Perencanaan Distribusi
Perencanaan Distribusi
Perencanaan Distribusi
Modul 12
PERENCANAAN DISTRIBUSI DAN GARDU INDUK
Dosen :
Muhamar Kadaffi,MT
11
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana
BAB I
PENDAHULUAN
11
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana
11
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana
terkait dalam perencanaan sistem distribusi ini antara lain adalah pola
penggunaan lahan pada regional tertentu, faktor ekologi dan faktor geografi.
Perencanaan sistem distribusi ini harus mampu memberikan gambaran
besarnya beban pada lokasi geografis tertentu, sehingga dapat ditentukan
dengan baik letak dan kapasitas gardu-gardu distribusi yang akan melayani
areal beban tersebut dengan mempertimbangkan minimisasi susut energi dan
investasi konstruksi, tanpa mengurangi kriteria, teknis yang diperlukan.
Perencanaan sistem distribusi ini dapat dilakukan dalam perioda jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Perencanaan jangka panjang
harus selalu diaktualisasi dan dikoordinasikan dengan perencanaan jangka
menengah dan dikoreksi oleh perkembangan jaringan distribusi kondisi
eksisting. Efektifitas perencanaan sistem distribusi ini makin diperlukan bula
dikaitkan dengan makin tingginya investasi terhadap energi, peralatan dan
tenaga kerja. Di samping itu perencanaan yang baik akan memberikan
kontribusi besar terhadap pengembangan sistem distribusi. Kondisi ini
disebabkan pada kenyataan sistem distribusi merupakan ujung tombak dari
pelayanan energi listrik karena langsung berhubungan dengan konsumen
sehingga adanya gangguan pada sisi distribusi akan berakibat langsung pada
konsumen. Sedangkan adanya gangguan pada sisi transmisi ataupun sisi
pembangkit belum tentu menyebabkan terjadinya proses interupsi disisi
konsumen.
Perencanaan sistem distribusi dimulai dari sisi konsumen. Pola
kebutuhan, tipe dan faktor beban dan karakteristik beban yang dilayani akan
menentukan tipe sistem distribusi yang akan dipakai. Kelompok-kelompok
11
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana
BAB II
PERENCANAAN JARINGAN DISTRIBUSI
11
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana
11
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana
pengaruh yang kuat pada kecendrungan prakiraan beban. Pada gambar 2.1
memberikan gambaran faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam proses
peramalan beban. Seperti yang diharapkan, pertumbuhan beban mempunyai
korelasi yang kuat dengan aspek pengembangan komunitas dan pengembangan
lahan. Sedangkan output peramalan beban tersebut dapat berupa kerapatan beban
yang dinyatakan dalam dalam KVA per satuan luas layanan sistem distribusi energi
listrik untuk skala jangka panjang. Dan bila peramalan dilakukan dalam skala
jangka pendek maka diperoleh output lebih detail dan dinyatakan dengan besaran
kerapatan beban KVA per satuan luas layanan yang diasosiasikan dengan koordinat
grid atau luasan yang diminati. Penggunaan sistem grid dengan koordinatkoordinatnya merupakan suatu metoda yang banyak digunakan baik pada proses
peramalan beban jangka pendek. Dengan berdasar pada besarnya kerapatan beban
pada masing-masing grid tersebut dapat ditentukan pula pola dan lintasan jaringan
distribusi serta area layanan masing-masing trafo distribusi.
11
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana
11
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana
11
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana
11
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana
b. Pola bembebanan
c. Laju pertumbuhan beban
d. Keperluan reverse capacity kondisi darurat
e. Kontinuitas pelayanan
f. Kualitas pelayanan
g. Keandalan pelayanan
h. Level tegangan pada penyulang primer
i. Tipe dan biaya konstruksi
j. Lokasi dan kapasitas gardu distribusi
k. Guna pengaturan tegangan.
Sedangkan faktor - faktor yang mempengaruhi pemilihan lintasan jaringan
primer tersebut diberikan dalam gambar berikut ini :
11
10
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana
11
11
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana
11
12
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana
pengembangan sistem distribusi yang layak dan setelah itu akan dilakukan
pemilihan sistem distribusi yang optimum.Gambaran proses perencanaan sistem
distribusi diberikan pada diagram alir pada gambar 2.10 dibawah ini.
11
13
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana
beberapa
2. Sticking.
Kegiatan menentukan titik tiang, span, angle pole, guy wire, overhead pole,
lokasi anchor, penomoran tiang, kondisi tanah tempat berdirinya tiang,
penentuan pondasi tiang, dan lokasi transformator.
3. Structure Data Sheet.
Kegiatan pembuatan peta wilayah pembangunan
jaringan distribusi
11
14
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana
9. Insulator Setting.
Merupakan kegiatan pemasangan isolator.
10. Stringing Setting.
Merupakan kegiatan penarikan kawat penghantar dan mengecek lebar
andongan kawat penghantar tersebut.
11. Transformer Setting.
Merupakan kegiatan pemasangan transformator step down, lemari bagi
tegangan rendah, fuse cut-out, arrester, grounding dan kelengkapan lainnya.
12. Painting.
Kegiatan pengecatan tiang. Merupakan kegiatan pengecatan tiang khususnya
tiang baja.
13. Trimming.
Merupakan kegiatan pemotongan pohon disekitar tiang jaringan dan kawat
jaringan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.
14. Repairing And Clean Up.
11
15
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana
dan penyederhanaan,
lalu diadakan
pembagian
serta
II
Bagian
penyaluran
(Transmission),
bertegangan
tinggi
(HV,UHV,EHV)
Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau 20kV).
Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen), Instalasi, bertegangan
rendah
Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui bahwa porsi
materi Sistem Distribusi adalah Daerah III dan IV, yang pada dasarnya dapat
diklasifikasikan menurut beberapa cara, bergantung dari segi apa klasifikasi itu
dibuat. Dengan demikian ruang lingkup Jaringan Distribusi adalah:
11
16
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana
1. SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah), terdiri dari : Tiang dan peralatan
kelengkapannya, konduktor dan peralatan per-lengkapannya, serta peralatan
pengaman dan pemutus.
2. SKTM (Saluran Kabel Tegangan Menengah), terdiri dari : Kabel tanah, indoor
dan outdoor termination, batu bata, pasir dan lain-lain.
3. Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat
trafo, LV panel, pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel, transformer band,
peralatan grounding, dan lain-lain.
4. SUTR (Saluran Udara Tegangan Rendah) dan SKTR (Saluran Kabel Tegangan
Rendah), terdiri dari : sama dengan perlengkapan/ material pada SUTM dan
SKTM yang membedakan hanya dimensinya. Berikut ini merupakan gambar
dari Pembagian/Pengelompokan Tegangan Sistem Tenaga Listrik.
11
17
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana
11
18
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana
atau 150 kV, jika langsung melayani pelanggan, bisa disebut jaringan
distribusi.
b. Saluran Distribusi Sekunder, Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi,
yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban.
2. Menurut bentuk tegangannya :
a. Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem tegangan
searah.
b. Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan sistem tegangan
bolak-balik.
3. Menurut jenis atau type konduktornya :
a. Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan penyangga
(tiang) dan perlengkapannya, dan dibedakan atas :
- Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasi
pembungkus.
- Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus isolasi.
b. Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan kabel
tanah (ground cable)
c. Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel laut
(submarine cable)
11
19
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana
11
20
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana
saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan tingkat
keandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan. Saluran
distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang akan di suplai tenaga
listrik sampai ke pusat beban.
Terdapat bermacam-macam bentuk rangkaian jaringan distribusi primer,
yaitu:
- Jaringan Distribusi Radial, dengan model : Radial tipe pohon, Radial
dengan tie dan switch pemisah, Radial dengan pusat beban dan Radial
dengan pembagian phase area.
- Jaringan distribusi ring (loop), dengan model: Bentuk open loop dan
bentuk close loop.
- Jaringan distribusi jaring-jaring (NET)
- Jaringan distribusi spindle
- Saluran radial interkoneksi
b. Jaringan Sistem Distribusi Sekunder
Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari
gardu distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem
distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakan ialah
sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel yang berisolasi maupun
konduktor tanpa isolasi. Sistem ini biasanya disebut sistem tegangan rendah
yang langsung akan dihubungkan kepada konsumen/pemakai tenaga listrik
dengan melalui peralatan-peralatan sbb :
- Papan pembagi pada trafo distribusi,
- Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder)
11
21
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana
11
22
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana
Di Indonesia dalam hal ini PT. PLN menggunakan sistem tegangan 220/380
Volt. Sedang pemakai listrikyang tidak menggunakan tenaga listrik dari PT.
PLN, menggunakan salah satu sistem diatas sesuai dengan standar yang ada.
Pemakai listrik yang dimaksud umumnya mereka bergantung kepada negara
pemberi pinjaman atau dalam rangka kerja sama, dimana semua peralatan listrik
mulai dari pembangkit (generator set) hingga peralatan kerja (motor-motor
listrik) di suplai dari negara pemberi pinjaman/kerja sama tersebut. Sebagai
anggota, IEC (International Electrotechnical Comission), Indonesia telah mulai
menyesuaikansistem tegangan menjadi 220/380 Volt saja, karena IEC sejak
tahun 1967 sudah tidak mencantumkan lagi tegangan 127 Volt. (IEC Standard
Voltage pada Publikasi nomor 38 tahun 1967 halaman 7 seri 1 tabel 1).
Diagram
rangkaian
sisi
sekunder
trafo
distribusi
terdiri
dari:
11
23
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana
Tipe ini untuk melayani penyalur daya berkapasitas sedang dengan jarak
pendek, yaitu daerah perumahan pedesaan dan perdagangan ringan, dimana
terdapat dengan bebab 3 fasa.
4. Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/208 Volt.
5. Sistem distribusi tiga fasa dengan tiga kawat, Tipe ini banyak dikembangkan
secara ekstensif. Dalam hal ini rangkaian tiga fasa sisi sekunder trafo dapat
diperoleh dalam bentuk rangkaian delta (segitiga) ataupun rangkaian wye
(star/bintang). Diperoleh dua alternatif besar tegangan, yang dalam
pelaksanaannya perlu diperhatikan adanya pembagian seimbang antara ketiga
fasanya. Untuk rangkaian delta tegangannya bervariasi yaitu 240 Volt, dan
480 Volt. Tipe ini dipakai untuk melayani beban-beban industri atau
perdagangan.
6. Sistem distribusi tiga fasa dengan empat kawat
Pada tipe ini, sisi sekunder (output) trafo distribusi terhubung star,dimana
saluran netral diambil dari titik bintangnya. Seperti halnya padasistem tiga
fasa yang lain, di sini perlu diperhatikan keseimbangan beban antara ketiga
fasanya, dan disini terdapat dua alternatif besar tegangan.
11
24
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana
BAB III
KESIMPULAN
11
25
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana
4. Saluran Distribusi Sekunder, Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu
antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban.
11
26
Muhamar Kadaffi, MT
Universitas Mercu Buana