Anda di halaman 1dari 24

Presentasi Kasus

SEORANG LAKI-LAKI USIA 72TAHUN DENGAN PNEUMONIA


KOMUNITIPORT 102 KR IV

Oleh:
Florantia Setya N.

G99121018

Devi Purnamasari

G99131003

Ardina N. Pramudhita

G99131020

Rizka Febriani A. P.

G99131072

Nur Zahratul Jannah

G99131007

Prabuwinoto Setiawan

G99131063

Andhika Aji Nugroho

G99121006

Pembimbing:

Dr,dr. RevionoSp. P(K)


KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN PARU
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR.MOEWARDI
S U R AK AR TA

2014

BAB I
STATUS PENDERITA
I. ANAMNESIS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Tn.M

Umur

: 72tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Pekerjaan

: -

Alamat

: Bibis Wetan 03/19 Gilingan Surakarta

No. RM

: 01 15 55 59

Masuk RS

: 1 Februari 2014

Tanggal pemeriksaan

: 1 Februari 2014

B. Keluhan Utama :
Lemas
C. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan badan terasa lemas sejak kurang lebih 2
hari sebelum masuk rumah sakit, pagi hari sebelum masuk rumah sakit pasien
sempat terjatuh, sesak nafas (-), batuk (+) 2 hari, dahak (-), demam (+) 2 hari,
muntah (+) 2 kali di pagi hari sebelum masuk rumah sakit, penurunan nafsu
makan (+), penurunan berat badan (-), keringat malam (-), BAK (+), BAB (+)
D. Riwayat Penyakit Dahulu :
1. Riwayat hipertensi

: disangkal

2. Riwayat pengobatan OAT

: disangkal

3. Riwayat DM

: disangkal

4. Riwayat asma

: disangkal

5. Riwayat sakit jantung

: disangkal

6. Riwayat mondok

: disangkal

7. Riwayat alergi

: disangkal

E. Riwayat Kebiasaan
1. Riwayat olah raga teratur

: disangkal

2. Riwayat rutin minum obat bebas

:disangkal

3. Riwayat merokok

: (+) index brinkman 480

F. Riwayat Penyakit pada Anggota Keluarga


1. Riwayat hipertensi

: disangkal

2. Riwayat DM

: disangkal

3. Riwayat asma/alergi

: disangkal

4. Riwayat sakit jantung

: disangkal

G. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien sudah tidak bekerja dengan istri sebagai ibu rumah tangga dan
tiga orang anak.Pasien menggunakan fasilitas pembayaran dengan BPJS.
H. Riwayat Gizi
Sehari hari pasien makan dengan nasi sayur tiga kali sehari dengan
lauk tahu tempe, telur, atau ikan.
II. PEMERIKSAAN FISIK
A.

Keadaan Umum

: kompos mentis, tampak sakit berat, gizi kesan baik

Tanda Vital

:Tensi : 80/60mmHg

Nadi : 99 x/menit
Frekuensi Respirasi : 22 x/ menit
Suhu : 38 oC (axiller)
C.
D.
E.

Hidung
Mulut
Leher

SiO2: 95%
: Nafas cuping hidung (-), sekret (-)
: Sianosis (-)
: JVP tidak membesar, pembesaran kelenjar tiroid (-),

F.

Thorax

pembesaran limfonodi cervical (-)


: Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostal (-),sela
iga melebar (-).

Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Iktus kordis tidak tampak


: Iktus kordis tidak kuat angkat, teraba di SIC VI LMCS
: Kesan batas jantung tidak melebar
: Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

Pulmo :
Anterior
Inspeksi

: sela iga tidak melebar, pengembangan dadakanan <


kiri,retraksi intercostal (-).

Palpasi

: Pengembangan dada kanan < kiri, fremitus raba kanan


<kiri

Perkusi

: Kanan :sonor
Kiri

Auskultasi

:sonor

: Kanan : suara dasar bronkial(+/+), suara tambahan


ronkhi basah kasar (+/-)
Kiri

: suara dasar bronkial(+/+), suara tambahan


ronkhi basah kasar (+/-)

Posterior
Inspeksi

:simetris, pengembangan dada kanan < kiri

Palpasi

: pergerakan kanan < kiri, fremitus raba kanan < kiri

Perkusi

: Kanan :sonor
Kiri

Auskultasi

:sonor

: Kanan : suara dasar bronkial(+/+), suara tambahan


ronkhi basah kasar (+/-)
Kiri

: suara dasar bronkial(+/+), suara tambahan


ronkhi basah kasar (+/-)

G.

H.

Abdomen :
Inspeksi

: Dinding perut sejajar dinding dada, venektasi (-), sikatrik

Auscultasi
Perkusi
Palpasi

(-), benjolan (-), massa (-)


: Bising usus (+ ) normal
: timpani
: Nyeri tekan (-), Hepar tidak teraba, Lien tidak teraba

Ekstremitas

: Superior dekstra

Edema (-), sianosis (-), akral

Superior sinistra

dingin (-)
Edema (-), sianosis (-), akral
dingin (-)

Inferior dekstra

Edema (-), sianosis (-), akral


dingin (-)

Inferior sinistra

Edema (-), sianosis (-), akral


dingin (-)

III.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium Darah
PEMERIKSAAN

1 Februari 2014

SATUAN

RUJUKAN

13,3
37
12,7
159
4,35

g/dl

103/l
103/l
106/l

13,5-17,5
33-45
4,5-11,0
150-450
4.50-5.90

85,5

/um

30.6
35,8
11,8
9,1
17

Pg
g/dl
%
Fl
%

0.8
0.0
87,1

%
%
%

0-4
0-2
55-80

7,3

22-44

4.8

0-7

216
3.7
129

mg/dL
mg/dL

80-140
0,7-1,3

mg/dL

<50

HEMATOLOGI
RUTIN
Hb
HCT
AL
AT
AE
Gol.darah
INDEX
ERITROSIT
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
PDW
HITUNG JENIS
Eosinofil
Basofil
Netrofil
Limfosit
Monosit
KIMIA KLINIK
GDS
Kreatinin
Ureum
SGOT
SGPT
Albumin
Na
K

15

28.0-33.0
33.0-36.0
11.6-14.6
7.2-11.1
25-65

0-35

21

0-43

3,9
131
4.6

80-96.0

3.2-4.6
mmol/ L
mmol/ L

136-145
3,3-5,1

103

Cl

mmol/ L

98-106

Serologi
Non reaktif

HbsAg

Non reaktif

ANALISA GAS
DARAH
7.377

Ph

-6.8

BE

29.7

PCO2

85.0

PO2

18,9

HCO3

15,2

Total CO2

95,6

O2 saturasi

7.301-7.420
mmol/L

-2 - +1

mmHg

27.0-41.0

mmHg

80-100

mmol/L

21-28

mmol/L

19-24

94-98

Pembacaan Analisis Gas Darah:


PaO2

: (713 x 0.32) (1.25 x 29.7)


: 191.035

PaO2 target

: 191.035 x 90 / 85
: 202.27

FiO2 kor

: 202.27 + (1.25 x 29.7)/713


: 0.33

AaDO2

: 191.035 85 = 106.035

HS

: 85/0.32
: 265,625 (sedang)

Kesan: asidosis metabolik terkompensasi sempurna, hipoksemia sedang


2. Foto thorax PA

Pembacaan:
Foto Thorak proyeksi PA/lateral Tn.M umur 72 tahun diambil tanggal 1 Januari
2014 di RSUD Moewardi Solo.
Kekerasan cukup, inspirasi cukup, simetris, trakea di tengah
Cor

: Besar dan bentuk normal, tampak kalsifikasi aortic knob

Pulmo

:Tampak opasitas berdensitas massa dengan sebagian batas yang tidak

tegas, sebagian tepi irreguler yang pada foto lateral terproyeksidi subsegmen
axillary paru kanan, tampak perselubungan dengan air bronchogram di lapang
paru kanan.
Sinus costophrenicus kanan kiri anterior poterior tajam
Hemidiafragma kann kiri normal, bentuk kubah, licin.
Kesan :
Pneumonia

Suspect massa paru kanan


Aortasclerosis
IV.

DIAGNOSIS KERJA
Pneumonia Komuniti Port 102 kr IV

V.

TERAPI
1. Oksigen 4-5 lpm
2. IVFD RL 20 tpm
3. Inj Ceftriaxone 2gr/24jam
4. GG 100 mg 3x1 tab
5. Paracetamol 500mg 3x1tab

VI.

PLANNING

1.

Pemeriksaan sputum dan sensitifitas antibiotik

2.

Konsul Bagian Penyakit Dalam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pneumonia Komuniti
1.

Definisi
Pneumonia komuniti adalah pneumonia yang didapat di masyarakat.
Pneumonia komuniti ini merupakan masalah kesehatan yang menyebabkan
angka kematian tinggi di dunia.1

2. Etiologi
Menurut

kepustakaan,

penyebab

pneumonia

komuniti

banyak

disebabkan bakteri Gram positifdan dapat pula bakteri atipik. Akhir-akhir ini
laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkanbahwa bakteri yang
ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah
bakteri gram negatif.Berdasarkan laporan 5 tahun terakhir dari beberapa pusat
paru di Indonesia (Medan, Jakarta,Surabaya, Malang, dan Makasar) dengan
cara pengambilan bahan dan metode pemeriksaanmikrobiologi yang berbeda
didapatkan hasil pemeriksaan sputum sebagai berikut:1
a. Klebsiella pneumoniae 45,18%
b. Streptococcus pneumoniae 14,04%
c. Streptococcus viridans 9,21%
d. Staphylococcus aureus 9%
e. Pseudomonas aeruginosa 8,56%
f. Steptococcus hemolyticus 7,89%
g. Enterobacter 5,26%
h. Pseudomonas sp 0,9%

3. Diagnosis
Diagnosis pneumonia komuniti didapatkan dari anamnesis, gejala
klinis pemeriksaan fisis, fototoraks dan labolatorium. Diagnosis pasti
pneumonia komuniti ditegakkan jika pada foto toraks trdapatinfiltrat baru atau
infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini:1
a. Batuk-batuk bertambah
b. Perubahan karakteristik dahak/ purulen
c. Suhu tubuh > 38oC (aksila)/ riwayat demam
d. Pemeriksaan fisis: ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial
dan ronki
e. Leukosit > 10.000 atau < 4500
4.

Penilaian Derajat Keparahan Penyakit


Penilaian derajat kerahan penyakit pneumonia kumuniti dapat
dilakukan dengan menggunakansistem skor menurut hasil penelitian
Pneumonia Patient Outcome Research Team (PORT) seperti tabel di bawah
ini:

Tabel. Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT

Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu atau
lebih kriteria di bawah ini.1
Kriteria minor:
a. Frekuensi napas > 30/menit
b. Pa02/FiO2kurang dari 250 mmHg
c. Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
d. Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
e. Tekanan sistolik < 90 mmHg
f. Tekanan diastolik < 60 mmHg
Kriteria mayor:
a. Membutuhkan ventilasi mekanik
b. Infiltrat bertambah > 50%
c. Membutuhkan vasopresor > 4 jam (septik syok)

d. Kreatinin serum > 2 mg/dl atau peningkatan > 2 mg/dl, pada penderita
riwayat penyakit ginjal ataugagal ginjal yang membutuhkan dialisis
Berdasar kesepakatan PDPI, kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat
inap pneumonia komuniti adalah:2
a. Skor PORT lebih dari 70
b. Bila skor PORT kurang < 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila
dijumpai salah satudari kriteria dibawah ini.
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Frekuensi napas > 30/menit


Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg
Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
Tekanan sistolik < 90 mmHg
Tekanan diastolik < 60 mmHg

c. Pneumonia pada pengguna NAPZA


5. Kriteria Perawatan Intensif
Penderita yang memerlukan perawatan di Ruang Rawat Intensif adalah
penderita yang mempunyai palingsedikit 1 dari 2 gejala mayor tertentu
(membutuhkan ventalasi mekanik dan membutuhkan vasopressor >4 jam
[syok sptik]) atau 2 dari 3 gejala minor tertentu (Pa02/FiO2 kurang dari 250
mmHg, foto toraks parumenunjukkan kelainan bilateral, dan tekanan sistolik <
90 mmHg). Kriteria minor dan mayor yang lainbukan merupakan indikasi
untuk perawatan Ruang Rawat Intensif.2

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumionia komuniti dibagi menjadi:1

B. Pneumonia Atipik
Pada pneumonia selain ditemukan bakteri penyebab yang tipik sering
pula dijumpai bakteri atipik. Bakteriatipik yang sering dijumpai adalah
Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, Legionella sp.Penyebab lain
Chlamydiapsittasi, Coxiella burnetti, virus Influenza tipe A & B, Adenovirus dan
Respiratorisyncitial virus.3

1.

Diagnosis
a. Gejalanya adalah tanda infeksi saluran napas yaitudemam, batuk
nonproduktif dan gejala sistemik berupa nyeri kepala dan mialgia.
Gejala klinis padatabel di bawah ini dapat membantu menegakkan
diagnosis pneumonia atipik.3

b. Pada pemeriksaan fisis terdapat ronki basah tersebar, konsolidasi jarang


terjadi.
c. Gambaran radiologis infiltrat interstitial.
d. Labolatorium menunjukkan leukositosis ringan, pewarnaan gram,
biarkan dahak atau darah tidakditemukan bakteri.
e. Laboratorium untuk menemukan bakteri atipik.
1) Isolasi biarkan sensitivitinya sangat rendah
2) Deteksi antigen enzyme immunoassays (EIA)
3) Polymerase Chain Reaction (PCR)
4) Uji serologi
5) Cold agglutinin
6) Uji fiksasi komplemen merupakan standar untuk diagnosis
M.pneumoniae

7) Micro

immunofluorescence

(MIF),

standard

serologi

untuk

C.pneumoniae
8) Antigen dari urin untuk Legionella
2.

Penatalaksanaan
Dalam hal mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan
keadaan klinisnya.Bila keadaan klinisbaik dan tidak ada indikasi rawat
dapat diobati di rumah.Juga diperhatikan ada tidaknya faktormodifikasi
yaitu

keadaan

yang

dapat

meningkatkan

risiko

infeksi

dengan

mikroorganisme patogenyang spesifik misalnya S. pneumoniae yang


resisten penisilin. Yang termasuk dalam faktormodifikasi adalah: 2
a. Pneumokokus resisten terhadap penisilin
1) Umur lebih dari 65 tahun
2) Memakai obat-obat golongan P laktam selama tiga bulan terakhir
3) Pecandu alkohol
4) Penyakit gangguan kekebalan
5) Penyakit penyerta yang multipel
b. Bakteri enterik gram negatif
1) Penghuni rumah jompo
2) Mempunyai penyakit dasar kelainan jantung paru
3) Mempunyai kelainan penyakit yang multipel
4) Riwayat pengobatan antibiotik
5) Pseudomonas aeruginosa
6) Bronkiektasis
7) Pengobatan kortikosteroid > 10 mg/hari
8) Pengobatan antibiotik spektrum luas > 7 hari pada bulan terakhir
9) Gizi kurang

Antibiotik masih tetap merupakan pengobatan utama pada pneumonia


termasuk atipik. Antibiotik terpilihpada pneumonia atipik yang disebabkan
oleh M.pneumoniae, C.pneumoniae dan Legionella adalahgolongan :1
a. Makrolid baru (azitromisin, klaritromisin, roksitromisin)
b. Fluorokuinolon respiness
c. Doksisiklin
Terapi Sulih (switch therapy)
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan
perubahan obat suntik ke oral dilanjutkandengan berobat jalan, hal ini untuk
mengurangi biaya perawatan dan mencegah infeksi nosokomial.Perubahan
obat suntik ke oral harus memperhatikan ketersediaan antibiotik yang
diberikan secara iv danantibiotik oral yang efektivitinya mampu mengimbangi
efektivititas antibiotik iv yang telah digunakan.Perubahan ini dapat diberikan
secara sequential (obat sama, potensi sama), switch over (obat berbeda,potensi
sama) dan step down (obat sama atau berbeda, potensi lebih rendah).2
a.

Contoh terapi sekuensial: levofioksasin, moksifloksasin, gatifloksasin

b.

Contoh switch over : seftasidin IV ke siprofloksasin oral


c. Contoh step down: amoksisilin, sefuroksim, sefotaksim IV ke cefiksim
oral.
Obat suntik dapat diberikan 2-3 hari, paling aman 3 hari, kemudian
pada hari ke 4 diganti obat oral danpenderita dapat berobat jalan.
Kriteria untuk perubahan obat suntik ke oral pada pneumonia
komuniti:1
a. Tidak ada indikasi untuk pemberian suntikan lagi
b. Tidak ada kelainan pada penyerapan saluran cerna
c. Penderita sudah tidak panas 8 jam
d. Gejala klinik membaik (mis : frekuensi pernapasan, batuk)

e. Leukosit menuju normal/normal


3.

Evaluasi Pengobatan
Jika setelah diberikan pengobatan secara empiris selama 24 - 72 jam
tidak ada perbaikan, kita harusmeninjau kernbali diagnosis, faktor-faktor
penderita, obat-obat yang telah diberikan dan bakteri penyebabnya.3

4.

Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari faktor
penderita, bakteri penyebab danpenggunaan antibiotik yang tepat serta
adekuat.Perawatan yang baik dan intensif sangatmempengaruhi prognosis
penyakit pada penderita yang dirawat. Angka kematian penderitapneumonia
komuniti kurang dari 5% pada penderita rawat jalan , sedangkan penderita
yang dirawatdi rumah sakit menjadi 20%. Menurut Infectious Disease Society
Of America (IDSA) angka kematianpneumonia komuniti pada rawat jalan
berdasarkan kelas yaitu kelas I 0,1% dan kelas II 0,6% danpada rawat inap

kelas III sebesar 2,8%, kelas IV 8,2% dan kelas V 29,2%. Hal ini
menunjukkanbahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia
komuniti dengan peningkatan risiko kelas.Di RS Persahabatan pneumonia
rawat inap angka kematian tahun 1998 adalah 13,8%, tahun 1999adalah 21%,
sedangkan di RSUD Dr. Soetomo angka kematian 20 35%.3
5.

Pencegahan
a. Pola hidup sebut termasuk tidak merokok
b. Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza). Sampai saat ini
masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya. Pemberian vaksin
tersebutdiutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut,
penyakit kronik , diabetes, penyakitjantung koroner, PPOK, HIV, dll.
Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah > 2 tahun. Efeksamping
vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang terjadi
yaituhipersensitiviti tipe 3.1

BAB III
PEMBAHASAN
Tn.

M,

72

tahun,

pada

kasus

didiagnosis

dengan

pneumonia

komuniti.Diagnosis pneumonia komuniti didapatkan dari anamnesis, gejala klinis,


pemeriksaan fisik, foto toraks, dan laboratorium. Dalam PDPI (2003) tentang
pneumonia dituliskan bahwa diagnosis pasti pneumonia komuniti ditegakkan jika
pada foto toraks terdapat infiltrat baruatau infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau
lebih gejala di bawah ini:
a. Batuk-batuk bertambah
b. Perubahan karateristik dahak/purulen
c. Suhu tubuh 38oC (aksila)/riwayat demam
d. Pemeriksaan fisis: ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial dan
ronki
e. Leukosit 10000 atau < 4500/ul
Pada kasus Tn.M datang dengan badan terasa lemas sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit, pasien juga mengeluh batuk dan demam tinggi sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit.Mengacu pada PDPI (2003) tentang pneumonia, dari
anamnesis Tn.M sudah memiliki 2 dari lima gejala untuk mendiagnosis pneumonia.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan demam 38o C, serta terdengar suara napas
bronkial dan suara tambahan berupa ronki basah kasar. Pada pemeriksaan penunjang,
leukosit Tn. M meningkat hingga 12.700/l. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
penunjang, Tn.M memenuhi semua gejala untuk mendiagnosis pneumonia. Namun,
perlu dilakukan pemeriksaan foto toraks untuk mengetahui adanya infiltrat.Setelah
dilakukan pemeriksaan foto toraks didapatkan adanya tampak perselubungan dengan
air bronchogram di lapang paru kanan.
Pneumonia diklasifikasikan berdasarkan sumber kuman menjadi pneumonia
komuniti,

pneumonia

nosokomial,

pneumonia

aspirasi,

dan

pneumonia

imunocompromised.Tn.M dalam kasus kemungkinan terkena pneumonia yang


didapat di masyarakat karena gejala timbul sebelum pasien masuk rumah sakit serta
tidak ada riwayat mondok, sehingga pneumonia nosokomial dapat disingkirkan.
Untuk menentukan derajat keparahan penyakit dan pemilihan jenis
perawatan dapat digonakan sistem skoring menurut PORT (Pneumonia Patient
Outcame Research Team). Berikut ini adalah analisis PORT pada Tn.S:
FAKTOR DEMOGRAFI
Usia: Laki-laki

SKOR
72

Perwatan di rumah (-)

Penyakit penyerta
Keganasan (-)

Penyakit hati (-)

Gagal jantung kongestif (+)

Penyakit serebrovaskular (-)

Penyakit ginjal (-)


PEMERIKSAAN FISIK
Perubahan status mental (-)

Pernapasan 30 (22 kali)

Sistol 90 mmHg (80 mmHg)

10

Suhu tubuh < 35o C atau 400 C (38o C)

Nadi 125 kali/menit (99 x/menit)


HASIL LABORATORIUM/RADIOLOGI
Analisis gas darah: pH < 7.35 (7.377)

BUN > 30 mg/dl (129 mg/dl)

20

Natrium < 130 meq/L (131 mmol/L)

Glukosa > 250 mg/dl (216 mg/dl)

Ht < 30% (37%)

pO2 60 mmHg (85 mmHg)

Efusi Pleura (-)

Total

102
Berdasarkan PDPI, skor PORT > 70 merupakan indikasi rawat inap untuk

pasien pneumonia komuniti.PORT juga membagi pneumonia berdasarkan kelas


resikonya. Berikut adalah pembagiannya:
RESIKO

KELAS RISIKO (RISK

SKOR PORT

CLASS)
Rendah

Umur < 50 tahun, tidak ada


penyakit penyerta, tidak ada
ketidakabnormalan

Sedang
Berat

II
III
IV
V

pemeriksaan fisik.
70
71-90
91-130
>130

Pasien dengan kelas resiko I dirawat jalan. Pasien dengan kelas resiko II-III
dapat di rawat jalan dengan antibiotik IV atau diterapi di rumah sakit selama 24 jam.
Pasien dengan kelas resiko IV-V harus di rawat inap.Tn.M termasuk pada kelas resiko
IV, merupakan indikasi untuk dirawat inap. Dari penjelasan tadi maka Tn.M
didiagnosis dengan pneumonia komuniti PORT 102 kelas resiko IV.
Tn.M diterapi dengan pemberian O24-5 lpm, IVFD RL 20 tpm, injeksi
ceftriaxone 2 gr/24 jam, GG 3 x 100 mg peroral, dan paracetamol 3 x 500 mg peroral.
Menurut PDPI penderita rawat inap diterapi dengan pemberian terapi oksigen;
pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit; pemberian obat
simptomatik antara lain antipiretik dan mukolitik; dan pemberian antibiotik.
Pemberian O2 sesuai dengan hasil AGD nya, didapatkan FiO2 koreksinya
0.33 atau setara 4-5 lpm.Tn.M diberikan ceftriaxone injeksi yang merupakan
golongan sefalosporin generasi 3. Menurut PDPI tentang terapi empiris pneumonia
komuniti pasien yang dirawat inap jika tanpa faktor modifikasi dapat diberikan
golongan beta laktam + antibektalaktamase iv, atau sefalosporin G2, G3 iv atau

pada

flourokuinolon respirasi iv. Jika dengan faktor modifikasi diberikan sefalosporin G2,
G3 iv atau flourokuinolon respirasi iv dan bila dicurigai adanya infeksi bakteri atipik
ditambah makrolid terbaru. Pada kasus diberikan ceftriaxone yang termasuk dalam
sefalosporin G3.GG dan paracetamol pada kasus merupakan terapi simptomatik.Tn.M
direncanakan untuk melakukan pemeriksaan sputum dan sensitivitas antibiotik agar
terapi empirik bisa diganti dengan terapi spesifik berdasarkan sensitivitas
antibiotiknya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Pneumonia Komuniti: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
2003. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Balai Penerbit FK UI: Jakarta.
2. Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine. 2001. Patofisiologi. Jakarta:
EGC.
3. Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Napas Pneumonia pada Anak, Orang
Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atipik & Pneumonia Atypik Mycobacterium.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai