Perencanaan Distribusi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 27

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

Modul 12
PERENCANAAN DISTRIBUSI DAN GARDU INDUK

Dosen :
Muhamar Kadaffi,MT

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2011

Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

BAB I
PENDAHULUAN

Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem


distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik
besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen, seperti dijelaskan pada artikel
sebelumnya di sini. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah :
1. Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan)
2. Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
pelanggan, karena catu dayapada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani
langsung melalui jaringan distribusi.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan tegangan
dari 11 kV sampai 24 kVdinaikan tegangannya oleh gardu induk dengan
transformator penaik tegangan menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV
kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan menaikkan tegangan
ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi, dimana
dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang
mengalir (I kwadrat R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya
diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga
akan kecil pula.
Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan
transformator penurun teganganpada gardu induk distribusi, kemudian dengan
sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran
distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi
mengambiltegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi
menjadi sistem tegangan rendah, yaitu220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh

Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini jelas bahwa


sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik
secara keseluruhan.
Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan setinggi
mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan yang sangat
tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi antara lain:
berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga perlengkapan-perlengkapannya,
selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi
beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang tinggi ini
diturunkan kembali dengan menggunakan trafo-trafo step-down. Akibatnya, bila
ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban,
terdapat bagian-bagian saluran yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda.
Perencanaan sistem distribusi energi listrik merupakan bagian yang esensial
dalam mengatasi pertumbuhan kebutuhan energi listrik yang cukup pesat.
Perencanaan diperlukan sebab berkaitan dengan tujuan pengembangan sistem
distribusi yang harus memenuhi beberapa kriteria teknis dan ekonomis.
Perencanaan sistem distribusi ini harus dilakukan secara sistemik dengan
pendekatan yang didasarkan pada peramalan beban untuk memperoleh suatu
pola pelayanan yang optimal. Perencanaan yang sistemik tersebut akan
memberikan sejumlah proposal alternatif yang dapat mengkaji akibatnya yang
secara langsung berhubungan dengan aspek keandalan dan ekonomis.
Tujuan umum perencanaan sistem distribusi ini adalah untuk mendapatkan
suatu fleksibilitas pelayanan optimum yang mampu dengan cepat
mengantisipasi pertumbuhan kebutuhan energi elektrik dan kerapatan beban
yang harus dilayani. Adapun faktor-faktor lain yang dapat menjadi input
Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

terkait dalam perencanaan sistem distribusi ini antara lain adalah pola
penggunaan lahan pada regional tertentu, faktor ekologi dan faktor geografi.
Perencanaan sistem distribusi ini harus mampu memberikan gambaran
besarnya beban pada lokasi geografis tertentu, sehingga dapat ditentukan
dengan baik letak dan kapasitas gardu-gardu distribusi yang akan melayani
areal beban tersebut dengan mempertimbangkan minimisasi susut energi dan
investasi konstruksi, tanpa mengurangi kriteria, teknis yang diperlukan.
Perencanaan sistem distribusi ini dapat dilakukan dalam perioda jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Perencanaan jangka panjang
harus selalu diaktualisasi dan dikoordinasikan dengan perencanaan jangka
menengah dan dikoreksi oleh perkembangan jaringan distribusi kondisi
eksisting. Efektifitas perencanaan sistem distribusi ini makin diperlukan bula
dikaitkan dengan makin tingginya investasi terhadap energi, peralatan dan
tenaga kerja. Di samping itu perencanaan yang baik akan memberikan
kontribusi besar terhadap pengembangan sistem distribusi. Kondisi ini
disebabkan pada kenyataan sistem distribusi merupakan ujung tombak dari
pelayanan energi listrik karena langsung berhubungan dengan konsumen
sehingga adanya gangguan pada sisi distribusi akan berakibat langsung pada
konsumen. Sedangkan adanya gangguan pada sisi transmisi ataupun sisi
pembangkit belum tentu menyebabkan terjadinya proses interupsi disisi
konsumen.
Perencanaan sistem distribusi dimulai dari sisi konsumen. Pola
kebutuhan, tipe dan faktor beban dan karakteristik beban yang dilayani akan
menentukan tipe sistem distribusi yang akan dipakai. Kelompok-kelompok

Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

beban tersebut akan dilayani oleh jaringan sekunder. Sekelompok jaringan


sekunder ini akan dilayani oleh trafo-trafo distribusi yang selanjutnya
sejumlah trafo ini akan memberikan gambaran pembebanan pada jaringan
primer. Jaringan distribusi ini akan mendapat masukan energi dari trafo-trafo
gardu induk. Sistem beban pada jaringan distribusi ini akan menentukan pula
lintasan dan kapasitas saluran distribusi. Dengan demikian setiap langkah
proses perencanaan sistem distribusi merupakan input bagi langkah proses
berikutnya.

BAB II
PERENCANAAN JARINGAN DISTRIBUSI

2.1 Faktor-Faktor Dasar Perencanaan Distribusi


2.1.1 Peramalan beban
Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

Perencanaan sistem distribusi memerlukan prakiraan (forecasting) beban


masa depan. Kualitas dan akurasi perencanaan sistem tergantung pada kualitas dan
akurasi data dan prakiraan beban. Dalam perencanaan sistem distribusi meliputi
penentuan ukuran, lokasi dan perubahan waktu masa depan, seperti sejumlah
komponen-komponen sistem (substation, saluran, penyulang, dan sebagainya).
Lokasi geografis beban-beban dianalisa menggunakan pendekatan area yang kecil
(small area), yang mana dibagi daerah pelayanan utilitas ke dalam sejumlah area
kecil dan prakiraan beban pada setiap salah satunya, oleh sebab itu akan dapat
ditentuan dimana dan berapa banyak yang akan dikembangkan. Ada dua metode
untuk membagi sistem ke dalam area kecil , yaitu :
a) Melaksanakan prakiraan dalam perihal penyulang, substation, atau wilayah
(zone) ditetapkan oleh komponen-komponen distribusi.
b) Melaksanakan prakiraan dalam perihal grid seragam (uniform grid), berbasis
pada pemetaan sistem koordinasi.
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Metodologi berbasis grid
(b) memerlukan pertimbangan data input, tidak hanya historis rekaman beban
dalam setiap blok grid, tetapi juga ekonomi, sosial, demografis dan penggunakan
informasi pertanahan, untuk memperoleh hasil yang akurat. Untuk kebanyakan
utilitas, adalah sulit untuk memperoleh data-data yang lengkap tersebut di atas.
Prakiraan distribusi beban dengan menggunakan metode (a) di atas hanya
diperlukan data historis beban beberapa tahun, yang mana dengan mudah didapat
pada setiap utilitas. Batas pertambahan atau pengurangan beban akan dievaluasi
dengan memperhatikan terhadap elemen-elemen penting lainnya, seperti termasuk
pertanahan, air, seperti faktor-faktor ekonomi dan sosial, bahwa akan memberi

Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

pengaruh yang kuat pada kecendrungan prakiraan beban. Pada gambar 2.1
memberikan gambaran faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam proses
peramalan beban. Seperti yang diharapkan, pertumbuhan beban mempunyai
korelasi yang kuat dengan aspek pengembangan komunitas dan pengembangan
lahan. Sedangkan output peramalan beban tersebut dapat berupa kerapatan beban
yang dinyatakan dalam dalam KVA per satuan luas layanan sistem distribusi energi
listrik untuk skala jangka panjang. Dan bila peramalan dilakukan dalam skala
jangka pendek maka diperoleh output lebih detail dan dinyatakan dengan besaran
kerapatan beban KVA per satuan luas layanan yang diasosiasikan dengan koordinat
grid atau luasan yang diminati. Penggunaan sistem grid dengan koordinatkoordinatnya merupakan suatu metoda yang banyak digunakan baik pada proses
peramalan beban jangka pendek. Dengan berdasar pada besarnya kerapatan beban
pada masing-masing grid tersebut dapat ditentukan pula pola dan lintasan jaringan
distribusi serta area layanan masing-masing trafo distribusi.

Gambar 2.1 Faktor - faktor yang mempengaruhi peramalan beban

2.1.2 Pengembangan Gardu


Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

Seperti halnya dengan peramalan beban, maka pengembangan gardu juga


dipengaruhi oleh beberapa faktor dasar dominan. Kondisi eksisting jaringan
distribusi serta konfigurasinya merupakan faktor yang mendampingi pertumbuhan
beban, kerapatan beban dalam proses penentuan pengembangan gardu atau
melakukan konstruki gardu baru. Faktor - faktor dasar tersebut tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut ini :

Gambar 2.2 Faktor faktor yang mempengaruhi pengembangan gardu

2.1.3 Pemilihan Letak Gardu


Letak gardu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jarak dari pusat beban,
jarak dari jaringan sub-transmisi yang ada dan adanya batasan - batasan seperti
tersedianya lahan, investasi yang harus digunakan, dan aturan penggunaan lahan.
Lokasi ideal gardu mengikuti pandangan - pandangan sebagai berikut :
a. Lokasi gardu tersebut sebanyak mungkin melingkupi sejumlah beban.
b. Dapat memberikan level tegangan yang baik.
c. Mampu memberikan akses yang baik untuk incoming saluran sub transmisi dan
outgoing penyulang primer.
Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

d. Mempunyai ruang yang cukup untuk pengembangan.


e. Tidak bertentangan dengan aturan tata guna lahan.
f. Dapat meminimisasi jumlah konsumen yang terpengaruh terhadap adanya
gangguan.
g. Kemudahan instalasi.
Di samping faktor - faktor yang mempengaruhi pemilihan letak gardu tersebut,
terdapat juga proses pentahapan yang dilakukan dalam rangka pemilihan lokasi
gardu. Proses pemilihan tersebut diberikan dalam gambar 3 dan 4. Seleksi awal
terhadap lokasi gardu tersebut didasarkan pada aspek safety, engineering, sistem
perencanaan, institusional, ekonomi dan faktor estetika.

Gambar 2.3 Prosedur Pemilihan Gardu

Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

Gambar 2.4 Faktor faktor yang mempengaruhi lokasi gardu

2.1.4 Pemilihan Level Tegangan Penyulang Primer


Faktor - faktor dasar dalam menentukan level tegangan pada penyulang
primer diberikan sebagai berikut :

Gambar 2.5 Faktor - faktor yang mempengaruhi pemilihan level tegangan

2.1.5 Pembebanan Penyulang Primer


Pembebanan penyulang primer adalah pembebanan penyulang tersebut pada
kondisi beban puncak dan di ukur di sisi gardu. Faktor - faktor yang mempengaruhi
disain pembebanan penyulang tersebut antara lain :
a. Rapat beban penyulang

Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

b. Pola bembebanan
c. Laju pertumbuhan beban
d. Keperluan reverse capacity kondisi darurat
e. Kontinuitas pelayanan
f. Kualitas pelayanan
g. Keandalan pelayanan
h. Level tegangan pada penyulang primer
i. Tipe dan biaya konstruksi
j. Lokasi dan kapasitas gardu distribusi
k. Guna pengaturan tegangan.
Sedangkan faktor - faktor yang mempengaruhi pemilihan lintasan jaringan
primer tersebut diberikan dalam gambar berikut ini :

Gambar 2.6 Faktor faktor yang mempengaruhi lintasan penyulang primer

Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

10

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

Gambar 2.7 Faktor - faktor yang mempengaruhi jumlah penyulang keluar

Gambar 2.8 Faktor - faktor yang mempengaruhi pemilihan ukuran konduktor

2.1.6 Faktor-Faktor Investasi


Secara umum, sistem distribusi didisain dengan berdasar pada minimisasi
biaya investasi tapi teknis sistem distribusi tersebut masih dipenuhi. Adapun faktor
investasi yang mempengaruhi pengembangan sistem distribusi diberikan pada
gambar berikut ini.

Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

11

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

Gambar 2.9 Faktor - faktor yang mempengaruhi investasi pengembangan sistem


distribusi

2.2 Model Perencanaan Sistem Distribusi


Secara umum, perencanaan sistem distribusi melibatkan beberapa faktor
penting pada masing - masing sub problem perencanaan distribusi tersebut. Maka
perencanaan sistem distribusi berkaitan dengan sejumlah variabel dan persamaan
matematis serta sejumlah kriteria pembatas.
Model matematis yang berkembang saat ini adalah :
a. Lokasi gardu optimum
b. Model pengembangan gardu
c. Model penentuan kapasitas optimum trafo
d. Model optimisasi transfer beban antara gardu dengan pusat beban
e. Model optimisasi ukuran dan lintasan penyulang untuk mensupply beban.
Semua model yang berkembang tersebut mempunyai fungsi untuk meminimisasi
investasi. Adapun metoda matematis yang mendukung model tersebut adalah :
a. Metoda dekomposisi yang mampu memilah problem besar menjadi sub problem
dan masing - masing sub problem dicari solusinya secara tersendiri.
b. Metoda programa linear dan integer yang mampu melinearisasi faktor - faktor
pembatas.
c. Metoda programa dinamik.
Masing - masing metoda dilakukan dalam proses perencanaan tersebut
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Khusus pada perencanaan jangka panjang,
sejumlah variabel yang dimasukan dan hal ini akan memberikan sejumlah alternatif

Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

12

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

pengembangan sistem distribusi yang layak dan setelah itu akan dilakukan
pemilihan sistem distribusi yang optimum.Gambaran proses perencanaan sistem
distribusi diberikan pada diagram alir pada gambar 2.10 dibawah ini.

Gambar 2.10 Diagram alir proses perencanaan sistem distribusi

2.3 Prosedur Pemasangan Jaringan Distribusi


Prosedur pengerjaan pemasangan jaringan distribusi itu terdiri dari
prosedur yaitu:
1. Survey.

Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

13

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

beberapa

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

Kegiatan pengumpulan data dan pemetaan wilayah, termasuk kondisi topografi


rute jaringan, posisi bangunan, jumlah bangunan, serta kemungkinan pelebaran
jalan atau perombakan bangunan.

2. Sticking.
Kegiatan menentukan titik tiang, span, angle pole, guy wire, overhead pole,
lokasi anchor, penomoran tiang, kondisi tanah tempat berdirinya tiang,
penentuan pondasi tiang, dan lokasi transformator.
3. Structure Data Sheet.
Kegiatan pembuatan peta wilayah pembangunan

jaringan distribusi

berdasarkan data yang diperoleh dari hasil survey.


4. Resticking.
Kegiatan pengecekkan kembali lokasi tiang yang telah direncanakan
sebelumnya.
5. Pole Setting.
Kegiatan mendirikan tiang penyangga jaringan berdasarkan peta lokasi tiang
yang telah ditetapkan dari hasil resticking.
6. Framing.
Kegiatan pemasangan peralatan jaringan pada tiang penyangga jaringan,
seperti pemasangan cross-arm (traves), isolator, guy wire (kawat tarikan), dan
peralatan lainnya seperti pole bracket, band steel pole, dan klem begel travers.
7. Anchor Setting.

Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

14

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

Merupakan kegiatan pemasangan anchor (angkor), khususnya untuk tiang


sudut, tiang overhead, tiang akhir, dan tiang awal.
8. Grounding.
Merupakan kegiatan pemasangan kawat ground, klem jepit, dan elektroda
batang.

9. Insulator Setting.
Merupakan kegiatan pemasangan isolator.
10. Stringing Setting.
Merupakan kegiatan penarikan kawat penghantar dan mengecek lebar
andongan kawat penghantar tersebut.
11. Transformer Setting.
Merupakan kegiatan pemasangan transformator step down, lemari bagi
tegangan rendah, fuse cut-out, arrester, grounding dan kelengkapan lainnya.
12. Painting.
Kegiatan pengecatan tiang. Merupakan kegiatan pengecatan tiang khususnya
tiang baja.
13. Trimming.
Merupakan kegiatan pemotongan pohon disekitar tiang jaringan dan kawat
jaringan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.
14. Repairing And Clean Up.

Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

15

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

Merupakan kegiatan perbaikan jika terjadi pemasangan yang tidak sesuai


dengan ketentuan, dan memperindah tiang dengan memasang tanda
penghalang panjat (pada SUTM) dan pemberian nomor tiang.
15. Final Check.
Merupakan kegiatan pengecekan tahap akhir sebelum jaringan tersebut
dialiri arus listrik. Jadi dalam pekerjaan pemasangan jaringan distribusi,
secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu:
- Perencanaan jaringan distribusi
- Pemasangan jaringan distribusi sesuai perencanaan.
- Pengecekan kelayakan jaringan distribusi tersebut.

2.4 Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik


Untuk kemudahan

dan penyederhanaan,

lalu diadakan

pembagian

serta

pembatasan-pembatasan sebagai berikut:


Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)
Daerah

II

Bagian

penyaluran

(Transmission),

bertegangan

tinggi

(HV,UHV,EHV)
Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau 20kV).
Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen), Instalasi, bertegangan
rendah
Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui bahwa porsi
materi Sistem Distribusi adalah Daerah III dan IV, yang pada dasarnya dapat
diklasifikasikan menurut beberapa cara, bergantung dari segi apa klasifikasi itu
dibuat. Dengan demikian ruang lingkup Jaringan Distribusi adalah:

Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

16

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

1. SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah), terdiri dari : Tiang dan peralatan
kelengkapannya, konduktor dan peralatan per-lengkapannya, serta peralatan
pengaman dan pemutus.
2. SKTM (Saluran Kabel Tegangan Menengah), terdiri dari : Kabel tanah, indoor
dan outdoor termination, batu bata, pasir dan lain-lain.
3. Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat
trafo, LV panel, pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel, transformer band,
peralatan grounding, dan lain-lain.
4. SUTR (Saluran Udara Tegangan Rendah) dan SKTR (Saluran Kabel Tegangan
Rendah), terdiri dari : sama dengan perlengkapan/ material pada SUTM dan
SKTM yang membedakan hanya dimensinya. Berikut ini merupakan gambar
dari Pembagian/Pengelompokan Tegangan Sistem Tenaga Listrik.

Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

17

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

Gambar 2.11 Pembagian/Pengelompokan Tegangan Sistem Tenaga Listrik

2.5 Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik


Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut ini :

1. Menurut nilai tegangannya :


a. Saluran distribusi Primer, Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu
antara titik Sekunder trafo substation (Gardu Induk) dengan titik primer trafo
distribusi. Saluran ini bertegangan menengah 20 kV.Jaringan listrik 70 kV
Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

18

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

atau 150 kV, jika langsung melayani pelanggan, bisa disebut jaringan
distribusi.
b. Saluran Distribusi Sekunder, Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi,
yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban.
2. Menurut bentuk tegangannya :
a. Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem tegangan
searah.
b. Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan sistem tegangan
bolak-balik.
3. Menurut jenis atau type konduktornya :
a. Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan penyangga
(tiang) dan perlengkapannya, dan dibedakan atas :
- Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasi
pembungkus.
- Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus isolasi.
b. Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan kabel
tanah (ground cable)
c. Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel laut
(submarine cable)

4. Menurut susunan atau konfigurasi salurannya :


a. Saluran konfigurasi horizontal, bila saluran fasa terhadap fasa yang
lain/terhadap netral, atau saluranpositip terhadap negatip (pada sistem DC)

Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

19

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

membentuk garis horisontal. Berikut gambar dari saluran konfigurasi


horizontal.

Gambar 2.12 Saluran konfigurasi horizontal.


b. Saluran Konfigurasi Vertikal, bila saluran-saluran tersebut membentuk garis
vertikal.

Gambar 2.13 Saluran konfigurasi vertikal.


c. Saluran konfigurasi delta, bila kedudukan saluran satu sama lain membentuk
suatu segitiga (delta)

Gambar 2.13 Saluran konfigurasi delta


5. Menurut susunan rangkaiannya
Dari uraian diatas telah disinggung bahwa sistem distribusi di bedakan menjadi
dua yaitu sistem distribusi primer dan sistem distribusi sekunder.
a. Jaringan sistem distribusi primer
Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari
gardu induk distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat menggunakan

Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

20

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan tingkat
keandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan. Saluran
distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang akan di suplai tenaga
listrik sampai ke pusat beban.
Terdapat bermacam-macam bentuk rangkaian jaringan distribusi primer,
yaitu:
- Jaringan Distribusi Radial, dengan model : Radial tipe pohon, Radial
dengan tie dan switch pemisah, Radial dengan pusat beban dan Radial
dengan pembagian phase area.
- Jaringan distribusi ring (loop), dengan model: Bentuk open loop dan
bentuk close loop.
- Jaringan distribusi jaring-jaring (NET)
- Jaringan distribusi spindle
- Saluran radial interkoneksi
b. Jaringan Sistem Distribusi Sekunder
Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari
gardu distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem
distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakan ialah
sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel yang berisolasi maupun
konduktor tanpa isolasi. Sistem ini biasanya disebut sistem tegangan rendah
yang langsung akan dihubungkan kepada konsumen/pemakai tenaga listrik
dengan melalui peralatan-peralatan sbb :
- Papan pembagi pada trafo distribusi,
- Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder)

Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

21

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

- Saluran Layanan Pelanggan (SLP) ke konsumen atau pemakai


- Alat Pembatas dan pengukur daya (kWh meter) serta fuse atau pengaman
pada pelanggan. Berikut merupakan gambar dari komponen sistem
distribusi tegangan distribusi sekunder.

Gambar 2.13 Komponen sistem distribusi tegangan distribusi sekunder.


Ada bermacam-macam sistem tegangan distribusi sekunder menurut
standar; (1) EEI : Edison Electric Institut, (2) NEMA (National Electrical
Manufactures Association). Pada dasarnya tidak berbeda dengansistem
distribusi DC, faktor utama yang perlu diperhatikan adalah besar tegangan
yang diterima pada titik beban mendekati nilai nominal, sehingga
peralatan/beban dapat dioperasikan secara optimal. Ditinjau dari cara
pengawatannya, saluran distribusi AC dibedakan atas beberapa macam tipe
dan cara pengawatan, ini bergantung pula pada jumlah fasanya, yaitu :
1. Sistem satu fasa dua kawat 120 Volt
2. Sistem satu fasa tiga kawat 120/240 Volt
3.

Sistem tiga fasa empat kawat 120/208 Volt

4. Sistem tiga fasa empat kawat 120/240 Volt


5. Sistem tiga fasa tiga kawat 240 Volt
6. Sistem tiga fasa tiga kawat 480 Volt
7. Sistem tiga fasa empat kawat 240/416 Volt
8. Sistem tiga fasa empat kawat 265/460 Volt
9. Sistem tiga fasa empat kawat 220/380 Volt

Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

22

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

Di Indonesia dalam hal ini PT. PLN menggunakan sistem tegangan 220/380
Volt. Sedang pemakai listrikyang tidak menggunakan tenaga listrik dari PT.
PLN, menggunakan salah satu sistem diatas sesuai dengan standar yang ada.
Pemakai listrik yang dimaksud umumnya mereka bergantung kepada negara
pemberi pinjaman atau dalam rangka kerja sama, dimana semua peralatan listrik
mulai dari pembangkit (generator set) hingga peralatan kerja (motor-motor
listrik) di suplai dari negara pemberi pinjaman/kerja sama tersebut. Sebagai
anggota, IEC (International Electrotechnical Comission), Indonesia telah mulai
menyesuaikansistem tegangan menjadi 220/380 Volt saja, karena IEC sejak
tahun 1967 sudah tidak mencantumkan lagi tegangan 127 Volt. (IEC Standard
Voltage pada Publikasi nomor 38 tahun 1967 halaman 7 seri 1 tabel 1).
Diagram

rangkaian

sisi

sekunder

trafo

distribusi

terdiri

dari:

1. Sistem distribusi satu fasa dengan dua kawat


Tipe ini merupakan bentuk dasar yang paling sederhana, biasanya digunakan
untuk melayani penyalur daya berkapasitas kecil dengan jarak pendek, yaitu
daerah perumahan dan pedesaan.
2. Sistem distribusi satu fasa dengan tiga kawat
Pada tipe ini, prinsipnya sama dengan sistem distribusi DC dengan tiga
kawat, yang dalam hal ini terdapat dua alternatif besar tegangan. Sebagai
saluran netral disini dihubungkan pada tengah belitan (center-tap) sisi
sekunder trafo, dan diketanahkan, untuk tujuan pengamanan personil. Tipe ini
untuk melayani penyalur daya berkapasitas kecil dengan jarak pendek, yaitu
daerah perumahan dan pedesaan.
3. Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/240 Volt

Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

23

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

Tipe ini untuk melayani penyalur daya berkapasitas sedang dengan jarak
pendek, yaitu daerah perumahan pedesaan dan perdagangan ringan, dimana
terdapat dengan bebab 3 fasa.
4. Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/208 Volt.
5. Sistem distribusi tiga fasa dengan tiga kawat, Tipe ini banyak dikembangkan
secara ekstensif. Dalam hal ini rangkaian tiga fasa sisi sekunder trafo dapat
diperoleh dalam bentuk rangkaian delta (segitiga) ataupun rangkaian wye
(star/bintang). Diperoleh dua alternatif besar tegangan, yang dalam
pelaksanaannya perlu diperhatikan adanya pembagian seimbang antara ketiga
fasanya. Untuk rangkaian delta tegangannya bervariasi yaitu 240 Volt, dan
480 Volt. Tipe ini dipakai untuk melayani beban-beban industri atau
perdagangan.
6. Sistem distribusi tiga fasa dengan empat kawat
Pada tipe ini, sisi sekunder (output) trafo distribusi terhubung star,dimana
saluran netral diambil dari titik bintangnya. Seperti halnya padasistem tiga
fasa yang lain, di sini perlu diperhatikan keseimbangan beban antara ketiga
fasanya, dan disini terdapat dua alternatif besar tegangan.

Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

24

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

BAB III
KESIMPULAN

1. Perencanaan sistem distribusi energi listrik merupakan bagian yang esensial


dalam mengatasi pertumbuhan kebutuhan energi listrik yang cukup pesat.
2. Tujuan umum perencanaan sistem distribusi ini adalah untuk mendapatkan suatu
fleksibilitas pelayanan optimum yang mampu dengan cepat mengantisipasi
pertumbuhan kebutuhan energi elektrik dan kerapatan beban yang harus
dilayani.
3. Saluran distribusi Primer, Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara
titik Sekunder trafo substation (Gardu Induk) dengan titik primer trafo distribusi.
Saluran ini bertegangan menengah 20 kV.Jaringan listrik 70 kV atau 150 kV,
jika langsung melayani pelanggan, bisa disebut jaringan distribusi.
Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

25

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Distribusi dan Gardu Induk

4. Saluran Distribusi Sekunder, Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu
antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban.

Perancangan Sistem Tenaga Listrik

11

26

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar

Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana

Anda mungkin juga menyukai