Anda di halaman 1dari 2

Bagaimana Menyikapi Tes IQ

Tes yang kita lakukan hasilnya tidak mutlak benar 100%. Ada angka-angka kemungkinan
kesalahan prediksi walaupun itu kecil. Jika anak-anak mendapatkan skor yang rendah tidak perlu
minder atau berkecil hati karena keberhasilan seseorang tidak mutlak ditentukan oleh tingginya
angka kecerdasan kita, tetapi juga banyak dipengaruhi oleh faktor yang lain seperti usaha, kerja
keras, ketabahan, ketelatenan dan juga doa.
Sedangkan tes IQ adalah untuk sekedar memberi gambaran/potret diri kita yang selanjutnya akan
kita tindak lanjuti dengan cara yang tepat. Jika kemampuan yang kita miliki masih tergolong
rendah tentu tidak cukup belajar hanya sesekali saja tetepi kita perlu mengulang kembali apa
yang kita pelajari sebelumnya agar hasil yang didapatkan lebih maksimal. Demikian pula jika
hasil tes ataupun kemampuan yang kita miliki tinggi, apabila tidak diasah secara maksimal
niscaya tidak akan berguna dan bermanfaat.

Menyikapi Hasil Tes IQ Pada Anak


Seperti yang telah diuraikan di atas, tes IQ pada anak dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
inteligensi atau kecerdasannya. Ketika kita mengetahui kecerdasan anak pada tingkat rata-rata
atau bahkan pada tingkat lebih, tentu saja hal ini menjadi hal yang membahagiakan. Orang tua
dapat lebih memotivasi anak untuk memaksimalkan kecerdasan yang dimilikinya untuk
mendapatkan prestasi yang terbaik. Namun, apabila skor tes IQ rendah, maka orang tua
janganlah bersedih terlebih dahulu. Orang tua lebih baik bersikap bijaksana dalam menyikapi hal
ini. Hal ini disebabkan bahwa skor IQ bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi
keberhasilan belajar anak, apalagi penentu kesuksesan masa depan anak. Walaupun dapat
memprediksi prestasi akademik anak, tes ini mempunyai keterbasan-keterbatasan. Keterbasanketerbatasan tersebut diungkapkan Drs. Saifuddin Azwar dalam bukunya Psikologi Inteligensi,
diantaranya sebagai berikut:

Bahwa tes atau pengukuran inteligensi tidak luput dari kemungkinan kesalahan. Di sinilah
pentingnya pengujian realibilitas dan validitas bagi tes yang akan digunakan untuk kepentingan
umum. Walaupun semua tes inteligensi yang digunakan secara profesional di berbagai bidang
jasa psikologi dan pendidikan telah menjalani pengujian realibilitas dan validitas termaksud,
namun hasil tes inteligensi tetap harus ditafsirkan dan digunakan dengan hati-hati.
IQ yang diperoleh seseorang dari tes inteligensi pada suatu waktu tidaklah menjadi label yang
selalu melekat bagi dirinya. Kondisi fisik dan psikologis individu sewaktu dikenai tes akan
banyak berpengaruh pada hasil tesnya.
Prestasi yang tinggi tidak hanya tergantung pada IQ yang tinggi, tetapi masih tergantung juga
pada faktor-faktor lain semisal motivasi belajar dan faktor peluang.

Hasil tes inteligensi yang tinggi sebenarnya tidak menjanjikan apa-apa selama tidak ditopang
oleh faktor-faktor lain yang kondusif. Sebaliknya, hasil pengukuran inteligensi yang tidak begitu
tinggipun tidak dapat dianggap sebagai vonis yang mematikan harapan dan usaha untuk
berprestasi.
Untuk pendidik atau guru, John W. Santrock (2010) dalam Piskologi Pendidikan, memberikan
beberapa peringatan kepada guru agar menghindari penggunaan informasi tentang inteligensi
secara negatif, sebagai berikut:
Jauhi pandangan stereotip dan perkiraan negatif tentang murid berdasarkan skor IQ. Seringkali
generalisasi dibuat berdasarkan skor IQ. Bayangkan misalnya Anda berada di ruang guru pada
hari kedua masuk sekolah pada musim hujan. Anda menyebut salah satu murid Anda, dan guru
lainnya mengatakan bahwa dia pernah mengajarnya tahun lalu. Guru itu mengatakan bahwa anak
itu sangat bodoh dan nilai tes IQnya 83. Seberapa sulitkan mengabaikan perintah ini saat Anda
akan mengajar di kelas? Mungkin sangat sulit. Tetapi, penting untuk disadari bahwa Anda jangan
menganggap bahwa karena skor IQnya rendah maka Anda akan bertindak sia-sia jika
menghabiskan waktu untuk mengajari murid tersebut. Tes IQ harus selalu dianggap sebagai
ukuran kinerja saat tes dilakukan, tes IQ bukan mengukur potensi tetap. Perubahan kedewasaan
dan pengalaman yang makin banyak dapat menaikkan kecerdasan si murid.
Jangan gunakan tes IQ sebagai ukuran utama atau ukuran satu-satunya untuk kompetensi. IQ
tinggi bukan puncak nilai kemannusiaan. Penting bagi guru untuk tidak hanya
mempertimbangkan kompetensi intelektual murid di area seperti keahlian verbal, tetapi juga
harus mempertimbangkan kemampuan kreatif dan praktisnya.
Berhati-hatilah dalam menginterpretasikan makna dari seluruh nilai IQ. Lebih baik menganggap
inteligensi sebagai sesuatu yang terdiri dari banyak domain. Penting untuk mempertimbangkan
kelebihan dan kekurangan murid di beragam area inteligensi yang berbeda. Tes inteligensi seperti
skala Wechsler dapat memberikan informasi tentang kekuatan dan kelemahan itu.
(Santrock,2010, hal 138)
Dari uraian ini kita dapat mengetahui bahwa tes IQ bukanlah segala-galanya. Semua pihak
sebaiknya mampu bersikap bijak dalam menyikapi dan menginterpretasikan tes IQ. Tes IQ
hanyalah salah satu sarana dari berbagai sarana yang ada untuk meraih keberhasilan pendidikan
apalagi kesuksesan di masa depan.

Anda mungkin juga menyukai