Oleh:
Florantia Setya N.
G99121018
Devi Purnamasari
G99131003
Ardina N. Pramudhita
G99131020
Rizka Febriani A. P.
G99131072
G99131007
Prabuwinoto Setiawan
G99131063
G99121006
Pembimbing:
2014
BAB I
STATUS PENDERITA
I. ANAMNESIS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn.M
Umur
: 72tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: -
Alamat
No. RM
: 01 15 55 59
Masuk RS
: 1 Februari 2014
Tanggal pemeriksaan
: 1 Februari 2014
B. Keluhan Utama :
Lemas
C. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan badan terasa lemas sejak kurang lebih 2
hari sebelum masuk rumah sakit, pagi hari sebelum masuk rumah sakit pasien
sempat terjatuh, sesak nafas (-), batuk (+) 2 hari, dahak (-), demam (+) 2 hari,
muntah (+) 2 kali di pagi hari sebelum masuk rumah sakit, penurunan nafsu
makan (+), penurunan berat badan (-), keringat malam (-), BAK (+), BAB (+)
D. Riwayat Penyakit Dahulu :
1. Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
3. Riwayat DM
: disangkal
4. Riwayat asma
: disangkal
: disangkal
6. Riwayat mondok
: disangkal
7. Riwayat alergi
: disangkal
E. Riwayat Kebiasaan
1. Riwayat olah raga teratur
: disangkal
:disangkal
3. Riwayat merokok
: disangkal
2. Riwayat DM
: disangkal
3. Riwayat asma/alergi
: disangkal
: disangkal
Keadaan Umum
Tanda Vital
:Tensi : 80/60mmHg
Nadi : 99 x/menit
Frekuensi Respirasi : 22 x/ menit
Suhu : 38 oC (axiller)
C.
D.
E.
Hidung
Mulut
Leher
SiO2: 95%
: Nafas cuping hidung (-), sekret (-)
: Sianosis (-)
: JVP tidak membesar, pembesaran kelenjar tiroid (-),
F.
Thorax
Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo :
Anterior
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Kanan :sonor
Kiri
Auskultasi
:sonor
Posterior
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Kanan :sonor
Kiri
Auskultasi
:sonor
G.
H.
Abdomen :
Inspeksi
Auscultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas
: Superior dekstra
Superior sinistra
dingin (-)
Edema (-), sianosis (-), akral
dingin (-)
Inferior dekstra
Inferior sinistra
III.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium Darah
PEMERIKSAAN
1 Februari 2014
SATUAN
RUJUKAN
13,3
37
12,7
159
4,35
g/dl
103/l
103/l
106/l
13,5-17,5
33-45
4,5-11,0
150-450
4.50-5.90
85,5
/um
30.6
35,8
11,8
9,1
17
Pg
g/dl
%
Fl
%
0.8
0.0
87,1
%
%
%
0-4
0-2
55-80
7,3
22-44
4.8
0-7
216
3.7
129
mg/dL
mg/dL
80-140
0,7-1,3
mg/dL
<50
HEMATOLOGI
RUTIN
Hb
HCT
AL
AT
AE
Gol.darah
INDEX
ERITROSIT
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
PDW
HITUNG JENIS
Eosinofil
Basofil
Netrofil
Limfosit
Monosit
KIMIA KLINIK
GDS
Kreatinin
Ureum
SGOT
SGPT
Albumin
Na
K
15
28.0-33.0
33.0-36.0
11.6-14.6
7.2-11.1
25-65
0-35
21
0-43
3,9
131
4.6
80-96.0
3.2-4.6
mmol/ L
mmol/ L
136-145
3,3-5,1
103
Cl
mmol/ L
98-106
Serologi
Non reaktif
HbsAg
Non reaktif
ANALISA GAS
DARAH
7.377
Ph
-6.8
BE
29.7
PCO2
85.0
PO2
18,9
HCO3
15,2
Total CO2
95,6
O2 saturasi
7.301-7.420
mmol/L
-2 - +1
mmHg
27.0-41.0
mmHg
80-100
mmol/L
21-28
mmol/L
19-24
94-98
PaO2 target
: 191.035 x 90 / 85
: 202.27
FiO2 kor
AaDO2
: 191.035 85 = 106.035
HS
: 85/0.32
: 265,625 (sedang)
Pembacaan:
Foto Thorak proyeksi PA/lateral Tn.M umur 72 tahun diambil tanggal 1 Januari
2014 di RSUD Moewardi Solo.
Kekerasan cukup, inspirasi cukup, simetris, trakea di tengah
Cor
Pulmo
tegas, sebagian tepi irreguler yang pada foto lateral terproyeksidi subsegmen
axillary paru kanan, tampak perselubungan dengan air bronchogram di lapang
paru kanan.
Sinus costophrenicus kanan kiri anterior poterior tajam
Hemidiafragma kann kiri normal, bentuk kubah, licin.
Kesan :
Pneumonia
DIAGNOSIS KERJA
Pneumonia Komuniti Port 102 kr IV
V.
TERAPI
1. Oksigen 4-5 lpm
2. IVFD RL 20 tpm
3. Inj Ceftriaxone 2gr/24jam
4. GG 100 mg 3x1 tab
5. Paracetamol 500mg 3x1tab
VI.
PLANNING
1.
2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pneumonia Komuniti
1.
Definisi
Pneumonia komuniti adalah pneumonia yang didapat di masyarakat.
Pneumonia komuniti ini merupakan masalah kesehatan yang menyebabkan
angka kematian tinggi di dunia.1
2. Etiologi
Menurut
kepustakaan,
penyebab
pneumonia
komuniti
banyak
disebabkan bakteri Gram positifdan dapat pula bakteri atipik. Akhir-akhir ini
laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkanbahwa bakteri yang
ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah
bakteri gram negatif.Berdasarkan laporan 5 tahun terakhir dari beberapa pusat
paru di Indonesia (Medan, Jakarta,Surabaya, Malang, dan Makasar) dengan
cara pengambilan bahan dan metode pemeriksaanmikrobiologi yang berbeda
didapatkan hasil pemeriksaan sputum sebagai berikut:1
a. Klebsiella pneumoniae 45,18%
b. Streptococcus pneumoniae 14,04%
c. Streptococcus viridans 9,21%
d. Staphylococcus aureus 9%
e. Pseudomonas aeruginosa 8,56%
f. Steptococcus hemolyticus 7,89%
g. Enterobacter 5,26%
h. Pseudomonas sp 0,9%
3. Diagnosis
Diagnosis pneumonia komuniti didapatkan dari anamnesis, gejala
klinis pemeriksaan fisis, fototoraks dan labolatorium. Diagnosis pasti
pneumonia komuniti ditegakkan jika pada foto toraks trdapatinfiltrat baru atau
infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini:1
a. Batuk-batuk bertambah
b. Perubahan karakteristik dahak/ purulen
c. Suhu tubuh > 38oC (aksila)/ riwayat demam
d. Pemeriksaan fisis: ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial
dan ronki
e. Leukosit > 10.000 atau < 4500
4.
Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu atau
lebih kriteria di bawah ini.1
Kriteria minor:
a. Frekuensi napas > 30/menit
b. Pa02/FiO2kurang dari 250 mmHg
c. Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
d. Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
e. Tekanan sistolik < 90 mmHg
f. Tekanan diastolik < 60 mmHg
Kriteria mayor:
a. Membutuhkan ventilasi mekanik
b. Infiltrat bertambah > 50%
c. Membutuhkan vasopresor > 4 jam (septik syok)
d. Kreatinin serum > 2 mg/dl atau peningkatan > 2 mg/dl, pada penderita
riwayat penyakit ginjal ataugagal ginjal yang membutuhkan dialisis
Berdasar kesepakatan PDPI, kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat
inap pneumonia komuniti adalah:2
a. Skor PORT lebih dari 70
b. Bila skor PORT kurang < 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila
dijumpai salah satudari kriteria dibawah ini.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumionia komuniti dibagi menjadi:1
B. Pneumonia Atipik
Pada pneumonia selain ditemukan bakteri penyebab yang tipik sering
pula dijumpai bakteri atipik. Bakteriatipik yang sering dijumpai adalah
Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, Legionella sp.Penyebab lain
Chlamydiapsittasi, Coxiella burnetti, virus Influenza tipe A & B, Adenovirus dan
Respiratorisyncitial virus.3
1.
Diagnosis
a. Gejalanya adalah tanda infeksi saluran napas yaitudemam, batuk
nonproduktif dan gejala sistemik berupa nyeri kepala dan mialgia.
Gejala klinis padatabel di bawah ini dapat membantu menegakkan
diagnosis pneumonia atipik.3
7) Micro
immunofluorescence
(MIF),
standard
serologi
untuk
C.pneumoniae
8) Antigen dari urin untuk Legionella
2.
Penatalaksanaan
Dalam hal mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan
keadaan klinisnya.Bila keadaan klinisbaik dan tidak ada indikasi rawat
dapat diobati di rumah.Juga diperhatikan ada tidaknya faktormodifikasi
yaitu
keadaan
yang
dapat
meningkatkan
risiko
infeksi
dengan
b.
Evaluasi Pengobatan
Jika setelah diberikan pengobatan secara empiris selama 24 - 72 jam
tidak ada perbaikan, kita harusmeninjau kernbali diagnosis, faktor-faktor
penderita, obat-obat yang telah diberikan dan bakteri penyebabnya.3
4.
Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari faktor
penderita, bakteri penyebab danpenggunaan antibiotik yang tepat serta
adekuat.Perawatan yang baik dan intensif sangatmempengaruhi prognosis
penyakit pada penderita yang dirawat. Angka kematian penderitapneumonia
komuniti kurang dari 5% pada penderita rawat jalan , sedangkan penderita
yang dirawatdi rumah sakit menjadi 20%. Menurut Infectious Disease Society
Of America (IDSA) angka kematianpneumonia komuniti pada rawat jalan
berdasarkan kelas yaitu kelas I 0,1% dan kelas II 0,6% danpada rawat inap
kelas III sebesar 2,8%, kelas IV 8,2% dan kelas V 29,2%. Hal ini
menunjukkanbahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia
komuniti dengan peningkatan risiko kelas.Di RS Persahabatan pneumonia
rawat inap angka kematian tahun 1998 adalah 13,8%, tahun 1999adalah 21%,
sedangkan di RSUD Dr. Soetomo angka kematian 20 35%.3
5.
Pencegahan
a. Pola hidup sebut termasuk tidak merokok
b. Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza). Sampai saat ini
masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya. Pemberian vaksin
tersebutdiutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut,
penyakit kronik , diabetes, penyakitjantung koroner, PPOK, HIV, dll.
Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah > 2 tahun. Efeksamping
vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang terjadi
yaituhipersensitiviti tipe 3.1
BAB III
PEMBAHASAN
Tn.
M,
72
tahun,
pada
kasus
didiagnosis
dengan
pneumonia
pneumonia
nosokomial,
pneumonia
aspirasi,
dan
pneumonia
SKOR
72
Penyakit penyerta
Keganasan (-)
10
20
Total
102
Berdasarkan PDPI, skor PORT > 70 merupakan indikasi rawat inap untuk
SKOR PORT
CLASS)
Rendah
Sedang
Berat
II
III
IV
V
pemeriksaan fisik.
70
71-90
91-130
>130
Pasien dengan kelas resiko I dirawat jalan. Pasien dengan kelas resiko II-III
dapat di rawat jalan dengan antibiotik IV atau diterapi di rumah sakit selama 24 jam.
Pasien dengan kelas resiko IV-V harus di rawat inap.Tn.M termasuk pada kelas resiko
IV, merupakan indikasi untuk dirawat inap. Dari penjelasan tadi maka Tn.M
didiagnosis dengan pneumonia komuniti PORT 102 kelas resiko IV.
Tn.M diterapi dengan pemberian O24-5 lpm, IVFD RL 20 tpm, injeksi
ceftriaxone 2 gr/24 jam, GG 3 x 100 mg peroral, dan paracetamol 3 x 500 mg peroral.
Menurut PDPI penderita rawat inap diterapi dengan pemberian terapi oksigen;
pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit; pemberian obat
simptomatik antara lain antipiretik dan mukolitik; dan pemberian antibiotik.
Pemberian O2 sesuai dengan hasil AGD nya, didapatkan FiO2 koreksinya
0.33 atau setara 4-5 lpm.Tn.M diberikan ceftriaxone injeksi yang merupakan
golongan sefalosporin generasi 3. Menurut PDPI tentang terapi empiris pneumonia
komuniti pasien yang dirawat inap jika tanpa faktor modifikasi dapat diberikan
golongan beta laktam + antibektalaktamase iv, atau sefalosporin G2, G3 iv atau
pada
flourokuinolon respirasi iv. Jika dengan faktor modifikasi diberikan sefalosporin G2,
G3 iv atau flourokuinolon respirasi iv dan bila dicurigai adanya infeksi bakteri atipik
ditambah makrolid terbaru. Pada kasus diberikan ceftriaxone yang termasuk dalam
sefalosporin G3.GG dan paracetamol pada kasus merupakan terapi simptomatik.Tn.M
direncanakan untuk melakukan pemeriksaan sputum dan sensitivitas antibiotik agar
terapi empirik bisa diganti dengan terapi spesifik berdasarkan sensitivitas
antibiotiknya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pneumonia Komuniti: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
2003. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Balai Penerbit FK UI: Jakarta.
2. Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine. 2001. Patofisiologi. Jakarta:
EGC.
3. Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Napas Pneumonia pada Anak, Orang
Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atipik & Pneumonia Atypik Mycobacterium.
Jakarta