalam rumah merupakan kebutuhan manusia. Penerangan
ini dapat diperoleh dengan pengaturan cahay buatan dan cahaya alam.

a.

Pencahayaan alamiah
Pencahayaan alamiah diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke
dalam ruanagn melalui jendela celah-celah atau bagian ruangan yang
terbuka. Sinar sebaiknya tidak terhalang oleh bangunan, pohon-pohon
maupun tembok pagar yang tinggi. Kebutuhan standar cahaya lami yang
memenuhi syarat kesehatan untuk kamar keluarga dan kamar tidur
menurut WHO 60-120 Lux. Suatu cara untuk menilai baik tau tidaknya
penerangan alam yang terdapat dalam rumah, adalah sebagai berikut :

1)

baik, bila jelas membaca koran dengan huruf kecil;

2)

cukup, bila samar-samar bila membac huruf kecil ;

3)

kurang, bila hanya huruf besar yang terbaca dan

4)

buruk, bila sukar membaca huruf besar.


Pemenuhan

kebutuhan

cahaya

untuk

penerangan

alamiah

sangat

ditentukan oleh letak dan lebar jendela.


b.

Pencahayaan buatan
Untuk penerangan pada rumah tinggal dapat diatur dengan memilih
sistem penerangan dengan suatu pertimbangan hendaknya penerangan
tersebut dapat menumbuhkan suasana rumah yang lebih menyenangkan.

Lampu Flouresen ( neon ) sebagai sumber cahaya dapat memenuhi


kebutuhan penerangan karena pada kuat penerangan yang relative
rendah mampu menghasilkan cahaya yang bila dibandingkan dengan
penggunaan lampu pijar. Bila ingin menggunakan lampu pijar sebaiknya
dipilih yang warna putih dengan dikombinasikan beberapa lampu neon.
Untuk penerangan malam hari dala ruangan terutama untuk ruang baca
dan ruang kerja, penerangan minimum adalah 150 Lux sama dengan 10
watt lampu TL, atau 40 watt dengan lampu pijar.

Anda mungkin juga menyukai